Anda di halaman 1dari 5

MATERI 5

Mujmal (‫ )املُ ْج َمل‬Dan Mubayyan (‫َن‬


‫)املُبَ ّي‬

A. Pengertian Mujmal (‫ج َمل‬


ْ ُ‫ )امل‬Dan Mubayyan (‫َن‬
‫)املُبَ ّي‬

Mujmal (‫لن‬
ُ ‫ )اَل ُْم ْج َم‬menurut etimologi/bahasa adalah: ‫نهنم نواجملموع‬
َ ‫“ املُْنب‬Yang tidak
diketahui dan yang terkumpul”. Sedangkan (‫ )اَل ُْم ْج َم ُلن‬menurut
Mujmal

terminologi/istilah adalah: ‫نإمانيفنتعيينونأونبياننصفتونأونمقداره‬،‫مانيتوقفنفهمناملرادنمنونعلىنغريه‬


“Apa yang dimaksud darinya ditawaqqufkan terhadap yang selainnya, baik dalam
ِ ‫اند َل‬
ta'yinnya (penentuannya) atau penjelasan sifatnya atau ukurannya”. Atau ‫ندالَلَةًنالَن‬ َ ‫َم‬
ٍ َ ‫اد ناِالَِنمبَُع‬
‫ّين‬ ُ ‫ّي نال ُْم َر‬
ُ َ ‫“ يَتَ َع‬Lafadz yang belum jelas menunjukan arti yang sebenarnya kecuali
dengan adanya penjelasan”. Contoh:
- Lafadz yang masih memerlukan lainnya untuk menentukan maknanya: Kata
”Rapat” dalam bahasa Indonesia misalnya memiliki dua makna: perkumpulan dan
tidak ada celah. - Yang membutuhkan dalil lain dalam ta‟yinnya: Firman Allah
‫ص َن ن ِِبَنْ ُف ِس ِه َن نثَالثَةَ نقُ ُر ٍن‬
SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 228: ‫وء‬ ُ ‫“ َوال ُْمطَلَ َق‬Wanita-
ْ َ‫ات نيَتَ َرب‬
wanita yang ditalak hendaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru”, Quru‟ (‫)الق نرونء‬
adalah lafadz yang musytarak (memiliki beberapa makna) antara haidh dan suci, maka
menta‟yin salah satunya membutuhkan dalil.
- Yang membutuhkan dalil lain dalam penjelasan sifatnya: Firman Allah SWT
dalam surat Al-Baqarah ayat 43: ‫صنالة‬
َ ‫يموانال‬ ِ
ُ ‫“ َوأَق‬Dan dirikanlah shalat”, Maka tata cara
mendirikan shalat tidak diketahui (hanya dengan ayat ini), maka membutuhkan
penjelasan.
- Yang membutuhkan dalil lain dalam penjelasan ukurannya: Firman Allah
SWT dala surat Al-Baqarah ayat 43: َ‫“ َوَآتُوانال َزَكا نة‬Dan tunaikanlah zakat”, Ukuran zakat
yang wajib tidak diketahui (hanya dengan ayat ini), maka membutuhkan penjelasan.
Jadi Mujmal adalah lafadz yang baru jelas artinya setelah adanya
bayan/penjelasan.
Adapun Mubayyan (‫َن‬ َ ‫نو‬
‫ )املُبَ ّي‬menurut etimologi/bahasa adalah: ‫ضنح‬ ‫ناملُ نظَ َهنر نواملَُن‬
“Yang ditampakkan dan yang dijelaskan”. Sedangkan Mubayyan ‫ )املُبَ ّي‬menurut
(‫َن‬
terminologi/istilah adalah: ‫نإمانِبصلنالوضعنأونبعدنالتبيّي‬،‫“ مانيفهمناملرادنمنو‬Apa yang dapat
difahami maksudnya, baik dengan asal peletakannya atau setelah adanya
penjelasan”. Atau ٌ‫ح نة‬ ِ ٌ‫ندالَلَة‬
َ ‫نواض‬
َ َ ُ‫“ َما نلَو‬Lafadz yang mempunyai arti yang terang/jelas”.
Contoh:

1
- Yang dapat difahami maksudnya dengan asal peletakannya: lafadz langit
(‫)مساء‬, bumi (‫)أرض‬, gunung (‫)جبل‬, adil (‫)عدل‬, dzalim (‫)ظلم‬, jujur (‫)صدق‬. Maka kata-kata
ini dan yang semisalnya dapat difahami dengan asal peletakannya, dan tidak
membutuhkan dalil yang lain dalam menjelaskan maknanya.

- Yang dapat difahami maksudnya setelah adanya penjelasan: Firman Allah


SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 43: َ‫يموا نالصالة ن َوآتُوا نال َزَكا نة‬ ِ
ُ ‫“ َوأَق‬Dan dirikanlah shalat
dan tunaikan zakat”, Maka mendirikan shalat dan menunaikan zakat, keduanya
adalah mujmal, tetapi pembuat syari‟at (Allah SWT) telah menjelaskannya, maka
lafadz keduanya menjadi jelas setelah adanya penjelasan. Firman Allah SWT: ‫اِ َن نهللاَن‬

‫لى ن ُك ِّل ن َش ْي ٍء نقَ ِديْ ٌرن‬


ٰ ‫“ َع‬Sesungguhnya Allah terhadap segala sesuatu berkuasa”, Ayat
tersebut telah jelas artinya tidak membutuhkan kepada bayan atau penjelasan lagi
bahwa benar-benar Allah kuasa.
Dalam hubungannya dengan Mubayyan, maka dapat kita pahami ada tiga hal
disini. Pertama adanya lafaz yang mujmal yang memerlukan penjelasan atau disebut
Mubayyan (yang dijelaskan). Kedua ada lafadz lain yang menjelaskan lafadz yang
Mujmal tadi atau disebut Mubayyin (yang menjelaskan). Dan yang ketiga adanya
penjelasan atau disebut Bayan. Bayan adalah ‫َجلِّى‬ ِ ِ‫ال نا‬ ِ ‫اِ ْخراج ن َشي ٍء ِنمن‬
ِ ‫نح َِري ناْ ِال ْش َك‬
َ ‫ىل نح َِري نالت‬
َ ْ ْ َُ
“Mengeluarkan sesuatu dari keadaan sulit kepada keadaan terang. Yakni dalil yang
menjelaskan kepada yang mujmal”.
Jadi Mujmal ialah suatu lafadz yang belum jelas, yang tidak dapat
menunjukkan arti yang sebenarnya, apabila tidak ada keterangan lain yang
menjelaskannya. Penjelasan ini disebut “Bayan”. Ketidakjelasan ini disebut “Ijmal”.
Sedangkan Mubayyan ialah suatu lafadz yang terang maksudnya, tanpa memerlukan
penjelasan dari lainnya.

B. Macam-Macam Mujmal (‫ج َمل‬


ْ ُ‫ )امل‬Dan Mubayyan (‫َن‬
‫)املُبَ ّي‬

Bentuk Mujmal itu ada 2 macam:


‫)اَل ُْم ْج َم ُلنال ُْم ْف َرد( ُُْم َم ُلناْإلفْ َر ِن‬
1) ‫ادن‬
Mujmal Ifrad atau Mujmal Mufrad adalah “Kemujmalan itu terdapat pada
kalimat, baik isim, fa‟il, ataupun huruf”.
Contoh:
ِ َ
َ ‫َوال ْلي ِلناذَان َع ْس َع‬
‫سن‬
“Demi malam tatkala datang”. Menunjukkan pengertian datang atau pulang.
Begitu pula lafadz ‫ قُ ُرْوٍنء‬dan lafadz ‫ح‬
‫نَ َك َن‬. Menunjukkan pengertian Suci atau
datang bulan (Haidh) dan pengertian nikah yang disertai akad atau asal nikah saja.

2
ِ ‫)اَل ُْم ْج َملنال ُْمرَكب( ُُْم َملنالت َْركِْي‬
2) ‫بن‬ ُ َ ُ
Mujmal Tarkib atau Mujmal Murakkab adalah “Kemujmalan itu terdapat pada
susunan kalimat bukan pada kalimat itu sendiri”.
Contoh:
‫ضتُ ْمناِالَناَ ْننيَ ْع ُف ْو َنناَ ْونيَ ْع ُف َونالَ ِنذ ْينبِيَ ِدهِن‬
ْ ‫نمانفَ َر‬
َ‫ف‬ ْ ِ‫ضةًنفَن‬
ُ ‫ص‬ َ ْ‫ضتُ ْمن ََلُ َننفَ ِري‬
ْ ‫نوقَ ْدنفَ َر‬
َ ‫وى َن‬
ُ ‫س‬ُّ ََ‫َواِ ْننطَلَ ْقتُ ُم ْو ُى َن ِنم ْننقَ ْب ِلناَ ْننَت‬
ِ ‫ُع ْق َدةُنالنِّ َك‬
‫احن‬
“Apabila kamu menolak mereka sebelum mencampurinya, sedangkan kamu telah
menyerahkan maskawin, maka kamu boleh mengambil separoh daripada yang kamu
serahkan. Kecuali mereka (perempuan-perempuan) merelakannya, atau orang yang di
tangannya ada „aqad nikah merelakannya”.
Dalam susunan ayat di atas terdapat kemujmalan, sebab mungkin yang
dimaksud dengan “yang ditangannya ada „aqad nikah” bisa suami atau wali.
Sedangkan Penjelasan atau Bayan terhadap yang Mujmal itu ada 6 macam,
yaitu:
1) ‫بَيَانن ِِبلْ َق ْو ِلن‬
Bayan Bi Al-Qauli adalah “Penjelasan dengan kata-kata”. Contoh: Surat Al-
ِ ‫شرةٌ ن َك‬
Baqarah (2) Ayat 196, ٌ‫املَنة‬ َ ‫“ تِل‬Itulah sepuluh yang sempurna”, merupakan
َ َ ‫نع‬
َ ‫ْك‬
ٍِ ِ ِ
Bayan atau penjelasan dari ‫ج ْعتُ ْمن‬
َ ‫انر‬ َ ‫ام نثَالَثَة ناَ ََّيٍم ِنِفنا ْْلَ ِّج‬
َ َ‫ننو َس ْب َعة ناذ‬ ُ َ‫“ فَصي‬Maka berpuasalah tiga
hari pada waktu haji, dan tujuh hari apabila kamu pulang”.
‫اننِبل ِْف ْع ِن‬
2) ‫ل‬ ‫بَيَ ِن‬
Bayan Bi Al-Fi’li adalah “Penjelasan dengan perbuatan”. Contoh: sabda Nabi
‫ُصلِ ْن‬
Muhammad SAW: ‫ّى‬ َ ‫صلُّ ْوان َك َم‬
َ ‫انرأَيْ تُ ُم ْوِِنْنأ‬ َ “Shalatlah kalian sebagaimana kamu lihat aku
sedang shalat”, merupakan Bayan atau penjelasan dari kemujmalan ayat: َ‫الَنة‬
‫صن‬ َ ‫أَنقِ ْي ُموانال‬
“Dan dirikanlah shalat”.
3) ‫كتَابَِنة‬
ِ ْ‫اننِبنل‬
‫بَيَ ِن‬
Bayan Bi Al-Kitabah adalah “Penjelasan dengan tulisan (surat)”. Contoh:
surat Nabi SAW yang dikirimkan kepada petugas di Yaman tentang kadar zakat,
antara lain disebutkan dalam sebuah Hadits yang artinya: “Sesungguhnya Nabi
mengutus Mu‟adz bin Jabal di Yaman, bahwa sesungguhnya Allah SWT telah
mewajibkan zakat yang diambil dari orang-orang kaya dan diserahkan kepada orang-
orang miskin diantara mereka. Surat ini sebagai penjelasan dari kemujmalan ayat
yang artinya: “Dan Berikanlah zakat”.
4) ِ‫ارنة‬ ‫بَيَ ِن‬
َ ‫اننِب ِنإل َش‬
Bayan Bi Al-Isyarah adalah “Penjelasan dengan isyarat”. Contoh: Sabda
Nabi SAW: ‫ننص ْد ِرهِنن‬ ِ ِ ‫“ اَلتَ ْقوى ٰنىهن‬Taqwa itu disini dan beliau isyarah ke bagian
َ ‫انويُش ْي ُر نا ٰىل‬
َ َُ َ
dadanya”, Hadits tersebut sebagai Bayan atau penjelasan dari kemujmalan ayat 18

3
surat Al-Hasyr: ‫“ آياَيُّ َها نالَ ِذيْ َن ن ٰا َمنُ ْوا ناتَ ُقوا نهللا‬Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah
kamu sekalian kepada Allah SWT”.
‫اننِبلت َْر ِن‬
5) ‫ك‬ ‫بَيَ ِن‬
Bayan Bi At-Tarki adalah “Penjelasan dengan cara meninggalkan”. Contoh:
ِ‫س‬ ِ ‫نآخنر ناْلَنمري ِن ِنمن نرسو ِل‬
ِ
Sabda Nabi SAW: ‫َار‬‫ت نالن ُن‬ َ ‫ض ْو َء نممَا‬
َ ‫نم‬ ُ ‫نهللا نملسو هيلع هللا ىلص نتَ َر َك نال ُْو‬ ْ ُ َ ْ ْ َ ْ ُ ‫“ َكا َن‬Akhir dua
perkara dari Rasulullah SAW yaitu meninggalkan wudhu karena makan yang
dipanaskan api”, Hadits ini adalah Bayan atau penjelasan dari kemujmalan perbuatan
Nabi SAW, Apakah Nabi SAW Berwudhu karena makan yang dipanaskan api atau
tidak?.
‫لس ُك ْو ِن‬
6) ‫ت‬ ِ َ‫بَي‬
ُّ ‫اننِب‬
Bayan Bi As-Sukuti adalah “Penjelasan dengan diam”. Contoh: Nabi SAW
Pernah ditanya tentang ibadah haji, ‫ت‬
‫س َك َن‬ ٍ َ ‫“ ِِف ن ُك ِل‬Apakah (haji) pada setiap
َ َ‫نعامن؟ نف‬ ّ
tahun?”, beliau diam tidak menjawab.

C. Kaidah-Kaidah Yang Berkaitan Dengan Mujmal (‫ج َمل‬


ْ ُ‫ )امل‬Dan
Mubayyan (‫َن‬ ‫)املُبَ ّي‬
‫اج ِةن ن‬
1) ‫الَن ََيُ ْوُنز‬ ِ ِ ‫ََت ِْخي رنالْب ي‬
َ َ‫نع ْننن َوقْتنا ْْل‬
َ ‫ان‬ ََ ُ ْ
“Mengakhirkan penjelasan pada saat dibutuhkan tidak dibolehkan”. Contoh: Ketika
Fatimah binti hubaisy bertanya kepada Rasulullah: “ya Rasulullah, saya ini wanita
yang berpenyakit (istihadhah) yang belum mandi, apakah saya harus shalat?‟‟ Nabi
menjawab: Darah itu hanya keringat biasa bukan haidh. Dari hadits ini dapat
dipahami darah istihadhah tidak mewajibkan mandi besar.
2) ‫نَيُ ْوُزن‬ ِ َ‫ْتناخلِط‬
َ ‫اب‬ ِ ‫نعننوق‬ ِ ِ
َ ْ َ ‫ََتخ ْي ُرنالبَ يَان‬
“Mengakhirkan penjelasan pada saat diperintahkan sesuatu dibolehkan”. Contoh:
perintah tentang shalat, puasa, zakat, dan haji. Semuanya dijelaskan secara bertahap
dan mendetail. Tidak langsung dijelaskan tapi penjelasannya diakhirkan.

D. Khilaf Ulama Tentang Mujmal (‫ج َمل‬


ْ ُ‫ )امل‬Dan Argumentasinya
Prof Dr. Wahbah al-Zuhaili menjelaskan bahwa dalam pengamalan lafadz
Mujmal harus di tauqif, artinya lafadz Mujmal itu tidak dapat diamalkan sebelum
keijmalannya hilang, atau sebelum datang ayat atau Hadits yang menjelaskannya. Ini
merupakan pendapat yang disepakati oleh ulama Ushuliyin, terutama dari golongan
Hanafiyah. Al-Syatibi berkomentar tentang hal ini, bahwa mengenai kekuatan dilalah
lafadz Mujmal, memperhatikan kenyataan bahwa ada sebagian ayat al-Qur‟an dan
Hadits yang bersifat Mujmal. Kalau ingin menetapkan hukum dari ayat dan Hadits
tersebut, maka tujuan ini tidak akan tercapai kalau ayat dan Hadits yang Mujmal
tersebut belum dijelaskan. Dengan demikian kelihatannya Ulama Ushul fiqih
sependapat bahwa lafadz yang Mujmal tidak bisa dijadikan sebagai hujjah, sebelum
4
ada dalil lain yang menjelaskannya. Hal ini sangat logis dan mudah dimengerti,
karena tidak mungkinlah kita menggunakan sebagai hujjah suatu lafadz yang tidak
atau belum jelas penunjukkan maknanya.

E. Contoh-Contoh Mujmal (‫ج َمل‬


ْ ُ‫ )امل‬Dan Mubayyan (‫َن‬
‫)املُبَ ّي‬

Contoh Mujmal: -Kata ٌ‫ قُ ْرنء‬dengan pengertian suci atau datang bulan (haidh). -

Kata ‫ َج ْون‬dengan pengertian hitam atau putih. -Kata ‫ال‬


‫ قَ َن‬dengan pengertian berkata
atau tidur siang. -Kata ‫ب‬
‫ َخطَ َن‬dengan pengertian berpidato atau meminang. -Kata ‫او‬
‫الو ُن‬
َ
yang menunjukkan huruf athaf (penghubung) atau huruf isti‟naf (menunjukkan
‫ إِ َن‬yang menunjukkan batasan (ghayah) atau
permulaan kata), atau sebagai hal. -Kata ‫ىل‬

berarti beserta (ma‟a). -Kata ‫س‬


‫ َع ْس َع َن‬dengan pengertian datang atau pulang. -Kata‫ُُمْتَارن‬
& ‫ضطَّنر‬
ْ ‫ ُم‬yang menunjukkan isim fa‟il atau isim maf‟ul.
Contoh Mubayyan: -Kata ٌ‫اء‬
‫مسَ ن‬
‫ َن‬dengan pengertian langit. -Kata ‫ض‬
‫ أنَنْر ٌن‬dengan
pengertian bumi. -Kata ‫ل‬
‫ َنجنبَ ٌن‬dengan pengertian gunung. -Kata ‫ َنع ْند ٌنل‬dengan pengertian
adil. -Kata ‫ نظُْنل ٌنم‬dengan pengertian dzalim. -Kata ‫ق‬ ‫ ِن‬dengan pengertian jujur.
‫ص ْند ٌن‬

Anda mungkin juga menyukai