Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

BERBUAT BAIK PADA ANAK YATIM DAN FAKIR MISKIN

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Hadist Tematik

Dosen Pengampu : Bpk. Kholisin, S.Sos, M.S.I

Disusun Oleh:
1. Diyah Lestari 1901016102
2. Yulia Antika 1901016103
3. Diah Fitriani 1901016105
4. Zian Nafrin Cameylia 1901016107

BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASIH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2022

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam pergaulan sehari-hari antara kita sesama manusia tentu berbeda latar
belakang,sosial,budaya agar hubungan ini berjalan dengan baik tentu ada aturan yang
harus kita jalankan bagi umat islam tata cara bergaul tersebut sudah diatur dalam al quran
dan sunnah rasullah yang sering kita sebut dengan sifat terpuji atau akhlak terpuji.
Dalam pembahasan yang akan kami terangkan pada makalah ini, bahwa kami akan
mengemukakan bagaimana akhlak kita terhadap anak yatim dan akhlak terhadap fakir
miskin serta hadist-hadist yang menerangkan berbuat baik kepada anak yatim dan fakir
miskin dan kami mengajak para dermawan untuk bersama-sama memperhatikan anak
yatim ,dan fakir miskin.
Hal ini kami susun dalam bentuk sebuah makalah, disamping untuk menambah wawasan
kami sebagai pemakalah mengenai pembahasan ini, dan juga dengan pembahasan ini agar
kami dan segenap pembaca lainnya mampu menjadikan ilmu ini sebagai salah satu
rujukan dalam melakukan pergaulan dalam kehidupan sehari – hari.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari anak yatim dan fakir miskin?
2. Bagaimana ahlak terhadap anak yatim dan fakir miskin?
3. Bagaimana hadis tentang berbuat baik kepada anak yatim dan fakirmiskin?
4. Apa saja hikmah berbuat baik kepada anak yatim dan fakir miskin?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari anak yatim dan fakir miskin
2. Untuk mengetahui bagaimana ahlak terhadap anak yatim dan fakir miskin
3. Untuk mengetahui bagaimana hadis tentang berbuat baik terhadap anak yatim dan
fakir miskin
4. Untuk mengetahui hikmah dari berbuat baik kepada anak yatim dan fakir miskin.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Anak Yatim dan Fakir Miskin Pengertian Anak Yatim


Kata yatim adalah bentuk jamak dari kata yatama.1 Secara bahasa yatim, berasal
dari akar kata yatama yang mempunyai persamaan kata al-fard atau al-infirad yang
artinya kesendirian.2 Dikatakan pula, kata yatim berasal dari bentuk yatama-yatimu yang
berarti lemah, letih, terlepas. Sedangkan bentuk masdarnya yatmun adalah sedih, duka.
Ada pula yatim ialah yang tunggal dari segala sesuatu.3 Jadi yatim secara bahasa berarti
kesendirian, kelemahan, berduka, dan membutuhkan. Menurut Istilah, anak yatim adalah
anak dibawah umur yang kehilangan ayahnya, yang bertanggungjawab atas kehidupan
dan pendidikanya.4
Menurut Departemen Agama RI, yatim adalah anak yang ayahnya telah
meninggal dunia, dan masih kecil (belum mencapai usia dewasa).5 Menurut Muhammad
Irfan Firdauz yatim adalah anak yang ditinggal mati ayahnya ketika ia masih kecil (belum
dewasa). Adapun anak yang ditinggal mati ibunya ketika ia masih kecil, bukan termasuk
yatim. Sebab, kata yatim itu sendiri adalah kehilangan induk yang menanggung
nafkahnya.6 Di Indonesia, kata yatim juga dikenal dengan anak yang ayahnya meninggal
dunia. Apabila yang meninggal dunia ayah dan ibunya, maka disebut dengan yatim piatu.
Jadi yang dimaksud anak yatim bukan hanya anak yang telah kehilangan ayahnya saja,
akan tetapi termasuk anak-anak terlantar dan juga anak-anak yang tidak mengetahui
tentang nasabnya, karena mereka sama-sama merasakan berat dan deritanya kehidupan.
Dari fakta sosial, definisinya secara bahasa serta pandangan ulama fikih inilah yang
berpendapat bahwa memasukkan anak terlantar dan anak-anak yang tidak diketahui siapa

1 Zakiyuddin Baidhawy, Pemberdayaan Mustad‟afin Melalui Filantropi Islam, Peneliti Pusat Budaya dan Perubahan
Sosial, (Surakarta: Universitas Muhammadiyah, 2007), hlm. 13
2 M. Khalilurrahman Al Mahfani, Dahsyatnya Doa Anak Yatim, (Jakarta Selatan: PT Wahyu Media, 2009), hlm. 2
3 Butsainah As-Sayyid Al-Iraqi, Berkah Mengasuh Anak Yatim, terj. Firdaus Sanusi, (Solo: Kiswah, 2013), hlm. 21
4 M.Quraish Shihab, Ensiklopedia Al-Qur‟an: Kajian Kosakata, (Jakarta: Lentera Hati, 2007), hlm. 1106
5 Departeman Agama RI, Al-Qur‟an dan Tafsirnya: Edisi yang Disempurnakan, (Jakarta: Lentera Abadi, 2010), hlm.
113
6 Muhammad Irfan Firdauz, Dahsyatnya Berkah Menyantuni Anak Yatim, (Yogyakarta: Pustaka Albana, 2012), hlm.
1
orang tuanya ke dalam golongan anak yatim adalah lebih utama, karena mereka
samasama merasakan kehilangan.
Begitu pula fatwa yang menegaskan bahwa anak-anak yang tidak diketahui orang
tuanya, hukumnya adalah sama dengan anak yatim, karena mereka juga kehilangan orang
tua. Allah berfirman dalam surat Al-Ahzab ayat 5 yang berbunyi:
َ َْ‫ااخ َوان ُُك ْم افى ال اد يْ ان َو َم َوا ال ْي ُك ْم ۗ َولي‬
‫س عَليَْ ُك ْم جُ نَا ٌح‬ ْ َ‫ا ُْد ُعوْ هُ ْم الِٰبَ ۤا ِٕى اه ْم ه َُو ا ْقَ َسطُ اع ْن َد ه الاّٰل ۚ ف‬
ْ َ‫اان لَّ ْم ت َْعلم َُْٓوْ ا ٰابَ ۤا َءهُ ْم ف‬
‫اف ْي َمْٓا‬

‫َفورًا َّر اح ْي ًما‬


ُْ ‫هالل غ‬
ُّٰ َ‫َدتَ قلُ ُْوب ُُك ْم ۗ َو َكان‬
ْ ‫اكن َّما ت َع َّم‬
ْ ‫ابه َو ٰل‬ ْ
ٖ ‫اخَ طَأ ْت ُْم‬

Artinya: “Panggillah mereka (anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak
mereka; itulah yang adil di sisi Allah, dan jika kamu tidak mengetahui bapak mereka,
maka (panggillah mereka sebagai) saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu. Dan
tidak ada dosa atasmu jika kamu khilaf tentang itu, tetapi (yang ada dosanya) apa yang
disengaja oleh hatimu. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang”. Ayat diatas
menunjukkan bahwa anak-anak terlantar yang tidak diketahui nasabnya itu merupakan
anak-anak yang lebih membutuhkan perhatian dan pengasuhan dibandingkan anak-anak
lainnya.
Maka dengan begitu dapat disimpulkan bahwa Anak yatim adalah seorang anak
yang ditinggal mati oleh ayahnya sebelum dia berusia baligh. Allah Ta’ala telah
memerintahkan kita untuk berbuat baik kepada anak yatim, begitu pula Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam menganjurkan kita juga untuk berbuat baik kepadanya dalam
beberapa hadits. Alasan dari hal: karena seorang anak yatim merasa patah hatinya
disebabkan kematian ayahnya, sehingga dia membutuhkan perhatian dan kasih sayang.
Dan berbuat baik kepada anak yatim itu sesuai dengan kondisi.

Pengertian fakir miskin

Kata fakir sudah sering didengar pada kalangan masyarakat dan tidak lagi menjadi
sesuatu yang asing di telinga masyarakat, hal ini karena fakir sangat dekat dengan
kehidupan manusia. Ketika membahas mengenai fakir, maka akan sering disambungkan
dengan kata miskin pada akhirnya menjadi fakir miskin, yang mana dalam ajaran Islam
keduanya harus dibantu dan ditolong kehidupannya.Dalam kamus bahasa Indonesia kata
fakir diartikan secara langsung dengan menyengajanya seseorang untuk menderita
kekurangan, atau orang yang sangat kekurangan, orang yang sangat miskin.

Dengan kata lain, bahwa fakir merupakan orang yang tidak mempunyai harta atau
pekerjaan sama sekali dari kerjaan halal, atau punya harta atau kerjaan tapi tidak mampu
mencukupi, dalam gambaran hasilnya itu kurang dari 50% dari kebutuhan.7 Bahwa fakir
mengandung makna penanggung jawab (tulang punggung) yang tidak mampu bekerja
karena cacat dan tidak memiliki akses, sementara mereka sangat membutuhkan dan
dalam kesulitan. Mereka adalah orang yang tidak memiliki harta untuk mencukupi
kebutuhannya serta kebutuhankeluarganya seperti makanan, minuman, pakaian dan
tempat tinggal.Kata al-miskīn menurut Raghib al-Aṣfahani adalah orang yang tidak
mempunyai apa-apa dan hidupnya lebih baik dari pada fakir.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, diartikan sebagai tidak berharta benda,
serba kekurangan (berpenghasilan sangat rendah).8 Orang miskin menggambarkan akibat
dari keadaan diri seseorang atau sekelompok orang yang lemah. Ketika seseorang itu
tidak berhasil mengembangkan potensi dirinya secara optimal, yakni potensi kecerdasan,
mental dan keterampilan maka keadaan itu akan berakibat langsung pada kemiskinan,
yakni ketidakmampuan mendapatkan, memiliki, dan mengakses sumber-sumber rezeki
sehingg tidak memiliki sesuatu apa pun untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa fakir merupakan orang yang benar-benar tidak mampu dalam artian
tidak memiliki pekerjaan yang tetap dan tidak memiliki penghasilan.sama sekali.
Sedangkan miskin adalah orang yang memiliki pekerjaan akan tetapi hasil dari
pekerjaannya tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari.

B. Akhlak Berbuat Baik Kepada Anak Yatim dan Fakir Miskin Akhlak
kepada anak yatim, bisa dengan beberapa cara :
1. Memberinya makan dan pakaian, serta menanggung kebutuhan-kebutuhan pokoknya

7 Fadilon, Penafsiran Lafadz Fakir Dan Miskin Menurut Mufasir, Fakultas Ushuluddin Dan Filsafat Universitas Islam
Negeri Ar Raniry Darussalam - Banda Aceh, 2021, Hlm. 21
8 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi IV, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2008), hlm. 456
2. Mengusap kepalanya serta menunjukkan kasih sayang kepadanya. Tindakan ini akan
mempunyai pengaruh besar terhadap kejiwaan anak yatim. Ibnu Umar rodhiyallohu
‘anhu jika melihat anak yatim, beliau mengusap kepalanya dan memberinya sesuatu.
3. Membiayai sekolahnya, sebagaimana seseoang ingin menyekolahkan anaknya.
4. Mendidiknya dengan ikhlas, sebagaimana keikhlasanya dalam mendidik anak
kandungnya sendiri.
5. Jika ia melakukan perbuatan yang mengharuskan diberi hukuman maka bersika lemah
lembut dalam mendidiknya.
6. Bertakwa kepada Alloh dalam mengelola harta anak yatim, jika anak yatim itu
mempunyai harta kekayaan. Jangan sampai hartanya di habiskan karena
menginginkan agar anak yatim itu kelak tidak meminta hartanya kembali. Sebaliknya,
hartanya harus di jaga, sehinga ketika ia telah dewasa, harta tersebut dikembalikan
kepadanya.
7. Mengembangkan harta anak yatim dan bersikap ikhlas di dalamnya, sehingga
hartanya tidak habis oleh zakat.
Ahklak terhadap fakir dan miskin :
1. Memberi sedekah kepada fakir dan miskin
Beberapa hadis tetang Memberi sedekah kepada fakir dan miskin “Barangsiapa
ingin doanya terkabul dan dibebaskan dari kesulitannya hendaklah dia mengatasi
(menyelesaikan) kesulitan orang lain” (HR. Ahmad) “Tiap-tiap amalan makruf
(kebajikan) adalah sodaqoh. Sesungguhnya di antara amalan makruf ialah berjumpa
kawan dengan wajah ceria (senyum) dan mengurangi isi embermu untuk diisikan ke
mangkuk kawanmu” (HR. Ahmad)
2. Memberi makan kepada fakir miskin
Setiap kita (muslim) pasti pernah merasa lapar dan berkehendakkan makanan.
Setiap tahun kita berpuasa, sebulan (Ramadhan) lamanya. Selain taat pada perintah
Illahi, puasa juga adalah latihan untuk kita merasa kepayahan fakir miskin. Seharian
kelaparan, alangkah gembiranya hati apabila diberi rezeki ketika berbuka. Terasa
nikmat apabila perut yang kosong diisi makanan. Latihan berlapar dan nikmatnya
berbuka ini hendaklah diinsafi dan diterjemahkan didalam kehidupan seharian,
sepanjang tahun.
Kita sentiasa sahaja berselisih dengan fakir miskin dalam kehidupan seharian.
Peminta sedekah, mereka yang merempat di kaki lima dan orang kurang siuman ada
di mana-mana sahaja. Jangan dilupa ahli keluarga dan sabahat handai yang tidak
berkemampuan. Dikala kita bergembira dengan rezeki yang Allah beri, ingatlah
mereka ini sedang berlapar. Inilah peluang membuktikan nilai Ihsan kita. Apa
salahnya jika dibeli sebungkus nasi untuk mereka yang merempat? Apa salahnya
dihulurkan sedikit wang kepada peminta sedekah dan, apa salahnya kita memberi
wang (yang sememangnya hak mereka) kepada saudara dan rakan kita yang miskin
Ingatlah, rezeki kita Allah yang beri. Allah berfirman,
“Dan tuntutlah dengan harta kekayaan yang telah dikurniakan Allah kepadamu
akan pahala dan kebahagiaan hari akhirat dan janganlah engkau melupakan
bahagianmu (keperluan dan bekalanmu) dari dunia; dan berbuat baiklah (kepada
hamba-hamba Allah) sebagaimana Allah berbuat baik kepadamu (dengan pemberian
nikmatNya yang melimpah-limpah); dan janganlah engkau melakukan kerosakan di
muka bumi; sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang-orang yang berbuat
kerosakan “. Al-Qasas 28:77.9

C. Hadist Berbuat Baik Kepada Fakir Miskin dan Anak Yatim

Artinya: “Dari Hakim bin Hizam ra, dari Nabi Saw, beliau bersabda: “Tangan yang
dibawah lebih baik dari tangan yang di bawah, maka mulailah dengan orang-orang yang

9 Amiruddin,AMM. 2008, Aqidah dan akhlak: Beda Masalah Kontemporer, Bandung: khazana intek tual.
Ahmad Qodiry Al Ahdal, Abdullah. 1992 M, Tanggung Jawab Islam, Dina Utama Semarang
menjadi tanggunganmu. Sebaik-baik sedekah adalah dari orang yang sudah cukup (untuk
kebutuhan dirinya). Maka siapa yang berusaha menjaga dirinya, Allah akan menjaganya
dan siapa yang merasa cukup untuk dirinya maka Allah akan mencukupinya (HR.
Bukhori)
Hadist ini menjelaskan bahwa Rosulullah Saw memerintahkan kita untuk menyantuni
kaum Du’afa atau orang-orang yang lemah seperti fakir miskin dan anak yatim. Dalam
kehidupan seseorang tentunya memiliki masalah dan dalam kehidupan masalah tersebut
tidak bisa diselesaikan sendiri, perlunya bantuan dari orang lain. Begitu pula dengan
memberi dan menerima, ketika kita sebagai orang yang berkecukupan alangkah baiknya
untuk bisa membantu saudara kita yang sedah kesusahan dan butuh pertolongan baik itu
berupa sandang dan pangan, kita sebagai umat muslim pun pasti memiliki nilai sosial yang
tinggi, tidak mungkin kita sebagai makhluk sosial memiliki rasa egois dan individualisme.
Di zaman ini memberi itu semudah kita menjentikan jari, kitab isa menggunakan atm,
tranfer, paketin barang, teknologi untuk menyebarkan kebaikan dan berbagi rezeki kepada
fakir miskin dan anak yatim. Dalam interaksi meminta dan memberi seperti ini tentu tidak
ada pertemuan tangan peminta dan pemberi, tidak ada tangan yang di bawah maupun yang
di atas. Karena itu Al-Nawawi memberikan penjelasan terhadap Hadist itu dengan
mengatakan bahwa memberi lebih tinggi derajatnya dari pada yang meminta, demikian
pula yang tidak meminta-minta lebih tinggi derjatnya dari yang meminta-minta. (Nur
Ahmad, MA, 2016)

‫أ ن وكافل‬: “ ‫قال رسول اهلل عليه وسلم‬: ‫قال‬. ‫عن سهل ب ن سعر رضي اهلل عنه‬

‫أخرجه البخار‬. {‫ وفرج بينهما شيئا‬،‫وأشار بالسباب ة والوسطى‬, ‫اليتيم يف اجلن ة هكذا‬

‫ي الرتميذ ى و أبو‬

‫دا ود} ا‬
Artinya: Dari Sahl bin Sa’ad r.a berkata : Rasulullah Saw bersabda: “ saya dan orang
yang memelihara anak yatim itu dalam surga seperti ini”. Beliau mengisyaratkan dengan jari
telunjuk dan jari tengahnya serta merenggangkan keduanya. HR. Bukhori 221 (Imam

Majidaini Abi Sa’adat Mubarok bin Muhammad : Ibnu Atsir Al-Jazari, -(606

ِ ‫من ض َّم يتيما ْيب َأب وي ِن مسلم ِي يف طع ِام ِه و َش‬544


ََّّ ‫رابه َح‬
ْ َ‫ت ْغ َِِن َعْنهُ َو َجب‬
ُ‫ت له‬ َ ‫يس‬
ْ ‫ت‬ َ َ ْ ْ َ ْ ُ َ َ ًْ َ ْ َ
‫اجْل ن ةُ }رواه‬
{‫للطرباىن‬
Artinya: diriwayatkan oleh Abu Ya’la dan Thobrani, Shahih At Targhib Al Albani
bahwa: Barang siapa yang mengikutsertakan seorang anak yatim di antara dua orang muslim,

dalam makan dan minumnya, sehingga mencukupinya makai a pasti masuk surga. HR.

Thobrani, 670 (Muhammad Ali Baydoun, 1971)

D. Hikmah Berbuat Baik Kepada Anak Yatim dan Fakir Miskin


1) Melunakkan Hati Keras Manusia
Seseorang yang mengasihi anak yatim, dan juga fakir miskin maka akan
dilembutkan hatinya oleh Allah sWT dan dicukupi kebutuhan setiap harinya. Sebab
seseorang yang mengasihi anak yatim maka akan menjadi figur orangtua untuk anak
yatim tersebut. Kasih sayang yang dicurahkan pada anak yatim akan melembutkan
hati sebab kekerasan hati manusia hanya berasal dari akhlak yang buruk seperti kikir,
dusta, dengki dan sebagainya.
2) Terpenuhi Kebutuhan Hidup (di lipat gandakan hartanya)
Ketika seseorang menyantuni anak yatim tidak hanya berguna sebagai
jaminan surga di akhirat, namun Allah SWT juga sudah menjanjikan akan memenuhi
kebutuhan hidup bagi seseorang yang menyantuni anak yatim. Apabila menyantuni
anak yatim dilakukan, maka akan seperti berinfak di jalan Allah dan Allah SWT dan
Allah SWT juga akan melipatgandakan harta bagi hamba yang menyantuni anak
yatim tersebut dan fakir miskin.
3) Mempertebal Iman dan Taqwa
Ketika kita berbuat baik kepada anak yatim dan fakir miskin maka akan
menambah ke imanan dan ke taqwa an yang semakin kuat dan orang beriman ini akan
selalu mematuhi perintah yang diberikan Allah SWT sehingga selalu berbuat baik
seperti firman Allah SWT, “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu
dan kepada surga yang luasnaya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk
orangorang yang bertaqwa, yaitu orang-orang yang menafkahkan sebagian hartanya,
baik diwaktu lapang maupun sempit dan orang-orang yang menahan amarahnya dan
memaafkan kesalahan orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”
(Q.S. Ali-Imron : 133-134 )
4) Memperoleh Perlindungan di Hari Kiamat
Melakukan kebaikan dengan berbuat baik kepada anak yatim dan fakir miskin
akan memperoleh jaminan perlindungan di saat hari kiamat kelak yang akan datang
sebab Allah sangat mencintai hamba-Nya yang tidak sombong dan selalu bersikap
baik pada anak yatim selama hidupnya di dunia.
5) Mendapat Pahala Setara Dengan Jihad
Seseorang yang menyantuni dan berbuat baik anak yatim , maka dan fakir
miskin dengan tulus dan iklas maka akan memperoleh pahala yang setara dengan
melakukan jihad di peperangan dalam membela agama Islam.
6) Membawa Berkah ke Dalam Rumah
Dengan menyantuni dan memelihara anak yatim, maka akan banyak
kelimpahan berkah yang ada pada rumah tersebut tidak peduli seberapa bagus atau
jelek rumah tersebut. Sebaik-baik rumah di kalangan kaum muslimin adalah rumah
yang terdapat anak yatim yang diperlakukan dengan baik. Dan sejelek-jelek rumah di
kalangan kaum muslimin adalah rumah yang terdapat anak yatim dan dia
diperlakukan dengan buruk.” (HR. Ibnu Majah No. 3669)
7) Perbaikan Urusan Akhirat dan Dunia
Apabila seseorang selalu mengasihi sesama yang berada di muka bumi, maka
niscaya juga akan dicintai oleh Allah SWT sehingga urusan di akhirat dan juga di
dunia akan diperbaiki seperti yang telah dijanjikan oleh Allah SWT pada hamba-Nya
yang selalu patuh pada perintah dan mengasihi sesama mereka.
8) Menyucikan Jiwa
Jiwa manusia tidak jarang terkotori dengan perbuatan yang dilakukan selama
hidup di bumi. Salah satu penyebabnya adalah karena memiliki sifat yang terlalu
berlebihan dalam mencintai dunia sehingga akhirnya menimbulkan sifat kikir dan
tidak mau melakukan sedekah pada sebagian harta yang dimilikinya. Sikap tersebut
tidak disukai Allah SWT dan bahkan Allah SWT sangat membenci orang yang
mengumpulkan harta sebanyak mungkin sementara tidak ada keinginan untuk
mengamalkan harta yang dimilikinya tersebut sehingga nantinya akan menjadi orang
yang celaka.
Allah SWT berfirman, “Celakalah bagi setiap pengumpat lagi pencela, yang
mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya” (Q.S. Al-Humazah : 1-2). Dalam ayat
tersebut terlihat jika Allah SWT mengancam orang yang mencintai harta yang
dimilikinya, sehingga sangat baik untuk menyantuni anak yatim dan fakir miskin
supaya bisa menyucikan diri lebih baik lagi.
9) Sumber Cinta Allah dan Sesama
Sebagai makhluk Allah yang beriman dan bertaqwa, sudah seharusnya kita
memiliki rasa cinta dan juga kasih sayang jika mengharapkan Allah SWT juga akan
mencintai diri kita. Orang yang berbuat baik pada sesama seperti menyantuni anak
yatim, maka juga akan memperoleh kasih sayang dan cinta berlimpah dari Allah
SWT. Allah SWT berfirman, “jika kamu benar-benar mencinta Allah, ikutilah aku,
niscaya Allah akan mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang” (Q.S Ali-Imron : 31) Tidak hanya sekedar
mendapat cinta dan kasih sayang dari ALLAH SWT, namun menyantuni anak yatim
dan fakir miskin akan membuahkan rasa cinta dan kasih sayang yang akan
dicurahkan sesama umat muslim lainnya.
10) Menanamkan Sikap Istiqamah
Amalan yang dicintai Allah adalah amalan yang meskipun sedikit namun
dilakukan secara teratur. Berbuat baik dengan menyantuni anak yatim dan fakir
miskin secara teratur adalah sarana untuk menanamkan sifat istiqamah pada diri
sendiri dan juga keluarga yang menjadi sifat penting dalam beriman pada Allah
SWT.10

10 https://yakami.or.id/2/ARTICLES/8/hikmah-dan-keutamaan-menyantuni-anak-yatim , di akses pada Sabtu, 14


Mei 2022, jam 20.34 WIB.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Menurut Istilah, anak yatim adalah anak dibawah umur yang kehilangan ayahnya, yang
bertanggungjawab atas kehidupan dan pendidikanya. Fakir adalah orang yang benar-benar tidak
mampu dalam artian dia tidak memiliki pekerjaan yang tetap dan tidak memiliki penghasilan
sama sekali. Sedangkan fakir miskin adalah orang yang memiliki pekerjaan akan tetapi hasil dari
pekerjaan nya tidak mencukupi kebutuhannya sehari-hari.

Ahklak terhadap anak yatim dan fakir miskin meliputi : Memberinya makan dan pakaian,
Mengusap kepalanya serta menunjukkan kasih sayang kepadanya, Mendidiknya dengan ikhlas,
Memberi sedekah kepada fakir dan miskin dan juga dengan memberi makan para fakir miskin
yang membutuhkan.

Beberapa hadis tetang Memberi sedekah kepada fakir dan miskin

“Barangsiapa ingin doanya terkabul dan dibebaskan dari kesulitannya hendaklah dia mengatasi
(menyelesaikan) kesulitan orang lain” (HR. Ahmad)

“Tiap-tiap amalan makruf (kebajikan) adalah sodaqoh. Sesungguhnya di antara amalan makruf
ialah berjumpa kawan dengan wajah ceria (senyum) dan mengurangi isi embermu untuk diisikan
ke mangkuk kawanmu” (HR. Ahmad)

DAFTAR PUSTAKA
Baidhawy Zakiyuddin, 2007, Pemberdayaan Mustad‟afin Melalui Filantropi Islam, Peneliti
Pusat Budaya dan Perubahan Sosial, (Surakarta: Universitas Muhammadiyah )
M. Khalilurrahman Al Mahfani, 2009, Dahsyatnya Doa Anak Yatim, (Jakarta Selatan: PT
Wahyu Media)
Butsainah As-Sayyid Al-Iraqi, 2013, Berkah Mengasuh Anak Yatim, terj. Firdaus Sanusi, (Solo:
Kiswah)
M.Quraish Shihab, 2007, Ensiklopedia Al-Qur‟an: Kajian Kosakata, (Jakarta: Lentera Hati)

Departeman Agama RI, 2010, Al-Qur‟an dan Tafsirnya: Edisi yang Disempurnakan, (Jakarta:
Lentera Abadi)
Muhammad Irfan Firdauz, 2012, Dahsyatnya Berkah Menyantuni Anak Yatim, (Yogyakarta:
Pustaka Albana)
Fadilon,2021, Penafsiran Lafadz Fakir Dan Miskin Menurut Mufasir, (Fakultas Ushuluddin Dan
Filsafat Universitas Islam Negeri Ar Raniry Darussalam - Banda Aceh)
Departemen Pendidikan Nasional, 2008, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi IV, (Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama)
Amiruddin,AMM. 2008, Aqidah dan akhlak: Beda Masalah Kontemporer, Bandung: khazana
intek tual.
Ahmad Qodiry Al Ahdal, Abdullah. 1992 M, Tanggung Jawab Islam, (Dina Utama Semarang)

Baydoun Muhammad Ali, 1971, ‫الموسوعة الكبرى ألطراف الحديث النبوي الشريف‬, Dar Al-khotob Al-ilmiyah

Imam Majidaini Abi Sa’adat Mubarok bin Muhammad : Ibnu Atsir Al-Jazari, 544-606, ‫جامع األصول‬
‫في أحاديث الرسو ل‬

Ahmad Nur, 2016

Anda mungkin juga menyukai