Anda di halaman 1dari 2

ETIKA POLITIK MELAYU

Kata “politik” awalnya berasal dari bahasa Yunani, "Polis", yang kemudian
dalam bahasa Inggris berubah menjadi “Politics”. Menurut Aristoteles, politik
adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama.
Sedangkan menurut Weber, politik adalah sarana perjuangan untuk
mendistribusikan kekuasaan, baik di antara negara-negara maupun di antara
kelompok-kolompok dalam suatu negara. Sementara menurut Harold D. Lasswell,
politik adalah perkara “siapa mendapatkan apa, kapan, dan dengan cara
bagaimana”.

Sementara dalam sejarah tradisional Melayu, pengertian politik lebih


dititikberatkan pada konsep raja dan kerajaan; sistem pemerintahan dan kekuasaan.
Menurut Milner, kegiatan politik Melayu bisa diistilahkan bahwa orang-orang
Melayu menganggap diri mereka hidup bukan di bawah status atau pemerintah
tetapi di dalam kerajaan di mana wujudnya seorang pemerintah bertaraf raja.
Pengangkatan raja dan penegakan sebuah dinasti atau kesultanan di Melayu sudah
berlangsung sejak tahun 1400. Menurut Gullick, peristiwa itu sebagai tanda
dimulainya sebuah sistem politik bumiputera (Nusantara).

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa politik adalah


segala urusan dan tindakan mengenai kenegaraan, sistem pemerintahan, dan
kebijakan dalam mengatur dan memperbaiki rakyat. Sistem Pemerintahan Melayu
dan Islam

A. Sistem Pemerintahan Melayu

Dalam sejarah Melayu, sistem pemerintahan Melayu mempunyai dua konsep:


kerajaan dan negeri.

1. Konsep Kerajaan

Kerajaan diartikan sebagai bentuk pemerintahan yang dikepalai oleh seorang


raja. Konsep kerajaan dalam sistem pemerintahan Melayu sudah ada sejak zaman
Sriwijaya di Palembang. Dalam sistem ini, raja menduduki tingkat paling atas
dalam struktur kerajaan. Sistem ini bermula dengan pemerintahan Nila Utama yang
bergelar Seri Teri Buana yang ditunjuk oleh Demang Lebar Daun untuk
menggantikan kedudukannya.
2. Konsep Negeri

Penggunaan istilah “negeri” di Melayu sudah ada sejak 500 tahun lalu.
Konsep negeri diartikan sebagai sebuah organisasi yang menjalankan undang-
undang kepada seluruh rakyatnya. Negeri juga bisa diartikan sebagai tanah tempat
tinggal suatu bangsa. Dari konsep ini, negeri tidak hanya mencakup wilayah
kekuasaannya, tetapi termasuk juga seluruh jajahannya atau negeri taklukannya.
Sehingga, konsep negeri lebih luas artinya dibandingkan konsep kerajaan.

B. Sistem Pemerintahan Islam

Dalam Islam, pemerintah atau orang yang berkuasa dan mengelola sebuah negara
disebut ulil amri atau disebut juga khalifah, yakni khalifah Allah. Artinya, sebagai
pengganti Allah atau wakil Allah di bumi.[26] Mereka bertanggung jawab terhadap
rakyat untuk menjalankan kerja-kerja yang diperintahkan oleh Allah. Dengan
demikian, khalifah berkhidmat kepada rakyat, memimpin, mendidik, mengajar,
mengelola, mengurus, menyelesaikan masalah rakyat, membangun kemajuan
negara dan masyarakat.

SUMBER

Daud, Haron. 1989. Sejarah Melayu: Satu Kajian daripada Aspek Pensejarahan
Budaya. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Kementerian pendidikan
Malaysia.

Daud, Wan Mohd Nor Wan. 2003. Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed M.
Naquib Al-Attas. Bandung: Mizan.

Fathurrahman, Oman. “Demokrasi dalam Tradisi Politik Islam Melayu: Mencari


Hitam dalam Gelap” dalam www.islamlib.com.

Fried, M. H. 1977. Antropologi dan Kajian Politik. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa
dan Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai