Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

HADITS TENTANG ANAK YATIM DAN


HADITS TENTANG TOLONG MENOLONG

Di Susun Oleh :
Kelompok
Dzul Fikri
Faldzi M
Kamil Ali
M. Iqbal
M. Restu

INSTITUT AGAMA ISLAM CIPASUNG


SINGAPARNA – TASKMALAYA
2017
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada tuhan yang maha esa, karena atas berkat
dan limpahan rahmatnyalah maka saya boleh menyelesaikan sebuah karya tulis dengan tepat
waktu.
Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul "Hadits Anak
Yatim & Hadits Tolong Menolong", yang menurut saya dapat memberikan manfaat yang
besar bagi kita untuk mempelajarinya
Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon
permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang saya buat kurang
tepat atau menyinggung perasaan pembaca.
Dengan ini saya mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan
semoga allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.

Cipasung, Januari 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i


DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan masalah .................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Anak Yatim .......................................................................................................... 2
B. Hadist Tentang Mencintai Anak Yatim ................................................................. 3
C. Kedudukan Anak Yatim dalam Islam .................................................................... 4
D. Hadist Tentang Tolong Menolong ......................................................................... 5
E. Keterkaitan Kandungan Hadits Tentang Tolong Menolong dan Mencantai Anak
Yatim dalam Kehidupan ........................................................................................ 7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 8
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Saudaraku Muslim ! Alangkah banyaknya duka dan derita yang mengisi kehidupan ini. Ia
memang tidak belas kasihan kepada siapapun. Dan tidak ada seorang pun yang bisa meneguk
air yang benar-benar jernih dari gelas kehidupan ini. Dalam kehidupan ini, manusia beralih dari
keadaan-keadaan bahagia kepada keadaan-keadaan menderita. Tidak ada bedanya, yang masih
kecil maupun yang sudah dewasa. Penjara-penjara kehidupan dan beban-beban beratnya
berbeda-beda tingkatan. Ada yang kecil dan berlangsung beberapa saat saja, ada pula yang
besar, dan berlangsung dalam masa yang panjang.
Saudaraku Muslim ! Ini adalah gambaran dari sebagian derita kehidupan itu, yang dialami
oleh sebagian orang diantara kita, yang kepahitannya mereka rasakan dalam masa yang panjang
! Kepahitan yang dirasakan oleh orang-orang papa dan lemah itu, yang lebih dulu merasakan
pahitnya kehidupan sebelum manisnya. Tahukah anda, siapa orang-orang papa itu ? Mereka
adalah anak-anak yatim! Mereka adalah anak-anak, yang kehilangan sosok yang mencarikan
nafkah bagi mereka sebelum mengerti apa itu nafkah, apa itu pekerjaan. Bahkan mereka adalah
anak-anak yang kehilangan sosok yang membimbing mereka, sebelum mengenal apa-apa.
Merekalah anak yatim ! Anak yang dikejutkan oleh kematian ayahnya, sebelum merasakan
manisnya kasih sayang ayah, sebelum mereka merasakan perlindungan tangan yang perkasa
itu ! Saudaraku ! Anda sudah tahu, siapakah anak yatim itu ?! Wahai anda yang memiliki hati
yang penyayang ! Tahukah Anda, apa kewajiban kita terhadapnya ?

B. Rumusan masalah
 Apa pengertian dari anak yatim ?
 Apa pengertian dari tolong menolong ?
 Apa saja hadits yang berkenaan dengan anak yatim dan tolong menolong ?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Anak Yatim


Secara bahasa “yatim” berasal dari bahasa arab. Dari fi’il madli “yatama” mudlori’
“yaitamu” dab mashdar ” yatmu” yang berarti : sedih. Atau bermakana : sendiri.
Adapun menurut istilah syara’ yang dimaksud dengan anak yatim adalah anak yang
ditinggal mati oleh ayahnya sebelum dia baligh. Batas seorang anak disebut yatim adalah ketika
anak tersebut telah baligh dan dewasa, berdasarkan sebuah hadits yang menceritakan bahwa
Ibnu Abbas r.a. pernah menerima surat dari Najdah bin Amir yang berisi beberapa pertanyaan,
salah satunya tentang batasan seorang disebut yatim, Ibnu Abbas menjawab:
‫ وإنه ال ينقطع عنه اسم اليتم حتى يبلغ ويؤنس منه رشد‬، ‫وكتبت تسألنى عن اليتيم متى ينقطع عنه اسم اليتم‬
( ‫) رواه مسلم‬
Dan kamu bertanya kepada saya tentang anak yatim, kapan terputus predikat yatim itu,
sesungguhnya predikat itu putus bila ia sudah baligh dan menjadi dewasa, Sedangkan kata piatu
bukan berasal dari bahasa arab, kata ini dalam bahasa Indonesia dinisbatkan kepada anak yang
ditinggal mati oleh Ibunya, dan anak yatim-piatu : anak yang ditinggal mati oleh kedua orang
tuanya.
Didalam ajaran Islam, mereka semua mendapat perhatian khusus melebihi anak-anak
yang wajar yang masih memiliki kedua orang tua. Islam memerintahkan kaum muslimin untuk
senantiasa memperhatikan nasib mereka, berbuat baik kepada mereka, mengurus dan
mengasuh mereka sampai dewasa. Islam juga memberi nilai yang sangat istimewa bagi orang-
orang yang benar-benar menjalankan perintah ini.
Secara psykologis, orang dewasa sekalipun apabila ditinggal ayah atau ibu kandungnya
pastilah merasa tergoncang jiwanya, dia akan sedih karena kehilangan salah se-orang yang
sangat dekat dalam hidupnya. Orang yang selama ini menyayanginya, memperhatikannya,
menghibur dan menasehatinya. Itu orang yang dewasa, coba kita bayangkan kalau itu menimpa
anak-anak yang masih kecil, anak yang belum baligh, belum banyak mengerti tentang hidup
dan kehidupan, bahkan belum mengerti baik dan buruk suatu perbuatan, tapi ditinggal pergi
oleh Bapak atau Ibunya untuk selama-lamanya.
Betapa agungnya ajaran Islam, ajaran yang universal ini menempatkan anak yatim
dalam posisi yang sangat tinggi, Islam mengajarkan untuk menyayangi mereka dan melarang
melakukan tindakan-tindakan yang dapat menyinggung perasaan mereka. Banyak sekali ayat-

2
ayat Al-qur’an dan hadits-hadits Nabi saw yang menerangkan tentang hal ini. Dalam surat Al-
Ma’un misalnya, Allah swt berfirman:
(( ‫ وال يحض على طعام المسكين‬، ‫ فذلك الذي يدع اليتيم‬، ‫)) أرأيت الذي يكذب بالدين‬
“Tahukah kamu orang yang mendustakan Agama, itulah orang yang menghardik anak yatim,
dan tidak menganjurkan memberi makan kepada orang miskin ”{QS. Al-ma’un : 1-3}

Anak yatim adalah anak yang belum dewasa dan tidak mempunyai bapak lagi karena
telah meninggal dunia (man mata abuhu wa huwa shaghir). Batasan umur yatim adalah sampai
baligh, sesuai dengan sabda Rasulullah SAW: “ Tidak ada keyatiman lagi setelah mimpi (H.R.
Abu Daud). Kedewasaan seorang anak, di samping diukur dengan kemampuannya secara fisik
untuk kawin (biasanya ditandai dengan bermimpi dengan mengeluarkan air mani bagi anak
laki-laki dan datangnya haid yang pertama kali bagi wanita) juga diukur dengan faktor
kecerdasan, seperti dinyatakan oleh Allah SWT dalam Q.S. An-Nisa 4: 6

ً َ‫َوا ْبتَلُوا ْاليَت َا َمى َحتَّى إِذَا بَلَغُوا النِ َكا َح فَإ ِ ْن آنَ ْست ُ ْم ِم ْن ُه ْم ُر ْشدًا فَا ْدفَعُوا إِلَ ْي ِه ْم أ َ ْم َوالَ ُه ْم َوال ت َأ ْ ُكلُوهَا إِس َْرافًا َوبِد‬
‫ارا‬
ِ ‫يرا فَ ْليَأ ْ ُك ْل بِ ْال َم ْع ُر‬
‫وف فَإِذَا دَفَ ْعت ُ ْم إِلَ ْي ِه ْم أ َ ْم َوالَ ُه ْم فَأ َ ْش ِهدُوا‬ ْ ‫غنِيًّا فَ ْليَ ْست َ ْع ِف‬
ً ‫ف َو َم ْن َكانَ فَ ِق‬ َ َ‫أ َ ْن يَ ْكبَ ُروا َو َم ْن َكان‬
َّ ِ‫علَ ْي ِه ْم َو َكفَى ب‬
‫اَّللِ َحسِيبًا‬ َ
Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin. Kemudian jika menurut
pendapatmu mereka telah cerdas (pandai memelihara harta), maka serahkanlah kepada
mereka harta-hartanya. Dan janganlah kamu makan harta anak yatim lebih dari batas
kepatutan dan (janganlah kamu) tergesa-gesa (membelanjakannya) sebelum mereka dewasa.
Barang siapa (diantara pemeliharaan itu) mampu, maka hendaklah ia menahan diri (dari
memakan harta anak yatim itu) dan barangsiapa yang miskin, maka bolehlah ia makan harta
itu menurut yang patut. Kemudian apabila kamu menyerahkan harta kepada mereka, maka
hendaklah kamu adakan saksi-saksi (tentang penyerahan itu) bagi mereka. Dan cukuplah
Allah sebagai Pengawas (atas persaksian itu).

Dari ayat tersebut dapat dikatakan bahwa faktor kecerdasan sangat penting
dipertimbangkan supaya anak yatim sebelum dilepas untuk hidup secara mandiri terlebih
dahulu hendaklah diyakini bahwa perkembangan fisiknya telah seimbang dan sebanding
dengan perkembangan kecerdasannya.
B. Hadist Tentang Mencintai Anak Yatim
Anak yatim adalah anak yang ditinggal wafat oleh ayah kandungnya sebelum ia baligh.
Islam memberikan perhatian terhadap mereka secara khusus, Mengapa? Karena hal tersebut
diperlukan agar kelangsungan hidupnya tetap terjaga dan mereka menjadi orang yang

3
bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri, bahkan dengan orang lain. Maka dari itu
Rasulullah saw. selalu memotivasi umat Islam untuk senantiasa mencintai anak yatim.
 Lafal Hadist yang pertama

‫( أنا وكافل اليتيم في الجنة هكذا وأشار بالسبابة والوسطى وفرج بينهما ) رواه‬: ‫قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬
‫البخاري‬
“Aku dan orang-orang yang memelihara anak yatim di surga seperti ini. Beliau menunjukkan
telunjuk dan jari tengah serta beliau merengangkan antara keduanya”. (HR Al-Bukhari dan
Sa’ad No. 4892).
 Kandungan Hadist
Hadits pertama memberikan motivasi kepada kita untuk mau peduli terhadap anak yatim.
Orang yang mau peduli terhadap anak yatim dengan cara memeliharanya akan memperoleh
kedudukan yang tinggi, yaitu berada disurga bersama Nabi Muhammad SAW layaknya
telunjuk dan jari tengah.
 Lafal Hadist Kedua
‫ عن‬،‫ عن يحي بن أبى سليمان عن أبى عتاب‬،‫ أخبرنا سعيد بن أبي أيوب‬: ‫ أخبرنا عبد هللا قال‬: ‫حدثنا عبد هللا بن عثمان قال‬
‫ "خير بيت في المسلمين بيت فيه يتيم يحسن إليه وشر بيت في المسلم فيه يتيم يساء إليه‬: ‫ رسول هللا صلعم‬: ‫أبى هريرة قال‬
“Sebaik-baik rumah orang Islam adalah rumah yang di dalamnya ada anak yatim dan diasuh
dengan baik. Seburuk-buruk rumah orang Islam adalah rumah yang di dalamnya ada anak
yatim yang diperlakukan dengan jahat”. (HR Ibnu Majah dari Abu Hurairah No. 3669)
 Kandungan Hadist
Hadist kedua menjelaskan bahwa rumah yang paling mulia dalam pandangan
Nabi Muhammad SAW adalah rumah yang terdapat anak yatim di dalamnya. Dengan syarat,
anak yatim itu dipelihara dengan baik. Jika anak yatim itu disia-siakan, rumah itu menjadi
rumah yang paling buruk, artinya rumah itu akan jauh dari keberkahan.

C. Kedudukan Anak Yatim dalam Islam


Anak yatim mempunyai tempat istimewa dalam Islam. Tidak kurang dua puluh tiga kali
Al-Qur’an menyebutnya dalam berbagai konteks ( 8 kali dalam bentuk mufrad, 1
kali mustsanna dan 14 kali daam bentuk jama’). Ayat-ayat tersebut memerintahkan kepada
kaum Muslimin secara kolektif, dan kepada karib kerabat secara khusus, untuk menyantuni,
membela dan melindungi anak yatim, serta melarang dan mencela orang-orang yang menyia-
nyiakan, bersikap kasar atau menzalimi mereka. Bahkan Allah SWT menyatakan orang-orang
yang menyia-nyiakan anak yatim adalah pendusta agama, hal ini diungkapkan dalam Al-
4
Qur’an yang artinya :“Tahukah kamu orang yang mendustakan agama”, Itulah orang yang
menghardik anak yatim” (Q.S. Al-Ma’un 107:1-2).
Secara umum dapat dikatakan bahwa anak yatim dalam Islam berada pada posisi istimewa
dan terhormat. Hal itu, disebabkan karena pada diri anak yatim terdapat beberapa kelemahan
dan kekurangan yang memerlukan pihak lain untuk membantu dan memeliharanya. Di samping
itu, melalui keadaan yatim yang demikian, ajaran Islam menentukan kewajiban yang harus
dilaksanakan oleh umatnya terhadap anak yatim yang menjadi tolak ukur dari manifestasi
imannya kepada Allah SWT.
Anak yatim harus disantuni, dikasihi, dihormati, dan diakui eksistensinya secara khusus.
Tidak boleh diperlakukan sewenang-wenang, baik terhadap diri maupun hartanya. Tidak boleh
disia-siakan karena pada diri anak yatim terdapat nilai tambah yang menyebabkan hubungan
sosial antara dia dengan manusia lainnya terikat tidak disebabkan oleh hubungan keturunan
tetapi disambung dan dijalin dengan aspek aqidah yang telah digariskan oleh Al-Qur’an.

D. Hadist Tentang Tolong Menolong


Manusia adalah makhluk sosial, makhluk yang tidak dapat hidup sendiri. Antara
seorang dengan yang lain tentu saling hajat-menghajatkan, butuh-membutuhkan dan dari situ
timbul kesadaran untuk saling bantu-membantu dan tolong-menolong. Tidak mungkin
seseorang dapat bertahan hidup sendirian tanpa bantuan pihak lain.
Tolong-menolong adalah termasuk persoalan-persoalan yang penting dilaksanakan
oleh seluruh umat manusia secara bergantian. Sebab tidak mungkin seorang manusia itu akan
dapat hidup sendiri-sendiri tanpa menggunakan cara pertukaran kepentingan dan kemanfaatan.
 Lafal Hadist yang pertama
‫الـمسلم اخو الـمسلم ال يظلمه وال يسلمه ومن كان في حاجة اخيه كان هللا في حاجته ومن‬
‫ (رواه البخاري عبد‬.‫فرج عن مسلم كربة فرج هللا عنه كربة من كربات يوم القيامة ومن ستر مسلما ستره هللا يوم القيامة‬
.)‫هللا بن عمر‬
“Seorang muslim itu saudara bagi muslim lainnya. Ia tidak boleh menganiaya dan tidak boleh
menyerahkannya (kepada musuh). Barang siapa membantu keperluan saudaranya, Allah akan
(membalas) membantu keperluannya. Barang siapa membebaskan seorang muslim dari
kesusahan, Allah akan membebaskan satu kesusahan darinya dari beberapa kesusahan pada
hari kiamat. Barang siapa menutupi (aib) seorang muslim, Allah akan menutupi (aib) nya pada
hari kiamat. (H.R. al-Bukhari dari Abdullah Ibnu Umar No. 2262).”

5
 Kandungan Hadist
Hadist diatas menjelaskan bahwa seorang muslim satu dengan yang lain adalah saudara.
Oleh karena itu, sesama muslim tidak boleh saling menzalimi. Bahkan, sesama muslim harus
saling membantu.
Dalam hadist diatas ada beberapa janji Allah swt.
a) Orang yang mau membantu keperluan saudaranya, ia akan dibantu oleh Allah swt.
Dalam memenuhi kebutuhannya.
b) Orang yang mau melepaskan kesusahan seorang muslim, ia akan dilepaskan dari
kesusahannya pada hari kiamat.
c) Orang yang suka membuka aib seorang muslim, ia akan ditutupi oleh Allah swt. dari
aibnya pada hari kiamat.

 Lafal Hadist Kedua


‫ ومن يسر على‬،‫من نفس عن مؤمن كربة من كرب الدنيا نفس هللا عنه كربة من كرب يوم القيامة‬
‫ ومن ستر مسلما ستره هللا في الدنيا واآلخرة وهللا في عون‬،‫معسر يسر هللا عليه في الدنيا واآلخرة‬
)‫ (رواه مسلم عن ابي غيره‬.‫العبد ما كان العبد في عون أخيه‬
“Barang siapa melapangkan seorang mukmin dari satu kesusahan dunia, Allah akan
melapangkannya dari salah satu kesusahan di hari kiamat. Barang siapa meringankan
penderitaan seseorang, Allah akan meringankan penderitaannya dunia dan akhirat. Barang
siapa menutupi (aib) seorang muslim, Allah akan menutupi (aib) nya di dunia dan akhirat.
Allah akan menolong seorang hamba selama hamba itu mau menolong saudaranya. (H.R.
Muslim dari Abu Hurairah No. 4876.)

 Kandungan Hadist
Hadist ini masih bicara tentang bentuk-bentuk sikap hidup yang harus dikembangkan
dalam kehidupan sehari-hari. Jika sikap itu diterapkan dalam kehidupan, Allah swt.akan
membalasnya dengan yang lebih baik.
a) Kesediaan melapangkan kesusahan seorang mukmin akan dibalas oleh Allah swt.
dengan kelapangan dari kesusahan pada hari kiamat.
b) Meringankan beban penderitaan seseorang akan dibalas oleh Allah swt. dengan
diringankannya di dunia dan akhirat.
c) Menjaga/menutupi aib saudaranya agar tidak diketahui banyak orang akan dibalas
Allah swt. dengan ditutupi aibnya di dunia dan akhirat.

6
d) Kesediaan menolong sesama akan selalu diberikan pertolongan dari Allah swt.

‫ فكيف أنصره إذا كان ظالما ؟ قال‬،‫ هذا نصرته مظلوما‬،‫ يا رسول هللا‬: ‫(أنصر أخاك ظالما أو مظلوما) قيل‬
)‫ فذاك نصره‬،‫ (تحجزه وتمنعه من الظلم‬:
“Tolonglah saudaramu, baik yang dalam keadaan dzalim atau di dzalimi, ditanyakan : “Ya
Rasalullah, aku akan menolong orang yang di dhalimi itu, lalu bagaimana aku akan
menolongnya jika ia dalam keadaan berbuat dhalim? Beliau Rasulullah SAW menjawab :
menghindar dan melarangnya dari kedhaliman, itulah bentuk pertolongan baginya”

E. Keterkaitan Kandungan Hadits Tentang Tolong Menolong dan Mencantai Anak Yatim
dalam Kehidupan.
a. tolong-menolong dan mencintai anak yatim memiliki nilai ibadah yang berdimensi sosial
b. tolong menolong dan mencantai anak yatim merupakan bentuk kepedulian terhadap
sesama yang harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
c. tolong menolong dan mencantai anak yatim merupakan bukti pelaksanaan terhadap
ajaran Islam bagi seorang muslim. Seorang muslim yang mengabaikan kedua urusan
tersebut dikategorikan sebagai pendusta agama.
d. tolong-menolong dan mencantai anak yatim memberikan kesempatan kepada orang lain
untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik
e. sikap suka menolonbg dan memedulikan nasib anak yatim merupakan dakwah bil-
halsehingga akan menarik simpati yang masih lemah imannya.
f. kedua sikap tersebut merupakan penanaman akhlak yang terpuji dan harus diwariskan
kepada semua generasi muslim.

7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anak yatim adalah anak yang belum dewasa dan tidak mempunyai bapak lagi
karena telah meninggal dunia (man mata abuhu wa huwa shaghir). Batasan umur yatim
adalah sampai baligh.
Tolong-menolong adalah termasuk persoalan-persoalan yang penting
dilaksanakan oleh seluruh umat manusia secara bergantian. Sebab tidak mungkin
seorang manusia itu akan dapat hidup sendiri-sendiri tanpa menggunakan cara
pertukaran kepentingan dan kemanfaatan.

8
DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.co.id/search?q=makalah+hadits+tentang+tolong+menolong+dan+mencin
tai+anak+yatim&sa=X&ved=0ahUKEwjf-7kw77RAhXEOY8KHQARDaoQ1QIIeigE
http://chovifa1166.blogspot.co.id/2015/02/tugas-anak-sekolah.html
http://epulbugang.blogspot.co.id/2013/01/makalah-anak-yatim.html

Anda mungkin juga menyukai