Anda di halaman 1dari 15

Hambatan Dan Masalah Konselor Dalam Konseling

Psikologi Konseling

Dosen Pengampu : Dika Saputra, M.Pd

Disusun oleh :

Kelompok 6

1.Fajar Syahputra (0102192080)


2. Winda Alawiyah (0102192078)
3. Hagiansyah Harahap (0102

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

PRODI BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATRA UTARA

MEDAN

2022
KATA PENGANTAR

Asalamu ’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh..

Puji syukur Alhamdulillah kita panjatkan kepada Allah SWT. yang telah
melimpahkanrahmat beserta karunia-Nya kepada kita semua. Sehingga kita masih dapat
melaksanakan prosesperkuliahan melalui daring. Dan karena rahmat dan karunia-Nya pula kami
dapat menyelesaikantugas makalah dalam bentuk kelompok yang berjudul Latar Belakang
Kehidupan Keluarga. Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada suri tauladan kita, Nabi
Muhammad Saw. Nabiyang menginspirasi bagaimana menjadi tangguh, pantang mengeluh,
mandiri dengan kehormatan diri, yang cita-citanya melangit namun karya nyatanya membumi.

Alhamdulillah atas izin Allah SWT. kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini
yangkami susun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Konseling Keluarga. Tugas ini kami
susunbertujuan untuk mengetahui dan memahami lebih dalam mengenai materi yang ada di
dalam matakuliah tersebut.

Dengan segala keterbatasan yang ada, kami menyadari bahwa dalam penulisan dan pe-
nyusunanmakalah ini masih jauh dari kata sempurna. Maka dari itu kami kami mohon maaf
dankami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar menyempurnakan makalah ini.
Semoga tugas yang kami kerjakan bermanfaat bagi kami sendiri dan kepada pembaca sekalian.
Aamiin.

Wassalamu ’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Medan, 14 Maret 2022

KELOMPOK 6
DAFTAR ISI

COVER ............................................................................................................................................

KATA PENGANTAR .....................................................................................................................

DAFTAR ISI....................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................

a. Latar Belakang ......................................................................................................................


b. Rumusan Masalah .................................................................................................................
c. Tujuan Penulisan ...................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................................

a. Pengertian Problem Solving .................................................................................................


b. Prinsip-Prinsip Problem Solving ..........................................................................................
c. Krakteristik Problem Solving................................................................................................
d. Tahapan Problem Solving......................................................................................................
e. Tujuan Teori Problem Solving .............................................................................................
f. Tahapan Problem Solving dalam Konseling ........................................................................
g. Kelebihan Dan Kekurangan Problem Solving Dalam Konseling .........................................
h. Keterbatasan-Keterbatasan Konselor ....................................................................................
i. Kesenjangan dan Tantangan dalam Hubungan Konselor –Klien .........................................

BAB III PENUTUP .........................................................................................................................

a. Kesimpulan `..........................................................................................................................
b. Saran .....................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang
Makna bahasa dari problem yaitu “ a thing that is difficult to deal with understand” (suatu hal
yang sulit untuk melakukannya atau memahaminya). Jika diartikan ‘a question to be answered or
solve” (pertanyaan yang butuh jawaban atau jalan keluar). Sedangkan solve dapat diartikan “to
find to answer to problem” (mencari jawaban suatu masalah). Sedangkan secara terminologi
seperti yang diartikan oleh Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zayn problem solving adalah
suatu cara berpikir secara ilmiah untuk mencari pemecahan suatu masalah.
Problem solving adalah kemampuan untuk menganalisa masalah serta menemukan solusi
yang efektif untuk memecahkan masalah tersebut.

b. Rumusan Masalah
1. Apa itu problem solving ?
2. Apa saja prinsip-prinsip problem solving ?
3. Bagaimana krakteristik problem solving ?
4. Bagaimana tahapan problem solving ?
5. Apa tujuan teori problem solving ?
6. Bagaimana tahapan problem solving dalam konseling ?
7. Bagaimana kelebihan dan kekurangan problem solving dalam konseling ?
8. Apa-apa saja keterbatasan-keterbatasan konselor
9. Bagaimana kesenjangan dan tantangan dalam hubungan konselor –klien ?
10. Bagaimana contoh-contoh kasus problem solving ?

c. Tujuan Penulisan
Untuk membahas mengenai materi-materi yang sudah disajikan dalam makalah untuk
bisa bi baca, dipahami dan pelajari bersama. Dan bisa menjadi ilmu yang bermanfaat untuk
bersama baik diantara penulis maupun dengan pembaca.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Problem Solving


Problem solving secara bahasa berasal dari dua kata yaitu “ problem dan solves. Makna
bahasa dari problem yaitu “ a thing that is difficult to deal with understand” (suatu hal yang sulit
untuk melakukannya atau memahaminya). Jika diartikan ‘a question to be answered or solve”
(pertanyaan yang butuh jawaban atau jalan keluar). Sedangkan solve dapat diartikan “to find to
answer to problem” (mencari jawaban suatu masalah). Sedangkan secara terminologi seperti
yang diartikan oleh Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zayn problem solving adalah suatu cara
berpikir secara ilmiah untuk mencari pemecahan suatu masalah1.
Problem solving adalah kemampuan untuk menganalisa masalah serta menemukan solusi
yang efektif untuk memecahkan masalah tersebut. menurut Umar Hamalik problem solving
adalah suatu atau sebuah proses mental serta intelektual dalam menemukan masalah dan
memecahkannya dengan berdasarkan pada data serta informasi yang ada untuk mengambil
sebuah kesimpulan yang tepat dan cermat. Defesini lainnya dari Santrok, problem solving adalah
sebuah cara yang dilakukan untuk menemukan jalan atau solusi yang sesuai di dalam suatu
pencapaian tujuan2.
Kemampuan Problem Solving sangat berkaitan dengan kemampuan lain yang melibatkan
kemampuan menganalisa, mengeluarkan ide, mendengar, pengambilan keputusan, komunikasi,
hingga kerjasama dalam tim. Evans (dalam Suharnan 2005:289) menjelaskan pemecahan
masalah adalah “sebuah usaha untuk mencapai sebuah tujuan ketika tujuan tersebut tidak
langsung dapat diraih”. Sedangkan secara umum, pemecahan masalah sebagai suatu aktivitas
atau usaha untuk mencari jalan keluar dengan cara pemilihan alternatif pemecahan masalah
adalah proses yang tercakup dalam usaha menemukan urutan tindakan yang sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan. Problem solving juga merupakan suatu prosedur yang di dalamnya
terdapat langkah-langkah yang harus diikuti dalam memecahkan sebuah masalah yang dihadapi.

1
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), 102
2
https://duniapendidikan.co.id/problem-solving/ diakses 07 Mei 2021
Jadi konkritnya adalah bahwa Problem Solving ini yaitu usaha mencari atau menemukan cara
penyelesaian masalah dengan menentukan pola, aturan atau logaritma3.

B. Prinsip-Prinsip Problem Solving


Dalam metode problem solving terdapat beberapa prinsip yaitu:
1. Keberhasilan dalam memecahkan masalah dapat dicapai jika diarahkan ke masalah yang
ia mampu memecahkannya.
2. Dalam memecahkan masalah, pakailah data/keterangan yang ada.
3. Titik tolak pemecahan masalah ialah mencari kemungkinan-kemungkinan jalan keluar.
4. Menyadari masalah harus didahulukan dari usaha memecahkan masalah.
5. Proses menciptakan ide-ide baru hendaknya dipisahkan dari proses evaluasi ide; sebab
yang akhir ini menghambat yang pertama.
6. Situasi-situasi pilihan, hendaknya dijadikan situasi masalah. Situasi masalah ditandai
dengan adanya hambatan.
Situasi masalah kadang perlu diubah menjadi situasi pilihan dan justru situasi masalah adalah
menghilangkan hambatan.

C. Krakteristik Problem Solving


Ada beberapa karakteristik dari problem solving adalah sebagai berikut:
1. Adanya interaksi yang baik antara konselor dan konseli dalam menyelesaikan suatu
permasalahan.
2. Konselor mampu menyediakan informasi yang cukup mengenai masalah, dan konseli
mengklarifikasi, menginterpretasi, dan mencoba konstruksi penyelesaiannya
3. Pendekatan problem solving membuat konseli mandiri untuk melakukan penalaran
terhadap masalah yang ada.
4. Adanya dialog antara konselor dan konseli dalam menyelesaikan masalah.

D. Tahapan Problem Solving


1. Mendefinisikan Masalah

3
Hidayat, Isnu. 50 Strategi Pembelajaran Populer. Yogyakarta: DIVA Press. 2019. Hal. 128
Menerapkan pemecahan masalah dengan mendefenisikanmasalah yaitu dengan
menganalisa masalah yang terjadi bahwa banyak hal yang bisa melatarbelakangi dan
mempenagruhi sebuah masalah.
2. Mengembangkan solusi alternative
Setelah mengetahui masalah serta sumbernya maka selanjutnya adalah mengembangkan
dan memikirkan alternatif solusi yang ada. Dalam hal ini harus ada kreatif dan berfikir logis
serta kritis.
3. Menentukan solusi terbaik
Tujuan utama dari problem solving adalah menemukan solusi terbaik dari suatu
permasalahan. Karena itu setelah memikirkan alternative yang ada maka harus ditentukan
solusi yang paling tepat. Solusi yang tepat tidak berpotensi menyebabkan masalah lainnya.
4. Menerapkan solusi dan mengevaluasinya
Setelah pengambilan keputusan atas solusi yang dipilih, maka harus tetap mencari
hasilnya dan masukan dari berbagai pihak yang terlibat lalu mengevaluasi hasil jangka
panjang dari penyelesaian

E. Tujuan Teori Problem Solving


1. Melatih kemampuan berpikir konseli dalam menghadapi suatu masalah.
2. Melatih konseli menemukan langkah-langkah yang ditempuh bila menemukan masalah
yang sudah pernah terjadi dan mencari solusinya.
3. Melatih konseli bagaimana cara bertindak dan berbuat dalam situasi yang baru
ditemukan.
4. Melatih konseli bagaimana caranya menemukan jalan keluar dari masalah yang sulit
dipecahkan.
5. Melatih konseli mengambil suatu keputusan yang menurutnya benar.
6. Melatih konseli bagaimana membatasi masalah yang sedang dihadapi.
7. Belajar menyadari konseli bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya jika dilakukan
dengan bersungguh-sungguh dan sabar.
8. Belajar meneliti suatu masalah dari berbagai segi pandang pasa situasi yang sulit.
9. Belajar bagaimana bekerja yang sistematis, sehingga masalah yang dihadapi lebih mudah
dipecahkan dan mencari solusi.
10. Melatih diri konseli, cara bagaimana menetapkan suatu keputusan dengan kebenaran dan
tidak salah jalan.
F. Tahapan Problem Solving dalam Konseling
Dalam konseling penggunaan keterampilan memecahkan masalah dapat membantu konsli
melewati tahap permasalahn. Tahapan problem solving dalam konseling dapat dilakukan melalui
beberapa langkah:
1. Menemukan permasalahn
Sebelum mengambil langkah untuk memcahakan masalah hal yang perlu dilakukan
konselor adalah yakin tentang apa masalah yang sesungguhnya. Problem solver harus
menetukan akibat dan menggambarkan langkah apa yang akan dipilih.
2. Mengidentifikasi masalah
Problem solver harus mengidentifikasi objek yang dipelajari dan menentukan kendala
dan penghalang yang mungkin menjadi penyebab masalah.
3. Merancang beberapa alternatif hipotesis
Hipotesis adalah bagian terpenting dalam menyelesaiakn masalah.Untuk membangun
hipotesis maka problem solver harus mengakses prior knowledge dan menggunakan
pengetahuan baru untuk menggeneralisasi ide dan mengidentifikasi solusi potensial.
Setelah menentukan solusi yang potnsial maka problem solver harus menetukan pilhan.
4. Membuat penilaian dan keputusan mengenai hipotesis yang akan digunakan Problem
solver harus mempertimbangkan kembali karakter dari tujuan problem solving mereka
dalam rangka memastikan apakahpenyelesaian tetap pada jalur.
5. Mengevaluasi dan pengujian solusi
Ketika mencoba efisiensi dari solusi maka problem solver perlumenganalisa solusi yang
digunakan apakah bekerja dengan baik. Jika yang solusi yang dipilih tidak berhasil atau
kurang efektif maka harus memilih alternative lain.

G. Kelebihan Dan Kekurangan Problem Solving Dalam Konseling


1. Kelebihan:
a. Melatih konseli untuk mendesain suatu penemuan
b. Berpikir dan bertindak kreatif.
c. Memecahkan masalah secara realistis.
d. Mengidentifikasi dan melakukann penyelidikan.
e. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan (solusi yang diambil).
f. Merangsang perkembangan kemajuan berpikir konseli untuk menyelesaikan masalah
yang dihadapi dengan tepat.
g. Membiasakan konseli menghadapi masalah dan memecahkan masalah tersebut secara
terampil, baik didalam keluarga, masyarakat dan jika masuk dalam dunia kerja kelak.
2. Kekurangan:
a. Memerlukan keterampilan konselor dalam menentukan suatu masalah yang tingkat
kesulitannya sesuai dengan tingkat berpikir konseli, serta pengetahuan dan pengalaman
konseli.
b. Memerlukan cukup banyak waktu.
c. Memerlukan perencanaan yang teratur dan matang.
d. Tidak efektif jika konselor ataupun konseli bertindak pasif.

H. Keterbatasan-Keterbatasan Konselor
Menurut Yeo (2003), ada beberapa hal yang merupakan keterbatasan-keterbatasan konselor
sepanjang ia melaksanakan tugas profesionalnya4, yaitu:
1. Pengetahuan dan keterampilan\
Seringkali kita mendapai bahwa tidak semua orang yang masuk dalam profesi
membantu (konseling) memiliki hambatan karena tidak dilengkapi dengan pengetahuan
dan keterampilan konseling yang mencukupi. Konselor seringkali dihadapkan pada
banyak teori tanpa mendapatkan keterampilan- keterampilan khusus agar dapat bekerja
utuh.
2. Usia dan pengalaman
Usia dan pengalaman merupakan salah satu hal yang mungkin saja bisa jadi
masalah atau hambatan dalam proses konseling. Klien melihat bahwa usia dan
pengalaman konselor mempengaruhi klien untuk lebih mantap dalam mengambil
keputusan. Hal ini dikarenakan konselor yang memiliki usia dan pengalaman yang
mencukupi dilihat sebagai orang yang bijak. Klien mungkin merasakan perbedaan usia
yang terlalu besar dan memilih seseorang (konselor) yang kira-kira seusianya dengannya.

4
Mulawarman Munawaroh Eem, Psikologi Konseling.Januari 2016. Hal. 52
Bagi konselor pemula, mereka sering menghadapi masalah karena kurang
pengalaman. Dalam hal ini sebaiknya para konselor pemula tidak perlu merasakan
kekhawatiran yang berlebihan karena ia dapat meminta bantuan dari konselor senior atau
supervisornya dan melakukan diskusi dengan sejawat (Surya, 2003:68)
3. Kebudayaan, bahasa dan agama
Dengan adanya keragaman ras, budaya, dan bahasa, maka konselor juga
menghadapi kendala dalam praktiknya. Kebudayaan, bahasa, agama seringkali membuat
”gerakan” konselor terbatas. Hal ini menjadi masalah karena konselor belum sepenuhnya
memahami budaya, bahasa atau agama klien. Pada kenyataannya setiap klien memiliki
budaya, bahasa dan agama yang berbeda-beda, dan perbedaan itulah yang harus konselor
pahami. Selain itu menurut Glading (2009), konselor memiliki ”penyakit” yang
dinamakan dengan burnout. Burnout adalah suatu suasana kepadaman gairah kerja dan
bereprestasi, kadang-kadang diartikan juga sebagai stres kerja (Mappiare, 2006).
Menjalankan peran sebagai seorang konselor memang sangat rentan untuk terjadinya
burnout. Konselor terus- menenus berhadapan dengan emosional tinggi. Penderitaan
kliennya juga ikut ia rasakan. Ia harus tidak kaku, mampu menghayati dan memahami,
tetapi tidak terlibat sampai menjadi lekat. Penyeimbangan-penyeimbangan inilah yag
melelahkan konselor.
Menurut Cavanagh (1982) dalam Lesmana (2006) mengemukakan ada beberapa
masalah umum yang dapat menghambat dalam suatu hubungan konseling, yaitu:
1. Kebosanan
Menurut Cavanagh (1982), konselor pemula jarang mengalami kebosanan karena
sifat baru dari pekerjaan mereka. Setiap saat mereka bertemu denga orang-orang yang
mempunyai problem berbeda dan mencoba keterampilan dan tanggung jawab sebagai
seorang konselor. Tetapi seperti halnya tingkah laku lain yang terus berulang, konseling
dapat membosankan. Beberapa hal yang dapat timbul karena kebosanan adalah:
Konselor mengambil jarak dari kliennya, makin lama makin menjauh. Klien dapat
merasakan hal ini, ia akan kehilangan rasa aman dan rasa diterima yang sangat penting
bagi keberhasilan konseling.
Konselor terkadang mengambil cara negatif dalam menangani kebosanannya. Ia
mencoba mengangguk, tersenyum tapi tanpa tahu apa yang dibicarakan klien. Atau
sebaliknya ia menjadi kurang perhatian, kurang konsentrasi dan mungkin malah
memikirkan masalahnya sendiri..
2. Hostilitas
Hostilitas dapat mengacu pada fenomena psikis yang memaksakan orang lain
bertindak atau berbuat menurut cara yang diharapkan membenarkan sistem konstruk
orang (Mappiare, 2006). Konselor sering merasa dirinya nice people karena sudah
membantu orang lain dan ia mengharap akan dihargai karena hal ini. Tetapi orang (klien)
dalam konseling punya hostilitas terpendam yang harus diurai dahulu sebelum bisa
melangkah maju. Jadi, mereka sering mengekspresikan hostilitasnya ini kepada konselor.
Konselor sebaiknya memaklumi bahwa hal ini sering terjadi. Justru konselor yang harus
mengurai apa yang melatarbelakangi suatu hostilitas terjadi.
3. Distansi emosional ( kesenjangan emosional)
Konselor yang distan secara emosional tidak dapat ”masuk” ke dalam diri klien.
Ia tidak dapat menyatukan dirinya dengan pikiran, perasaan dan persepsi klien sehingga
bisa benar-benar berempati.
4. Kelekatan emosional
emosional berarti bahwa konselor dan/atau klien bergantung pada yang lain
untuk pemuasaan kebutuhan dasar mereka. Kebutuhan dasar yang terpenuhi dalam
hubungan semacam ini merupakan kebutuhan untuk merasa aman, untuk menerima dan
memberi cinta, untuk dikagumi dan dibutuhkan (Lesmana, 2006). Beberapa kemungkinan
perilaku konselor yang lekat emosional adalah:
Sangat berharap bertemu dengan klien. memperpanjang sesi Iri terhadap hubungan dekat
klien dengan orang lain dan secara halus meremehkan atau tidak mendorong hubungan ini
Mencemaskan klien di antara sesi yang tidak dirasakan terhadap klien lain. Bila telah terjadi
kelekatan emosional antar konselor dengan klien maka terdapat beberapa prinsip-prinsip
hubungan konseling yang terabaikan yaitu: Konselor umumnya mempersepsi realitas secara
lebih tepat daripada klien, tetapi bila terjadi kelekatan emosional ini akan mempengaruhi
persepsi konselor tentang klien. Konselor seharusnya membantu klien untuk membuat keputusan
yang ”menguntungkan” klien. Bila terjadi kelekatan emosional, maka mungkin konslor akan
”menahan” klien karena memenuhi kebutuhan emosionalnya. Konselor mampu untuk stabil
meskipun ada perubahan mood dalam diri klien. Konselor yang emosinya lekat pada klien akan
ikut dengan perubahan mood ini dan merasakan kepedihan dan penderitaan yang luar biasa dari
kliennya, sehingga menghapuskan fungsi konselor sebagai pembawa pengaruh stabil dan
pemikiran-pemikiran yang objektif5.

I. Kesenjangan dan Tantangan dalam Hubungan Konselor –Klien


Dalam sejumlah situasi, konselor dapat saja mengalami kesulitan kesulitan karena adanya
kesenjangan antara bagaimana seharusnya ia menjadi konselor dengan apa yang senyatanya ia
alami. Menurut Yeo (2003, 104:107) Beberapa kesenjangan berkaitan relasi dengan klien yang
dialami konselor, yaitu:
1. Membuka diri
Sebagian klien mengharapkan para konselor mau menceritakan informasi-
informasi pribadi tentang diri konselor sendiri dan berusaha mendapatkan kesejajaran
dalam relasi. Tentu saja tidak ada salahnya konselor menceritakan sejumlah
informasi tentang dirinya kepada klien, misalnya apa kualifikasi gelar konselor,
riwayat pendidikan, keluarga, dsb.
2. Perasaan-perasaan konselor terhadap klien
Bagaimana seandainya konselor marah terhadap klien ?. Para konselor terus-
menerus diingatkan untuk menerima, memahami dan bersikap sabar terhadap klien.
Tetapi tidak semua klien dapat disukai oleh konselor. Sejumlah klien bisa saja
menjengkelkan, berperilaku kasar, dan buruk. Apa yang harus dilakukan konselor apabila
ada dalam siyuasi seperti ini? Yang pertama dilakukan oeleh konselor adalah
mengakui bahwa dirinya bukan malaikat. Konselor adalah manusia biasa yang
dapat terpengaruh oleh klien dan kadang-kadang tidak suka pada mereka. Yang
kedua konselor dapat membicarakannya dengan sejawat, mendiskusikan bersama dengan
mereka.
3. Daya Tarik Seksual
Daya Tarik seksual Konseling mencakup situasi-situasi yang melibatkan
perasaan-perasaan antara dua orang atau lebih. Konselor menjadi lebih rentan dalam
situasi tatap muka dengan satu orang. Tidak dapat dihindari bahwa para konselor
mengalami daya tarik seksual kliennya. Hal penting adalah konselor dapat membuat
batasan-batasan yang jelas pada awal sesi konseling (misalnya dengan menggunakan
5
Ibid. Hal 53
teknik strukturing). Selain itu konselor dapat mengusahakan tindakan-tindakan
pencegahan dengan tidak menutup-nutupi kenyataan ini dari rekan-rekan sejawat atau
konselor yang lebih senior. Konselor perlu mengambil sikap tegas dan tidak kompromi
dengan situasi-situasi semacam ini.

J. Contoh Kasus Dan Problem Solving

BAB III
PENUTUP

a. Kesimpulan
Problem solving adalah kemampuan untuk menganalisa masalah serta menemukan solusi
yang efektif untuk memecahkan masalah tersebut. menurut Umar Hamalik problem solving
adalah suatu atau sebuah proses mental serta intelektual dalam menemukan masalah dan
memecahkannya dengan berdasarkan pada data serta informasi yang ada untuk mengambil
sebuah kesimpulan yang tepat dan cermat. Problem Solving ini yaitu usaha mencari atau
menemukan cara penyelesaian masalah dengan menentukan pola, aturan atau logaritma

b. saran
DAFTAR PUSTAKA

https://www.researchgate.net/publication/
312993679_PSIKOLOGI_KONSELING_Sebuah_Pengantar_bagi_Konselor_Pendidikan.

https://books.google.co.id/books?
id=yNaK36ldOsEC&pg=PA97&dq=makalah+keterbatasanketerbatasan+konselor+dalam+konsel
ing&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwiuZWovM32AhURSmwGHbcFDHoQ6wF6BAgGEAU#v=o
nepage&q=makalah%20keterbatasan-keterbatasan%20konselor%20dalam
%20konseling&f=false

Anda mungkin juga menyukai