Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MAKALAH KELOMPOK

AKHLAK TASAWUF

“Pendidikan Akhlak Dalam Keluarga”

Dosen Pengampu :

Prof. Dr. H. Asep Usman Ismail M.Ag.

Disusun oleh:

Kelompok 5

Fasya Nadhira Sarhan 11180541000091

Amanda Oksa Milania 11180541000115

Muhammad Farhan Haikal 11180541000117

Talida Salwaa 11180541000113

JURUSAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2018
BAB I

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PENDIDIKAN AKHLAK

Pendidikan adalah usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-


potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada pada
masyarakat dan kebudayaan. Pendidikan merupakan suatu aktivitas untuk mengembangkan
seluruh aspek kepribadian manusia yang berjalan seumur hidup. Pendidikan adalah menjadi
sebuah keniscayaan dalam ikut mempertemukan kerja akal dengan pikirnya dan kerja hati
dengan dzikirnya. Dalam islam, pada mulanya pendidikan disebut dengan kata “ta’dib”. Kata
unsur-unsur pengetahuan (‘ilm), pengetahuan (ta’lim), dan pengasuhan yang baik (tarbiyah).
Dengan demikian dapat dipahami bahwa pendidikan adalah suatu kegiatan atau usaha yang
dilakukan secara sadar dan disengaja untuk memberikan bimbingan, baik jasmani maupun
rohani, melalui penanaman nilai-nilai islam, latihan moral, fisik serta menghasilkan perubahan
kearah positif yang nantinya dapat di aktualisasikan dalam kehidupan, dengan kebiasaan
bertingkah laku, berpikir dan berbudi pekerti yang luhur menuju terbentuknya manusia yang
berakhlak mulia.

Kata akhlak secara bahasa berasal dari bahasa Arab “Al-Khulk” yang diartikan sebagai
perangkai, tabiat, budi pekerti, dan sifat seseorang. Jadi akhlak seseorang dapat diartikan sebagai
budi pekerti yang dimiliki oleh seseorang terkait dengan sifat-sifat yang ada pada dirinya. Kata
akhlak menurut istilah khususnya dalam islam diartikan sebagai sifat atau perangai seseorang
yang telah melekat dan biasanya akan tercermin dari perilaku orang tersebut. Seseorang yang
memiliki sifat baik biasanya akan memiliki perangai atau akhlak yang baik juga dan sebaliknya
yang memiliki perangai atau akhlak yang tidak baik cenderung memiliki akhlak yang tercela.

Maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan akhlak adalah pendidikan mengenai dasar-
dasar akhlak dan keutamaan perangai, tabiat yang harus dimiliki dan dijadikan kebiasaan oleh
anak sejak masa analisa sampai ia menjadi seorang mukallaf, seseorang yang telah siap
mengarungi lautan kehidupan. Ia tumbuh dan berkembang dengan berpijak pada landasan iman
kepada Allah dan terdidik untuk selalu kuat, ingat bersandar, meminta pertolongan dan berserah
diri kepada-Nya, maka ia akan memiliki potensi dan respon yang instingtif di dalam menerima
setiap keutamaan dan kemuliaan.

B. PENGERTIAN KELUARGA

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan
beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan
saling ketergantungan. Keluarga terdiri dari suami, istri, dan anak. Berbagai peranan yang
terdapat dalam keluarga adalah sebagai berikut:

1. Peran suami dari istri dan ayah dari anaknya berperan sebagai pencari nafkah, pendidik,
pelindung, dan pemberi rasa aman sebagai kepala keluarga.

2. Peran istri dari suami dan ibu dari anaknya berperan sebagai pengasuh, mengurus rumah
tangga, dan pendidik untuk anak-anaknya.

3. Peran anak adalah melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan tingkat perkembangannya
baik fisik, mental, sosial dan spiritual.

Arti keluarga dalam islam, keluarga memiliki sebuah arti penting dimana keluarga
merupakan bagian dari masyarakat islam dan dalam keluargalah seseorang belajar mengenal
islam sejak kecil.

Peran Keluarga Dalam Islam

Sebuah keluarga memegang peranan penting dalam kehidupan karena setiap manusia atau
muslim tentunya berangkat dari sebuah keluarga. Jadi bisa disimpulkan bahwa keluarga adalah
tempat dimana pondasi nilai-nilai agama diajarkan oleh kedua orangtua dan anggota keluarga
lainnya kepada seorang anak. Adapun peran keluarga dalam islam antara lain:

1. Menanamkan ajaran islam

Meskipun tidak semua muslim mendapatkan keislamannya dari keluarga yang


melahirkannya, tetap saja keluarga adalah tempat pertama dimana seorang anak belajar tentang
agama islam. Dalam sebuah keluarga, suami istri yang menikah akan menjalankan dan
membangun rumah tangga dengan ajaran agama islam dan hal tersebut juga akan diajarkan pada
anak-anaknya.Dari sebuah keluarga, seorang anak akan melihat bagaimana orangtuanya shalat,
berpuasa, membaca alqur’an dan lain sebagainya. Sebuah keluarga yang sakinah, mawaddah dan
warahmah akan senantiasa menanamkan iman dan membentuk anak-anaknya menjadi pribadi
dengan akhlak dan budi pekerti yang baik terutama saat bergaul dalam masyarakat .
Sebagaimana disebutkan dalam dalil berikut ini

‫ف َو ََّل تَ ْن َه ْر ُه َما‬ ٍّ ُ ‫سانًا ۚ إِ اما يَ ْبلُغ اَن ِع ْندَكَ ْال ِكبَ َر أ َ َحد ُ ُه َما أ َ ْو ِك ََل ُه َما فَ ََل تَقُ ْل لَ ُه َما أ‬
َ ْ‫ض ٰى َربُّكَ أ َ اَّل تَ ْعبُدُوا إِ اَّل إِيااهُ َوبِ ْال َوا ِلدَي ِْن إِح‬
َ َ‫َوق‬
‫َوقُ ْل لَ ُه َما َق ْو ًَّل ك َِري ًم‬

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah
kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara
keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali
janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak
mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (Qs Al isra : 23)

2. Memberikan rasa tenang

Keluarga adalah orang terdekat bagi setiap manusia dan tempat mencurahkan segala isi hati
maupun masalah. Keluarga juga merupakan tempat berkeluh kesah bagi setiap anggotanya
karena hanya keluargalah yang ada dan senantiasa memberikan perhatian kepada setiap orang
meskipun keadaan keluarga setiap orang berbeda-beda. Dalam Alqur’an sendiri disebutkan
bahwa keluarga yang sakinah adalah keluarga yang dipenuhi dengan ketentraman dan
ketenangan hati.

3. Menjaga dari siksa api neraka

Telah disebutkan sebelumnya bahwa keluarga adalah tempat dimana nilai-nilai islam dan
ajaran agama diajarkan untuk pertama kali dan dalam keluarga juga, orangtua serta anak-
anaknya akan menjaga satu sama lain dari perbuatan maksiat dan saling mengingatkan. Seperti
yang disebutkan dalam QS At Tahrim ayat 6 bahwa seorang muslim harus menjaga dirinya dan
keluarganya dari perbuatan dosa dan siksa api neraka.
‫َّللاَ َما أَ َم َر ُه ْم‬
‫صونَ ا‬ ٌ ‫ارة ُ َعلَ ْي َها َم ََلئِكَةٌ ِغ ََل‬
ُ ‫ظ ِشدَادٌ ََّل َي ْع‬ َ ‫اس َو ْال ِح َج‬ ً ‫س ُك ْم َوأ َ ْه ِلي ُك ْم ن‬
ُ ‫َارا َوقُودُهَا النا‬ َ ُ‫َيا أَيُّ َها الاذِينَ آ َمنُوا قُوا أ َ ْنف‬
َ‫َو َي ْف َعلُونَ َما يُؤْ َم ُرون‬

“Hai orang-orang beriman ! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari (kemungkinan siksaan) api
neraka, yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya adalah para malaikat yang
kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka
dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan ( QS Altahrim : 6)”.

4. Melanjutkan keturunan dan memperoleh keberkahan

Salah satu tujuan pernikahan dan membentuk keluarga adalah untuk memiliki keturunan
yang baik dan saleh. Memiliki anak yang saleh dan shalehah adalah karunia dan berkah Allah
SWT kepada setiap orangtua. Membangun sebuah rumah tangga dan keluarga pada dasarnya
adalah jalan menuju keberkahan karena didalam keluarga ada orangtua dan ridha Allah SWT
adalah juga merupakan ridha orangtua.

C. DASAR-DASAR PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KELUARGA

Secara garis besar pendidikan dalam keluarga yang harus dibina salah satunya yaitu
pembinaan akhlak. keluarga dalam hal ini harus memahami keutamaan akhlak yang baik,
kebaikan akhlak juga tergantung pada konsistensi kekuatan amarah dan syahwat yang sejalan
dengan akal dan syarak. Konsistensi ini dapat dicapai dengan tiga jalan sebagai berikut:

1. Dengan kemurahan ilahiah dan kesempurnaan fitrah. Karena manusia diciptakan dan
dilahirkan dengan kesempurnaan akal dan kebaikan akhlak, cukuplah itu baginya untuk
menguasai amarah dan syahwatnya. Kemurahan ilahiah dan kesempurnaan fitrah merupakan
karunia yang sejalan dengan akal dan syarak sehingga orang dapat menjadi alim tanpa belajar
atau menjadi beradab tanpa penuntun.

2. Proses usaha pencapaian akhlak yang baik dilakukan dengan riyadlah dan mujahadah, yakni
dengan melakukan amal perbuatan baik yang diinginkan. Dengan melakukan riyadlah dan
mujahadah itu, diharapkan seseorang dapat menikmati perbuatan baik yang telah menjadi
kebiasaan dirinya, bahkan dia membenci perbuatan-perbuatan buruk. Rasulullah Saw bersabda, “
Aku membiasakan diri menangis di waktu shalat”. (H.R. An-nasa’i)

3. Dengan menyaksikan orang-orang yang berakhlak baik dan berteman dengan mereka. Orang-
orang seperti itu adalah teman-teman yang baik dan menuju kebaikan. Kepribadian seseorang
bisa merupakan adopsi dari kepribadian orang lain, apakah itu kepribadian baik atau kepribadian
buruk. Jika sifat paling mulia hanya diberikan kepada Nabi Muhammad Saw, kita sebagai
orangtua juga harus menanamkan akhlak mulia kepada anak-anak, membimbing mereka tumbuh
dengannya, mengajari mereka setiap saat dan menjadi suri teladan. Tidak ada artinya orang
mengajarkan akhlak mulia, sementara kehidupan ia sendiri bertolak belakang dengannya. Akan
sulit menanamkan kemuliaan dalam perilaku anak jika kita tidak mengaplikasikannya dalam
kehidupan nyata diri kita sendiri. Adapun cara untuk menumbuhkan akhlak yang mulia adalah,
diantaranya yaitu:

a. Menanamkan kejujuran

Contoh: Seorang bapak harus benar-benar jujur dalam menghadapi anak-anaknya. Ia harus
menjawab setiap pertanyaan anak dengan jawaban yang sederhana dan jujur.

b. Keberanian

Contoh: Ajarkan kepada mereka, keberanian adalah berani berbuat benar dan bersegera
membantu orang lain, berpikir sebelum mengambil suatu langkah, dan memohon pertolongan
Allah Swt sebelum melakukan ssegala sesuatu.

c. Bergaul dengan baik

Contoh: Ingatkan anak-anak anda dengan prinsip Qurani, “Dan tidaklah sama kebaikan dan
kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, Maka tiba-tiba orang yang
antaramu dan antara Dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat
setia”.(Q.S. Fushilat : 34)
d. Bersandar pada dirinya sendiri

Contoh: Ajarkan anak-anak anda bahwa orang harus bekerja dan bersungguh-sungguh dalam
pekerjaannya. Dan Allah Swt berfirman; “Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan
Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan
dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-
Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”. Rasulullah Saw bersabda, “ Tidak ada
makanan yag lebih baik daripada makanan hasil jerih payah sendiri.” (H.R. Bukhari). Anak-anak
harus berusaha selalu belajar dengan tekun dan rajin agar menjadi pribadi yang mandiri dan
dapat hidup dari hasil keringatnya sendiri.

e. Tidak berlebihan dan disiplin

Contoh: Allah Swt memberikan gelar bagi orang yang beriman melalui firman-Nya,
“Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan”.
Ajari anak anda, dalam setiap perkara yang diperbolehkan, agar tidak berlebihan dalam makan,
minum, berbicara, berolahraga, bergaul. Ajari ia untuk mengenal batas-batas kemampuan badan
dan akal serta menghindari sikap berlebihan dan hilang kendali diri.

f. Menepati janji

Contoh: “Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih baik
(bermanfaat) sampai ia dewasa dan penuhilah janji Sesungguhnya janji itu pasti diminta
pertanggungan jawabnya”.

D. PROSES PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KELUARGA

Proses pendidikan dalam keluarga juga tidak selamanya berjalan lancar tanpa hambatan.
Pada saat tertentu orang tua atau lingkungan di luar keluarga mempengaruhi proses pendidikan
yang ada. Kapasitasnya juga tidak menentu. Ada yang ringan, berat dan ada juga yang fatal
permasalahan tersebut. Untuk itu orang tua dan penanggungjawab pendidikan yang lainnya harus
bijaksana dalam menyelesaikan atau mengatasi masalah tersebut. Berbagai tanggung jawab yang
paling menonjol dan diperhatikan oleh Islam adalah tanggung jawab orang tua tarhadap anak.
Islam sangat memperhatikan terhadap perkembangan jiwa manusia, terutama
pengawasan yang menyeluruh terhadap pendidikan yang meliputi terhadap individu dan
masyarakat. Juga seluruh tahap pertumbuhan manusia, yaitu; sejak dari masa kehamilan, proses
kelahiran, masa tumbuh kembang, masa kanak-kanak, masa anak, masa dewasa (dewasa awal),
dan masa tua (dewasa menengah serta akhir).

Berbagai tanggung jawab yang paling menonjol dan diperhatikan oleh Islam adalah
tanggung jawab orang tua terhadap anak. Pada hakikatnya tanggung jawab itu adalah tanggung
jawab yang besar, dimulai dari masa kelahiran sangat penting, sebab tanggung jawab itu dimulai
dari masa kelahiran sampai berangsur-angsur anak mencapai masa balita, pubertas dan sampai
anak menjadi dewasa yang wajib memikul segala kewajiban. Tidak diragukan lagi bahwa orang
tua melaksanakan tanggung jawab secara sempurna dan menjalankan hak-hak dengan penuh
amanah dan kemauan sesuai dengan tuntunan Islam.

Islam menyerukan kepada setiap muslim agar mendidik diri dan keluarga mereka
menjadi pribadi-pribadi yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. Ayat Al-Qur’an di atas
menegaskan pentingnya pendidikan bagi setiap muslim dan orang tua dibebankan untuk
memikul tanggung jawab tersebut.

Akhlak yang terbentuk pada diri anak juga merupakan hasil didikan orang tua, di
samping hasil didikan sekolah dan masyarakat. Orang tua bertanggung jawab memberikan
pendidikan akhlak kepada anak. Akhlak orang tua akan menjadi teladan bagi anak-anaknya jika
orang tua tersebut memiliki akhlak yang baik, namun akan berakibat buruk jika orang tua
memiliki akhlak yang buruk dan itu dicontohkan oleh anak.

Jika pendidikan anak jauh dari pada akidah Islam, terlepas dari arahan religius dan tidak
berhubungan dengan Allah, maka dasar kefasikan, penyimpangan, kesesatan dan kekafiran.
Bahkan ia akan mengikuti hawa nafsu dan bergerak dengan motor negatif dan bisikan-bisikan
setan, sesuai dengan tabiat, fisik, keinginan dan tuntutannya yang rendah.
Adapun pendekatan yang digunakan orang tua dalam membina akhlak anak adalah:

1. Metode Keteladanan. Metode yang paling mendominasi pendidikan akhlak yang disampaikan
Nabi SAW adalah metode keteladanan. Nabi SAW memberikan contoh dirinya sendiri sebagai
perbandingan dalam berakhlak mulia. Melalui keteladanan yang diperlihatkan guru agama, bisa
menjadi panutan dan contoh bagi masyarakat, terutama bagi mereka yang kehilangan figur
panutan. Berbagai sifat yang dimiliki Rasullulah patut untuk dijadikan teladan bagi siapa saja
pendidik/guru yang ingin mendidik peserta didik mereka menjadi manusia yang bertakwa kepada
Allah SWT. Meskipun pada pelaksanaannya hal ini tidak semudah yang dibayangkan.

2. Metode Kebiasaan. Islam menggunakan kebiasaan itu sebagai salah satu teknik pendidikan,
lalu mengubah seluruh sifat-sifat baik menjadi kebiasaan, sehingga jiwa dapat menunaikan
kebiasaan, tanpa menemukan kesulitan. Dalam hal ini, guru agama bisa membiasakan
masyarakat mengerjakan prilaku yang berdampak kepada kebaikan melalui interaksi sehari-hari.

3. Metode Nasihat. Seorang ulama sebagai pengajar yang baik akan selalu menggunakan cara
yang terbaik dalam memberikan nasehat kepada anak didiknya agar mereka senang dan rela
menerima nasehatnya. Bagi seorang pendidik, nasehat yang diberikan itu jangan sampai
mempertajam timbulnya perbedaan dan pendapat dan sikap permusuhan di antara peserta
didiknya. Dengan pendekatan ini diharapkan mampu memberikan perubahan bagi moral
masyarakat. Saling sehat-menasihati merupakan budaya Islami yang telah dikembangkan sejak
zaman Nabi hingga para sahabat mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari mereka.
BAB II

PENUTUP

KESIMPULAN

Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak, karena merekalah anak mula-mula
menerima pendidikan-pendidikan serta anak mampu menghayati suasana kehidupan religius
dalam kehidupan keluarga yang akan berpengaruh dalam perilakunya sehari-hari yang
merupakan hasil dari bimbingan orang tuanya, agar menjadi anak yang berakhlak mulia, budi
pekerti yang berguna bagi dirinya, masa depan, keluarga, agama, bangsa, dan negara.
DAFTAR PUSTAKA

M. Hasyim Syamhudi.2015.Akhlak Tasawuf (dalam konstruksi piramida ilmu islam).Malang: Madani


Media.

http://uikas3bogor.blogspot.com/2015/04/model-konsep-pendidikan-akhlak-dalam_12.html?m=1

http://pengertiankomplit.blogspot.com/2015/08/pengertian-pendidikan-akhlak.html?m=1

https://www.google.co.id/amp/s/dalamislam.com/info-islami/keluarga-dalam-islam/amp

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Keluarga

https://dalamislam.com/info-islami/keluarga-dalam-islam

http://khoirunnisadestioktaviani.blogspot.com/2011/05/pendidikan-akhlak-dalam-keluarga.html

Anda mungkin juga menyukai