Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

CITRA (FITRAH) MANUSIA DALAM PSIKOLOGI ISLAM

Dosen Pengampu: Ahmad Fauzan, M.Pd.I

Kelompok 5:
Febrianti Nuraini (126308201005)
Jeehan Meuthia Nabila (126308201023)
Ayu Nurzuliya (126308201024)
Bunga Diva Ade Cahya Ramadhani (126308201034)

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil alamin. Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,
yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya. Tidak lupa shalawat tetap terlimpahkan
kepada baginda Nabi Muhammad SAW, yang telah mewariskan ilmu serta penuntun hidup
yang mencerahkan umat manusia.
Dalam penyususnan makalah ini, kami sedikit mengalami hambatan. Namun kami
menyadari bahwa kelancaran dalam penyususnan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan,
dan bimbingan dari berbagai pihak. Sehubungan dengan penyusunan makalah ini maka penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Maftukhin M.Ag selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri
Tulungagung, yang telah memberikan sarana-prasarana untuk penulis menyelesaikan
tugas penyusunan makalah ini.
2. Bapak Dr. H. Abdul Aziz, M.Pd.I selaku Wakil Rektor Institut Agama Islam Negeri
Tulungagung yang telah memberikan pelayanan akademik kepada seluruh mahasiswa.
3. Bapak Ahmad Fauzan,M.Pd.I selaku dosen pengampu mata kuliah yang telah
memberikan bimbingan dan tugas menulis makalah ini.
4. Civitas akademika yang telah berkontribusi terhadap terkondisinya tempat belajar.
5. Teman-teman kelas 1A Program Studi Psikologi IslamIslam

Dengan penuh harap semoga jasa kebaikan mereka diterima Allah SWT dan tercatat
sebagai amal shaleh. Semoga karya ini bermanfaat dan mendapat Ridho Allah SWT.

Tulungagung, 22 November2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... ii


DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii
BAB I .............................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG ......................................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH ..................................................................................................................1
C. TUJUAN ...........................................................................................................................................1
BAB II............................................................................................................................................. 2
PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 2
A. Citra Manusia dalam Psikologi Barat ...............................................................................................2
B. Hakikat Fitrah ...................................................................................................................................5
C.Citra (Fitrah) Manusia Dalam Islam .....................................................................................................6
BAB III ........................................................................................................................................... 7
PENUTUP....................................................................................................................................... 7
KESIMPULAN .........................................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kajian tentang manusia saat ini sangat menarik dan diminati untuk dipelajari. Hal
ini karena objek yang dipelajari unik dan dapat menghasilkan berbagai persepsi dan
konsepsi yang berbeda. Fenomena seperti itu dapat dipahami, sebab keberadaan manusia
di dunia bukan sekadar ada dan berada, tetapi lebih penting lagi, ia dapat mengada. Ia
berperan sebagai obyek dan subyek sejarah, bahkan mampu mengubahnya.
Kehidupannya dinamis dan secara kualitatif berevolusi untuk mencapai kesempurnaan.
Karena itulah maka kajian tentang manusia, tanpa mengenal perbedaan zaman, selalu
relevan dan tidak akan pernah mengalami kadaluwarsa.
Maksud citra manusia adalah gambaran tentang diri manusia yang berhubungan
dengan kualitas-kualitas asli manusiawi. Kualitas tersebut merupakan sunnah Allah yang
di bawa sejak dilahirkan. Kondisi citra manusia secara potensial tidak dapat berubah,
sebab jika berubah maka eksistensi manusia menjadi hilang. Namun secara aktual, citra
itu dapat berubah sesuai dengan kehendak dan pilihan manusia sendiri.
Citra manusia yang dimaksud dalam perspektif psikologi Islam adalah fitrah.
Karena penciptaannya tidak ada perubahan,sebab jika berubah maka eksistensi manusia
akan hilang. Dalam literarur Islam, istilah fitrah memiliki makna yang beragam karena
disebabkan oleh pemilihan sudut makna.Fitrah dapat dimaknai secara etimologi (basic
meaning),terminologi, bahkan nasabi (relational meaning). Masing-masing makna
tersebut memiliki implikasi psikologis.
Berdasarkan paparan di atas, tulisan ini disusun untuk menjelaskan citra manusia
dalam perspektif psikologi Islam dan barat serta implikasinya.

B. RUMUSAN MASALAH
a. Apa pengertian citra manusia ?
b. Bagaimana citra manusia dalam perspektif psikologi barat.?
c. Bagaimana citra manusia dalam perspektif psikologi islam.?

C. TUJUAN
a. Untuk mengetauhi pengertian citra manusia.
b. Untuk mengetauhi citra manusia dalam perspektif psikologi barat.
c. Untuk mengetauhi citra manusia dalam perspektif psikologi islam.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Citra Manusia dalam Psikologi Barat

Pemahaman tentang citra manusia sangat beragam, tergantung pada latar belakang
dimana citra itu terumuskan. Misalnya latar belakang agama, ideologis bangsa, cara
pandang, pendekatan studi dan sebagainya. Aliran Psiko-Analisis adalah aliran psikologi
yang menekankan analisis struktur kejiwaan manusia yang relatif stabil dan menetap. Aliran
ini dipelopori oleh Sigmund Freud (1856-1939) yang kemudian disempurnakan oleh Carl
Gustav Jung dan Erik H. Erikson. Ciri utama aliran ini adalah :
1. Menentukan aktivitas manusia berdasarkan struktur jiwa yang terdiri atas id,ego dan
superego.
2. .Penggerak utama struktur manusia alah libido, sedangkan libido yang terkuat adalah
libido seksual. Karenanya, hampir seluruh tingkah laku manusia teraktual disebabkan
oleh motivasi libido seksual.
3. Tingkat kesadaran manusia terbagi atas alam pra-sadar (the preconscious), alam tak-
sadar (the unconscious) dan alam sadar (the conscious).

Dengan pembagian tiga aspek struktur kepribadian, maka tingkat tertinggi struktur
kepribadian manusia adalah moralitas,sosialitas,dan tidak menyentuh pada aspek
keagamaan.Freud menyatakan bahwa tingkatan moralitas digambarkan sebagai tingkah laku
yang irasional sebab tingkah laku ini hanya mengutamakan nilai-nilai luas, bukan nilai-nilai
yang berada dalam kesadaran manusia sendiri.

Teori Freud ini banyak mendapatkan kecaman dari psikolog lain. Paul Riccoeur
misalnya menyatakan bahwa teori Freud telah memperkuat pendapat orang-orang ateis,
tetapi ia belum mampu meyakinkan atau membersihkan iman orang-orang yang beragama.
Carl G. Jung—seorang putra mahkotanya sendiri tetapi kemudian membangkangnya—
terpaksa mengadakan penelitian pada miotologi, agama, alkemi dan astrologi. Penelitiannya
ini dapat membantu kejelasan archetype-archetipe yang sulit diperoleh dari sumber-sumber
kontemporer. Selanjutnya Allport juga membantah teori Freud. Para psikolog kontemporer
tidak berhasil menemukan patologi-patologi yang terjadi pada pemeluk agama yang salih.
Pemeluk agama yang salih justru mampu mengintegrasikan jiwanya dan mereka tidak pernah
mengalami hambatan-hambatan hidup secara serius. Dengan uraian ini maka perlu
penambahan aspek lain dari struktur kepribadian manusia. Aspek yang dimaksud adalah
aspek agama (religious).

Kedua, ketidakmampuan Freund dalam mengkaver aspek keagamaan alam struktur


kepribadian disebabkan oleh :

1. Objek penelitian empiriknya difokuskan pada manusia-manusia sakit yang terganggu


emosinya, seperti manusia lumpuh, pincang, dan kerdil kejiwaannya. Ia justru
meninggalkan penelitian pada manusia-manusia yang sehat ruhaninya.

2
2. Hirarki struktur kepribadian yang dibangun Freud terdiri atas alam pra sadar, alam
tidak sadar, dan alam sadar, belum menyentuh pada alam supra sadar / atas sadar,
sedangkan agama merupakan aspek kepribadian yang berada pada alam supra sadar.
3. Agama yang menjadi fokus penelitian Freud lebih diorientasikan pada agama-agama
primitive (seperti animisme dan dinamisme), bukan agama samawi yang rasional atau
supra rasional.Atau objek penelitiannya pada pemeluk agama yang belum matang
tingkat keberagamaannya, sehingga konklusinya belum menyentuh pada substansi
ajaran agama yang sebenarnya. Dengan alasan ini maka teori struktur Freud tidak akan
mampu mengenal nilai-nilai agama.

Ketiga, motivasi yang mendorong kepribadian adalah insting hidup yang disebut
dengan libido. Libido yang paling dominan dalam kepribadian manusia adalah libido seksual
yang terletak pada struktur id (aspek biologis manusia). Hal itu menunjukkan bahwa
aktualisasi aspek psikologis dan sosiologis manusia hanya dimotivasi oleh peran seks
(syahwat). Apabila peran seks tidak berkeinginan untuk diaktualisasikan berarti aspek
psikologis dan sosiologis tidak akan terealisir, namun apabila ia berkeinginan untuk
diaktualisasikan maka aktualitas itu sebenarnya merupakan tuntutan keprimitifan tingkah laku
manusia, sebab semuanya didorong oleh libido seksual yang terpusat pada id. Dari sini
hakikat tujuan hidup manusia menurut Freud hanya mengejar kenikmatan, hedonism, dan
mengembangkan impuls-impuls hawa nafsunya yang primitif, bukan ingin membangun cinta
manusia yang sesungguhnya.

Freud selanjutnya tidak membedakan antara energy fisik dan energy psikis. Libido
yang terpusat pada id (aspek biologis) merupakan satu-satunya energy yang digunakan oleh
aspek psikis dan fisik secara bergantian. Ini berarti bahwa kehidupan manusia di dunia hanya
sekedar ciptaan alam fisik, digerakkan alam fisik, dan tidak sedikitpun mengakui peran alam
ruhani. Apabila Freud menyebut alam psikis pada struktur maka sesungguhnya aspek ini
bukanlah yang dimaksud dengan aspek ruhani, sebab Freud tidak mengenal konsep ruhanii
dalam teori strukturnya.
Keempat, ego sebagai pusat kepribadian ternyata tidak memiliki otonomi dalam
bertingkah laku. Kekuatan ego ternyata dikontrol oleh kekuatan id. Teori inilah yang
kemudian dikritik oleh psikolog dari psikoanalisa kontemporer dan Psiko-Humanistik.

Kelima, Teori struktur Freud diasumsikan dari manusia yang buruk, yang mana citra
buruk itu diakibatkan oleh ketimpangan sosialnya, misalnya karena peperangan atau
penjajahan.

Psiko-Behavioristik adalah aliran psikologi yang menekankan teori-teorinya pada


perubahan tingkah laku manusia. Aliran ini dipelopori oleh John Dollard, Skinner, dan Neal
E. Miller. Psiko-Behavioristik menolak struktur kejiwaan manusia yang relatif stabil dan
menetap. Mereka berkeyakinan bahwa tingkah laku seseorang mudah berubah karena
dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya.

Menurut Skinner, keyakinan manusia terhadap suatu agama dan upacara ritual untuk
mengagungkan Tuhan merupakan tingkah laku tahayul dari burung dara yang kelaparan yang
terus-menerus mengulangi gerakan khusus berdasarkan sistem penguatan (reinforcement).

3
Uraian ini menunjukkan bahwa paham Skinner anti terhadap agama, sehingga teori-teori
psikologinya melepas diri dari norma-norma agama. Kedua, dinamika struktur kepribadian
manusia disamakan dengan dinamika hewan. Temuan-temuan yang dihasilkan dari penelitian
hewan ternyata diaplikasikan untuk menelaah konsep manusia, padahal tingkah laku hewan
dan manusia sangat jauh berbeda, baik dilihat dari sisi asumsi maupun makna tingkah laku
yang diperbuat. Ketiga, teori strukturnya diasumsikan dari konsep manusia yang netral
(kosong), tidak memiliki potensi bawaan apapun. Tingkah laku yang ada merupakan wujud
dari kebiasaan-kebiasaan yang dibentuk oleh lingkungan. Keempat, manusia diibaratkan
robot yang selalu deprogram secara deterministik. Teori inilah yang mendapat kritikan dari
Psiko-Humanistik bahwa “teori Psiko-behavioristik memandang manusia sebagai suatu
mesin, yaitu suatu sistem kompleks yang bertingkah laku menurut cara yang sesuai dengan
hukum.”

Teori ini ditolak oleh Muhammad Iqbal. Ia menyatakan bahwa ide itu muncul dari
dalam (struktur) jiwa manusia, bukan berasal dari relasinya dengan dunia luar. Asumsi yang
mendasarkan konsepnya adalah bahwa manusia sejak lahir telah diberi fitrah yang fitrah itu
mampu membentuk kepribadian. Hal ini menunjukkan bahwa Psiko-Behavioristik telah
menghilangkan dimensi terpenting dalam psikologi, yaitu dimensi jiwa.

Psiko-Humanistik adalah aliran psikologi yang menekankan kekuatan dan


keistimewaan manusia. Manusia lahir dengan citra dan atribut yang baik dan dipersiapkan
untuk berbuat yang baik pula. Diantara citra baik itu adalah sifat-sifat dan kemampuan khusus
manusia, seperti berfikir, berimajinasi, bertanggungjawab, berestetika, beretika dan
sebagainya. Aliran Psiko-Humanistik sangat menggantungkan teori strukturnya pada
kekuatan manusia (antroposentris), sehingga hasil teorinya selangkah lagi menjadi ateisme.
Aliran ini juga terkesan menganggap diri manusia sebagai Tuhan (play God), karena manusia
dalam menentukan segalanya. Aliran ini juga memfokuskan penelitiannya ada hubungan
antar-manusia, sehingga aliran ini melupakan kebutuhan agama. Selain itu, aliran ini sering
menyebut istilah spiritual dalam teori strukturnya, namun spiritual yang dimaksud bukanlah
agama, tetapi sebatas pada ketergantungan manusia pada sesuatu yang belum atau tidak
realistik.

Hall dan Lindzey menyatakan bahwa struktur yang dimunculkan Psiko-Sosial pada
prinsipmya mengembangkan teori ego Freud. Kebutuhan, kecenderungan, gaya hidup,
orientasi, personifikasi dan dinamisme Psiko-Sosial merupakan penjabaran pertahanan ego-
Freud dari segala ancaman-ancamannya. Sama halnya dengan Psiko-Konstitusi Fisik
Sheldon. Mungkinkah sesuatu yang ruhani (psikis) dapat dipengaruhi oleh sesuatu yang
jasmani (fisik)? Sebab keduanya memiliki orientasi yang berbeda. Sesuatu yang ruhaniah
hanya dapat dipengaruhi oleh sesuatu yang ruhaniah pula. Kepribadian merupakan aktualisasi
jiwa seseorang yang diwujudkan dalam bentuk tingkah laku fisik maupun psikis. Dengan
demikian, statement “al-‘aql al-salim fi al-jism al-salim” (akal yang sehat terletak pada badan
yang sehat) yang dipengaruhi oleh konsepsi Psiko-Konstitusi Fisik ini harus ditolak.
Statement yang benar adalah al-‘aql al-salim fi al-qalb al-salim (akal yang sehat terletak ada
kalbu yang sehat, sebab dalam hadits Nabi dinyatakan bahwa kalbu menjadi sentral baik-
buruknya suatu tingkah laku (HR. al-Bukhari dari Nu’man ibn Basyir).

4
Psiko-Ekistensial telah menetukan struktur berdasarkan keberadaan empirik manusia
dan menempatkan manusia pada kedudukan humanisnya. Naumn, teori ini belum mampu
menjangkau keberadaan alam pra-kehidupan dunia, seperti kehidupan alam arwah. Demikian
juga belum mampu menyentuh alam pasca kehidupan dunia, seperti kehidupan akhirat.
Kehidupan manusia, bagi Psiko-Eksistensial, tak ubahnya kehidupan hewani belaka. Ia akan
eksis bila telah beraktivitas baik dan akan mendapatkan kebahagiaan dunia

B. Hakikat Fitrah
Fitrah berasal dari akar kata fathara,dalam bahasa Arab yang berarti membuka atau
menguak. Fitrah sendiri mempunyai makna asal kejadian, keadaan yang suci dan kembali ke
asal. Dari segi bahasa, kata fitrah terambil dari akar kata al-fathr yang berarti belahan, dan
dari makna ini lahir makna-makna lain, seperti "penciptaan" dan "kejadian".

Secara keseluruhan , fitrah adalah mengambarkan konsep dasar atau hakikat struktur
kepribadian atau mengambarkan aktivitas, natur, watak, kondisi dan mekanisme
kepribadian.Sementara definisi fitrah secara terminologi, terdapat berbagai pengertian dari
beberapa tokoh. Diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Yasin Muhammad mendefinifisikan fitrah adalah tabiat alami manusia
(tabi’iyatul insan / human picture)
2. Muhammad Arifin menjelaskan fitrah berarti kemampuan dasar atau potensi
dasar manusia yang dibawa sejak lahir. Fitrah merupakan potensi dasar
manusia yang mengandung komponen psikologis yang satu sama lain saling
terkait. Komponen-komponen itu meliputi:
(1) kemampuan dasar untuk beragama dan beribadah
(2) kemampuan dasar berupa dorongan ingin tahu terhadap kebenaran
(3) kemampuan dasar berupa daya-daya yang memungkinkan dirinya menjadi
manusia yang mulia.
3. Menurut Ibnu Asyur yang dikutip oleh Quraisy Syihab, Fitrah adalah bentuk
dan sistem yang diwujudkan Allah pada setiap makhluk. Fitrah pada manusia
adalah sesuatu yang diciptakan Allah yang berkaitan dengan jasmani dan
akalnya (serta ruhnya).
4. Al-Raghib al-Isfahaniy memahami Fitrah adalah mewujudkan dan
mengadakan sesuatu menurut kondisinya yang dipersiapkan untuk melakukan
perbuatan tertentu.
5. Al-Maraghi mendefinisikan fitrah adalah keadaan atau kondisi yang
diciptakan oleh Allah dalam diri manusia untuk setiap menerima kebenaran
dan siap menemukan kebenaran.
6. Menurut Hasan Langgulung yang dikutip olehAbdul Mujib, fitrah berarti
sifat-sifat Allah SWT yang ditiupkan kepada setiap manusia sebelum
dilahirkan. Bentuk-bentuknya adalah asma’ul husna.
7. Menurut Mazhur dan Jurjaniy fitrah adalah konstitusi dan karakter yang
dipergunakan untuk menerima agama.

5
C. Citra (Fitrah) Manusia Dalam Islam

Manusia dalam pandangan Islam adalah khalifah Allah di muka bumi. sebagai duta
Tuhan, Dia memiliki karakteristik yang multidimensi, yakni yang pertama, diberi hak untuk
mengatur alam ini sesuai kapasitasnya. Yang kedua, dia menempati posisi terhormat di antara
makhluk Tuhan yang lain. Menurut M. Quraish Shihab, fitrah manusia adalah kejadian sejak
semula atau bawaan sejak lahirnya. Dalam pengertian ini dapat dijelaskan bahwa Citra unik
manusia meliputi aspek jasadiyah dan aspek ruhiyah.

1.Aspek jismiyyah atau jasmaniyah.


Yang dimaksud aspek jasmaniah adalah organ fisik dan biologis manusia dengan segala
perangkat perangkatnya. Aspek ini memiliki bentuk, rupa, kuantitas, berkadar, bergerak, diam,
tumbuh, kembang,serta berjasad yang terdiri dari beberapa organ, dan bersifat material yang
substansinya sebenarnya mati dan lain-lain. penjagaan aspek jasmaniah ini sudah ditentukan oleh
aturan-aturan Allah seperti menggunakan nutrisi yang halal.

2. Nafsiyyah
Dimaksud dengan aspek nafsiyyah adalah keseluruhan kualitas khas kemampuan
manusia berupa pikiran, perasaan, kemauan dan kebebasan. Dalam Al-Qur’an sudah dijelaskan
bahwa al-nafs adalah daya-daya psikis yang memiliki kekuatan ganda yaitu daya al-
ghadlabiyyah dan daya al-syahwaniyah.

3. Aspek Ruhiyyah
Yang dimaksud aspek ruhiyyah adalah aspek psikis manusia yang memiliki spiritual dan
transcendental. ruh memiliki nilai multidimensi karena tidak dibatasi oleh ruang dan waktu
sehingga dapat keluar masuk dari dalam tubuh manusia. Kematian tubuh bukanlah kematian ruh.
Dalam Q.S.Al-A'raf ayat 172 dijelaskan bahwa ruh dibagi menjadi dua yaitu, pertama ruh yang
berhubungan dengan dzat-nya sendiri (al-munazallah) dan ruh yang berhubungan dengan badan
atau jasmani (al-gharizah).
Manusia yang terlahir ke dunia ini membawa beberapa fitrah (potensi). Beberapa fitrah
tersebut berdasarkan ayat-ayat yang ditemukan pada Q.S. ar-Rum ayat 30. Hakikat fitrah yang
pertama adalah fitrah beragama, yaitu tabiat manusia adalah homo religius yang sejak lahirnya
membawa suatu kecenderungan beragama. Hakikat fitrah yang kedua adalah fitrah suci, hal ini
didasarkan pada surat Al Muthaffifin ayat 14 bahwa hakikatnya manusia itu hati yang suci,
namun sayangnya telah tertutup dengan dosa-dosa yang mereka perbuat. Yang ketiga adalah
fitrah intelektual (aqliyyah), potensi aqliyah terdiri dari panca indra dan akal pikiran
(pendengaran, penglihatan dan hati). dengan potensi ini manusia dapat membuktikan dengan
daya nalar dan ilmiah tentang kekuasaan Allah SWT.
Alquran menjelaskan bahwa manusia pasti dihinggapi oleh sifat-sifat baik dan sifat-sifat buruk
sebab di dalam diri seseorang sudah pasti ada kekuatan untuk hal-hal tersebut. Dalam Alquran
sendiri sifat manusia dibedakan menjadi dua yaitu mahmudah (sifat baik) dan madzmumah (sifat
buruk).

6
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya manusia adalah
pemimpin di muka bumi. Segala aspek seperti jasmani, ruh, dan pemikiran yang sempurna
mendukung untuk menjadikan manusia sebagai khilafah. Fitrah merupakan anugerah kesucian
diri seseorang yang dimilikinya sedari bayi. Berdasarkan hal ini seharusnya manusia dapat
menjadi makhluk dengan kepribadian baik, namun pada kenyataannya fitrah atau kesucian ini
tertutup oleh dosa-dosa, ego, dan ambisinya juga syahwat yang mampu membutakan mata hati.
Bahkan terkadang manusia bisa lebih buruk dibandingkan hewan yang tidak memiliki akal
sesempurna manusia.

7
DAFTAR PUSTAKA
Saryono.2016.Konsep Fitrah dalam Perpektif Islam.Jurnal Studi Islam .14(2):161-174.(25
Oktober 2020).
Rayahu,Mulia.2016.Konsep Fitrah Manusia dalam Pendidikan Anak Usia Dini.Jurnal
Pustaka.(7):1-12. (26 oktober 2020)
Kusuma,Guntur Cahaya.2013.Konsep Fitrah Manusia Perspektif Pendidikan Islam.Jurnal
Pengembangan Masyrakat.6(2):80-94.

Anda mungkin juga menyukai