Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN OBSERVASI

Mengenai
PENGAJUAN NIKAH DIBAWAH UMUR SETELAH ADANYA
PERUBAHAN UNDANG-UNDANG NO. 16 TAHUN 2019
DI KUA KECAMATAN CIHIDEUNG KOTA TASIKMALAYA
“Disusun Untuk Memenuhi Tugas Akhir Semester 4 Mata Kuliah FIQIH 3”
Dosen Pengampu : Muhammad Abduh M.H.I.CM

Disusun oleh :
Diki Wahyudi (1901247)
Erni Srimulyani (1901267)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM TASIKMALAYA (STAI)
Jl. Noenoeng Tisnaputra No. 16 Tasikmalaya Tlp. (0265) 331501 – 332545

2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan


rahmat dan inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Observasi
mengenai “PENGAJUAN NIKAH DIBAWAH UMUR SETELAH ADANYA
PERUBAHAN UNDANG-UNDANG NO. 16 TAHUN 2019 DI KUA
KECAMATAN CIHIDEUNG KOTA TASIKMALAYA”
Dalam hal ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Muhammad Abduh, M.H.I, CM selaku Dosen Pengampu
Mata Kuliah Fiqih 3 yang telah memberikan bimbingan selama
proses penyusunan laporan.
2. Bapak Abdul Bashar, S.Ag, M.M, selaku Kepala KUA Kecamatan
Cihideung Kota Tasikmalaya yang telah memberikan izin kepada
kami untuk melakukan observasi.
3. Bapak Hasan Ubaedillah, S.H.I, selaku Penghulu KUA Kecamatan
Cihideung Kota Tasikmalaya yang telah bersedia diwawancarai oleh
kami selama melakukan observasi.
4. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan laporan observasi ini,
baik secara langsung maupun tidak langsung.
Kami meyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dala
penulisan laporan ini, oleh karena itu demi kesempurnaannya kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan untuk masa
mendatang.
Semoga laporan observasi “Pengajuan Nikah Dibawah Umur Setelah
Adanya Perubahan Undang-Undang No. 16 Tahun 2019 Di KUA Kecamatan
Cihideung Kota Tasikmalaya” ini bisa menambah wawasan para pembaca dan
bisa bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Tasikmalaya, Juni 2021


Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................i


DAFTAR ISI .....................................................................................................ii
BAB I .................................................................................................................1
PENDAHULUAN .............................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ...............................................................................1
B. Rumusan Masalah .........................................................................................3
C. Tujuan Observasi ...........................................................................................3
D. Manfaat Observasi ........................................................................................3
BAB II ................................................................................................................4
PELAKSANAAN OBSERVASI .....................................................................4
A. Lokasi dan Waktu Observasi .........................................................................4
B. Subjek Observasi ...........................................................................................8
C. Variabel Observasi ........................................................................................8
D. Teknik Pengumpulan Data ...........................................................................8
BAB III ..............................................................................................................9
HASIL OBSERVASI........................................................................................9
A. Wawancara dengan Penghulu KUA Kecamatan Cihideung ........................9
B. Visi dan Misi KUA Kecamatan Cihidueng ................................................11
BAB IV ............................................................................................................12
PENUTUP .......................................................................................................12
A. Kesimpulan ..................................................................................................12
B. Saran ............................................................................................................12
LAMPIRAN-LAMPIRAN

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pernikahan di perintahkan oleh Allah untuk mengatur hubungan antara
pria dan wanita dalam hidup bermasyarakat sebagai suami istri yang diridhoi
Allah SWT. Melalui perkawinan manusia kemudian berkembang biak secara
sah serta tumbuh menjadi bangsa yang besar dan meyebar keseluruh jagat raya
dengan segala macam budaya dan dinamikanya. Menurut ajaran agama Islam,
perkawinan disebut sebagai transaksi (akad) yang mengesahkan hubungan
badan antara seorang pria dan seorang wanita yang bukan muhrimnya.
Pernikahanmerupakan sarana terbesar untuk memelihara manusia agar tidak
terjatuh dalam perkara yang diharamkan Allah SWT, seperti zina, liwath (homo
seksual) dan lainnya.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan merupakan
sumber hukum perkawinan dan hukum keluarga Islam yang mengatur secara
lengkap dan modern tentang perkawinan dan perceraian umat Islam yang
berakar pada agama Islam. Pokok kehidupan rumah tangga merupakan
ketenangan, ketentraman dan kontitunitas. Islam mengatur hubungan ini dengan
segala perlindungannya yang menjamin ketentraman dan konstitunitas tersebut
sehingga mencapai tingkat antara yang tinggi.
UU 16 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas UU 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan memiliki latar belakang sehubungan Mahkamah Konstitusi Republik
Indonesia telah mengeluarkan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 22/PUU-
XV/2017 yang salah satu pertimbangan Mahkamah Konstitusi dalam putusan
tersebut yaitu "Namun tatkala pembedaan perlakuan antara pria dan wanita itu
berdampak pada atau menghalangi pemenuhan hak-hak dasar atau hak-hak
konstitusional warga negara, baik yang termasuk ke dalam kelompok hak-hak
sipil dan politik maupun hak-hak ekonomi, pendidikan, sosial, dan kebudayaan,
yang seharusnya tidak boleh dibedakan semata-mata berdasarkan alasan jenis
kelamin, maka pembedaan demikian jelas merupakan diskriminasi."

1
Dalam pertimbangan yang sama juga disebutkan Pengaturan batas usia
minimal perkawinan yang berbeda antara pria dan wanita tidak saja menimbulkan
diskriminasi dalam konteks pelaksanaan hak untuk membentuk keluarga
sebagaimana dijamin dalam Pasal 28B ayat (1) UUD 1945, melainkan juga telah
menimbulkan diskriminasi terhadap pelindungan dan pemenuhan hak anak
sebagaimana dijamin dalam Pasal 28B ayat (2) UUD 1945. Dalam hal ini, ketika
usia minimal perkawinan bagi wanita lebih rendah dibandingkan pria, maka
secara hukum wanita dapat lebih cepat untuk membentuk keluarga.
Oleh karena hal tersebut, dalam amar putusannya Mahkamah Konstitusi
memerintahkan kepada pembentuk undang-undang untuk dalam jangka waktu
paling lama 3 (tiga) tahun melakukan perubahan terhadap Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan sehingga lahirlah UU 16 Tahun 2019
tentang Perubahan Atas UU 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.
Perubahan norma dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan ini menjangkau batas usia untuk melakukan perkawinan, perbaikan
norma menjangkau dengan menaikkan batas minimal umur perkawinan bagi
wanita. Batas minimal umur perkawinan bagi wanita dipersamakan dengan batas
minimal umur perkawinan bagi pria, yaitu 19 (sembilan belas) tahun. Batas usia
dimaksud dinilai telah matang jiwa raganya untuk dapat melangsungkan
perkawinan agar dapat mewujudkan tujuan perkawinan secara baik tanpa berakhir
pada perceraian dan mendapat keturunan yang sehat dan berkualitas.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2019 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
disahkan Presiden Joko Widodo pada tanggal 14 Oktober 2019 di Jakarta.
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan mulai berlaku setelah
diundangkan Plt. Menkumham Tjahjo Kumolo pada tanggal 15 Oktober 2019 di
Jakarta.
Diharapkan juga kenaikan batas umur yang lebih tinggi dari 16 (enam
belas) tahun bagi wanita untuk kawin akan mengakibatkan laju kelahiran yang
lebih rendah dan menurunkan resiko kematian ibu dan anak. Selain itu juga dapat
terpenuhinya hak-hak anak sehingga mengoptimalkan tumbuh kembang anak

2
termasuk pendampingan orang tua serta memberikan akses anak terhadap
pendidikan setinggi mungkin.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan apa yang telah diuraikan dalam latar belakang di atas, maka
kami dapat merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa yang mendasari perubahan Undang-Undang mengenai batas usia
pernikahan?
2. Bagaimana batas usia pernikahan menurut Hukum Islam?
3. Bagaimana pengaruh perubahan Undang-Undang Batas Usia Pernikahan
terhadap Pengajuan Pernikahan dibawah umur?
C. Tujuan Observasi
1. Untuk mengetahui apa yang mendasari perubahan Undang-Undang
mengenai batas usia pernikahan?
2. Untuk mengetahui batas usia pernikahan menurut Hukum Islam?
3. Untuk mengetahui pengaruh perubahan Undang-Undang Batas Usia
Pernikahan terhadap Pengajuan Pernikahan dibawah umur?
D. Manfaat Observasi
Laporan observasi ini diharapkan dapat menjadi informasi berharga bagi
para pembaca mengenai “Pengajuan Nikah Dibawah Umur Setelah Adanya
Perubahan Undang-Undang No. 16 Tahun 2019 Di KUA Kecamatan Cihideung
Kota Tasikmalaya”.

3
BAB II
PELAKSANAAN OBSERVASI

A. Lokasi dan Waktu Observasi


1. Lokasi Observasi
Dalam observasi ini kami mengambil lokasi di KUA Kecamatan
Cihideung Kota Tasikmalaya. Beralamat di Jl. Jiwa Besar No. 10 A Kelurahan
Tuguraja Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya.
a. Sejarah KUA Kecamatan Cihideung
KUA Kecamatan Cihideung merupakan salah satu dari 10 KUA Kecamatan di
lingkungan Kantor Kementerian Agama Kota Tasikmalaya. KUA Kecamatan
Cihideung beralamat di Jl. Jiwa Besar No. 10 A Kelurahan Tuguraja
Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya dibangun di atas tanah wakaf yang

luasnya 280 M2, luas bangunan 127 M2 dibangun pada tahun 1992 dengan
Tipologi B.
Seiring dengan dinamika kebutuhan kantor, kepemimpinan pada KUA
Kec.Cihideung telah mengalami beberapa pergantian kepala sebagai berikut:
Periode
No Nama Kepala Keterangan
Jabatan
1. Drs. Aep Saepulloh 2001
2. Drs. H. Dudu B.Z. 2002 – 2005
3. Drs. Endang Shobar 2005 – 2008
4. H.D. Sukarjo, S.Ag., M.M. 2008 – 2010
5. Drs. Asep Toni Supriatna, M.H. 2010 – 2011
6. Pudoli, S.Ag. 2011 – 2012
7. Aan Ginanjar, S.Ag. 2012 – 2014
8. Drs. Budi Rahayu, M.Ag. 2014 – 2016
9. Husna Mustopa, S.HI. 2016 – 2018
10. Abdul Basor, S.Ag. M.M. 2019 – sekarang

Personil KUA Kec. Cihideung sampai dengan Juni 2019 sebanyak 4 (empat)
orang ditambah 1 (satu) orang Penyuluh Agama Islam, dan 1 (satu) orang
Honorer. Adapun rinciannya sebagai berikut:

4
1) Karyawan
No Nama / NIP Gol Jabatan Pendidikan
1 Abdul Basor, S.Ag., M.M. III/d Kepala S2
2 Hasan Ubaedillah, S.HI III/c Penghulu S1
3 Nina Herdiana III/c JFU SMA
4 Dra. Hj. Rina Irianingsih III/d JFU S1
5 Cecep Shuyud Y., S.Kom. - Honorer S1

2) Penyuluh Agama Islam


No Nama / NIP Gol Jabatan Pendidikan
H. Arif Somantri, M.Ag. Penyuluh
1 III/d Agama S2
Islam

3) Penyuluh Agama Islam Non PNS


No Nama Pendidikan Bidang Garapan
1 Tanto Susanto S1 Syariah Keluarga Sakinah
2 Jejeng Torpi S1 Kerukunan beragama
3 KH. Aep Saepulloh Syam S1 Wakaf
4 Endang Hasan S1 Narkoba, HIV Aids
5 Jenal Saripin, S.HI, M.Pd.I. S2 Produk Halal
Pemberantasan Buta
6 Wawan Marwan Amin S1
Huruf Al Quran
7 Yusup Roni Romdoni S1 Kerukunan beragama
8 Mamad, S.HI., M.H. S2 Zakat
9 Reva Zainul Haq S1 Radikalisme

b. Layanan Pencatatan Nikah


1) Jumlah peristiwa Nikah Tahun 2018
Jenis Nikah
No Bulan Jumlah
Kantor Luar Kantor
1 Januari 16 18 34
2 Februari 16 33 49
3 Maret 14 35 49
4 April 14 45 59
5 Mei 10 21 31
6 Juni 12 41 53

5
7 Juli 22 31 53
8 Agsts 19 63 82
9 Sptmbr 16 49 65
10 Oktober 11 10 21
11 November 20 24 44
12 Desember 8 51 59
Jumlah 178 421 599

2) Jumlah peristiwa Nikah Tahun 2019


Jenis Nikah
No Bulan Kantor Luar Kantor Jumlah

1 Januari 12 35 47

2 Februari 12 21 33

3 Maret 18 29 47

4 April 18 28 46

5 Mei 7 6 13

Jumlah 67 119 186

6
c. Penerapan SIMKAH
Penerapan Sistem Informasi Manajemen Nikah (SIMKAH) versi Desktop telah
dimulai sekitar Bulan April Tahun 2015 dan secara bertahap Blanko Model
NB, Model N dan Buku Nikah mulai di print melalui aplikasi SIMKAH
tersebut.
Dan mulai awal tahun 2019 sesuai dengan misi KUA Kecamatan Cihideung
ingin menciptakan pelayanan pencatat berbasis IT maka diberlakukan pula
secara bertahap penerapan SIMKAH berbasis WEB. Beberapa keunggulan
dengan menerapkan sistem ini diantaranya yaitu (1) validasi data catin bisa
dilakukan secara online melalui integrasi dengan sistem Disdukcapil berbasis
NIK, (2) mempermudah dalam melakukan input data nikah, (3) database nikah
terigrasi secara nasional, sehingga mempermudah dalam melakukan validasi
akta nikah, (3) mempermudah dalam memvalidasi dan mengecek keaslian
Buku Nikah melalui scaning Barcode dalam tercetak dalam Buku Nikah dan
dalam Kartu Nikah.
d. Strategi pembagian kerja pelayanan nikah luar kantor
Untuk memberikan pelayanan maksimal dalam Pelayanan Pencatat Nikah di
Luar Kantor, kami menerapkan strategi pembagian kerja yang proporsional.
Dimana karena keterbatasan petugas lapangan dalam hal ini penghulu, maka
strategi pembagian dilakukan sejak mulai pendaftaran catin. Dimana waktu
pelaksanaan nikah di luar kantor disesuikan dengan jumlah personil petugas
lapangan dan disesuaikan dengan kondisi lokasi akad dan letak geografis
tempat akad. Untuk kasus di KUA Kecamatan Cihideung pernikahan luar
kantor banyak dilakukan di Gedung Resefsi, oleh karena itu perlu dilakukan
koordinasi dan konfirmasi lebih dengan pihak terkit baik dengan keluarga
maupun dengan pihak penyelenggara atau Wedding Organizer (WO).
2. Pelaksanaan Observasi
Kami telah melakuakn obervasi selama dua kali dengan hari dan tanggal
yang berbeda. Waktu yang di gunakan yaitu:
a. Rabu, 24 Juni 2021
 Perkenalan dan minta izin untuk melakukan observasi.
 Menyerahkan surat pengantar kepada Staff KUA Kecamatan

7
Cihideung.
b. Kamis, 25 Juni 2021
 Melakuakn serangkaian wawancara dengan penghulu KUA
Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya.
B. Subyek Observasi
Subyek observasi yang kami pilih sebagai narasumber observasi yaitu
Penghulu KUA Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya. Dengan profil
sebagai berikut :
Nama : Hasan Ubaedillah, S.H.I
Alamat : Perum Batara Indah Blok E II
Jabatan : Penghulu
Unit Kerja : KUA Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya
C. Variabel Observasi
Variabel observasi yang menjadi titik tolak kami adalah “Pengajuan Nikah
Dibawah Umur Setelah Adanya Perubahan Undang-Undang No. 16 Tahun
2019 Di KUA Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya”.
D. Teknik Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data “Pengajuan Nikah Dibawah Umur Setelah
Adanya Perubahan Undang-Undang No. 16 Tahun 2019 Di KUA
Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya” melakuakn wawancara yang
hanya melibatkan Penghulu KUA Kecamatan Cihideung Kota
Tasikmalaya.

8
BAB III
HASIL OBSERVASI

A. Hasil Wawancara
1. Hal yang mendasari perubahan Undang-Undang tersebut apa pak?
 Dengan disamakannya usia batas pernikahan laki-laki dan
perempuan yaitu 19 tahun parameternya yaitu:
a. Melihat kematangan reproduksi
b. Kematangan fisik dan psikis
c. Agar bisa bertanggungjawab secara lahir dan bathin
2. Kenapa disamakan usianya bapak?
 Melihat dari kultur budaya kita dan kebiasaan umum
3. Bisa tidak menikah dibawah usia tersebut?
 Bisa, dengan cara izin dispensasi dari pengadilan, nantinya
bergantung pada putusan pengadilan apakah diizinkan atau tidak,
kalau diizinkan maka KUA wajib melaksanakan pencatatan nikah.
4. Setelah disahkannya undang-undang mengenai batas usia pernikahan
apakah menurun atau malah meningkat angka pernikahan dibawah
umur?
 Justru dengan kondisi sekarang malah banyak yang melakuakn
disepensasi ke pengadilan, dalam artian angkanya jadi meningkat.
Karena dulu perempuan usia 16 tahun sudah boleh menikah,
sedangkan sekarang usianya minimal 19 tahun laki-laki dan
perempuan. Sehingga angkanya meningkat.
5. Bagaiman menurut pandangan Islam terhadap batas usia pernikahan
ini? Sementara kan Nabi Muhammad SAW sendiri menikahi Aisyah
diusia 9 tahun?
 Nabi Muhammad SAW menikahi Aisyah sendiri di usia 9 tahun,
mohon maaf tdak langsung melakukan hubungan suami istri, tetapi
menunggu sampai Aisyah matang secara fisik.
 Menurut hemat saya undang-undang pernikahan salah satunya
mengadopsi dari hukum Agama Islam juga, makanya muncul

9
Kompilasi Hukum Islam, diramu dari berbagai madzhab. Dari
berbagai sumber juga seperti Alquran dan Hadist.
6. Usia paling bawah mengajukan pernikahan berapa tahun pak disini?
 Selama saya bertugas disini perempuan 16 tahun dan laki-laki
18 tahun.
 Kecuali di Subang itu ada paling bawah pengajuan pernikahan
itu 14 tahun.
7. Dengan adanya izin dispensasi dari pengadilan, kemudian ada hal-hal
yang tidak diinginkan terjadi setelah pernikahan seperti mengalami
keguguran karena belum matangnya reproduksi, apakah pengadilan
bertanggungjawab dengan hal demikian?
 Tidak, karena sebelumnya pengadilan memperhatikan alasan
dari pengajuan pernikahan di bawah umur itu apa.
 Dispensasi ini pula agar tidak adanya proses pernikahan siri
karena nantinya pasti repot, ada dampak-dampak hak-hak anak
yang tidak diakui hukum. Dan lain-lain.
8. Menurut bapak lebih baik mana menikah usia muda atau sudah
dewasa?
 Tergantung, walaupun masih muda tetapi dia sudah bisa
bertanggungjawab terhadap dirinya dan keluarganya kenapa
tidak, minimal mapan dalam artian mapan disini dia bisa
menghidupi dirinya dan keluarganya serta menjalankan
kewajibannya sebagai suami atau istri.
9. Bapak ada pesan-pesan untuk yang mau menikah atau untuk yang mau
menikah muda?
 Kalau mau menikah tempuhlah jalan sesuai dengan aturan
agama dan negara. Jauhi nikah siri untuk menyelamatkan hak-
hak anak dan istri agar terlindungi. Mintalah izin dispensasi
pernikahan apabila dibawah batas usia yang ditentukan
pemerintah.
 Mencari calon suami atau calon istri, dilihat dari:
a. Rupanya

10
b. Hartanya
c. Keturunannya
d. Agamanya
Tapi kalau mau bahagia perhatikan yang paling utama itu
agamanya.
B. Visi dan Misi KUA Kecamatan Cihideung
1. Visi
Terwujudnya masyarakat Kecamatan Cihideung yang Agamis dan
Berakhlaqul Karimah berbasis Keluarga Sakinah
2. Misi
1) Meningkatkan Kualitas Pelayanan Nikah, Rujuk dan
pembinaan Keluarga Sakinah
2) Meningkatkan Kualitas Pembinaan Pengelolaan Masjid, Zakat
dan Wakaf
3) Meningkatkan Kualitas Bimbingan Manasik Haji dan
Pembinaan Pasca Haji
4) Meningkatkan Kualitas Penyelenggaraan Statistik dan
Dokumentasi Kantor Urusan Agama
5) Meningkatkan Kualitas Pembinaan Lembaga Keagamaan,
Pangan Halal dan kemitraan Umat.

11
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
UU 16 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas UU 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan menjangkau batas usia untuk melakukan perkawinan, perbaikan
norma menjangkau dengan menaikkan batas minimal umur perkawinan bagi
wanita. Batas minimal umur perkawinan bagi wanita dipersamakan dengan
batas minimal umur perkawinan bagi pria, yaitu 19 (sembilan belas) tahun.
Batas usia dimaksud dinilai telah matang jiwa raganya untuk dapat
melangsungkan perkawinan agar dapat mewujudkan tujuan perkawinan secara
baik tanpa berakhir pada perceraian dan mendapat keturunan yang sehat dan
berkualitas.
Diharapkan kenaikan batas umur yang lebih tinggi dari 16 (enam
belas) tahun bagi wanita untuk kawin akan mengakibatkan laju kelahiran
yang lebih rendah dan menurunkan resiko kematian ibu dan anak. Selain itu
juga dapat terpenuhinya hak-hak anak sehingga mengoptimalkan tumbuh
kembang anak termasuk pendampingan orang tua serta memberikan akses
anak terhadap pendidikan setinggi mungkin.
Namun dengan adanya kenaikan batas umur pernikahan menjadikan
angka menikah dibawah umur menjadi meningkat, karena banyaknya
pengajuan pernikahan dibawah batas usia yang ditentukan. Meski demikian
adanya izin dispensasi dari Pengadilan Agama, KUA tetap diwajibkan
mencatat pelaksanaan pernikahan yang diajukan.
B. SARAN
Kami sangat mengharapkan bimbingan, serta kritikan tentang makalah
ini, karena tanpa kritikan dosen pengajar kami tidak dapat memperbaikinya.
LAMPIRAN –LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 1
Berikut adalah isi UU 16 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas UU 1 Tahun 1974
tentang Perkawinan (bukan format asli):
UNDANG-UNDANG
TENTANG
PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974
TENTANG PERKAWINAN
Pasal I
Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3019) diubah sebagai
berikut:
Ketentuan Pasal 7 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 7
Perkawinan hanya diizinkan apabila pria dan wanita sudah mencapai umur 19
(sembilan belas) tahun.
Dalam hal terjadi penyimpangan terhadap ketentuan umur sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), orang tua pihak pria dan/atau orang tua pihak wanita dapat meminta
dispensasi kepada Pengadilan dengan alasan sangat mendesak disertai bukti-bukti
pendukung yang cukup.
Pemberian dispensasi oleh Pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib
mendengarkan pendapat kedua belah calon mempelai yang akan melangsungkan
perkawinan.
Ketentuan-ketentuan mengenai keadaan seorang atau kedua orang tua calon
mempelai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) dan ayat (4) berlaku juga
ketentuan mengenai permintaan dispensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dengan tidak mengurangi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat
(6).
Di antara Pasal 65 dan Pasal 66 disisipkan 1 (satu) pasal yakni Pasal 65A yang
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 65A
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, permohonan perkawinan yang telah
didaftarkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan, tetap dilanjutkan prosesnya sesuai dengan ketentuan Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.

Pasal II
Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-


Undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Gambar 1

Gambar 2
Lampiran 2

Anda mungkin juga menyukai