MAKALAH
Disusun Oleh :
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
3. Tujuan
1
Dekat atau jauh dalam artian tempat, hubungan atau agama. Muhsin MK., Bertetangga
dan Bermasyarakat dalam Islam, (Jakarta: Al-Qalam, 2004), h. 1
2
Burhanuddin Salam, Etika Sosial: Asas Moral dalam Kehidupan Manusia, (Jakarta:
Rineka Cipta, 1997), h. 20
3. Mengetahui Hadits tentang Bertetangga
PEMBAHASAN
Hak bertetangga
Adapun hak sebagai kerabat, yaitu semua tanggung jawab yang diperintahkan oleh
Islam kepada kerabat. Hak tersebut antara lain:
1. Apabila terjadi perselisihan dengan isterinya, mereka didamaikan;
2. Apabila kekurangan kebutuhan hidupnya sehari-hari, ia dibantu;
3. Apabila ada orang yang menistakan kehormatannya sebagai kerabat, ia dibela;
4. Dijauhkan dari permusuhan dan pertentangan atau pemutusan silaturahmi, dan
lain-lain.
Kewajiban bertetangga
Al-Ghazali dalam kitabnya menyatakan, ketahuilah sesungguhnya bertetangga
itu menentukan hak apa yang ditentukan oleh persaudaraan Islam. Tetangga yang
muslim berhak apa yang menjadi hak orang muslim. 3
a. Tolong Menolong Antar Sesama Tetangga
Setiap manusia, kapan dan di manapun ia berada, pasti membutuhkan
pertolongan orang lain. Ini sudah menjadi konsekwensi logis dari sifat manusia
sebagai makhluk sosial. Kebutuhan akan pertolongan ini sangat wajar, karena
tidak ada manusia yang diciptakan dalam keadaan sempurna dalam berbagai hal
sehingga tidak membutuhkan orang lain. Hanya Allah yang tidak membutuhkan
bantuan selainnya. Kenyataan ini, memberi kesadaran bahwa setiap orang
memiliki kewajiban menolong orang lain agar di satu saat ia pun berhak
mendapatkan pertolongan orang tersebut. Apalagi sesama tetangga yang sehari-
hari bertemu dan bertegur sapa. Oleh sebab itu, orang pertama mendapatkan
kesempatan memberikan pertolongan kepadanya adalah tetangganya bukan orang
jauh, meskipun itu saudara kandungnya.
b. Meminjamkan Sesuatu yang Dibutuhkan Tetangga
3
Imam al-Gazâlî, Ihyâ’ Ulûm al-Dîn, Juz II, Beirut: Dâr al-Fikr, tth, hlm. 211.
Berbuat baik sesama tetangga dapat diwujudkan dengan cara meminjamkan
sesuatu yang dibutuhkan oleh teman tetangga. Membantunya dengan memberi
pinjaman apa yang bisa dilakukan merupakan sikap orang yang berakhlak mulia.
Mengapa seseorang tidak mau meminjamkan sesuatu yang dibutuhkan
tetangganya, padahal ia bisa melakukannya. Bukankah ia sadar bahwa satu saat
nanti ia juga akan membutuhkan sesuatu yang harus meminjamnya dari
tetangganya. Meminjamkan sesuatu kepada orang lain, termasuk kepada tetangga,
berarti sama dengan memperoleh pinjaman sesuatu dari mereka ketika dia butuh.
c. Membantu Tetangga yang Fakir dan Miskin Dengan Zakat
Dalam masyarakat bertetangga, di manapun, ditemukan status sosial ekonomi
yang beragam. Ada yang kaya dan ada yang miskin, ada yang lemah dan ada
yang kuat, ada rakyat biasa dan ada pejabat dan seterusnya. Hal ini sudah
merupakan sunnatullah dan merupakan seni hidup bermasyarakat. Dengan
kondisi sosial yang beragam, seseorang dapat menutupi kekurangan yang lain,
sehingga terciptalah kesatuan dan kesamaan rasa dan perasaan yang disebut
dengan rasa solidaritas. Tetangga yang kaya yang dikenakan wajib zakat, bila ia
ingin membayarkannya, menurut aturan Islam, harus mengutamakan tetangganya
yang berhak menerima. Karena dengan memberikan zakat kepada tetangga yang
dekat, berarti ia sudah menolongnya. Di samping mendapatkan balasan dari Allah
ia akan menerima balasan dari orang fakir yang ditolong. Pertolongan mereka
tentu bukan dalam bentuk materi, melainkan bentuk lain yang tidak diketahui
waktu dan tempatnya. Sebab, doa mereka untuk orang kaya sangat disukai Allah.
d. Menjenguk Tetangga yang Sakit
Salah satu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh seseorang terhadap
tetangganya ialah menjenguknya ketika sedang sakit, baik di rumah maupun di
rumah sakit. Kegiatan sosial seperti ini bertujuan untuk:4
1. Memberi semangat dan kekuatan mental tetangga dalam menghadapi
musibah. Dengan kunjungan tetangganya, ia lebih merasa diperhatikan
dan sekaligus menambah kekuatan batin yang oleh dokter hal itu sangat
dibutuhkan sebagai terapi batin.
4
https://adoc.tips/download/bab-iv-hak-dan-kewajiban-bertetangga-perspektif-islam.html diakses pada 25
April 2022
2. Menyenangkan dan menghibur hati tetangga yang sakit dan keluarga yang
sedang merawatnya. Setiap orang yang sakit parah, jiwanya mulai tidak
stabil. Hatinya sering menghayalkan hal-hal yang tidak baik terhadap diri
dan keluarganya. Dengan kedatangan tetangganya secara bergantian
memberikan nasehat kesabaran, akan membantunya mengembalikan
getaran jiwa ke arah yang lebih baik, sehingga di sinilah ia merasa
terhibur. Seperti diyakini oleh umumnya masyarakat awam, mengunjungi
orang sakit adalah penghibur jiwa dan jiwa yang terhibur adalah terapi
yang memberi kesembuhan
e. Ikut Berbahagia Atas Kesuksesan Tetangga
Merasa bahagia atas keberhasilan tetangga mencapai apa yang dicita-
citakannya adalah sifat yang sangat terpuji. Demikian juga ikut berduka atas duka
yang dirasakan tetangganya. Setiap orang agar menghindari rasa iri atas
keberhasilan tetangga dan merasa senang atas duka yang dialaminya, karena hal
ini merupakan akhlak yang jelek dan tercela, di sisi Allah maupun oleh
masyarakat pada umumnya. Sikap iri dalam bertetangga menjadi racun pembunuh
kenyamanan dan kerukunan bersama. Sikap ini juga akan melahirkan fitnah dan
saling menjelekkan satu sama lain. Hal ini bergilir kepada suasana saling
mencurigai. Inilah salah satu ciri, hidup bertetangga yang tidak nyaman.
f. Saling Memberi Nasehat
Semua orang membutuhkan nasehat dan pengajaran dari yang lain. Banyak
manusia yang pandai memberi nasehat kepada temannya, tetapi ia tidak mampu
menasehati dirinya. Ketika seseorang berada dalam kesusahan dan kesulitan, ia
tidak lagi bisa berpikir jernih untuk mencari solusi bagi dirinya. Di saat itu, ia
membutuhkan bantuan nasehat dan petunjuk orang lain. Misalnya, bagaikan kata
orang-orang pintar: "Orang sakit adalah orang yang tidak tahu apa-apa, oleh
karena itu harus patuh kepada nasehat orang sehat". Kenyataan ini dialami
banyak orang, meskipun ia seorang tokoh terkenal dan pintar, tetapi ketika ia
dalam keadaan sakit, ia butuh bimbingan orang lain. Allah menciptakan manusia
dengan sifat-sifat yang unik, yaitu bila ia susah dia gelisah tetapi bila ia senang ia
lupa kepada yang memberikan kesenangan kepadanya
B. Akhlak dan Adab Bertetangga
Rasulullah SAW bersabda, ‘’Siapa yang beriman kepada Allah SWT dan hari
kemudian, hendaknya berkata baik atau diam, dan siapa yang beriman (percaya)
kepada Allah SWT dan hari kemudian harus menghormati tetangganya, dan siapa
yang beriman kepada Allah SWT dan hari kemudian, harus menghormati tamunya.’’
Allah Swt telah berfirman pada QS. An-Nisa ayat 36: “Dan sembahlah Allah
dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat-
baiklah kepada kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang
miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba
sahaya yang kamu miliki.” Ayat ini merupakan perintah dari Allah Swt untuk kita
senantiasa berbuat baik kepada orang di sekitar kita, khususnya, dalam konteks ini
adalah tetangga. Contoh implementasi paling sederhana dari berbuat baik kepada
tetangga adalah dengan berbagi makanan yang kita masak. Riwayat yang masyhur
terkait dengan berbagi makanan kepada tetangga adalah ketika Rasulullah Saw
meminta Abu Dzar untuk memperbanyak kuah masakan yang dimasaknya dan
memintanya untuk dibagikan kepada tetangga.
5
Baradja, Umar bin Achmad. (1993). Al-Akhlaq Lil Banaat: Bimbingan akhlak bagi putri-putri anda jilid 3,
Penerjemah Abu Musthafa Alhalabi, Jakarta: Pustaka Amani.
6
Risalah Imam Al-Ghazali dalam al-Adab fid Dîn dalam Majmû’ah Rasâil al-Imam al-Ghazâli (Kairo, Al-
Maktabah At-Taufiqiyyah, t.th., halaman 444)
2. Memuliakan tetangga
Dasar dan anjuran untuk memuliakan tetangga dalam Islam telah disampaikan
oleh Rasulullah Saw pada hadist ke-15 dalam kitab Arba’in Nawawi berikut.
Artinya: Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah SAW bersabda: “Siapa
saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau
diam. Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia
memuliakan tetangganya. Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir,
hendaklah ia memuliakan tamunya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Masih pada QS. An-Nisa ayat 36, Allah Swt berfirman: “… Sungguh, Allah
tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri.” Pada kutipan ayat
tersebut terlihat jelas betapa sifat sombong dan membanggakan diri ditegaskan
untuk dihindari. Contoh praktik misalnya adalah ketika berkunjung atau ngobrol
dengan tetangga, tidak perlu membanggakan diri sendiri atau anak atau anggota
keluarga lain sehingga kemudian membuat tetangga kita minder dan rendah diri.
Beberapa orang cenderung suka menceritakan prestasi dan pencapaian dalam
status, karir atau pekerjaan anggota keluarganya secara berlebihan, sehingga
kadang tidak sadar membuat orang lain tidak nyaman. Sifat rendah hati dan
tawadhu’ tentu jauh lebih dianjurkan dalam konteks bergaul dengan tetangga.
4. Tidak mengganggu tetangga
Salah satu hadist terkait dengan larangan untuk tidak mengganggu tetangga
tercantum dalam kitab Al-Adab Al-Mufrad. Berikut narasi hadits tersebut:
،ُار َوت َ ْفعَلَ صو ُم النَّ َه ُ َ النَةً تَقُو ُم اللَّ ْي َل َوت
َ ُ إِ َّن ف،ِسو َل هللا
ُ يَا َر:يل ِلل َّنبِي ِ صلى هللا عليه وسلم َ ِ ق:أَبَا ه َُري َْرة َ يَقُو ُل
: َقالُوا،ار ِ ي ِم ْن أ َ ْه ِل ال َّنَ ِه، الَ َخي َْر فِي َها:سو ُل هللاِ صلى هللا عليه وسلم َ َوتُؤْ ذِي ِج،صدَّ ُق
ُ يرانَ َها ِب ِل َسانِ َها؟ فَقَا َل َر َّ َ َوت
ي ِم ْن أ َ ْه ِل ِ سو ُل
َ ِه:هللا صلى هللا عليه وسلم َ َو،صدَّ ُق ِبأَثْ َو ٍار
َ َال تُؤْ ذِي أ َ َحدًا؟ فَق
ُ ال َر َّ َ َوت،َص ِلي ْال َم ْكتُوبَة
َ ُ َوفُالَنَةٌ ت
.ا ْل َج َّن ِة
7
https://islam.nu.or.id/post/read/86994/12-adab-bertetangga-menurut-imam-al-ghazali (diakses pada
Minggu, 24 April 2022 pukul 20.45 WIB)
“Ada tiga kelompok manusia yang dicintai Allah, … Disebutkan diantaranya:
“Seseorang yang mempunyai tetangga, ia selalu disakiti (diganggu) oleh
tetangganya, namun ia sabar atas gangguannya itu hingga keduanya dipisah boleh
kematian atau keberangkatannya” (HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Al-Albani).
Salah satu hal yang harus kita utamakan dalam adab bertetangga adalah
memelihara hak tetangga. Hak tetangga yang perlu dijaga adalah melindungi harta
mereka dari orang jahat, serta memberikan beberapa hadiah. Dari ‘Aisyah
radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Aku bertanya, ‘Wahai Rasulullah, aku memiliki
dua tetangga, manakah yang aku beri hadiah?’ Rasulullah saw. Menjawab, ِإ َلى
‘ ً أ َ ْق َربِ ِه َما ِم ْن َك باَباYang pintunya paling dekat dengan rumahmu’” (HR. Bukhari
(no.6020); Ahmad (no.24895); dan Abu Dawud (no.5155))
8
https://jabar.kemenag.go.id/portal/read/mimbar-dakwah-sesi-71-berkata-baik-memuliakan-tamu-tetangga-
hadits-arbain-no15 (diakses pada Minggu, 24 April 2022 pukul 20.12 WIB)
bersama. Sebagai tetangga yang baik, hendaknya untuk tidak menghalangi tetangga
untuk membangun rumah atau menghalangi udara dan sinar matahari ke rumahnya.
Saat tetangga ada yang sakit, maka ia berhak untuk dikunjungi. Artinya, dalam
adab bertetangga, tetangga yang tidak sakit berkewajiban mengunjunginya tanpa
memandang status sosial pihak yang sakit. Bertetangga pada dasarnya adalah
berteman sehingga kesetaraan di antara mereka harus dijaga dengan baik.
Bagi pihak yang mendahului mengucapkan salam, maka secara akhlak lebih baik
dan karenanya mendapatkan kebaikan yang lebih banyak.
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, maka hendaklah
memuliakan tetangganya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
9
Abdul Malik Adnan, Menjadi Tetangga Nabi di Surga (Jakarta: Media Utama, 2000)., hlm.
3. Persengketaan. Persengketaan adalah ketidakcocokan antar individu yang
disebabkan adanya sesuatu hal yang ingin diperebutkan, misalnya tanah atau
jabatan. Persengkataan ini juga merupakan salah satu bentuk konflik yang terjadi
di lingkungan peruhaan, intitusi atau masyarakat. Persengketaan di lingkungan
masyarakat merupakan persengketaan yang sangat sering kita temui, bukan tidak
jarang dapat menimbulkan korban jiwa.
4. Keamanan. Keamanan menjadi salah satu hal yang sangat penting dalam
menciptakan kehidupan bertetangga namun, hal ini menjadi konflik jika
keamanan aggota masyarakat tidak terjaga.10
10
Rosidhon, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 2010. Hlm 80
11
Dr. Robert H. Lauer, Perspektif Tentang Perubahan Sosial, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001)., hlm. 98.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Bertetangga artinya hidup bersama orang lain dalam suatu lingkungan tertentu yang
dekat atau yang jauh. Tetangga dalam pandangan Islam ternyata mempunyai hak dan
kewajiban yang harus dipenuhi dan dilaksanakan. Hak dan kewajiban tetangga secara umum
sama, namun secara khas adalah berbeda. Adapun haknya sebagai tetangga yaitu jika ia minta
tolong, berilah ia pertolongan. Jika ia berutang kepadamu, berilah ia piutang. Jika ia dalam
kekurangan, hendaklah berkunjung untuk membantunya. Jika ia sakit, kunjungilah. Jika ia
meninggal, iringkanlah jenazahnya. Jika dia mendapatkan sesuatu yang baik, tunjukkan rasa
senang
Rasulullah SAW bersabda, ‘ ’ Siapa yang beriman kepada Allah SWT dan hari
kemudian, hendaknya berkata baik atau diam, dan siapa yang beriman (percaya) kepada
Allah SWT dan hari kemudian harus menghormati tetangganya, dan siapa yang beriman
kepada Allah SWT dan hari kemudian, harus menghormati tamunya.’ ’ Demikian indahnya
Islam mengajarkan hidup bertetangga, membangun harmonisasi dengan tetangga, saling
mengulurkan tangan dalam kesusahan, dan saling memberi penghargaan dan keselamatan
manakala tetangga mendapat keberuntungan.
Abdul Malik Adnan. 2000. Menjadi Tetangga Nabi di Surga Jakarta: Media Utama
Azizah, Wardah. 2020. Faktor-faktor penyebab konflik bertetangga di lingkungan II pasar
Sibuhuan kecamatan Barumun kabupaten Padang Lawas. Skripsi. Fakultas dakwah
dan ilmu komunikasi. IAIN Padangsidimpuan : Sumatera Utara
Baradja, Umar bin Achmad. 1993. Al-Akhlaq Lil Banaat: Bimbingan akhlak bagi putri-putri
anda jilid 3, Penerjemah Abu Musthafa Alhalabi, Jakarta: Pustaka Amani.
Burhanuddin Salam, 1997. Etika Sosial: Asas Moral dalam Kehidupan Manusia
Jakarta:Rineka Cipta
Dekat atau jauh dalam artian tempat, hubungan atau agama. Muhsin MK.. 2004. Bertetangga
dan Bermasyarakat dalam Islam, Jakarta: Al-Qalam, 2004
Dr. Robert H. Lauer. 2001. Perspektif Tentang Perubahan Sosial, Jakarta: Rineka Cipta
https://adoc.tips/download/bab-iv-hak-dan-kewajiban-bertetangga-perspektif-islam.html
(diakses pada Minggu, 24 April 2022 pukul 20.45 WIB)
https://islam.nu.or.id/post/read/86994/12-adab-bertetangga-menurut-imam-al-ghazali (diakses
pada Minggu, 24 April 2022 pukul 20.45 WIB)
https://jabar.kemenag.go.id/portal/read/mimbar-dakwah-sesi-71-berkata-baik-memuliakan-
tamu-tetangga-hadits-arbain-no15 (diakses pada Minggu, 24 April 2022 pukul 20.12
WIB)
Imam al-Gazâlî, Ihyâ’ Ulûm al-Dîn, Juz II, Beirut: Dâr al-Fikr, tth.
Risalah Imam Al-Ghazali dalam al-Adab fid Dîn dalam Majmû’ah Rasâil al-Imam al-
Ghazâli Kairo, Al-Maktabah At-Taufiqiyyah, t.th.,
Rosidhon. 2010. Akhlak Tasawuf, Bandung: Pustaka Setia