Disusun Oleh :
Sehabudin Alfarizi
Adam Awaludin
PENDAHULUAN
Tanggung jawab adalah salah satu ajaran pokok dari agama. Bahwa Tuhan Maha Adil,
maka setiap orang pasti akan mempertanggung jawabkan perbuatannya, sekecil apapun itu, dan
akan mendapatkan balasan yang setimpal. Balasan bisa di terima kelak di akhirat, atau sekarang
di dunia, atau bahkan dua-duanya, dibalas di dunia dan diakhirat. Perilaku tanggung jawab harus
diterapkan dimana saja kita berada karena ini merupakan sifat yang terpuji, oleh karena itu kita
wajib bertanggung jawab atas segala bentuk apapun yang kita perbuat, entah itu perbuatan baik
ataupun tidak. Bertanggung jawab berarti kita juga telah berlaku jujur. Dalam makalah ini akan
dibahas tentang ayat dan hadist mengenai tanggung jawab terhadap keluarga dan
B. Rumusan Masalah
3. Apa isi kandungan ayat yang menjelaskan tentang tanggungjawab trhadap orang tua ?
BAB II
PEMBAHASAN
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Penjaganya adalah malaikat-malaikat
yang kasar dan keras. Mereka tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan
Disarikan dari berbagai tafsir, bahwa ayat ini turun sebagai peringatan agar diantara
anggota keluarga saling menjaga antara satu sama lain. Diriwayatkan bahwa hendaknya kita
saling menjaga keluarga dengan melarang mereka mengerjakan apa yang telah dilarangkan
kepada diri kita dan memerintahkan keluarga kita untuk mengerjakan apa yang telah
diperintahkan oleh Allah Swt.. Hal ini merupakan salah satu bentuk upaya kita untuk
menyelamatkan keluarga dari siksaan api neraka yang dijaga oleh malaikat yang keras dan kasar
bertakwa kepada Allah Swt. dan berdakwah; Anjuran untuk menyelamatkan diri dan keluarga
dari siksaan api neraka; Pentingnya pendidikan Islam sejak dini agar paham dengan Agama yang
diridai oleh Allah Swt.; dan Mengimani para malaikat yang merupakan salah satu bagian dari
rukun iman. Adapun makna dari keluarga yang selamat adalah sekelompok orang atas dasar
syariat hukum Allah Swt. dalam membina suatu ikatan, yang bertujuan untuk selamat di dunia
dan di akhirat, mereka akan saling menyelamatkan dan saling menjaga. Keluarga yang senantiasa
beriman kepada Allah Swt. akan dipertemukan kembali di dalam surga tanpa pengurangan
pahala sedikitpun, karena setiap orang hanya akan terikat dengan apa yang dikerjakannya.
Selain itu Allah Swt. juga mengingatkan kita bahwa sesungguhnya harta dan anak adalah
cobaan dan perhiasan dunia semata. Oleh karena itu hendaknya kita selalu mengingatkan
keluarga kita untuk melaksanakan salat dan sabar; memberikan nasihat dan peringatan;
menanamkan prioritas tauhid pada hati mereka; mengajarkan hal-hal yang wajib diketahui oleh
setiap muslim berupa hak-hak Allah Swt. atas hamba-Nya, rukun iman, rukun Islam, dan dosa-
dosa besar yang wajib dihindari; menanamkan akhlak yang baik; mengeluarkan zakat jika sudah
berkewajiban; meninggalkan segala bentuk riba; mengingatkan untuk saling berbuat kebaikan;
meninggalkan perbuatan yang diharamkan dan dibenci Allah Swt. serta terus berjuang dan
Beliau juga menambahkan, bahwa terdapat tiga hal yang bisa menyelamatkan dan tiga
hal yang bisa merusak menurut HR. Imam Al-Baihaqi. Tiga hal yang menyelamatkan antara lain
ialah: (1) Taqwa kepada Allah dalam sepi maupun ramai; (2) Berkata benar (adil) dalam kondisi
rida maupun marah; dan (3) Bersikap sederhana dalam keadaan kaya maupun miskin. Sedangkan
tiga hal yang merusak antara lain ialah: (1) Bakhil yang kelewatan; (2) Nafsu yang diikuti; dan
(3) Ujub terhadap diri sendiri. Maka dari itu hendaknya kita selalu berdoa untuk diselamatkan
َو اْبَتُلوا اْلَيَتاَم ى َح َّتى ِإَذ ا َبَلُغوا الِّنَك اَح َفِإْن آَنْس ُتْم ِم ْنُهْم ُر ْشًدا َفاْد َفُعوا ِإَلْيِهْم َأْمَو اَلُهْم َو اَل َتْأُك ُلوَها ِإْسَر اًفا َو ِبَداًر ا َأْن َيْك َبُر وا َو َم ْن
َك اَن َغ ِنًّيا َفْلَيْس َتْعِفْف َو َم ْن َك اَن َفِقيًر ا َفْلَيْأُك ْل ِباْلَم ْعُر وِف َفِإَذ ا َد َفْع ُتْم ِإَلْيِهْم َأْمَو اَلُهْم َفَأْش ِهُدوا َع َلْيِهْم َو َك َفى ِباِهَّلل َح ِس يًبا
“Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin. Kemudian jika
menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai memelihara harta), maka serahkanlah
kepada mereka harta-hartanya. Dan janganlah kamu makan harta anak yatim lebih dari batas
Barang siapa (di antara pemelihara itu) mampu, maka hendaklah ia menahan diri (dari
memakan harta anak yatim itu) dan barangsiapa yang miskin, maka bolehlah ia makan harta itu
menurut yang patut. Kemudian apabila kamu menyerahkan harta kepada mereka, maka
hendaklah kamu adakan saksi-saksi (tentang penyerahan itu) bagi mereka. Dan cukuplah Allah
Tafsir Mufrodat:
1. َو اْبَتُلوا اْلَيَتاَم ى َح َّتى ِإَذ ا َبَلُغوا الِّنَك اَح : Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur
untuk nikah. Artinya memerhatikan ahklaknya, apakah dia telah memepunyai pikiran yang
cerdas dan dapat berbelanja dengan baik, maksudnya harta itu dapat diserahkan kepadanya
2. َفِإْن آَنْس ُتْم ِم ْنُهْم ُر ْشًدا َفاْد َفُعوا ِإَلْيِهْم َأْمَو اَلُهْم : kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah
Menurut keterangan Ibnu Jarir, ulama berbeda pendapat dalam menafsirkan kata ُر ْش ًدا.
Ibnu Abbas mengatakan, baik keadaannya dapat menggunakan hartanya dengan baik.
3. َو اَل َتْأُك ُلوَها ِإْسَر اًفا َو ِبَداًر ا َأْن َيْك َبُر وا : Dan janganlah kamu makan harta anak yatim lebih dari
dewasa. Dalam ayat ini dijelaskan, barang siapa yang memelihara anak yatim, boleh
memakan harta anak yatim itu asal saja menurut asa kepatutan, yaitu tidak bolh berlebihan
dan tidak pula terburu-buru menghabiskannya sebelum anak itu meningkat dewasa.
4. َو َم ْن َك اَن َغ ِنًّيا َفْلَيْس َتْعِفْف َو َم ْن َك اَن َفِقيًر ا َفْلَيْأُك ْل ِب اْلَم ْعُر وِف: Barang siapa (di antara pemelihara itu)
mampu, maka hendaklah ia menahan diri (dari memakan harta anak yatim itu) dan
barangsiapa yang miskin, maka bolehlah ia makan harta itu menurut yang patut. Maksudnya,
jika washi yang memelihara harta anak yatim itu seorang yang mampu, tidak memerlukan
harta anak yatim yang berada pemeliharaannya itu, baiklah dia menjaga supaya jangan
sampai memakan harta anak itu, sehingga pemeliharaannya terhadap anak itu hanya semata-
mata amal saleh. Tetapi kalau dia seorang yang miskin, boleh dia memakannya dengan cara
Pada ayat ini dari surat ini, Allah menerangkan pokok-pokok cara pembagian harta
pusaka atau harta warisan, sedandkan ayat yang sebelumnya menerangkan tentang bagaimana
menjaga harta anak yatim dan penyerahan kembali kepadanya sebelum ia balig.[2]
Penjelasan Ayat:
Bila seorang wali hendak menyerahkan harta anak-anak yatim kepada mereka, dia harus
menguji mereka terlebih dahulu, apakah anak tersebut sudah bisa mengelola harta atau belum.
Tidak boleh tergesa-gesa dan langsung memberikan tanpa diketahui apakah anak tersebut
mampu atau tidak mengurusi hartanya. Ini dilakukan agar hartanya bisa terjaga dari madharat
apapun bentuknya.
Apabila anak yatim memang sudah bisa mengurus harta, maka tidak apa menyerahkan
harta kepada mereka. Selama wali mengurus anak yatim dan hartanya, tentu saja wali berhak
untuk mendapatkan imbalan, sebagai ganti dari keringat dan jerih payahnya. Dia boleh
mengambil harta anak yatim sesuai dengan standar gaji pengasuh. Tidak boleh melebihi itu,
apalagi mengkorupsinya. Namun, apabila seorang wali anak yatim itu kaya, kehidupannya serba
ada dan tidak kekurangan, sebaiknya tidak mengambil harta anak yatim meskipun dia
untuk mendatangkan saksi yang menyaksikan bahwa wali telah menyerahkan harta kepada anak
yatim. Tujuan dari hal ini adalah untuk anak yatim dan wali itu sendiri. Untuk wali supaya dia
tidak melakukan kezhaliman apapun dan untuk anak yatim supaya tidak terjadi kericuhan bila
suatu saat nanti dia merasa ada harta yang belum dikembalikan. Perintah ini adalah wajib. Makna
dari perintah di sini adalah keharusan seorang wali untuk mempersaksikan bahwa amanah yang
ada di pundaknya kini telah pindah kepada pemiliknya di depan dua lelaki atau satu lelaki dan
dua perempuan. Sehingga ketika suatu saat nanti bila si yatim mengaku bahwa wali belum
menyerahkan hartanya, mereka bisa bersaksi. Sebab, bila tak ada saksi, maka yang dipakai
adalah perkataan yatim. Dan cukuplah Allah sebagai sebaik-baik pengawas dan saksi. Dia tak
bisa dibodohi atau dibohongi. Tak ada syahid yang lebih afdhol dari Allah.
dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam
mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu, kamilah yang memberi rezki kepadamu.
dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa
1. ASBABUN NUZUL
Ibnu Abi Syaibah dan Ibnu Murdawaih dan Bazzar dan Abu Ya'la telah
mengetengahkan sebuah hadis melalui Abi Rofi' yang telah menceritakan bahwa nabi
kepada seorang laki-laki yahudi untuk meminjam sekantong trigu darinya yang akan di
bayar nanti pada permulaan bulan rajab,maka orang yahudi itu berkata "tidak,kecuali apabila
ia memakai jaminan"lalu aku dating kepada nabi saw dan melaporkan padanya apa yang
telah di katakan oleh orang yahudi tersebut itu.maka nabi bersabda :"ingatlah,demi
allah,sesungguhnya aku adalah orang yang di percaya di langit dan di percaya pula di muka
bumi ini" dan aku tidak berpamitan meninggalkan majlis nabi saw,sehingga turunlah ayat ini
2. Penjelasan ayat
ayat 132 yang telah di hadirkan di awal bab ini, imam ibnu katsir rahimahullah
menjelaskan,ayat ini berisi perintah untuk mendirikan shalat dengan sabar sebagai sarana
menuju ketaqwaan.melalui sarana taqwa ini setiap muslim mendapat jaminan Allah berupa
jalan keluar dari berbagai kesulitan dan pintu bagi datangnya rizqi dari jalan yang tiada di
sangka-sangka.Setelah turunnya surat Thaha ayat 132, rasululloh saw. berangkat kerumah
Fathimah r.a. dan menyuruh putrinya tersebut mengerjakan shalat dalam menghadapi segala
untuk shalat dalam menghadapi kesulitan terus menerus selama sebulan. inilah sunnah
rasululloh saw, yaitu menegakkan shalat bila di landa kesusahan. beliau nabi saw,
menegakkan sunnah ini lewat da'wah bil hal, yaitu mengamalkan dan memerintahkan.
3. POKOK-POKOK PEMBAHASAN
Allah tidaklah terletak pada harta kekayaan yang berlimpah,tetapi pada kadar ketaqwaannya
kepada Allah swt. Kenikmatan berupa harta yang telah di berikan kepada sebagian
orang,merupakan ujian baginya dalam mengukur sejauh mana kualitas syukur yang di
diri,mengeluarkannya pada jalan yang sia-sia,atau berusaha menambah jumlah melalui jalan
tersitanya waktu dari mengingat Allah. Allah swt. telah memberikan nikmat yang banyak
kepada setiap hamba. hanya saja manusia sering berpandangan sempit dengan membatasi
makna nikmat dari sisi materiil saja.padahal, seluruh keberadaan diri kita merupakan nikmat
yang patut di syukuri.sekecil apapun yang kita terima dari Allah itu adalah yang terbaik bagi
kita.memang yang terbaik menurut manusia belum tentu baik menurut pandangan
Allah,begitu pula yang buruk menurut manusia belum tentu buruk menurut Allah,oleh sebab
itu,bisa jadi kekayaan yang melimpah belum tentu cocok bagi kehidupan kita.Bersyukur dan
menerima rizki dari Alloh bukan berari mengizinkan kita untuk bermalas-malasan dalam
mencari ma'isyah .orang-orang salaf yang shaleh mengatakan bahwa "harta adalah senjata
kaum muslimin.bahkan, ibnu Abbas pernah berkata "Dinar dan dirham adalah cincin Allaoh
di muka bumi,yang dengannya terlaksana segala kehendakmu"Dalam ayat di atas Allah swt.
memerintahkan kaum muslimin untuk mengajak keluarga dan kerabatnya mendirikan shalat
dengan sabar,tujuannya adalah agar ibadah tersebut menjadi penolong dalam menghadapi
dengan menerapkan dang mengembangkan sikap hidup sederhana.sikap hidup ini dilakukan
dengan cara meredam berbagai kecenderungan hawa nafsu duniawi yang tidak terkendali,ini
dilakukan bagi mereka yang hawatir terjerembab dalam kehinaan dan kelalaian akibat tipuan
dunia.sikap yang di kaksud ialah berbuat zuhud.Hal ini di maksudkan agar pada masa
dewasa nanti,anak didik dapat melaksanakan kewajiban jihad dan dakwah dengan sebaik-
mereka selalu siap menghadapi segala sesuatu yang menghadangnya.Pantaslah jika umat
islam terlalu lama dalam kesenangan, kemewahan,tidur di atas sutra, dan tergiur oleh harta
benda,maka akan cepat sekali roboh dan pasrah terhadap serangan musuh.roh
kesabaran,persatuan serta jihad di jalan Allah menjadi pudar dalam jiwa para
pemuda.rasanya masih terlalu segar dalam ingatan kita akan sejarah peristiwa jatuhnya
Andalusia.