Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH HADITS

PERSAUDARAAN
“Ditujukan untuk Memenuhi Tugas”

Mata Kuliah : Hadits


Dosen : H . Abdul Malik LC. MA
Jurusan : Tarbiyah - PAI (II-A)

Di susun Oleh
Kelompok 7 ( Tujuh)

- Nadya Farhaini
- Neni Anggraini
- Nur Aini
- Nur Baiti

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM JAM’IYAH


MAHMUDIYAH TANJUNG PURA - LANGKAT
T.A : 2016- 2017
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa


atas ridho dan hidayahNYA sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan penuh keyakinan serta usaha maksimal. Semoga dengan terselesaikannya
tugas ini dapat memberi pelajaran positif bagi kita semua.

Selanjutnya penulis juga ucapkan terima kasih kepada bapak dosen H.


Abdul Malik LC, MA mata kuliah hadis yang telah memberikan tugas makalah ini
kepada kami sehingga dapat memicu motivasi kami untuk senantiasa belajar lebih
giat dan menggali ilmu lebih dalam khususnya mengenai “Hadis Persaudaraan
sehingga dengan kami dapat menemukan hal-hal baru yang belum kami ketahui.

Terima kasih juga kami sampaikan atas petunjuk yang di berikan sehingga
kami dapat menyelasaikan tugas makalah ini dengan usaha semaksimal mungkin.
Terima kasih pula atas dukungan para pihak yang turut membantu
terselesaikannya laporan ini, ayah bunda, teman-teman serta semua pihak yang
penuh kebaikan dan telah membantu penulis.

Terakhir kali sebagai seorang manusia biasa yang mencoba berusaha


sekuat tenaga dalam penyelesaian makalah ini,  tetapi tetap saja tak luput dari sifat
manusiawi yang penuh khilaf dan salah, oleh karena itu segenap saran penulis
harapkan dari semua pihak guna perbaikan tugas-tugas serupa di masa datang.

Tanjung Pura,April 2017

i
Tim Penyusun

Kelompok 7 (Tujuh)

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Tujuan...........................................................................................................1

BAB II......................................................................................................................2

PEMBAHASAN......................................................................................................2

A. Hadis dan Terjemahan..................................................................................2

B. Urgensi Hadits...............................................................................................2

C. Kandungan Hadis..........................................................................................3

BAB III..................................................................................................................11

PENUTUP..............................................................................................................11

A. Kesimpulan.................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kita hidup di dunia ini tidak sendiri. Kita hidup dalam masyarakat yang
sangat majemuk. Perbedaan banyak kita temukan di sekitar kita. Karena itu, kita
harus dapat saling menjaga diri dalam menjalani hidup di tengah masyarakat yang
sangat heterogen.

Keberagaman yang ada membuat kita harus senantiasa menjalin


silaturahmi dengan orang lain. Jangan sampai perbedaan menghalangi kita untuk
menjalin persaudaraan, karena dengan persaudaraan, kita dapat lebih siap untuk
hidup bermasyarakat. Terlebih lagi persaudaraan yang terjalin antar sesama
muslim, yang biasa kita kenal dengan nama ukhuwah islamiyah. Hal ini sudah
diajarkan oleh Rasulullah saw.

Namun sayangnya, kepentingan dan ketamakan akan dunia telah


melemahkan, bahkan menghancurkan ukhuwah islamiyah yang ada. Lihat saja di
sekitar kita, berapa banyak orang yang rela menindas saudaranya sendiri demi
ambisinya untuk mengeruk kekayaan dunia. Bahkan tidak sedikit yang
menggunakan cara-cara yang kotor agar ambisinya tercapai, termasuk mengotori
dirinya dengan perbuatan dosa.

Padahal, banyak dalil yang mencela tindakan orang-orang yang menzolimi


saudaranya sesama muslim. Dan bukankah Rasulullah saw sendiri telah
menganjurkan bagi kita untuk memperkuat tali persaudaraan? Sebab dengan
kuatnya jalinan persaudaraan sesama muslim, maka islam akan menjadi lebih kuat
dan jaya, Insya Allah.

1
B. Tujuan

Dengan dibuatnya makalah ini , diharapkan pembaca dapat mengambil


ilmu yang ada di dalamnya, atau menjadi bahan rujukan ketika pembahasan di
forum diskusi, syi,ar atau yang lainnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
yang membacanya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hadis dan Terjemahan

‫ ِه‬B‫ هللاُ َعلَ ْي‬ ‫لَّى‬B‫ص‬ َ ِ‫وْ ِل هللا‬B‫ ا ِد ُم َر ُس‬B‫ َخ‬،ُ‫ه‬B‫ َي هللاُ َع ْن‬B‫ض‬ ِ ‫ك َر‬B ٍ Bِ‫ع َْن أَبِي َح ْمزَ ةَ أَنَسْ ب ِْن َمال‬
‫ا‬BB‫ ِه َم‬B‫ ُد ُك ْم َحتَّى يُ ِحبَّ ألَ ِخ ْي‬B‫ؤ ِم ُن أَ َح‬Bْ Bُ‫ الَ ي‬: ‫ا َل‬BBَ‫لَّ َم ق‬B‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َس‬
َ ‫َو َسلَّ َم َع ِن النَّبِ ِّي‬
]‫ي ُِحبُّ لِنَ ْف ِسه [رواه البخاري ومسلم‬

Dari Abu Hamzah, Anas bin Malik radiallahuanhu, pembantu Rasulullah


Shallallahu’alaihi wasallam dari Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam, beliau
bersabda: Tidak beriman salah seorang diantara kamu hingga dia mencintai
saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri. (Riwayat Bukhori dan
Muslim)

B. Urgensi Hadits
Imam Nawawi menyebutkan bahwa Abu Muhammad Abdullah Ibnu Abi Zaid
[seorang ulama besar madzab Maliki di Maroko] berkata, “Siklus kebaikan
terletak pada empat hadits. Yaitu1

1. “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka katakanlah
kebaikan atau diam.”

2. “Di antara tanda sempurnanya iman seseorang adalah meninggalkan


perkara yang tidak mendatangkan manfaat.”

3. “Jangan marah.”

Syaih Muhammad bin Shahih Al-‘Utsaimin, Syarah Hadits Arba’in, (Jakarta : Pustaka
1

Ibnu Katsir, 2010) hal .152

2
4. “Tidak beriman seorang di antara kalian, hingga ia mencintai saudaranya
seperti mencintai dirinya sendiri.”

Inilah yang barangkali yang mendorong Imam Nawawi memuat keempat


hadits tersebut dalam kitab al-Arba’ain “Empat puluh hadits”.
Al-Jurdani, dalam syarahnya terdapat al-Arbain, mengatakan bahwa hadits ini satu
dari dasar-dasar Islam

C. Kandungan Hadis

1. perintah untuk bersatu dan berkasih sayang

Hadist ini dapat kita artikan bahwa seorang muslim harus mempunyai
rasa kasih sayang dan ikatan persaudaraan sesama muslim, yang disatukan oleh
akidah islamiyah atau lebih sering dikenal dengan ukhuwah islamiyah.

Hadis ini juga mengaitkan iman dengan masalah sikap hati dalam hal ini
yaitu mencintai orang lain seperti mencintai dirinya sendiri. Mencintai orangpun
ditentukan bobotnya oleh Rasulullah saw yaitu sama dengan mencintai dirinya
sendiri. Mungkin ini akan terasa sangat berat dan sulit dilaksanakan, namun jika
iman itu benar−benar ada dan hidup dalam jiwa,maka yang berat dan sulitpun bisa
dengan sangat mudah terealisir.

Konsep kepedulian sosial dalam Islam sungguh cukup jelas dan tegas .
Bila diperhatikan dengan seksama, dengan sangat mudah kita dapat temukan
masalah-masalah kepedulian sosial ini terdapat dalam bidang akidah dan
keimanan , tertuang jelas dalam syari’ah serta jadi tolak ukur dalam akhlak
seorang mukmin.2

a. Dari Dimensi Aqidah dan Keimanan

2
https://alquranmulia.wordpress.com/2013/11/15/hadits-arbain-ke-13-ukhuwah-islamiyah/

3
Iman kepada Allah merupakan rukun utama dan pertama dalam Islam.
Bagaimana implikasi kepada Allah dijelaskan oleh Al−Quran dan hadis.
Salah satunya berkaitan dengan kepedulian sosial.
b. Dimensi Akhlak

Dalam Islam seseorang dianggap mulia, jika ia memelihara anak


yatim, Orang yang paling disenangi Allah adalah mereka yang paling
dermawan dan Orang−oarang yang berinfaq/bersedekah diberi ganjaran pahala
sampai 70 x lipat. Dalam hadis Rasulullah disebutkan bahwa Allah akan selalu
membantu hamba-Nya selama hamba tersebut membantu saudaranya. Pada
hadis lain Rasulullah menyebutkan, bahwa bakhil itu sifat tercela dan
pemboros itu adalah kawan−kawan setan.

Di antara unsur-unsur pokok dalam ukhuwah adalah cinta. Tingkatan cinta


yang paling rendah adalah husnudzon yang menggambarkan bersihnya hati
dari perasaan hasad, benci, dengki, dan bersih dari sebab-sebab permusuhan.
Al-Qur’an menganggap permusuhan dan saling membenci itu sebagai siksaan
yang dijatuhkan Allah atas orang-orang yang kufur terhadap risalahNya dan
menyimpang dari ayat-ayatNya.

Ada lagi derajat (tingkatan) yang lebih tinggi dari lapang dada dan cinta,
Yaitu itsar. Itsar adalah mendahulukan kepentingan saudaranya atas
kepentingan diri sendiri dalam segala sesuatu yang dicintai. Ia rela lapar demi
kenyangnya orang lain. Ia rela haus demi puasnya orang lain. Ia rela berjaga
demi tidurnya orang lain. Ia rela bersusah payah demi istirahatnya orang lain.
Ia pun rela ditembus peluru dadanya demi selamatnya orang lain. Islam
menginginkan dengan sangat agar cinta dan persaudaraan antara sesama
manusia bisa merata di semua bangsa, antara sebagian dengan sebagian yang
lain. Islam tidak bisa dipecah-belah dengan perbedaan unsur, warna kulit,
bahasa, iklim, dan atau batas negara, sehingga tidak ada kesempatan untuk
bertikai atau saling dengki, meskipun berbeda-beda dalam harta dan
kedudukan.

4
Perjuangan Islam tidak akan tegak tanpa adanya ukhuwah islamiyah.Islam
menjadikan persaudaraan dalam islam dan iman sebagai dasar bagi aktifitas
perjuangan untuk menegakkan agama Allah di muka bumi. Ukhuwah
islamiyah akan melahirkan rasa kesatuan dan menenangkan hati manusia.
Banyak persaudaraan lain yang bukan karena islam dan persaudaraan itu tidak
akan kuat dikalangan umat dewasa ini terjadi disebabkan mereka tidak
memenuhi persyaratan ukhuwah, yaitu kurangnya mendekatkan diri kepada
Allah dengan ibadah yang bersungguh-sungguh.

Oleh karena itu untuk mencapai nikmatnya ukhuwah, perlu kita ketahui beberapa
proses terbentuknya ukhuwah Islamiyah antara lain :3

1.Melaksanakan proses ta’aruf (saling mengenal).

Dalam surat(:AL-hujarat:13):”wahai manusia ! sungguh kami telah


menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan kami
jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal.
Sungguh yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling
bertakwa. Sungguh Allah maha mengetahui , maha teliti”

Adanya interaksi dapat lebih mengenal karakter individu. Perkenalan


pertama tentunya kepada penampilan fisik (Jasadiyyan), seperti tubuh, wajah,
gaya pakaian, gaya bicara, tingkah laku, pekerjaan, pendidikan, dsb. Selanjutnya
interaksi berlanjut ke pengenalan pemikiran(Fikriyyan). Hal ini dilakukan dengan
dialog, pandangan thd suatu masalah, kecenderungan berpikir, tokoh idola yang
dikagumi/diikuti,dll. Dan pengenalan terakhir adalah mengenal kejiwaan
(Nafsiyyan) yang ditekankan kepada upaya memahami kejiwaan, karakter, emosi,
dan tingkah laku. Setiap manusia tentunya punya keunikan dan kekhasan sendiri

3
http://twopat87.blogspot.co.id/2012/01/makalah-hadist-arbain-ke-13.html

5
yang memepengaruhi kejiwaannya. Proses ukuhuwah islamiyah akan terganggu
apabila tidak mengenal karakter kejiwaan ini.4

2.Melaksanakan proses tafahum (saling memahami)

Saling memahami adalah kunci ukhuwah islamiyah. Tanpa tafahum maka


ukhuwah tidak akan berjalan. Proses ta’aruf/pengenalan dapat diprogram namun
proses tafahum dapat dilakukan secara alami bersamaan dengan berjalannya
ukhuwah. Dengan saling memahami maka setiap individu akan mudah
mengatahui kekuatan dan kelemahannya dan menerima perbedaan. Dari sini akan
lahirlah ta’awun (saling tolong menolong) dalam persaudaraan.

Ukhuwah tidak dapat berjalan apabila seseorang selalu ingin dipahami dan tidak
berusaha memahami orang lain. Saling memahami keadaan dilakukan dengan cara
penyatuan hati, pikiran dan amal. Allah-lah yang menyatukan hati manusia.

3.Melakukan At-Ta’aawun (saling tolong menolong).

“.............................dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan


dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan.
Bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah sangat berat siksaannya.” (Q.S. Al-
maidah:2)

Bila saling memahami sudah lahir, maka timbullah rasa ta’awun. Ta’awun
dapat dilakukan dengan hati (saling mendo’akan), pemikiran (berdiskusi dan
saling menasehati), dan amal( saling Bantu membantu).

Saling membantu dalan kebaikan adalah kebahagiaan tersendiri. Manusia


adalah makhluk social yang butuh berinteraksi dan butuh bantuan orang lain.
Kebersamaan akan bernilai bila kita mengadakan saling Bantu membantu

4
https://alquranmulia.wordpress.com/2013/11/15/hadits-arbain-ke-13-ukhuwah-islamiyah/

6
4.Melaksanakan proses takaful (saling menanggung/senasib sepenanggungan)

Takaful adalah tingkatan ukhuwah yang tertinggi. Banyak kisah dan hadits
Nabi SAW dan para sahabat yang menunjukkan pelaksanaan takaful ini. Seperti
ketika seorang sahabat kehausan dan memberikan jatah airnya kepada sahabat
lainnya yang merintih kehausan juga, namun setelah diberi, air itu diberikan lagi
ek sahabat yang lain, terus begitu hingga semua mati dalam kondisi kehausan.
Mereka saling mengutamakan saudaranya sendiri dibandingkan dirinya (itsar).
Inlah cirri utama dari ukhuwah islamiyah.

2. Iman yang sempurna

Iman akan terealisasi dengan pengakuan dan pembenaran terhadap


rububiyatullah ( bahwa Allah adalah pemelihara, pengatur , penjaga dan
sebagainya )dan meyakini rukun iman yang lain, iman kepada malaikat kitab-kitab
suci, para rasul , hari akhir qadha dan qodar.

Dalam hadist ini keimanan tidak dianggap kokoh dan mengakar dalam hati
seorang muslim, kecuali ia menjadi manusia yang baik. Manusia yang jauh dari
rasa egoisme dan rasa dendam. Kebencian dan kedengkian. Ia menghendaki
kebaikan dan kebahagiaan terhadap orang lain, sebagaimana ia menginginkan
kebaikan dan kebahagian itu untuk dirinya sendiri. Lebih rincinya kesempurnaan
iman tersebut akan terealisasi melalui hal-hal berikut :5

a. mencintai kebaikan untuk saudaranya,sebagaimana ia mencintai untuk dirinya


sendiri, dan membenci keburukan untuk saudaranya, sebagaimana ia
membenci untuk dirinya sendiri. Dalam sebuah hadist disebutkan bahwa
suatu ketika Mu’adz bin jabal bertanmya kepada Rasulallah saw. Perihal iman
yang paling afdhal. Rasulallah bersabda, “ Agar seorang mencintai (kebaikan)
untuk saudaranya sebagaimana ia mencintai untuk dirinya sendiri.”( h.r.
Ahmad)
5
http://twopat87.blogspot.co.id/2012/01/makalah-hadist-arbain-ke-13.html

7
b. bersegera memberikan nasehat manakala saudaranya lalai.
c. segera memaafkan dan memenuhi hak saudaranya, sebagaimana ia juga ingin
segera dipenuhi haknya.

Muslim meriwayatkan dari abdullah bin amru bin “ash ra, bahwa Rasulallah
saw bersabda, “ barang siapa yang ingin agar dijauhkan dari api neraka dan
dimasukkan ke dalam syuga, hendaklah ia mati dalam keadaan iman kepada Allah
dan hari akhir, dan mendatangi orang yang suka didatangi.”

3. nilai lebih seorang muslim

Diantara kelebihan seorang muslim yang imannya sempurna adalah


berharap agar kebaikan juga dimiliki oleh orang lain, yang muslim maupun non
muslim. Artinya, berharap dan berusaha agar orang –orang kafir itu merasakan
nikmatnya iman.

Rasulallah saw . bersabda : “ cintailah suatu (kebaikan) untuk orang lain,


sebagaimana kamu mencintainya untuk dirimu, niscaya kamu menjadi muslim
(yang baik). ( h.r. Tirmidzi)

4. berlomba dalam mendapatkan kebaikan

Berlomba-lomba dalam kebaikan merupakan kesempurnaan iman.


Karenanya, seseorang yang ingin memiliki keimanan dan ketakwaan seperti yang
dimiliki orang yang lebih shalih, bukanlah suatu aib atau hasad(iri hati). Bahkan
sikap seperti ini merupakan refleksi kesempurnaan iman perbuatanyang
diisyaratkan Allah swt. Dalam firmannya, “ dan untuk yang demikian itu
hendaknya orang berlomba-lomba” ( Al-Muthafifin:26)

Allah swt. telah menyatakan bahwa merupakan sebuah kewajiban bagi


setiap muslim supaya tegak dan teguh dalam melakukan kebaikan. dan tidak

8
hanya sekedar maju dalam kebaikan,tetapi terus berupaya juga untuk saling
mendahului satu dengan yang lain di dalam hal kebaikan. Sebab kebaikan itulah
yang diantaranya membuat kita sebagai orang-orang yang paling baik.seperti
dalam firman- nya.:6

““Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh mereka


itu adalah sebaik-baik makhluk”. (Q.S Al-bayyinah:7)

Para sahabatpun sangat antusiasme dalam kebaikan, kita bisa melihat


bagaimana para sahabat Rasulullah saw. Dalam satu riwayat dikatakan bahwa
pada suatu saat para sahabat yang kurang dari segi harta hadir di hadapan
Rasulullah saw dalam corak mengadu dan mengeluh,  “Ya Rasulullah!
sebagaimana kami  melakukan salat seperti itulah orang-orang kaya melakukan
salat. Sebagaimana kami melakukan puasa seperti itu pulalah orang-orang yang
kaya melakukan puasa juga. Sebagaimana kami berjihad, seperti itu pulalah
orang-orang kaya melakukan jihad. Tetapi ya Rasulullah ada pekerjaan lebih yang
mereka kerjakan. Mereka memberikan sedekah dimana kami yang karena
ketidakmampuan kami tidak dapat melakukan itu. Beritahukanlah kepada kami
suatu metode yang dengan melakukan  itu kami dapat menutupi kekurangan itu.”
Beliau saw bersabda, “Setiap selesai salat bacalah subhanallah 33 kali dan 33 kali
alhamdulillah dan 34 kali allahu akbar.

Sahabah ini sangat gembira bahwa kini ia dapat setarap dalam kebaikan-
kebaikan dengan para hartawan. Mereka mulai mengamalkan sesuai dengan cara
ini, tetapi sesudah beberapa hari orang-orang kaya juga mengetahui akan cara
ibadat seperti itu dan mereka juga mulai membaca  tasbih dan pujian seperti itu.
Sahabat ini kembali hadir di hadapan Rasulullah saw lalu mereka mengeluh dan
mengadu bahwa para orang kayapun kini mulai melakukan amal seperti ini juga
dan mereka menyusul kami. Jadi Rasulullah saw bersabda bahwa apabila Allah
memberikan taufik pada seseorang untuk melakukan kebaikan maka  bagaimana
saya bisa mencegahnya.
6
Ibid,

9
Jadi perhatikanlah bagaimana semangatnya mereka untuk berlomba-lomba
dalam kebaikan. Diantara mereka banyak terdapat para pebisnis, para hartawan,
tetapi dengan adanya perintah Allah ‘berlombalah dalam kebaikan-kebaikan’
maka sedemikian rupa mereka berlomba melakukan amal baik itu sehingga sama
sekali tidak ada batasnya.7

Kemudian perhatikanlah, bagaimana Allah menghargai kebaikan-kebaikan


mereka  baik secara personal sebagai  individu, muapun berjemaah atau kedua-
duanya. Allah memberikan pada mereka sedemikian banyak berkah dan rahmat.

Jadi sebagaimana dalam hadis ini di bawah kekuatan daya pensucian Rasulullah
saw,  para sahabat baik dia itu seorang yang kaya atau miskin mereka berupaya
untuk mendahului satu sama lain dalam  puasa, jihad, sedekah-sedekah dan segala
bidang kebaikan mereka berupaya berlomba satu dengan yang lain dalam
kebaikan.
Maka sebagaimana antusiasme para sahabat dalam hal berlomba-lomba dalam
kebaikan maka kitapun dituntut untuk memperlhatkan semangat yang sama.

5. Keimanan menciptakan masyarakat yang bersih dan berwibawa

Hadist ini merupakan dorongan bagi setiap muslim agar senantiasa


membantu orang lain untuk melakukan kebaikan. Karena hal ini merupakan bukti
dan tanda kebenaran imannya. Dengan demikian akan tercipta masyarakat yang
bersih dan berwibawa. Bagaimanapun, ketika seorang mencintai suatu kebaikan
untuk orang lain, tentu ia akan berbuat baik kepadanya.Dengan demikian akan
timbul rasa kasih sayang diantara anggota masyarakat,kebaikan akan tersebar luas,
kejahatandan kezaliman akan tersisih, dan terciptalah keharmonisan dalam setiap
lini kehidupan. Mereka seolah satu hati, kebahagiaan saudaranya adalah
kebahagiannya, kesedihan saudaranya adalah kesedihannya. Masyarakat seperti
inilah yang seharusnya terbentuk dalam komunitas muslim,sebagai mana yang
diisyaratkan oleh Rasulallah saw. Dalam hadistnya:”orang-ornag mukmin ,dalam
7
Ibid.

10
kasih sayangnya , seumpama satu tubuh. Jika satu anggota tubuhnya sakit, maka
anggota tubuh yang lain merasakan demam dan kurang tidur.” (h.r. Bukhari
Muslim).

Jika ini yang terjadi,maka Allah akan memberi kepada mereka


kewibawaan, kemuliaan ,dan kekuasaan di dunia. Sedangkan di akhirat ia akan
mendapatkan pahala.8

6. peritah membersihkan hati

Hadits ini juga mengajarkan kita untuk membersihkan hati kita dari
berbagai macam penyakit hati terhadap saudara sesama muslim salah satunya
adalah hasad(iri hati), kerena orang yang hasad itu tidak mencintai untuk
saudaranya sesuatu yang ia cintai untuk dirinya, bahkan ia mengharap hilangnya
nikmat Allah dari saudaranya seislam. Para ulama berselisih dalam tafsir hasad,
sebagian mereka mendefinisikan hasad adalah mengharap hilangnya kenikamtan
dari orang lain. Sebagian ulama yang lain menyatakan, hasad adalah ketidak
sukaan terhadap nikmat Allah atas orang lain. Ini lah yang dirajihkan Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyah ketika berkata: “Jika seorang hamba membenci kenikmatan
yang Allah berikan kepada orang lain maka ia telah hasad kepadanya walaupun
tidak sampai mengharap hilangnya nikmat tersebut hasad dapat mengurangi
kesempurnaan iman..

7. iman senantiasa bertambah dan berkurang. Bertambah dengan ketaatan


dan berkurang dengan kemaksiatan.

8
Ibid,

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Hadist ini menjelaskan bahwa Seorang mu’min dengan mukmin yang lainnya
bagaikan satu jiwa, jika dia mencintai saudaranya maka seakan-akan dia
mencintai dirinya sendiri.dan itu merupakan syarat kesempurnaan iman dan
Termasuk keimanan pula membenci untuk saudaranya apa yang dibenci
untuk dirinya sendiri.
2. hadits ini mencela terhadap sikap egois, membenci orang lain, hasad dan
balas dendam, karena orang yang di dalam hatinya terdapat semua sifat ini
berarti tidak mencintai untuk saudaranya apa yang ia cintai untuk dirinya
sendiri, bahkan ia berharap nikmat yang Allah berikan pada saudaranya yang
beriman itu hilang darinya.
3. adanya anjuran untuk menyatukan hati.
4. jika Mengamalkan kandungan hadits ini akan menjadikan menyebarnya rasa
cinta diantara pribadi-pribadi dalam satu masyarakat Islami dan akan saling
tolong-menolong dan bahu-membahu sehingga akan tercipta masyarakat yang
harmonis.
5. Iman dapat bertambah dan berkurang, bertambah dengan ketaatan dan
berkurang dengan kemaksiatan

12
DAFTAR PUSTAKA

Syaih Muhammad bin Shahih Al-‘Utsaimin, Syarah Hadits Arba’in, (Jakarta :


Pustaka Ibnu Katsir, 2010.
https://alquranmulia.wordpress.com/2013/11/15/hadits-arbain-ke-13-ukhuwah-
islamiyah/
http://twopat87.blogspot.co.id/2012/01/makalah-hadist-arbain-ke-13.html

13

Anda mungkin juga menyukai