Anda di halaman 1dari 17

HADITS AKHLAK BERTETANGGA

MAKALAH

Disusun guna memenuhi tugas

Mata Kuliah : Hadits Tematik

Dosen Pengampu : Kholisin, S.Sos.I, M.S.I

Disusun Oleh :

1. Muhammad Maula Safrian S. A 1901016085

2. Rahayu Kurnianingsih 1901016086

3. Minnata Faza 1901016087

4. Nurul Fitriyanti 1901016090

BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2022
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Islam telah menyediakan undang-undang dan tuntunan tersendiri bagi setiap


pemeluknya, di antaranya adalah yang berhubungan dengan kehidupan bertetangga.
Bertetangga artinya hidup bersama orang lain dalam suatu lingkungan tertentu yang
dekat ataupun yang jauh. 1 Tetangga adalah keluarga keluarga yang berdekatan rumahnya
yang perlu mendapatkan perhatian khusus dalam akhlak. Tetangga adalah sahabat yang
paling dekat setelah anggota keluarga sendiri. Tetanggalah yang lebih mengetahui suka
duka dan dapat memberi pertolongan pertama jika terjadi kesulitan, dibandingkan
dengan keluarga yang berjauhan tempat tinggalnya.2
Betapa pentingnya memelihara suasana yang baik dalam lingkungan tetangga
(rukun tetangga), karena jika semua tetangga baik, maka baiklah lingkungan itu.
Sebaliknya, jika tetangga jahat, maka rusaklah lingkungan tersebut. Oleh karena itu,
etika Islam telah mengajarkan prinsip-prinsip akhlak yang perlu dibina sebaik-baiknya
dalam lingkungan orang yang bertetangga. Bahkan dalam agama Islam, tetangga
mendapat kedudukan yang mulia dan dapat disejajarkan dengan ikatan keluarga.
2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Hak dan Kewajian Bertetangga?

2. Bagaimana Akhlak dan Adab Bertetangga?

3. Bagaimana Hadits tentang Bertetangga?

4. Apa Saja Problematika dalam Bertetangga?

3. Tujuan

1. Mengetahui Hak dan Kewajiban Bertetangga

2. Mengetahui Akhlak dan Adab Bertetangga

1
Dekat atau jauh dalam artian tempat, hubungan atau agama. Muhsin MK., Bertetangga
dan Bermasyarakat dalam Islam, (Jakarta: Al-Qalam, 2004), h. 1
2
Burhanuddin Salam, Etika Sosial: Asas Moral dalam Kehidupan Manusia, (Jakarta:
Rineka Cipta, 1997), h. 20
3. Mengetahui Hadits tentang Bertetangga

4. Mengetahui Problematika dalam Bertetangga


BAB II

PEMBAHASAN

A. Hak dan Kewajiban Bertetangga

Hak bertetangga

Umat Islam dalam bermasyarakat telah memiliki tuntunan tersendiri, termasuk


dalam hidup bertetangga. Bertetangga artinya hidup bersama orang lain dalam suatu
lingkungan tertentu yang dekat atau yang jauh. Yang dimaksud tetangga yang dekat
ada pendapat menyalakan adalah orang-orang yang tinggalnya di dekat: rumah, atau
saudara dan keluarga sendiri, atau sesama muslim. Adapun tetangga yang jauh adalah
orang-orang lain atau mereka yang berbeda agama sekalipun rumahnya berdekatan.
Tetangga dalam pandangan Islam ternyata mempunyai hak dan kewajiban yang harus
dipenuhi dan dilaksanakan. Hak dan kewajiban tetangga secara umum sama, namun
secara khas adalah berbeda. Hak dan kewajiban tetangga yang masih ada hubungan
keluarga tentunya berbeda dengan orang lain. Demikian pula hak-kewajiban tetangga
sesama muslim tidaklah dapat disamakan dengan orang-orang nonmuslim.

Hak-Hak Bertetangga dalam Islam


hak sebagai muslim antara lain:
1. Apabila berjumpa, diberi salam atau apabila ia memberi salam, salamnya wajib
dijawab;
2. Apabila sakit, ia dijenguk;
3. Apabila bersin, disambut dengan bacaan yarhamukallah untuk laki-laki dan
yarhamukillah untuk perempuan, artinya semoga Allah memberi rahmat
kepadamu;
4. Apabila meninggal, jenazahnya diurus sampai penguburannya;
5. Apabila meminta nasihat atau berbuat salah, ia dinasehati dan dicegah dari
perbuatan mungkar, dan lain-lain.

Adapun hak sebagai kerabat, yaitu semua tanggung jawab yang diperintahkan oleh
Islam kepada kerabat. Hak tersebut antara lain:
1. Apabila terjadi perselisihan dengan isterinya, mereka didamaikan;
2. Apabila kekurangan kebutuhan hidupnya sehari-hari, ia dibantu;
3. Apabila ada orang yang menistakan kehormatannya sebagai kerabat, ia dibela;
4. Dijauhkan dari permusuhan dan pertentangan atau pemutusan silaturahmi, dan
lain-lain.

Adapun haknya sebagai tetangga yaitu jika ia minta tolong, berilah ia


pertolongan. Jika ia berutang kepadamu, berilah ia piutang. Jika ia dalam kekurangan,
hendaklah berkunjung untuk membantunya. Jika ia sakit, kunjungilah. Jika ia
meninggal, iringkanlah jenazahnya. Jika dia mendapatkan sesuatu yang baik,
tunjukkan rasa senang. jika ia mendapatkan musibah (kematian.), ta'ziyahilah.
Janganlah meninggikan bangunan melebihi bangunannya sehingga menghalangi
angin untuknya, kecuali atas izinnya. Jika membeli buah-buahan, hendaklah beri dia.
Jika tidak dapat memberinya, bawalah dengan tertutup dan jagalah anak keluar
membawanya supaya anak tetangga tidak mengiri.

Kewajiban bertetangga
Al-Ghazali dalam kitabnya menyatakan, ketahuilah sesungguhnya bertetangga
itu menentukan hak apa yang ditentukan oleh persaudaraan Islam. Tetangga yang
muslim berhak apa yang menjadi hak orang muslim. 3
a. Tolong Menolong Antar Sesama Tetangga
Setiap manusia, kapan dan di manapun ia berada, pasti membutuhkan
pertolongan orang lain. Ini sudah menjadi konsekwensi logis dari sifat manusia
sebagai makhluk sosial. Kebutuhan akan pertolongan ini sangat wajar, karena
tidak ada manusia yang diciptakan dalam keadaan sempurna dalam berbagai hal
sehingga tidak membutuhkan orang lain. Hanya Allah yang tidak membutuhkan
bantuan selainnya. Kenyataan ini, memberi kesadaran bahwa setiap orang
memiliki kewajiban menolong orang lain agar di satu saat ia pun berhak
mendapatkan pertolongan orang tersebut. Apalagi sesama tetangga yang sehari-
hari bertemu dan bertegur sapa. Oleh sebab itu, orang pertama mendapatkan
kesempatan memberikan pertolongan kepadanya adalah tetangganya bukan orang
jauh, meskipun itu saudara kandungnya.
b. Meminjamkan Sesuatu yang Dibutuhkan Tetangga

3
Imam al-Gazâlî, Ihyâ’ Ulûm al-Dîn, Juz II, Beirut: Dâr al-Fikr, tth, hlm. 211.
Berbuat baik sesama tetangga dapat diwujudkan dengan cara meminjamkan
sesuatu yang dibutuhkan oleh teman tetangga. Membantunya dengan memberi
pinjaman apa yang bisa dilakukan merupakan sikap orang yang berakhlak mulia.
Mengapa seseorang tidak mau meminjamkan sesuatu yang dibutuhkan
tetangganya, padahal ia bisa melakukannya. Bukankah ia sadar bahwa satu saat
nanti ia juga akan membutuhkan sesuatu yang harus meminjamnya dari
tetangganya. Meminjamkan sesuatu kepada orang lain, termasuk kepada tetangga,
berarti sama dengan memperoleh pinjaman sesuatu dari mereka ketika dia butuh.
c. Membantu Tetangga yang Fakir dan Miskin Dengan Zakat
Dalam masyarakat bertetangga, di manapun, ditemukan status sosial ekonomi
yang beragam. Ada yang kaya dan ada yang miskin, ada yang lemah dan ada
yang kuat, ada rakyat biasa dan ada pejabat dan seterusnya. Hal ini sudah
merupakan sunnatullah dan merupakan seni hidup bermasyarakat. Dengan
kondisi sosial yang beragam, seseorang dapat menutupi kekurangan yang lain,
sehingga terciptalah kesatuan dan kesamaan rasa dan perasaan yang disebut
dengan rasa solidaritas. Tetangga yang kaya yang dikenakan wajib zakat, bila ia
ingin membayarkannya, menurut aturan Islam, harus mengutamakan tetangganya
yang berhak menerima. Karena dengan memberikan zakat kepada tetangga yang
dekat, berarti ia sudah menolongnya. Di samping mendapatkan balasan dari Allah
ia akan menerima balasan dari orang fakir yang ditolong. Pertolongan mereka
tentu bukan dalam bentuk materi, melainkan bentuk lain yang tidak diketahui
waktu dan tempatnya. Sebab, doa mereka untuk orang kaya sangat disukai Allah.
d. Menjenguk Tetangga yang Sakit
Salah satu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh seseorang terhadap
tetangganya ialah menjenguknya ketika sedang sakit, baik di rumah maupun di
rumah sakit. Kegiatan sosial seperti ini bertujuan untuk:4
1. Memberi semangat dan kekuatan mental tetangga dalam menghadapi
musibah. Dengan kunjungan tetangganya, ia lebih merasa diperhatikan
dan sekaligus menambah kekuatan batin yang oleh dokter hal itu sangat
dibutuhkan sebagai terapi batin.

4
https://adoc.tips/download/bab-iv-hak-dan-kewajiban-bertetangga-perspektif-islam.html diakses pada 25
April 2022
2. Menyenangkan dan menghibur hati tetangga yang sakit dan keluarga yang
sedang merawatnya. Setiap orang yang sakit parah, jiwanya mulai tidak
stabil. Hatinya sering menghayalkan hal-hal yang tidak baik terhadap diri
dan keluarganya. Dengan kedatangan tetangganya secara bergantian
memberikan nasehat kesabaran, akan membantunya mengembalikan
getaran jiwa ke arah yang lebih baik, sehingga di sinilah ia merasa
terhibur. Seperti diyakini oleh umumnya masyarakat awam, mengunjungi
orang sakit adalah penghibur jiwa dan jiwa yang terhibur adalah terapi
yang memberi kesembuhan
e. Ikut Berbahagia Atas Kesuksesan Tetangga
Merasa bahagia atas keberhasilan tetangga mencapai apa yang dicita-
citakannya adalah sifat yang sangat terpuji. Demikian juga ikut berduka atas duka
yang dirasakan tetangganya. Setiap orang agar menghindari rasa iri atas
keberhasilan tetangga dan merasa senang atas duka yang dialaminya, karena hal
ini merupakan akhlak yang jelek dan tercela, di sisi Allah maupun oleh
masyarakat pada umumnya. Sikap iri dalam bertetangga menjadi racun pembunuh
kenyamanan dan kerukunan bersama. Sikap ini juga akan melahirkan fitnah dan
saling menjelekkan satu sama lain. Hal ini bergilir kepada suasana saling
mencurigai. Inilah salah satu ciri, hidup bertetangga yang tidak nyaman.
f. Saling Memberi Nasehat
Semua orang membutuhkan nasehat dan pengajaran dari yang lain. Banyak
manusia yang pandai memberi nasehat kepada temannya, tetapi ia tidak mampu
menasehati dirinya. Ketika seseorang berada dalam kesusahan dan kesulitan, ia
tidak lagi bisa berpikir jernih untuk mencari solusi bagi dirinya. Di saat itu, ia
membutuhkan bantuan nasehat dan petunjuk orang lain. Misalnya, bagaikan kata
orang-orang pintar: "Orang sakit adalah orang yang tidak tahu apa-apa, oleh
karena itu harus patuh kepada nasehat orang sehat". Kenyataan ini dialami
banyak orang, meskipun ia seorang tokoh terkenal dan pintar, tetapi ketika ia
dalam keadaan sakit, ia butuh bimbingan orang lain. Allah menciptakan manusia
dengan sifat-sifat yang unik, yaitu bila ia susah dia gelisah tetapi bila ia senang ia
lupa kepada yang memberikan kesenangan kepadanya
B. Akhlak dan Adab Bertetangga
Rasulullah SAW bersabda, ‘’Siapa yang beriman kepada Allah SWT dan hari
kemudian, hendaknya berkata baik atau diam, dan siapa yang beriman (percaya)
kepada Allah SWT dan hari kemudian harus menghormati tetangganya, dan siapa
yang beriman kepada Allah SWT dan hari kemudian, harus menghormati tamunya.’’

Demikian indahnya Islam mengajarkan hidup bertetangga, membangun


harmonisasi dengan tetangga, saling mengulurkan tangan dalam kesusahan, dan saling
memberi penghargaan dan keselamatan manakala tetangga mendapat keberuntungan.
Tetapi, terkadang kenyataan hidup bertetangga menghadapi kendala tak ringan,
sebagai media ujian bagi kita yang beriman kepada Allah SWT. 5

Hakikatnya, tetangga kita adalah saudara terdekat. Meskipun tidak ada


hubungan darah dengannya, tapi tetanggalah yang pertama kali datang menolong saat
kita kesusahan. Tetangga pula yang pertama kali membantu di saat kita memerlukan
bantuan.

Adapun adab dalam bertetangga sebagaimana disebutkan Imam Al-Ghazali


dalam risalahnya :6

1. Berbuat baik kepada tetangga

Allah Swt telah berfirman pada QS. An-Nisa ayat 36: “Dan sembahlah Allah
dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat-
baiklah kepada kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang
miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba
sahaya yang kamu miliki.” Ayat ini merupakan perintah dari Allah Swt untuk kita
senantiasa berbuat baik kepada orang di sekitar kita, khususnya, dalam konteks ini
adalah tetangga. Contoh implementasi paling sederhana dari berbuat baik kepada
tetangga adalah dengan berbagi makanan yang kita masak. Riwayat yang masyhur
terkait dengan berbagi makanan kepada tetangga adalah ketika Rasulullah Saw
meminta Abu Dzar untuk memperbanyak kuah masakan yang dimasaknya dan
memintanya untuk dibagikan kepada tetangga.

5
Baradja, Umar bin Achmad. (1993). Al-Akhlaq Lil Banaat: Bimbingan akhlak bagi putri-putri anda jilid 3,
Penerjemah Abu Musthafa Alhalabi, Jakarta: Pustaka Amani.
6
Risalah Imam Al-Ghazali dalam al-Adab fid Dîn dalam Majmû’ah Rasâil al-Imam al-Ghazâli (Kairo, Al-
Maktabah At-Taufiqiyyah, t.th., halaman 444)
2. Memuliakan tetangga

Dasar dan anjuran untuk memuliakan tetangga dalam Islam telah disampaikan
oleh Rasulullah Saw pada hadist ke-15 dalam kitab Arba’in Nawawi berikut.

‫َّلل َو ْال َي ْو ِم ْاْل ِخ ِر‬


ِ َّ َ ‫ِبا‬ ُ‫ “ َم ْن َكانَ يُؤْ ِمن‬:‫ال‬ َ َ‫َّللا صلى هللا عليه و سلم ق‬ ِ َّ ‫سو َل‬ ُ ‫ي هللاُ َعنْهُ أ َ َّن َر‬
َ ‫ض‬ ِ ‫َع ْن أ َ ِبي ه َُري َْرة َ َر‬
‫َّلل َو ْال َي ْو ِم ْاْل ِخ ِر‬
ِ َّ َ ‫بِا‬ َ ‫َّلل َو ْاليَ ْو ِم ْاْل ِخ ِر فَ ْليُ ْك ِر ْم َج‬
ُ‫ َو َم ْن َكانَ يُؤْ ِمن‬،ُ‫اره‬ ِ َّ َ ‫ َو َم ْن َكانَ يُؤْ ِم ُن بِا‬،‫ت‬ ْ َ‫فَ ْليَقُ ْل َخي ًْرا أ َ ْو ِلي‬
ْ ‫ص ُم‬
َ ‫فَ ْليُ ْك ِر ْم‬
.”ُ‫ض ْي َفه‬

Artinya: Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah SAW bersabda: “Siapa
saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau
diam. Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia
memuliakan tetangganya. Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir,
hendaklah ia memuliakan tamunya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Kata “memuliakan” hal ini didefinisikan sebagai menghormati. Termasuk


dalam adab menghormati adalah menghargai dan memperlakukan sama semua
tetangga, misalnya dengan tidak memandang rendah pekerjaan dan status sosial
mereka. Contoh praktiknya misalnya adalah dengan bersikap dan berbicara dengan
sopan, tidak merendahkan tetangga, tidak menyinggung nominal gaji, pendapatan,
dsb ketika bergaul dengan tetangga lain.

3. Tidak sombong dan membanggakan diri kepada tetangga

Masih pada QS. An-Nisa ayat 36, Allah Swt berfirman: “… Sungguh, Allah
tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri.” Pada kutipan ayat
tersebut terlihat jelas betapa sifat sombong dan membanggakan diri ditegaskan
untuk dihindari. Contoh praktik misalnya adalah ketika berkunjung atau ngobrol
dengan tetangga, tidak perlu membanggakan diri sendiri atau anak atau anggota
keluarga lain sehingga kemudian membuat tetangga kita minder dan rendah diri.
Beberapa orang cenderung suka menceritakan prestasi dan pencapaian dalam
status, karir atau pekerjaan anggota keluarganya secara berlebihan, sehingga
kadang tidak sadar membuat orang lain tidak nyaman. Sifat rendah hati dan
tawadhu’ tentu jauh lebih dianjurkan dalam konteks bergaul dengan tetangga.
4. Tidak mengganggu tetangga

Salah satu hadist terkait dengan larangan untuk tidak mengganggu tetangga
tercantum dalam kitab Al-Adab Al-Mufrad. Berikut narasi hadits tersebut:

،ُ‫ار َوت َ ْفعَل‬َ ‫صو ُم النَّ َه‬ ُ َ ‫النَةً تَقُو ُم اللَّ ْي َل َوت‬
َ ُ‫ إِ َّن ف‬،ِ‫سو َل هللا‬
ُ ‫ يَا َر‬:‫يل ِلل َّنبِي ِ صلى هللا عليه وسلم‬ َ ِ‫ ق‬:‫أَبَا ه َُري َْرة َ يَقُو ُل‬
:‫ َقالُوا‬،‫ار‬ ِ ‫ي ِم ْن أ َ ْه ِل ال َّن‬َ ‫ ِه‬،‫ الَ َخي َْر فِي َها‬:‫سو ُل هللاِ صلى هللا عليه وسلم‬ َ ‫ َوتُؤْ ذِي ِج‬،‫صدَّ ُق‬
ُ ‫يرانَ َها ِب ِل َسانِ َها؟ فَقَا َل َر‬ َّ َ ‫َوت‬
‫ي ِم ْن أ َ ْه ِل‬ ِ ‫سو ُل‬
َ ‫ ِه‬:‫هللا صلى هللا عليه وسلم‬ َ ‫ َو‬،‫صدَّ ُق ِبأَثْ َو ٍار‬
َ َ‫ال تُؤْ ذِي أ َ َحدًا؟ فَق‬
ُ ‫ال َر‬ َّ َ ‫ َوت‬،َ‫ص ِلي ْال َم ْكتُوبَة‬
َ ُ ‫َوفُالَنَةٌ ت‬
.‫ا ْل َج َّن ِة‬

Artinya: Dari Abu Hurairah, ia berkata, “Ada seseorang bertanya kepada


Rasulullah SAW: “Wahai Rasulullah, si fulanah sering melaksanakan shalat di
tengah malam dan berpuasa sunnah di siang hari. Dia juga berbuat baik dan
bersedekah, tetapi lidahnya sering mengganggu tetangganya.” Rasulullah SAW
menjawab: “Tidak ada kebaikan di dalam dirinya dan dia adalah penduduk
neraka.” Para sahabat lalu berkata: “Terdapat wanita lain. Dia (hanya) melakukan
shalat fardhu dan bersedekah dengan gandum, namun ia tidak mengganggu
tetangganya.” Beliau bersabda: “Dia adalah dari penduduk surga.” (HR. Bukhari
dalam Al-Adab Al-Mufrad, no. 119. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits
ini shahih).

Contoh paling mudah tidak mengganggu tetangga misalnya adalah tidak


menyetel musik keras-keras pada siang dan malam hari ketika waktu jam istirahat,
sehingga mengganggu tetangga sebelah rumah.

Apabila tetangga melakukan perbuatan yang mengganggu, ada baiknya harus


tetap bersabar. Seseorang diperbolehkan menegur mereka, namun dengan cara
yang baik. Akan lebih baik jika gangguan tersebut dibalas dengan kebaikan.7

Rasulullah SAW bersabda:

7
https://islam.nu.or.id/post/read/86994/12-adab-bertetangga-menurut-imam-al-ghazali (diakses pada
Minggu, 24 April 2022 pukul 20.45 WIB)
“Ada tiga kelompok manusia yang dicintai Allah, … Disebutkan diantaranya:
“Seseorang yang mempunyai tetangga, ia selalu disakiti (diganggu) oleh
tetangganya, namun ia sabar atas gangguannya itu hingga keduanya dipisah boleh
kematian atau keberangkatannya” (HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Al-Albani).

5. Memelihara Hak kepada Tetangga

Salah satu hal yang harus kita utamakan dalam adab bertetangga adalah
memelihara hak tetangga. Hak tetangga yang perlu dijaga adalah melindungi harta
mereka dari orang jahat, serta memberikan beberapa hadiah. Dari ‘Aisyah
radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Aku bertanya, ‘Wahai Rasulullah, aku memiliki
dua tetangga, manakah yang aku beri hadiah?’ Rasulullah saw. Menjawab, ‫ِإ َلى‬
‘ ً ‫أ َ ْق َربِ ِه َما ِم ْن َك باَبا‬Yang pintunya paling dekat dengan rumahmu’” (HR. Bukhari
(no.6020); Ahmad (no.24895); dan Abu Dawud (no.5155))

6. Turut bergembira dan berduka cita

Janganlah seseorang merasa tidak senang atas keberhasilan tetangganya


disebabkan iri. Hal yang justru dianjurkan adalah saling mengucapkan selamat atas
keberhasilan sesama tangga. Adab bertetangga ini mengajak umat Islam untuk
turut berbahagia atas apa yang diperoleh tetangga. Dengan cara ini perasaan iri atas
keberhasilan tetangga bisa dihindarkan dan pertemanan sesama tetangga dapat
terjaga.

Seorang tetangga juga berhak dikunjungi ketika sedang tertimpa musibah


terutama kematian anggota keluarganya. Adab bertetangga yang sebaiknya
dilakukan dalam kunjungan takziah adalah ikut berbela sungkawa dengan
menunjukkan rasa duka. Selain itu juga bisa dengan mendoakan kebaikan terutama
bagi almarhum dan keluarga yang ditinggalkan.8

7. Tidak Menghalangi Bangunan Tetangga

Dalam bertetangga, kita kemungkinan memiliki bangunan rumah yang saling


berdampingan. Bahkan beberapa rumah juga berdempetan dengan dinding

8
https://jabar.kemenag.go.id/portal/read/mimbar-dakwah-sesi-71-berkata-baik-memuliakan-tamu-tetangga-
hadits-arbain-no15 (diakses pada Minggu, 24 April 2022 pukul 20.12 WIB)
bersama. Sebagai tetangga yang baik, hendaknya untuk tidak menghalangi tetangga
untuk membangun rumah atau menghalangi udara dan sinar matahari ke rumahnya.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu:

“‫ارهُ أ َ ْن يَ ْغ ِرزَ َخ َشبَةً فِى ِجدَ ِاره‬


َ ‫الَ يَ ْمنَ ْع أ َ َحد ُ ُك ْم َج‬

Janganlah salah seorang di antara kalian melarang tetangganya menancapkan kayu


di dinding (tembok)nya” (HR.Bukhari (no.1609); Muslim (no.2463); dan lafazh
hadits ini menurut riwayat beliau; Ahmad (no.7236); at-Tirmidzi (no.1353); Abu
Dawud (no.3634); Ibnu Majah (no.2335); dan Malik (no.1462).

8. Menjenguk Tetangga yang Sakit

Saat tetangga ada yang sakit, maka ia berhak untuk dikunjungi. Artinya, dalam
adab bertetangga, tetangga yang tidak sakit berkewajiban mengunjunginya tanpa
memandang status sosial pihak yang sakit. Bertetangga pada dasarnya adalah
berteman sehingga kesetaraan di antara mereka harus dijaga dengan baik.

9. Saling tolong menolong

Jika tetangga kesulitan dengan harta, tertimpa musibah, bahkan kehilangan,


umat muslim sepantasnya memberikan bantuan sesuai dengan adab bertetangga.
Berikan bantuan tersebut tanpa harus diminta sebab itu adalah hak tetangga dan
hak seorang muslim terhadap saudaranya.

10. Dahulukan Salam

Memberikan salam terlebih dahulu merupakan adab bertetangga yang


pertama. Selain itu, mengucap salam ketika berjumpa dinilai sopan dalam
kebiasaan sehari-hari. Orang-orang yang bertetangga dianjurkan saling menyapa
ketika bertemu dengan mengucapkan salam.

Bagi pihak yang mendahului mengucapkan salam, maka secara akhlak lebih baik
dan karenanya mendapatkan kebaikan yang lebih banyak.

11. Hindari Mengobrol Terlalu Lama dan Tidak Penting


Adab bertetangga berikutnya adalah tidak lama-lama berbicara, terutama
ketika membahas hal yang tidak terlalu penting. Nyatanya, hidup bertetangga tidak
bisa lepas dari berbicara satu sama lain. Namun pembicaraan itu sebaiknya tidak
kelewat lama. Hal ini demi kebaikan seperti menghindari gibah atau menggunjing
pihak lain yang bisa menimbulkan fitnah dan sebagainya.

12. Memaafkan Kesalahan Ucap

Ketika tetangga tidak sengaja melontarkan perkataan yang menyinggung,


maka harus memaafkan. Sebab bisa jadi suatu saat kita juga melakukan hal yang
sama terhadap tetangga, secara disadari maupun tidak. Memendam dendam juga
bukan hal yang dianjurkan dalam Islam. Karena bisa menimbulkan kebencian yang
merugikan.

C. Hadits tentang Bertetangga

ُ ‫ َو ْال َم ْرك‬،‫صا ِل ُح‬


‫َب‬ ُ ‫ َو ْال َج‬،‫ َو ْال َم ْس َك ُن ْال َوا ِس ُع‬،ُ‫صا ِل َحة‬
َّ ‫ار ال‬ َّ ‫ ْال َم ْرأَة ُ ال‬:‫« أ َ ْر َب ٌع ِمنَ ال َّس َعادَ ِة‬: ‫قال صلى هللا عليه وسلم‬ َ
ْ
‫»ال َه ِني ُء‬
Artinya: "Rasulullah SAW bersabda: Empat hal yang merupakan kebahagiaan:
Wanita shalihah, rumah yang luas, tetangga yang baik, dan kendaraan yang nyaman.”
(HR. Ibnu Hibban).

َ ‫اْلخ ِر فَ ْليُ ْك ِر ْم َج‬


ُ‫اره‬ ِ ‫وم‬ ِ ‫هلل َوال َي‬ ِ ‫َو َم ْن َكانَ ي‬
ِ ‫ُؤمنُ با‬

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, maka hendaklah
memuliakan tetangganya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

ِ ‫ان ِع ْندَ هللاِ َخي ُْرهُ ْم ِل َج‬


‫ار ِه‬ ِ ْ‫ َو َخي ُْر ا‬،‫اح ِب ِه‬
ِ ‫لجي َْر‬ ِ ‫ص‬َ ‫ب ِع ْندَ هللاِ َخي ُْرهُ ْم ِل‬ ْ َ ‫َخي ُْر اْأل‬
ِ ‫ص َحا‬
”Sebaik-baik sahabat di sisi Allah adalah yang paling baik di antara mereka kepada
sahabatnya. Dan sebaik-baik tetangga di sisi Allah adalah yang paling baik di antara
mereka kepada tetangganya
[Hadits riwayat At-Tirmidzi (1944) dan Ahmad (6566)
‫ارهُ َجائِ ٌع ِإلَى َج ْن َب ْي ِه‬ ْ ‫ْس اْل ُمؤْ ِم ُن ِبالَّ ِذ‬
ُ ‫ي َي ْش َب ُع َو َج‬ َ ‫لَي‬
”Bukanlah orang beriman orang yang kenyang sementara tetangganya di sebelahnya
kelaparan.”
[Hadits riwayat Abu Ya’la (2699)

‫متفق َعلَي ِه‬


ٌ ِ ‫باَّلل َو ْاليَ ْو ِم‬
َ ‫اْلخ ِر فَال يُؤْ ِذ َج‬
ُ‫اره‬ ِ َّ ُ‫ َم ْن َكانَ يُؤْ ِمن‬:‫َّللا ﷺ قَا َل‬ ُ ‫وعن أَبي هريرة أَن َر‬
َّ ‫سول‬
”Siapa saja yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka janganlah menyakiti
tetangganya.”
[Muttafaq ‘alaih. Hadits riwayat Al-Bukhari (6018) dan Muslim (47)]
D. Problematika dalam Bertetangga

Dalam hidup bertetangga banyak pula problemnya. Problematika hidup


bertetangga berkait dengan berapa hal, baik dalam lingkungan kompleks perumahan
atau di perkampungan.problematika bertetangga lebih besar dan menonjol justru di
dalam lingkungan masyarakat heterogen (majemuk) ketimbang dalam masyarakat
homogeny yang umumnya masih diikat oleh hubungan kekeluargaan.9
Namun dari sekian banyak itu, sekurang-kurangnya dapat ditemukan lima hal, yang
umumnya terjadi dalam hidup bertetangga selama ini, terlebih dalam zaman modern
seperti yang tengah berlangsung. Kelima hal ini khususnya jika ditinjau dari hal sikap
dan prilaku mereka dalam kehidupan sehari-hari, antara lain sebagai berikut:
1. Kehidupan individualistis Kehidupan individualistis merupakan ketidaksukaan
seorang individu bekerja sama dengan orang lain yang mengakibatkan timbulnya
rasa kemampuan melakukan segala sesuatu hal tanpa adanya bantuan dari orang
lain. Kehidupan individualistis ini lah yang menyebabkan banyaknya timbul
konflik diantaranya adalah konflik dalam bertetangga, karena kehidupan
individualistis menimbulkan sikap sombong dan egois yang dapat memicu
ketidaksukaan antar sesama tetangga.
2. Persaingan tidak sehat Persaingan yang tidak sehat adalah ketidaksesuaian antar
individu yang menginginkan adanya kemenangan di antara kedua pihak, sehingga
untuk meraih kemenangan ini ditempuh dengan cara yang tidak sehat.
Persaiangan yang tidak sehat tidak jarang menimbulkan konflik di antara individu
dan antar bertetangga.

9
Abdul Malik Adnan, Menjadi Tetangga Nabi di Surga (Jakarta: Media Utama, 2000)., hlm.
3. Persengketaan. Persengketaan adalah ketidakcocokan antar individu yang
disebabkan adanya sesuatu hal yang ingin diperebutkan, misalnya tanah atau
jabatan. Persengkataan ini juga merupakan salah satu bentuk konflik yang terjadi
di lingkungan peruhaan, intitusi atau masyarakat. Persengketaan di lingkungan
masyarakat merupakan persengketaan yang sangat sering kita temui, bukan tidak
jarang dapat menimbulkan korban jiwa.
4. Keamanan. Keamanan menjadi salah satu hal yang sangat penting dalam
menciptakan kehidupan bertetangga namun, hal ini menjadi konflik jika
keamanan aggota masyarakat tidak terjaga.10

Berdasarkan penjelasan tentang bentuk-bentuk konflik di atas, dapat


memberikan pemahaman berarti bahwa konflik itu dapat terjadi jika individual,
persaingan yang tidak sehat, persengketaan dan keamanan bertetangga terjadi.
Adapun bentuk konflik adalah sebagai berikut:
1. Konflik dekstruktif
Merupakan Konflik yang muncul karena adanya perasaan tidak senang, rasa
benci dan rasa dendam dari seseorang ataupun kelompok terhadap pihak lain.
pada Konflik ini terjadi bentrokan-bentrokan fisik yang mengakibatkan hilangnya
nyawa dan harta benda seperti Konflik Poso, Ambon, Kupang, Sambas, dan lain
sebagainya.
2. Konflik Konstruktif
Merupakan Konflik yang bersifat fungsional, konflik ini muncul karena adanya
beda pendapat dari kelompok-kelompok dalam menghadapi suatu permasalahan.
Konflik ini akan menghasilkan suatu perbaikan, misalnya perbedaan pendapat.11

10
Rosidhon, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 2010. Hlm 80
11
Dr. Robert H. Lauer, Perspektif Tentang Perubahan Sosial, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001)., hlm. 98.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Bertetangga artinya hidup bersama orang lain dalam suatu lingkungan tertentu yang
dekat atau yang jauh. Tetangga dalam pandangan Islam ternyata mempunyai hak dan
kewajiban yang harus dipenuhi dan dilaksanakan. Hak dan kewajiban tetangga secara umum
sama, namun secara khas adalah berbeda. Adapun haknya sebagai tetangga yaitu jika ia minta
tolong, berilah ia pertolongan. Jika ia berutang kepadamu, berilah ia piutang. Jika ia dalam
kekurangan, hendaklah berkunjung untuk membantunya. Jika ia sakit, kunjungilah. Jika ia
meninggal, iringkanlah jenazahnya. Jika dia mendapatkan sesuatu yang baik, tunjukkan rasa
senang

Rasulullah SAW bersabda, ‘ ’ Siapa yang beriman kepada Allah SWT dan hari
kemudian, hendaknya berkata baik atau diam, dan siapa yang beriman (percaya) kepada
Allah SWT dan hari kemudian harus menghormati tetangganya, dan siapa yang beriman
kepada Allah SWT dan hari kemudian, harus menghormati tamunya.’ ’ Demikian indahnya
Islam mengajarkan hidup bertetangga, membangun harmonisasi dengan tetangga, saling
mengulurkan tangan dalam kesusahan, dan saling memberi penghargaan dan keselamatan
manakala tetangga mendapat keberuntungan.

Dalam hidup bertetangga banyak pula problemnya. Problematika hidup bertetangga


berkait dengan berapa hal, baik dalam lingkungan kompleks perumahan atau di
perkampungan.problematika bertetangga lebih besar dan menonjol justru di dalam
lingkungan masyarakat heterogen (majemuk) ketimbang dalam masyarakat homogen.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Malik Adnan. 2000. Menjadi Tetangga Nabi di Surga Jakarta: Media Utama
Azizah, Wardah. 2020. Faktor-faktor penyebab konflik bertetangga di lingkungan II pasar
Sibuhuan kecamatan Barumun kabupaten Padang Lawas. Skripsi. Fakultas dakwah
dan ilmu komunikasi. IAIN Padangsidimpuan : Sumatera Utara
Baradja, Umar bin Achmad. 1993. Al-Akhlaq Lil Banaat: Bimbingan akhlak bagi putri-putri
anda jilid 3, Penerjemah Abu Musthafa Alhalabi, Jakarta: Pustaka Amani.
Burhanuddin Salam, 1997. Etika Sosial: Asas Moral dalam Kehidupan Manusia
Jakarta:Rineka Cipta
Dekat atau jauh dalam artian tempat, hubungan atau agama. Muhsin MK.. 2004. Bertetangga
dan Bermasyarakat dalam Islam, Jakarta: Al-Qalam, 2004
Dr. Robert H. Lauer. 2001. Perspektif Tentang Perubahan Sosial, Jakarta: Rineka Cipta

https://adoc.tips/download/bab-iv-hak-dan-kewajiban-bertetangga-perspektif-islam.html
(diakses pada Minggu, 24 April 2022 pukul 20.45 WIB)
https://islam.nu.or.id/post/read/86994/12-adab-bertetangga-menurut-imam-al-ghazali (diakses
pada Minggu, 24 April 2022 pukul 20.45 WIB)

https://jabar.kemenag.go.id/portal/read/mimbar-dakwah-sesi-71-berkata-baik-memuliakan-
tamu-tetangga-hadits-arbain-no15 (diakses pada Minggu, 24 April 2022 pukul 20.12
WIB)

Imam al-Gazâlî, Ihyâ’ Ulûm al-Dîn, Juz II, Beirut: Dâr al-Fikr, tth.
Risalah Imam Al-Ghazali dalam al-Adab fid Dîn dalam Majmû’ah Rasâil al-Imam al-
Ghazâli Kairo, Al-Maktabah At-Taufiqiyyah, t.th.,
Rosidhon. 2010. Akhlak Tasawuf, Bandung: Pustaka Setia

Anda mungkin juga menyukai