PERSAUDARAAN
“Ditujukan untuk Memenuhi Tugas”
Di susun Oleh
Kelompok 7 ( Tujuh)
- Nadya Farhaini
- Neni Anggraini
- Nur Aini
- Nur Baiti
Terima kasih juga kami sampaikan atas petunjuk yang di berikan sehingga
kami dapat menyelasaikan tugas makalah ini dengan usaha semaksimal mungkin.
Terima kasih pula atas dukungan para pihak yang turut membantu
terselesaikannya laporan ini, ayah bunda, teman-teman serta semua pihak yang
penuh kebaikan dan telah membantu penulis.
i
Tim Penyusun
Kelompok 7 (Tujuh)
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Tujuan...........................................................................................................1
BAB II......................................................................................................................2
PEMBAHASAN......................................................................................................2
B. Urgensi Hadits...............................................................................................2
C. Kandungan Hadis..........................................................................................3
BAB III..................................................................................................................11
PENUTUP..............................................................................................................11
A. Kesimpulan.................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kita hidup di dunia ini tidak sendiri. Kita hidup dalam masyarakat yang
sangat majemuk. Perbedaan banyak kita temukan di sekitar kita. Karena itu, kita
harus dapat saling menjaga diri dalam menjalani hidup di tengah masyarakat yang
sangat heterogen.
1
B. Tujuan
ِهB هللاُ َعلَ ْي لَّىBص َ ِوْ ِل هللاB ا ِد ُم َر ُسB َخ،ُهB َي هللاُ َع ْنBض ِ ك َرB ٍ Bِع َْن أَبِي َح ْمزَ ةَ أَنَسْ ب ِْن َمال
اBB ِه َمB ُد ُك ْم َحتَّى يُ ِحبَّ ألَ ِخ ْيBؤ ِم ُن أَ َحBْ Bُ الَ ي: ا َلBBَلَّ َم قBصلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َس
َ َو َسلَّ َم َع ِن النَّبِ ِّي
]ي ُِحبُّ لِنَ ْف ِسه [رواه البخاري ومسلم
B. Urgensi Hadits
Imam Nawawi menyebutkan bahwa Abu Muhammad Abdullah Ibnu Abi Zaid
[seorang ulama besar madzab Maliki di Maroko] berkata, “Siklus kebaikan
terletak pada empat hadits. Yaitu1
1. “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka katakanlah
kebaikan atau diam.”
3. “Jangan marah.”
Syaih Muhammad bin Shahih Al-‘Utsaimin, Syarah Hadits Arba’in, (Jakarta : Pustaka
1
2
4. “Tidak beriman seorang di antara kalian, hingga ia mencintai saudaranya
seperti mencintai dirinya sendiri.”
C. Kandungan Hadis
Hadist ini dapat kita artikan bahwa seorang muslim harus mempunyai
rasa kasih sayang dan ikatan persaudaraan sesama muslim, yang disatukan oleh
akidah islamiyah atau lebih sering dikenal dengan ukhuwah islamiyah.
Hadis ini juga mengaitkan iman dengan masalah sikap hati dalam hal ini
yaitu mencintai orang lain seperti mencintai dirinya sendiri. Mencintai orangpun
ditentukan bobotnya oleh Rasulullah saw yaitu sama dengan mencintai dirinya
sendiri. Mungkin ini akan terasa sangat berat dan sulit dilaksanakan, namun jika
iman itu benar−benar ada dan hidup dalam jiwa,maka yang berat dan sulitpun bisa
dengan sangat mudah terealisir.
Konsep kepedulian sosial dalam Islam sungguh cukup jelas dan tegas .
Bila diperhatikan dengan seksama, dengan sangat mudah kita dapat temukan
masalah-masalah kepedulian sosial ini terdapat dalam bidang akidah dan
keimanan , tertuang jelas dalam syari’ah serta jadi tolak ukur dalam akhlak
seorang mukmin.2
2
https://alquranmulia.wordpress.com/2013/11/15/hadits-arbain-ke-13-ukhuwah-islamiyah/
3
Iman kepada Allah merupakan rukun utama dan pertama dalam Islam.
Bagaimana implikasi kepada Allah dijelaskan oleh Al−Quran dan hadis.
Salah satunya berkaitan dengan kepedulian sosial.
b. Dimensi Akhlak
Ada lagi derajat (tingkatan) yang lebih tinggi dari lapang dada dan cinta,
Yaitu itsar. Itsar adalah mendahulukan kepentingan saudaranya atas
kepentingan diri sendiri dalam segala sesuatu yang dicintai. Ia rela lapar demi
kenyangnya orang lain. Ia rela haus demi puasnya orang lain. Ia rela berjaga
demi tidurnya orang lain. Ia rela bersusah payah demi istirahatnya orang lain.
Ia pun rela ditembus peluru dadanya demi selamatnya orang lain. Islam
menginginkan dengan sangat agar cinta dan persaudaraan antara sesama
manusia bisa merata di semua bangsa, antara sebagian dengan sebagian yang
lain. Islam tidak bisa dipecah-belah dengan perbedaan unsur, warna kulit,
bahasa, iklim, dan atau batas negara, sehingga tidak ada kesempatan untuk
bertikai atau saling dengki, meskipun berbeda-beda dalam harta dan
kedudukan.
4
Perjuangan Islam tidak akan tegak tanpa adanya ukhuwah islamiyah.Islam
menjadikan persaudaraan dalam islam dan iman sebagai dasar bagi aktifitas
perjuangan untuk menegakkan agama Allah di muka bumi. Ukhuwah
islamiyah akan melahirkan rasa kesatuan dan menenangkan hati manusia.
Banyak persaudaraan lain yang bukan karena islam dan persaudaraan itu tidak
akan kuat dikalangan umat dewasa ini terjadi disebabkan mereka tidak
memenuhi persyaratan ukhuwah, yaitu kurangnya mendekatkan diri kepada
Allah dengan ibadah yang bersungguh-sungguh.
Oleh karena itu untuk mencapai nikmatnya ukhuwah, perlu kita ketahui beberapa
proses terbentuknya ukhuwah Islamiyah antara lain :3
3
http://twopat87.blogspot.co.id/2012/01/makalah-hadist-arbain-ke-13.html
5
yang memepengaruhi kejiwaannya. Proses ukuhuwah islamiyah akan terganggu
apabila tidak mengenal karakter kejiwaan ini.4
Ukhuwah tidak dapat berjalan apabila seseorang selalu ingin dipahami dan tidak
berusaha memahami orang lain. Saling memahami keadaan dilakukan dengan cara
penyatuan hati, pikiran dan amal. Allah-lah yang menyatukan hati manusia.
Bila saling memahami sudah lahir, maka timbullah rasa ta’awun. Ta’awun
dapat dilakukan dengan hati (saling mendo’akan), pemikiran (berdiskusi dan
saling menasehati), dan amal( saling Bantu membantu).
4
https://alquranmulia.wordpress.com/2013/11/15/hadits-arbain-ke-13-ukhuwah-islamiyah/
6
4.Melaksanakan proses takaful (saling menanggung/senasib sepenanggungan)
Takaful adalah tingkatan ukhuwah yang tertinggi. Banyak kisah dan hadits
Nabi SAW dan para sahabat yang menunjukkan pelaksanaan takaful ini. Seperti
ketika seorang sahabat kehausan dan memberikan jatah airnya kepada sahabat
lainnya yang merintih kehausan juga, namun setelah diberi, air itu diberikan lagi
ek sahabat yang lain, terus begitu hingga semua mati dalam kondisi kehausan.
Mereka saling mengutamakan saudaranya sendiri dibandingkan dirinya (itsar).
Inlah cirri utama dari ukhuwah islamiyah.
Dalam hadist ini keimanan tidak dianggap kokoh dan mengakar dalam hati
seorang muslim, kecuali ia menjadi manusia yang baik. Manusia yang jauh dari
rasa egoisme dan rasa dendam. Kebencian dan kedengkian. Ia menghendaki
kebaikan dan kebahagiaan terhadap orang lain, sebagaimana ia menginginkan
kebaikan dan kebahagian itu untuk dirinya sendiri. Lebih rincinya kesempurnaan
iman tersebut akan terealisasi melalui hal-hal berikut :5
7
b. bersegera memberikan nasehat manakala saudaranya lalai.
c. segera memaafkan dan memenuhi hak saudaranya, sebagaimana ia juga ingin
segera dipenuhi haknya.
Muslim meriwayatkan dari abdullah bin amru bin “ash ra, bahwa Rasulallah
saw bersabda, “ barang siapa yang ingin agar dijauhkan dari api neraka dan
dimasukkan ke dalam syuga, hendaklah ia mati dalam keadaan iman kepada Allah
dan hari akhir, dan mendatangi orang yang suka didatangi.”
8
hanya sekedar maju dalam kebaikan,tetapi terus berupaya juga untuk saling
mendahului satu dengan yang lain di dalam hal kebaikan. Sebab kebaikan itulah
yang diantaranya membuat kita sebagai orang-orang yang paling baik.seperti
dalam firman- nya.:6
Sahabah ini sangat gembira bahwa kini ia dapat setarap dalam kebaikan-
kebaikan dengan para hartawan. Mereka mulai mengamalkan sesuai dengan cara
ini, tetapi sesudah beberapa hari orang-orang kaya juga mengetahui akan cara
ibadat seperti itu dan mereka juga mulai membaca tasbih dan pujian seperti itu.
Sahabat ini kembali hadir di hadapan Rasulullah saw lalu mereka mengeluh dan
mengadu bahwa para orang kayapun kini mulai melakukan amal seperti ini juga
dan mereka menyusul kami. Jadi Rasulullah saw bersabda bahwa apabila Allah
memberikan taufik pada seseorang untuk melakukan kebaikan maka bagaimana
saya bisa mencegahnya.
6
Ibid,
9
Jadi perhatikanlah bagaimana semangatnya mereka untuk berlomba-lomba
dalam kebaikan. Diantara mereka banyak terdapat para pebisnis, para hartawan,
tetapi dengan adanya perintah Allah ‘berlombalah dalam kebaikan-kebaikan’
maka sedemikian rupa mereka berlomba melakukan amal baik itu sehingga sama
sekali tidak ada batasnya.7
Jadi sebagaimana dalam hadis ini di bawah kekuatan daya pensucian Rasulullah
saw, para sahabat baik dia itu seorang yang kaya atau miskin mereka berupaya
untuk mendahului satu sama lain dalam puasa, jihad, sedekah-sedekah dan segala
bidang kebaikan mereka berupaya berlomba satu dengan yang lain dalam
kebaikan.
Maka sebagaimana antusiasme para sahabat dalam hal berlomba-lomba dalam
kebaikan maka kitapun dituntut untuk memperlhatkan semangat yang sama.
10
kasih sayangnya , seumpama satu tubuh. Jika satu anggota tubuhnya sakit, maka
anggota tubuh yang lain merasakan demam dan kurang tidur.” (h.r. Bukhari
Muslim).
Hadits ini juga mengajarkan kita untuk membersihkan hati kita dari
berbagai macam penyakit hati terhadap saudara sesama muslim salah satunya
adalah hasad(iri hati), kerena orang yang hasad itu tidak mencintai untuk
saudaranya sesuatu yang ia cintai untuk dirinya, bahkan ia mengharap hilangnya
nikmat Allah dari saudaranya seislam. Para ulama berselisih dalam tafsir hasad,
sebagian mereka mendefinisikan hasad adalah mengharap hilangnya kenikamtan
dari orang lain. Sebagian ulama yang lain menyatakan, hasad adalah ketidak
sukaan terhadap nikmat Allah atas orang lain. Ini lah yang dirajihkan Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyah ketika berkata: “Jika seorang hamba membenci kenikmatan
yang Allah berikan kepada orang lain maka ia telah hasad kepadanya walaupun
tidak sampai mengharap hilangnya nikmat tersebut hasad dapat mengurangi
kesempurnaan iman..
8
Ibid,
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Hadist ini menjelaskan bahwa Seorang mu’min dengan mukmin yang lainnya
bagaikan satu jiwa, jika dia mencintai saudaranya maka seakan-akan dia
mencintai dirinya sendiri.dan itu merupakan syarat kesempurnaan iman dan
Termasuk keimanan pula membenci untuk saudaranya apa yang dibenci
untuk dirinya sendiri.
2. hadits ini mencela terhadap sikap egois, membenci orang lain, hasad dan
balas dendam, karena orang yang di dalam hatinya terdapat semua sifat ini
berarti tidak mencintai untuk saudaranya apa yang ia cintai untuk dirinya
sendiri, bahkan ia berharap nikmat yang Allah berikan pada saudaranya yang
beriman itu hilang darinya.
3. adanya anjuran untuk menyatukan hati.
4. jika Mengamalkan kandungan hadits ini akan menjadikan menyebarnya rasa
cinta diantara pribadi-pribadi dalam satu masyarakat Islami dan akan saling
tolong-menolong dan bahu-membahu sehingga akan tercipta masyarakat yang
harmonis.
5. Iman dapat bertambah dan berkurang, bertambah dengan ketaatan dan
berkurang dengan kemaksiatan
12
DAFTAR PUSTAKA
13