Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

ADIL, RIDHO, & AMAL SALEH

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK IV

NAMA ANGGOTA :
1. M. Safryzal
2. Fikri Ajiantoro
3. Elsa Dea
4. Welly Desmi R
5. Ahmad Widi
GURU PEMBIMBING : HJ. ROSBIANAH, S.Ag

KELAS XII IPS II


SMA NEGERI 16 BANDAR LAMPUNG
TAHUN AJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-
Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa shalawat serta salam semoga
senantiasa dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini merupakan salah satu tugas dalam mata kuliah “Pendidikan Agama
Islam” yang dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah tersebut. Makalah ini mengambil
judul “ADIL, RIDHO, AMAL SALEH”.
Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kami dalam
membuat makalah ini, baik berupa bantuan moril maupun materil. Dalam penyusunan
makalah ini kami sadar akan segala kekurangan dan keterbatasannya.
Untuk itu kami mengharapkan masukan, kritik dan saran yang membangun dan
konstruktif agar penyusunan makalah ini lebih sempurna dimasa yang akan datang. Kami
berharap makalah ini dapat bermanfaat dan memberikan wawasan bagi kami khususnya dan
bagi pembaca umumnya. Sekali lagi kami ucapkan terima kasih semoga apa yang ada didalan
makalah ini bias bermanfaat untuk pembaca maupun kami selaku penyusun.
Makalah ini disusun berdasarkan fakta dan pengertian yang mendasar atas kehidupan
dan perilaku rasulullah saw, para sahabat serta pengikutnya yang sholeh dan sholehah.
Tidal lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada guru mata pelajaran agama
islam yang telah membimbing kami dalam proses penyelesaian makalah ini, serta kepada
rekan-rekan semua yang telah berperan serta dalam pembuatan tugas ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan kontribusi positif dan bermakna dalam proses
belajar tentang pendidikan agama islam.
Dari lubuk hati yang paling dalam, sangat disadari bahwa buku ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh sebab tu, saran dan kritik sangat kami harapkan

Bandar Lampung, 1 Agustus 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

Judul …………………………………………………………………............
Kata Pengantar ……………………………………………………………….
Daftar Isi ……………………………………………………………….........
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………….......
A. Latar Belakang ……………………………………………………...............
B. Rumusan Masalah …………………………………………………………...
C. Tujuan Penulisan ...…………………………………………………………..
BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………….
A. Adil .………………………………………………………………………….
B. Ridho …………………………………………………………………….......
C. Amal Saleh ……………………………..........................................................
BAB III PENUTUP ………………………………...……………………….
A. Kesimpulan ...……...…………………………………………………………
B. Saran ……………………..…………………………………………….........
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di dalam Al-Qur`an, Allah memaparkan dengan rinci tentang sifat, moralitas tertinggi,
dan pola pikir khas orang-orang beriman. Perasaan takut kepada Allah yang menghunjam di
dalam kalbu mereka, keyakinan mereka yang tak tertandingi dan upaya yang tak pernah
goyah untuk mendapatkan ridha-Nya, kepercayaan yang mereka gantungkan kepada Allah,
seperti juga keterikatan, keteguhan, ketergantungan, dan banyak lagi kualitas superior serupa,
semuanya disuguhkan Al-Qur`an. Lebih jauh, di dalam Kitab-Nya, Allah menyanjung
kualitas-kualitas moral semacam itu, seperti keadilan, kasih sayang, rendah hati, sederhana,
keteguhan hati, penyerahan diri secara total kepada-Nya, serta menghindari ucapan tak
berguna.
Seiring dengan penyajian rinci tentang orang beriman model ini, Al-Qur`an juga bertutur
mengenai kehidupan orang-orang beriman pada masa dahulu dan bercerita kepada kita
bagaimana mereka berdo’a, berperilaku, berbicara, baik di kalangan mereka sendiri maupun
dengan orang-orang lain di luar mereka, dan dalam menanggapi berbagai peristiwa. Melalui
perumpamaan ini, Allah menarik perhatian kita kepada sikap dan perbuatan yang disenangi-
Nya.
Pada bagian ini, akan kami perlihatkan sejumlah contoh perilaku yang layak mendapat
penghargaan sesuai penilaian Allah. Akan tetapi, kami tidak menguraikan semua kualitas
perilaku terpuji dari orang-orang beriman yang secara panjang lebar telah terteradalam Al-
Qur`an. Kami hanya memfokuskan perhatian pada moralitas terpuji yang masih terselubung
dengan segala keagungan-keagungannya yang terpendam.

A. Rumusan Masalah
Beberapa rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah kami ini antara lain :
a) Apakah pengertian Adil, Ridha dan Amal Shaleh ?
b) Bagaimana Contoh Perilaku Adil,Ridha dan Amal Shaleh ?
c) Apa manfaat yang kita dapatkan apabila kita menjalankan perilaku Adil, Ridha dan
Amal Shaleh ?

B. Tujuan Penulisan

a) Tujuan penulisan ini adalah untuk menambah wawasan dalam memahami sifat – sifat
terpuji yang terkandung di dalam Al-qur’an.
b) Tujuan lain dari penulisan ini adalah untuk memenuhi tugas berupa makalah pada
mata pelajaran agama islam tentang sifat-sifat terpuji.
BAB II
PEMBAHASAN

A. ADIL
1.  Pengertian Adil
     Adil menurut bahasa Arab disebut dengan kata ‘adilun, yang berarti sama dengan
seimbang. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, adalah diartikan tidak berat sebelah,tidak
memihak, berpihak pada yang benar, berpegang pada kebenaran, sepatutnya, dan tidak
sewenang-wenang. Dan menurut ilmu akhlak ialah meletakan sesuatu pada tempatnya,
memberikan atau menerima sesuatu sesuai haknya, dan menghukum yang jahat sesuai
haknya, dan menghukum yang jahat sesuai dan kesalahan dan pelanggaranya.

2.  Karakteristik Sikap Adil


     Islam mengajarkan bahwa semua orang mendapat perlakuan yang sama dan sederajat
dalam hukum. Dalam islam , tidak ada diskriminasi hukum karena perbedaan kulit, status
social, ekonomi,atau politik .
     Berikut ini beberapa contoh sikap adil dalam Al-Qur’an :
1. Adil terhadap diri sendiri.
2. Adil terhadap istri dan anak
3. Adil dalam mendamaikan perselisihan
4. Adil dalam bertuturkata
5. Adil terhadap musuh sekalipun

3.  Nilai Positif Sikap Adil


     Keadilan merupakan sesuatu yang bernilai tinggi, baik, dan mulia. Apabila keadilan
diwujudkan dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, serta bangsa dan Negara, sudah
tentu ketinggian, kebaikan, dan kemuliaan akan diraih. Jika seseorang mampu mewujudkn
keadilan dalam dirinyasendiri, tentu akan meraih keberhasilan dalam hidupnya, memperoleh
kegembiraan batin, disenangi banyak orang, dapat meningkatkan kualitas diri, dan
memperoleh kesejahteraan hidup duniawi serta ukkhrawi (akhirat).
     Jika keadilan dapat diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara, akan terwujud masyarakat yang aman,tentra , serta damai sejahtera lahir dan batin.
Hal ini disebabkan masing-masing anggota masyarakat melaksanakan kewajiban terhadap
orang lain dan akan memenuhi hak orang lain dengan seadil-adilnya .
4.  Membiasakan Sikap Adil
     Seorang hendaknya membiasakan diri berlaku adil, baik terhadap dirinya, kedua orang
tuanya, saudara-saudaranya, anak-anaknya, teman-temannya, tetangganya, masyarakatnya,
bangsa dan Negaranya, maupun terhadap sang Khalik (Allah swt).
Apabila keadilan itu ditegakan dalam setiap aspek kehidupan, tentu keamanan,
ketentraman, kedamaian, serta kesejahteraan lahir dan batin, duniawi dan ukhrawi akan dapat
diraih. Salah satu dalil yang menyinggung tentang bersikap ADIL antara lain :

‫ني بِالْ ِق ْس ِط ُش َه َد اءَ لِلَّ ِه َو لَ ْو َع لَ ٰى‬ ِ


َ ‫آم نُوا ُك ونُوا َق َّو ام‬ َ َ ‫ين‬ ِ َّ‫۞ ي ا أَيُّ ه ا ال‬
‫ذ‬ َ َ
ٰ ‫ إِ ْن يَ ُك ْن َغ نِ يًّ ا أ َْو فَ ِق ًري ا فَاللَّ هُ أ َْو ىَل‬Eۚ ‫ني‬ ِ
‫ب‬ ‫ر‬ ‫ق‬
ْ
َ َ َ ْ ََ ‫أْل‬ ‫ا‬ ‫و‬ ِ
‫ن‬ ‫ي‬ ‫د‬
َ ِ‫أَ ْن ُف ِس ُك م أ َِو الْ و ال‬
ْ
ِ ْ ‫ فَاَل َت تَّبِ ع وا اهْل و ٰى أ‬Eۖ ‫هِبِ م ا‬
َ‫ض وا فَِإ َّن اللَّ ه‬ ُ ‫ َو إِ ْن َت ْل ُو وا أ َْو ُت ْع ِر‬Eۚ ‫َن َت ْع د لُوا‬ ََ ُ َ
‫ون َخ بِ ًري ا‬ َ ُ‫ان مِب َا َت ْع َم ل‬
َ ‫َك‬
135. Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak
keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan
kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya.
Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran.
Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka
sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.
(QS. An-Nisan : 135)

B. RIDHO

1.  Pengertian rida


     Perkataan rida berasal dari bahasa arab, radiya yang artinya senang hati (rela). Rida
menurut syariah adalah menerima dengan senang hati atas segala yang diberikan Allah swt,
baik berupa hokum (peraturan-peraturan) maupun ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan-
Nya. Sikap rida harus ditunjukkan, baik ketika menerima nikmat maupun tatkala ditimpa
musibah.
     Kebanyakan manusia merasa sukar atau gelisah ketika menerima keadaan yang menimpa
dirinya, seperti kemiskinan, kerugian, kehilangan barang, pangkat, kedudukan, kematian
anggota keluarganya, dan lain-lain, kecuali orang yang mempunyai sifat rida terhadap takdir.
Orang yang memiliki sifat rida tidak mudah bimbang atau kecewa atas pengorbanan yang
dilakukannya. Ia tidak menyesal dengan kehidupan yang diberikan Allah swt dan tidak iri
hati atas kelebihan yang didapat orang lain karena yakin bahwa semua itu berasal dari Allah
swt. Sedangkan kewajibannya adalah berusaha atau berikhtiar dengan kemampuan yang ada.
     Rida terhadap takdir bukan berarti menyerah atau pasrah tanpa usaha lebih dulu untuk
mencari jalan keluarnya. Menyerah dan berputus asa tidak dibenarkan oleh tatanan hidup dan
tidak dibenarkan pula oleh ajaran Islam. Allah swt. memberikan cobaan atau ujian dalam
rangka menguji keimanan dan ketakwaan hamba-Nya. Firman Allah swt. :
{ ‫) الَّذِينَ إِ َذا‬155( َ‫اب ِرين‬ ِ ‫ص‬ ِّ ‫ت َو َب‬
َّ ‫ش ِر ال‬ ِ ‫س َوال َّث َم َرا‬
ِ ُ‫ال َواأل ْنف‬
ِ ‫األم َو‬ ٍ ‫وع َو َن ْق‬
ْ َ‫ص مِن‬ ِ ‫ش ْيءٍ مِنَ ا ْل َخ ْوفِ َوا ْل ُج‬
َ ‫َولَ َن ْبلُ َو َّن ُك ْم ِب‬
‫هَّلِل‬ َ ٌ
)156( َ‫صا َب ْت ُه ْم ُمصِ ي َبة قالُوا إِ َّنا ِ َوإِ َّنا إِلَ ْي ِه َرا ِج ُعون‬َ ‫أ‬ َ

Artinya : “ Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada
orang-orang yang sabar. (156) (yaitu) orang-orang yangapabila ditimpa musibah, mereka
mengucapkan: "Inna lillaahiwainnaailaihiraaji'uun. Sesungguhnya Kami adalah milik Allah
dan kepada-Nya-lah Kami kembali. kalimat ini dinamakan kalimat istirjaa (pernyataan
kembali kepada Allah). Disunatkan menyebutnya waktu ditimpa marabahaya baik besar
maupun kecil. (Q.S. Al Baqarah:155-156).

Sikap rida dapat ditunjukkan melalui hal-hal sebagai berikut:


1. Sabar dalam melaksanakan kewajiban hingga selesai dengan kesungguhan usaha atau ikhtiar
dan penuh tanggung jawab.
2.  Senantiasa mengingat Allah swt. dan tetap melaksanakan shalat dengan kusyuk.
3. Tidak iri hati atas kekurangan atau kelebihan orang lain dan tidak ria untuk dikagumi hasil
usahanya.
4. Senantiasa bersyukur atau berterima kasih kepada Allah swt. atas segala nikmat pemberian-
Nya. Hal itu adalah upaya untuk mencapai tingkat tertinggi dalam perbaikan akhlak.
5. Tetap beramal saleh (berbuat baik) kepada sesama sesuai dengan keadaan dan kemampuan,
seperti aktif dalam kegiatan social, kerja bakti, dan membantu orangtua di rumah dalam
menyelesaikan pekerjaan mereka.
6. Menunjukkan kerelaan atau rida terhadap diri sendiri dan Tuhannya. Juga rida terhadap
kehidupan terhadap takdir yang berbentuk nikmat maupun musibah, dan terhadap perolehan
rezeki atau karunia Allah swt.
Menurut kamus besar Indonesia, rida diartikan rela, suka, dan senang hati.sedangkan
menurut bahasa adalah ketetapan hati untuk menerima segala keputusan yang sudah
ditetapkan dan ridha merupakan akhir dari semua keinginan dan harapan yang baik .

2.  Karakteristik sikap ridho


     Apabila sebagian pendapat para ahli hikmah, rida dikelompokan menjadi tiga tingkatan,
yaitu rida kepada Alloh, rido pada apa yang datang dari Alloh, dan rida pada qada Alloh.
Rida kepada Allah adalah fardu ain.Rida pada apa yang datang dari Allah meskipun
merupakan sesuatu yang sangat luhur, hal ini termasuk ubudiah yang sangat mulia.
     Sesungguhnya pilihan tuhan untuk hamba-Nya dibagi dua macam yaitu pertama,
ikhtiyarad-din wasyar’I (pilihan keagamaan dan syariat). kedua, ikhtiyarkaunikadari (pilihan
yang berkenaan dengan alam dan takdir).Takdir yang tidak dicintai dan diridai Alloh yaitu
perbuatan aib dan dosa-dosa.
Macam-macam ridha :
a. Ridha terhadap perintah dan larangan Allah
     Artinya ridha untuk mentaati Allah dan Rasulnya. Pada hakekatnya seseorang yang telah
mengucapkan dua kalimat syahadat, dapat diartikan sebagai pernyataan ridha terhadap semua
nilai dan syari’ah Islam. Perhatikan firman Allah dalam Q.S. al-Bayyinah ayat 8 :

‫ين فِ َيه ا‬ ِ ِ‫ج ز اؤ ه م ِع ْن َد ر هِّبِ م ج نَّات ع ْد ٍن جَت ِر ي ِم ن حَت تِ ه ا اأْل َ ْن ه ار خ ال‬


‫د‬
َ َ ُ َ َ ْ ْ ْ َ ُ َ ْ َ ْ ُ ُ ََ
ِ ِ ِ‫ َٰذ ل‬Eۚ ‫ ر ِض ي اللَّ ه ع ْن ه م و ر ض وا ع ْن ه‬Eۖ ‫أَب ًد ا‬
ُ‫ك ل َم ْن َخ ش َي َر بَّه‬ َ ُ َ ُ ََ ْ ُ َ ُ َ َ َ
Artinya : Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah syurga 'Adn yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap
mereka dan merekapunridha kepadanya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang
yang takut kepada Tuhannya. (Q.S.al-Bayyinah ayat 8 )
     Dari ayat tersebut dapat dihayati, jika kita ridha terhadap perintah Allah maka Allah pun
ridha terhadap kita.
b. Ridha terhadap taqdir Allah.
     Mari kita simak, apa yang dikisahkan berikut ; pada suatu hari Ali bin Abi Thalib r.a.
melihat Ady bin Hatim bermuram durja, maka Ali bertanya ; “Mengapa engkau tampak
bersedih hati ?”. Ady menjawab ; “Bagaimana aku tidak bersedih hati, dua orang anakku
terbunuh dan mataku tercongkel dalam pertempuran”. Ali terdiam haru, kemudian berkata,
“Wahai Ady, barang siapa ridha terhadap taqdir Allah swt. maka taqdir itu tetap berlaku
atasnya dan dia mendapatkan pahalaNya, dan barang siapa tidak ridha terhadap taqdirNya
maka hal itupun tetap berlaku atasnya, dan terhapus amalnya”.
     Ada dua sikap utama bagi seseorang ketika dia tertimpa sesuatu yang tidak diinginkan
yaitu ridha dan sabar. Ridha merupakan keutamaan yang dianjurkan, sedangkan sabar adalah
keharusan dan kemestian yang perlu dilakukan oleh seorang muslim.
     Perbedaan antara sabar dan ridha adalah sabar merupakan perilaku menahan nafsu dan
mengekangnya dari kebencian, sekalipun menyakitkan dan mengharap akan segera
berlalunya musibah. Sedangkan ridha adalah kelapangan jiwa dalam menerima taqdir Allah
swt. Dan menjadikan ridha sendiri sebagai penawarnya. Sebab didalam hatinya selalu
tertanam sangkaan baik (Husnuzan) terhadap sang Khaliq bagi orang yang ridha ujian adalah
pembangkit semangat untuk semakin dekat kepada Allah, dan semakin mengasyikkan dirinya
untuk bermusyahadah kepada Allah.
     Dalam suatu kisah Abu Darda’, pernah melayat pada sebuah keluarga, yang salah satu
anggota keluarganya meninggal dunia. Keluarga itu ridha dan tabah serta memuji Allah swt.
Maka Abu Darda’ berkata kepada mereka. “Engkau benar, sesungguhnya Allah swt. apabila
memutuskan suatu perkara, maka dia senang jika taqdirnya itu diterima dengan rela atau
ridha.
     Begitu tingginya keutamaan ridha, hingga ulama salaf mengatakan, tidak akan tampak di
akhirat derajat yang tertinggi daripada orang-orang yang senantiasa ridha kepada Allah swt.
dalam situasi apapun (Hikmah, Republika, Senin 5 Februari 2007, Nomor: 032/Tahun ke 15)

c. Ridha terhadap perintah orang tua.


     Ridha terhadap perintah orang tua merupakan salah satu bentuk ketaatan kita kepada Allah
swt. karena keridhaan Allah tergantung pada keridhaan orang tua, perintah Allah dalam Q.S.
Luqman ayat 14 :

‫ص ريُ بِ َو الِ َد يْ ِه‬


ِ ‫ك إِ يَلَّ الْ م‬ ِ ِ َ ‫ص ْي نَ ا اإْلِ نْ َس‬
ُ‫مَحَ لَ ْت هُ أ ُُّم ه‬ َ َ ْ‫اش ُك ْر يِل َو ل َو ال َد ي‬
ْ ‫ان‬ َّ ‫َو َو‬
ِ ‫و ْه نً ا ع لَ ٰى و ْه ٍن و فِ ص الُه يِف ع ام ِ أ‬
‫َن‬ ‫َ َ َ َ َ ُ َ َ نْي‬
Artinya : “ Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-
bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan
menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu,
hanya kepada-Kulah kembalimu. (Q.S. Luqman :14)
     Bahkan Rasulullah bersabda : “Keridhaan Allah tergantung keridhaan orang tua, dan
murka Allah tergantung murka orang tua”. Begitulah tingginya nilai ridha orang tua dalam
kehidupan kita, sehingga untuk mendapatkan keridhaan dari Allah, mempersyaratkan adanya
keridhaan orang tua. Ingatlah kisah Juraij, walaupun beliau ahli ibadah, ia mendapat murka
Allah karena ibunya tersinggung ketika ia tidak menghiraukan panggilan ibunya.

d. Ridha terhadap peraturan dan undang-undang negara


     Mentaati peraturan yang belaku merupakan bagian dari ajaran Islam dan merupakan salah
satu bentuk ketaatan kepada Allah swt. karena dengan demikian akan menjamin keteraturan
dan ketertiban sosial. Mari kita hayati firman Allah dalam Q.S. an-Nisa ayat 59 berikut :

‫ فَِإ ْن‬Eۖ ‫َم ِر ِم ْن ُك ْم‬ ِ ‫َط يع وا اللَّ ه و أ‬ ِ ‫ي ا أَيُّ ه ا الَّ ِذ ين آم نُوا أ‬


ْ ‫ول َو أُويِل اأْل‬ َ ‫الر ُس‬
َّ ‫َط يعُ وا‬ َ َ ُ َ َ َ َ
‫ون بِاللَّ ِه َو الْ َي ْو ِم‬
َ ُ‫ول إِ ْن ُك ْن تُ ْم ُت ْؤ ِم ن‬ِ ‫الر س‬
ُ ََّ ‫و‬ ِ َّ‫َت نَ از ْع تُم يِف َش ي ٍء َف ر ُّد وه إِ ىَل الل‬
‫ه‬ ُ ُ ْ ْ َ
ِ
‫َح َس ُن تَأْ ِو ي اًل‬ َ ‫ َٰذ ل‬Eۚ ‫اآْل ِخ ِر‬
ْ ‫ك َخ ْي ٌر َو أ‬
Artinya : “ Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil
amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar
beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih
baik akibatnya.( Q.S. an-Nisa :59)
     Ulil Amri artinya orang-orang yang diberi kewenangan, seperti ulama dan umara (Ulama
dan pemerintah). Ulama dengan fatwa dan nasehatnya sedangkan umara dengan peraturan
dan perundang-undangan yang berlaku.
     Termasuk dalam ridha terhadap peraturan dan undang-undang negara adalah ridha
terhadap peraturan sekolah, karena dengan sikap demikian, berarti membantu diri sendiri,
orang tua, guru dan sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan. Dengan demikian
mempersiapkan diri menjadi kader bangsa yang tangguh.

3.  Nilai Positif Sikap Rida


     Rida merupakan kesadaran diri, perasaan jiwa, dan dorongan hati yang menyebabkan
seseorang berkenaan sepenuh hati untuk menerima apa yang didapat ataupun yang dihadapi
dengan penuh semangat dan rasa kasih sayang.

4.  Membiasakan Sikap Rida


     Konsekuensi rida kepada Alloh harus mengikuti semua yang diajarkan oleh Rasululloh
saw. (ittiba’ ar-Rasul). Apabila seorang rida kepada Alloh, tentu dia akan selalu berusaha
melakukan segala sesuatu yang diterima dari-Nya dan meninggalkan segala sesuatu yang
dibenci-Nya.

A. AMAL SALEH

1.  Pengertian Amal Saleh


     Menurut kamus besar bahasa Indonesia, amal diartikan sebagai perbuatan (baik atau
buruk). Secara istilah, amal saleh berarti perbuatan sungguh- sungguh dalam menjalankan
ibadah ataupun menunaikan kewajiban agama yang dilakukan dalam bentuk berbuat kebaikan
terhadap masyarakat atau sesama manusia.contoh mengumpulkan dana untuk membantu
korban bencana alam, penyandang cacat, orang jompo dan anak yatim piatu.

2.  Karakteristik Amal Saleh


     Orang yang hidup pada zaman pra-islam mempunyai anggapan bahwa kekayaan,
keturunan, kedudukan, dan bermacam-macam kelebihanduniawi lainnya menjadi factor yang
akan menentukan keadaan seseorang.
     Agama islam membawa satu ajaran (dokrin) bahwa keturunan, pangkat, kedudukan yang
tinggi, dan kekayaan yang bayak , semua itu tidak mendatangkan keuntungan, terutama untuk
kehidupan di akhirat kelak. Satu-satunya yang memberikan faedah ialah amal saleh, yakni
perbuatan baik.
Secara umum, pengelompokan amal itu terbagi dua, yaitu amal saleh (amal yang baik) dan
‘amalussayyi’ah (amal yang buruk). Amal saleh ialah segala perbuatan kebbijakan yang
mendatangkan manfaat untuk diri sendiri, keluarga, bangsa, dan manusia seluruhnya, baik
berupa perbuatan, ucapan, maupun sikap.bahkan melakukan suatu perbuatan yang dilarang
Alloh, itu pun termasuk amal saleh.

3.  Nilai Positif Amal Saleh


     Dalam Al-Qur’an, banyak diuraikan hasil (buah) dari amal saleh, baik didunia maupun
diakhirat, yaitu:
A. Rezeki yang baik (al-Hajj/22:50):

‫ات هَلُ ْم َم ْغ ِف َر ةٌ َو ِر ْز ٌق َك ِر ٌمي‬


ِ ‫الص احِل‬
َ َّ ‫وا‬ ‫ل‬
ُ ِ ‫فَالَّ ِذ ين آم نُوا و ع‬
‫م‬ ََ َ َ
50. Maka orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka ampunan
dan rezeki yang mulia.

B. Derajat yang tinggi (Taha/20:75):

ِ ‫الص احِل‬
‫ات‬ َ ِ‫ُولَ ئ‬
َّ ‫ك هَلُ ُم‬
ُ ‫الد َر َج‬
ٰ ‫ات فَأ‬
َ َّ ‫ل‬ ِ ‫و م ن ي أْ تِ ِه م ْؤ ِم نً ا قَ ْد ع‬
‫م‬
َ َ ُ َ ََْ
‫الْ عُ لَ ٰى‬
Dan barangsiapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan beriman, lagi .75

sungguh-sungguh telah beramal saleh, maka mereka itulah orang-orang yang

memperoleh tempat-tempat yang tinggi (mulia)

C. Keberuntungan (al-Qasas/28:67):

‫ون ِم َن‬ ْ ‫ص احِلً ا َف َع َس ٰى أ‬


َ ‫َن يَ ُك‬ ِ
َ ‫آم َن َو َع م َل‬
َ ‫اب َو‬
َ َ‫فَأ ََّم ا َم ْن ت‬
‫ني‬ ِِ
َ ‫الْ ُم ْف ل ح‬
67. Adapun orang yang bertaubat dan beriman, serta mengerjakan amal yang
saleh, semoga dia termasuk orang-orang yang beruntung.

D. Keadilan (Yunus/10:4):

ُ ِ‫ إِ نَّهُ َي ْب َد أُ اخْلَ ْل َق مُثَّ يُع‬Eۚ ‫ َو ْع َد اللَّ ِه َح ًّق ا‬Eۖ ‫إِلَ ْي ِه َم ْر ِج عُ ُك ْم مَجِ ًيع ا‬
‫يد ُه‬
‫ين‬ ‫ذ‬ِ َّ‫ و ال‬Eۚ ‫ات بِالْ ِق س ِط‬ ِ ‫الص احِل‬ َّ ‫وا‬ ‫ل‬
ُ ِ ‫لِي ج ِز ي الَّ ِذ ين آم نُوا و ع‬
‫م‬
َ َ ْ َ ََ َ َ َ َْ
َ ‫يم مِب َا َك انُوا يَ ْك ُف ُر‬
‫ون‬ ِ‫يم و ع َذ اب أَل‬ ٍ ِ‫َك َف ر وا هَل م َش ر اب ِم ن مَح‬
ٌ ٌ ََ ْ ٌ َ ُْ ُ
4. Hanya kepada-Nya-lah kamu semuanya akan kembali; sebagai janji yang benar
daripada Allah, sesungguhnya Allah menciptakan makhluk pada permulaannya
kemudian mengulanginya (menghidupkannya) kembali (sesudah berbangkit), agar
Dia memberi pembalasan kepada orang-orang yang beriman dan yang
mengerjakan amal saleh dengan adil. Dan untuk orang-orang kafir disediakan
minuman air yang panas dan azab yang pedih disebabkan kekafiran mereka.
E. Keluar dari kegelapan (at-Talaq/65:11):

‫ون أ ََّو َل َم ْن أَلْ َق ٰى‬ ْ ‫َن ُت ْل ِق َي َو إِ َّم ا أ‬


َ ‫َن نَ ُك‬ ْ ‫وس ٰى إِ َّم ا أ‬
َ ‫قَالُوا يَا ُم‬
65. (Setelah mereka berkumpul) mereka berkata: "Hai Musa (pilihlah), apakah
kamu yang melemparkan (dahulu) atau kamikah orang yang mula-mula
melemparkan?"

F. Rahmat dan cinta (al-Jasiyah/45:30):

ِ‫ول إِاَّل َك انُوا بِه‬


ٍ ‫يه م ِم ن ر س‬
ِ ِ ‫ي ا ح س ر ًة ع لَ ى الْ عِ ب‬
ِ‫ م ا ي أْ ت‬Eۚ ‫اد‬
َُ ْ ْ َ َ َ َ َْ َ َ
َ ُ‫يَ ْس َت ْه ِز ئ‬
‫ون‬
30. Alangkah besarnya penyesalan terhadap hamba-hamba itu, tiada datang
seorang rasulpun kepada mereka melainkan mereka selalu memperolok-
olokkannya.

G. Hilang perasaan takut (Taha/20:112):

‫اف ظُْل ًم ا َو اَل‬ ِ ‫الص احِل‬


ُ َ‫ات َو ُه َو ُم ْؤ ِم ٌن فَاَل خَي‬ َّ ‫ن‬ ِ ‫ومن يعمل‬
‫م‬
َ َ ْ َ َْ ْ َ َ
‫ض ًم ا‬
ْ ‫َه‬
112. Dan barangsiapa mengerjakan amal-amal yang saleh dan ia dalam keadaan
beriman, maka ia tidak khawatir akan perlakuan yang tidak adil (terhadapnya) dan
tidak (pula) akan pengurangan haknya.

H. Pahala yang cukup (Alli ‘Imran/3:57):

ِ ‫الص احِل‬
ِ ‫ات َف ُي و ف‬ ِ ‫و أ ََّم ا الَّ ِذ ين آم نُوا و ع‬
ُ‫ َو اللَّ ه‬Eۗ ‫ور ُه ْم‬
َ ‫ُج‬
ُ ‫ِّيه ْم أ‬ َ َ َّ ‫وا‬ ‫ل‬
ُ ‫م‬ ََ َ َ َ
ِِ ُّ ِ‫اَل حُي‬
َ ‫ب الظَّال م‬
‫ني‬
57. Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan-amalan yang
saleh, maka Allah akan memberikan kepada mereka dengan sempurna pahala
amalan-amalan mereka; dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim.

I. Ampunan Ilahi (Fatir/35:37):

‫ص احِلً ا َغ ْي َر الَّ ِذ ي‬
َ ‫َخ ِر ْج نَ ا َن ْع َم ْل‬ ْ ‫يه ا َر بَّ نَ ا أ‬
ِ َ ‫و ه م ي ص طَ ِر خ‬
َ ‫ون ف‬ ُ ْ َ َُْ
‫ِّر ُك ْم َم ا َي تَ َذ َّك ُر فِ ِيه َم ْن تَ َذ َّك َر َو َج اءَ ُك ُم‬ ْ ‫ أ ََو مَلْ نُ َع م‬Eۚ ‫ُك نَّا َن ْع َم ُل‬
ِ َ‫ فَ ُذ وقُوا فَم ا لِلظَّالِ ِم ني ِم ن ن‬Eۖ ‫َّذ ير‬
ٍ‫ص ري‬ ِ ‫الن‬
ْ َ َ ُ
37. Dan mereka berteriak di dalam neraka itu: "Ya Tuhan kami, keluarkanlah
kami niscaya kami akan mengerjakan amal yang saleh berlainan dengan yang
telah kami kerjakan". Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam
masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan (apakah tidak)
datang kepada kamu pemberi peringatan? maka rasakanlah (azab Kami) dan tidak
ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun.

J. kehidupan di surga (al-Mu’minun/40:23):

‫ص احِلً ا ِم ْن‬ ِ ِ
َ ‫ َو َم ْن َع م َل‬Eۖ ‫إِ اَّل م ْث لَ َه ا‬ ‫جُيْ َز ٰى‬ ‫َم ْن َع ِم َل َس يِّئَ ةً فَاَل‬
ِ َ ُ‫ون اجْل نَّةَ ي ر ز ق‬
‫يه ا‬
َ ‫ون ف‬ َ ْ ُ َ َ ُ‫ك يَ ْد ُخ ل‬ َ ِ‫ُولَ ئ‬
ٰ ‫فَأ‬ ‫ُم ْؤ ِم ٌن‬ ‫ذَ َك ٍر أ َْو أُ ْن ثَ ٰى َو ُه َو‬
‫اب‬ٍ ‫بِغَ رْيِ ِح س‬
َ
40. Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka dia tidak akan dibalasi
melainkan sebanding dengan kejahatan itu. Dan barangsiapa mengerjakan amal
yang saleh baik laki-laki maupun perempuan sedang ia dalam keadaan beriman,
maka mereka akan masuk surga, mereka diberi rezeki di dalamnya tanpa hisab.

4.  Membiasakan Amal Saleh


     Setiap amal saleh, harus didasari niat yang suci dan ikhlas. Jangan sampai seorang yang
beramal memiliki niat yang salah, ada udang dibalik madu. Misasal, mengharap
kedudukan,pujian, atau keuntungan yang lain-lain. Berusaha atau beramal, pada umumnya
tidak memandang ruang dan waktu serta tidak hanya pada saat yang lapang. Dalam situasi
apa pun, kita tidak menyianyiakan untuk beramal atau berusaha. Walaupun hasil amal itu
belum tampak sekarang, hal itu tidak boleh menjadikan kita malas beramal.
Karena, dengan kebiasaan kita beramal saleh kita akan mendapatkan pahal jariah yang
melimpah. Kita juga bisa mendapatkan banyak sekali manfaat didunia, contohnya seperti
ketika kita beramal saleh tanpa kita sadari kita telah melakukan suat kebaikan. Baik itu secara
terang – terangan maupun secara sembunyi – sembunyi. Sebagaimana Allah telah berfirman
didalam (QS. Ar- Rum ayat 45 ) dam ( QS. Ibrahim ayat 23 ) :

ُّ ِ‫ إِنَّهُ اَل حُي‬Eۚ ‫ض لِ ِه‬


‫ب‬ ِ ‫الص احِل‬
ْ َ‫ات ِم ْن ف‬ ِ
َ َّ ‫آم نُوا َو َع م لُوا‬
َ ‫ين‬
َ
ِ َّ‫لِي ج ِز ي ال‬
‫ذ‬ َ َْ
‫ين‬ ِ
‫ر‬ ِ‫الْ َك اف‬
َ
45. Agar Allah memberi pahala kepada orang-orang yang beriman dan beramal
saleh dari karunia-Nya. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang
ingkar. ( QS. Ar-Rum )

ٍ ‫ات ج ن‬
‫َّات جَتْ ِر ي ِم ْن حَتْ تِ َه ا‬ ِ ‫الص احِل‬ َّ ‫وا‬ ‫ل‬
ُ ِ ‫الَّ ِذ ين آم نُوا و ع‬
‫م‬ ‫َو أ ُْد ِخ َل‬
َ َ ََ َ َ
ِ‫ حَتِ يَّ ت ه م ف‬Eۖ ‫خ الِ ِد ين فِ يه ا بِِإ ْذ ِن ر هِّبِ م‬
ٌ‫يه ا َس اَل م‬
َ ْ ُُ ْ َ َ َ َ ‫اأْل َ ْن َه ُار‬
23. Dan dimasukkanlah orang-orang yang beriman dan beramal saleh ke dalam
surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya dengan
seizin Tuhan mereka. Ucapan penghormatan mereka dalam surga itu ialah "salaam".
( QS. Ibrahim )
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan Setelah memahami dan mempelajari materi aklaq terpuji ,kami dapat
mengambil hikmah yang begitu banyak, bahwa akhlaq terpuji itu dapat mendatangkan
kebaikan baik di dunia maupun di akhirat. Materi ini bukan hanya untuk di pelajari, namun di
aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, karena dengannya kita akan mampu beribadah dan
bermuamalah dengan baik.Di akhirat kelak pun yang paling berat timbangannya adalah
akhlaq terpuji. Jadi akhlaq terpuji dengan adil,amal shaleh,ridha,persatuan dan kerukunan ini
adalah salah satu aspek agar kita mampu berbuat akhlaq mulia sesuai dengan tuntunan Allah
dan Rasull-Nya.
Semoga dengan dibukukannya makalah ini, baik pembaca maupun menulis bisa
menerapkan apa yang telah dijabarkan dalam makalah ini dengan baik. Harapannya kita bisa
bersama sama untuk menuju jalan kebaikan. Oleh karena itu, semoga kedepannya kita dapat
meningkatkan tentang ADIL, RIDHP, DAN AMAL SALEH dengan baik. Terima kasih
semoga semua yang telah membaca makalah ini bisa menerepkan perilaku terpuji tersebut.
Dan dapat juga mensiarkan jalan dakwah ini Aamiin Allahhumma Aamiin.

B. Saran
Saran kami dari Kelompok IV mengenai sikap perilaku terpuji yaitu ADIL, RDHO,
AMAL SALEH. Jangan pernah berhenti untuk melakukan sekecil apapun itu maupun sebesar
apapun itu. Karena, Allah akan mengingat sebesar apapun kebaikan mu dan Allah SWT juga
akan tetap mengingat segala keburukan mu didunia naik disengaja maupun tidak disengaja.
Oleh karena itu, teruslah berbuat baik kesiapapun karena kita tidak tahu sebesar apa dosa atau
pahala gita. Nah, dengan berprilaku terpuji yang sudah dijabarkan dalam makalah ini bisa
memotivasi kami penyusun dan khususnya bagi pembaca untuk terus melakukan perilaku
terpuji ini. Untuk kritik dan saran tentang kurang atau lebihnya kami terima. Maaf bila ada
kata-kata ataupun kesalahan dalam penyusunan kami ucapkan maaf sebesar-besarnyaa.

DAFTAR PUSTAKA

http://abufasih2012.blogspot.com/2012/10/adil-ridha-dan-amal-shaleh.html
https://jvccomputer.blogspot.com/2017/07/makalah-agama-perilaku-terpuji-adil.html
http://referensikoe.blogspot.com/2014/09/contoh-makalah-cinta-akhlak-amal-
shaleh.html
https://tafsirq.com/index
http://zevalova.blogspot.com/2014/02/makalah-pendidikan-agama-islam.html

Anda mungkin juga menyukai