Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

TARJAMAH AL-QUR’AN, TAFSIR AT TA’WIL

OLEH:

NAMA: NILA WAHYUNI

NIM: 210201153

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI MATARAM

2021

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin. Segala puji bagi Allah SWT Tuhan Semesta Alam.
Atas segala karunia nikmat-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan sebaik-
baiknya. Makalah yang berjudul “TARJAMAH AL-QUR’AN, TAFSIR AT TA’WIL”
disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah. Dalam penyusunannya
melibatkan berbagai media, baik dari buku maupun internet. Oleh sebab itu kami
mengucapkan terima kasih atas segala informasinya dalam membantu penyusunan makalah
ini. Meski telah disusun secara maksimal, namun penulis sebagai manusia biasa menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.

Karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
sekalian. Besar harapan kami makalah ini dapat menjadi sarana membantu masyarakat dalam
memahami manusia sebagai mahluk individu.

Demikian apa yang bisa kami sampaikan, semoga pembaca dapat mengambil manfaat dari
karya ini.

Mataram, 28 Oktober 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER............................................................................................................

KATA PENGANTAR...................................................................................ii

DAFTAR ISI..................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1

A.  Latar Belakang....................................................................................1

B.  Fokus pembahasan..............................................................................2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................3

A. Pengertian Tafsir, Takwil dan Terjemah.............................................3


B. Perbedaan Tafsir dengan Ta’wil dan Terjemah...................................8
C. Otoritas Tafsir, Ta’wil dan Terjemah.................................................10

BAB III PENUTUP.......................................................................................11

KESIMPULAN...............................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Salah satu tema dalam Ulum Al-Qur’an yang amat urgen bagi para da’i atau
mubaligh para pelajar dan mahasiswa muslim pada khususnya dalam menyampaikan risalah
Allah swt adalah kewajiban faham akan bahasa arab, yang merupakan satu alat yang
mempunyai fungsi untuk  memahami apa yang terkandung atau pesan yang terdapat dalam
Al-Qur’an. Kita tidak akan mampu memahami pesan yang terkandung bahkan rahasia-rahasia
yang terdapat dalam Al-Qur’an kalau kita tidak mengerti bahasa arab.
 Disamping itu, kita harus bisa memahami akan kaidah-kaidah cara memahami
bahasa arab tersebut supaya orang yang membaca karya kita atau yang mendengarkan
informasi yang kita fahami dalam Al-Qur’an kita kita sampaikan mereka dapat dipahami oleh
para pembaca maupun para mustami’. Lebih jauhnya kalau kita memahami apa yang
terkandung dalam Al-Qur’an perlu ilmu yang berkaitan dengan permasalahan tersebut, itu
merupakan gambaran kecil mengenai beberapa masalah yang sedang kita hadapi sekarang-
sekarang ini. Al-Qur’an adalah mukjizat Allah yang amat besar yang diberikan kepada rosul-
Nya yang mempunyai kandungan, pesan, bahkan rahasia-rahasia yang tersirat yang hanya
dapat difahami kalau kita tahu akan ilmunya.
Pemahaman seseorang dalam memahami jelas tidak sama meskipun mungkin
mereka sama-sama hafal Al-qur’an, hafal berbagai hadits dan kaidah-kaidah ushul fiqih dan
bahasa. Apalagi kalau temanya mengenai penafsiran dan penakwilan, disitu akan jelas
kelihatan mana yang masih dalam keadaan umi dan mana orang yang sudah bisa
mencapai dzakiyang sudah faham dan mengerti kandungan dan rahasia-rahasia Al-
Qur’an.  Oleh karenanya penulis khususnya merasa amat penting mengetengahkan tema
mengenai Tafsir, Ta’wil dan Terjemah beserta otoritasnya agar kita bisa memahami dan tau
sedikit banyaknya mengenai isi dan rahasia-rahasia yang terkandung didalamnya.sehingga di
makalah ini terdapat focus pembahasan :

1
B.     Fokus pembahasan

1.  Pengertian Tafsir, Ta’wil Dan terjemahan Al-Qur’an


2.  Perbedaan Tafsir, Ta’wil Dan Terjemahan Al-Qur’an
3. Otoritas Tafsir, ta’wil Dan Terjemah Al-Qor’an.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A.  Pengertian Tafsir, Takwil dan Terjemah

1. Tafsir
Kata tafsir diambil dari kata fassara-yufassiru-tafsiran yang berarti keterangan
atau uraian. Al-jurjani berpendapat bahwa kata tafsir secara etimologi  adalah Al-kasf
wal Al-izhhar yang artinya menyingkap (membuka) dan melahirkan[1]. Pada
dasarnya, pengertian tafsir berdasarkan bahasa tidak akan lepas dari kandungan
makna Al-idhah (menjelaskan), Al-bayan (menerangkan), Al-kasf (mengungkapkan),
Al-izhar (menampakkan), dan Al-ibanah (menjelaskan).
Kata tafsir dalam al-qur’an diungkapkan pada satu surat dan hanya dan hanya
terdapat dalam satu ayat, diamana kata tersebut dalam ayat itu artinya al-‘idlah atau
al- bayan ( penjelasan ) . ayat yang dimaksud adalah[] :
) 33: ‫و اليا تؤ نك بمثل ا ال جئنا ك با لحق و ا حسن ثفسيرا ( ا لفر قا ن‬
Artinya : Tidaklah ( orang-orang kafir itu ) datang kepadamu ( membawa )
sesuatu yang ganjil, melainkan kami datangkan kepadamu sesuatu yang benar dan
yang paling baik penjelasanya. ( QS: Al Furqon : 33 )
Ibnu Abbas berpendapat, bahwa makna dari kata  ‫تفس__ير‬  pada ayat tersebut
adalah “ perinci “.

Secara Terminologi Menurut al-Kilabi dalam At-Tashil, tafsir adalah


menjelaskan Al-Qur’an, menerangkan maknanya dan menjelaskan apa yang
dikehendaki dengan nashnya, atau dengan isyaratnya atau dengan tujuannya.
Menurut Syeh Al-Jazairi dalam shohib At-Taujih, tafsir pada hakikatnya
adalah dijelaaskan lapadz yang sukar difahami oleh pendengar, dengan
mengemukakan lapadz sinonimnya atau makna yang mendekatinya, atau dengan jalan
mengemukakan salah satu dilalah lafadz  tersebut.
Menurut Az-Zarkasyi dalam Mabahis Fi Ulumil Qur’an, tafsir adalah ilmu
yang digunakan untuk memahami dan menjelaskan makna-makna kitab Allah yang

3
diturunkan kepada nabi-Nya, Muhammad saw serta menyimpulkan kandungan-
kandungan hukum dan hikmahnya.
Dalam buku Ilmu-Ilmu Al-Qur’an yang dikarang oleh M.Hasbie As-Syidieqie
dikatakan  bahwa yang disebut dengan tafsir adalah:
Artinya suatu ilmu yang didalalamnya dibahaskan tentang Al-
Qur’anul Karim dari segi dalalahnya kepada yang dikehendaki Allah sekedar yang
dapat disanggupi manusia.
Ada yang mendevinisakan ilmu tafsir dengan: Artinya: suatu ilmu yang
dibahsakan didalamnya tentang keadaan-keadaan Al-Qur’an dan segi turunnya, segi
sanadnya, segi cara menyebutnya, segi lafadznya dan dan segi makna-maknanya yang
berpautan dengan lafadz dan hukum.
Dari rumusan-rumusan pengertian tafsir tersebut ada beberapa unsur pokok
yang dapat dikemukakakn, Yaitu :
a. pada hakekatnya, tafsir itu adalah menjelaskan maksud ayat-ayat al-qur’an yang
sebagian besar masih dalam bentuk yang sangat global.
b. Tujuanya adalah untuk memperjelas makna-makna yang terkandung dalam ayat-
ayat al-qur’an, sehingga apa yang dikehendakai allah SWT. Dalam firmanya dapat
dihayati atau diamalkan.
c. Sasranya adalah agar al-qur’an sebagai pedoman hidup dan hidayah dari Allah
benar-benar berfungsi sebagaimana tujuan al-qur’an diturunkan.
d. Sarana pendukung dalam menafsirkan al-qur’an meliputi berbagai ilmu yang
berhubungan dengan yang lain.
e. Upaya menafsirkan al-qur’an bukan untuk menafsirkan, bahwa secara pasti
begitulah yang dikehendaki Allah dalam firmanya itu, namun pencarian makna itu
hanyalah semaya-mata untuk memperoleh kebenaran menurut kemampuan
manusia dengan segala keterbatasan ilmu yang dimilikinya.

Menurut klasifikasinya tafsir itu ada dua klasifikasi yaitu adalah :


a) Tafsir bi al-ma’tsur menurut manna’ Khlil al-Qaththan adalah tafsir yang
menjelaskan riwayat-riwayat yang shohih menurut urutan yang telah disebutkan di
dalam syarat-syarat mufassir, diantaranya menafsirkan al-qur’an dengan al-qur’an
atau dengan al sunnah, karena ia merupakan penjelas bagi kitabnAllah atau
dengan riwayat-riwayat yang diterima dari para sahabat, sebab mereka lebih

4
mengetahui tentang kitab Allah atau dengan riwayat-riwayat dari para tabi’in
krena mereka telah menerimanya dari para sahabat.
b) Tafsir bi al-ra’yi adalah suatu tafsir diamana mufassir dalam menjelaskan makna
ayat berdasarkan pada pemahaman dan istimbatnya dengan akal semata mata
bukan didasarkan pada pemahaman yang sesuai dengan ruh syariat.
Namun dimakalah kami tidak akan menerangkan secara detail tentang ini
karena nanti akan diterangkan pada makalah setelah kami.
2. Takwil
Secara etimologi takwil adalah menerangkan, menjelaskan, diambil dari kata
awaala yuawwilu ta’wilan. Al-Qathan  dan Al-Jurjani berpendapat bahwa arti takwil
menururt etimologi adalah arruju ila ashli, yang mengandung arti kembali kepada
pokoknya. Sedangkan ari bahasanya menurut Al-Jarqoni sama dengan arti tafsir.
Secara terminologi takwil ialah memalingkan lafal dari maknanya yang
tersurat kepada makna lain ( batin ) yang dimiliki lafal itu, jika makna lain tersebut
dipandang sesuai dengan ketentuan al-Qur’an dan al-Sunnah.[8]Adapun takwil secara
etimologi dalam hal ini banyak para alim memberikan pendapatnya, antara lain:

MenurutAl-Zurjani:
Artinya: memalingkan suatu lafadz dari makna lahirnya terhadap makna yang
dikandungnya, apabila makna alternatif yang dipandangnya sesuai dengan ketentuan
Al-kitab dan As-sunnah.

Menurut Ali al-Shabuniy:


Ta’wil Adlah memendang kuat dari sebagian makna-makna tertentu yang
terkadang didalam ayat al-Qur’an dari sekian banyak makna yang ada.
Menurut definisi lain:
Artinya: takwil adalah mngembalikan sesuatu pada tujuannya. Yakni
menerangakan apa yang telah dimaksud.
Menurut ulama salaf takwil sama dengan tafsir ialah menafsirkan dan
menjelaskan makna suatu ungkapan baik bersesuai dengan makna lahirnya ataupun
bertentangan.
Sedangkan menurut para ulama khalaf takwil adalah mengalihkan suatu lafadz
dari maknanya yang rojih pada makna yang marjuh karena ada indikasi untuk itu.

5
Ringkasnya pengertian takwil dalam penggunaaan istilah adalah suatu usaha
untuk memahami lafadz-lafadz atau ayat-ayat Al-Qur’an melalui pendekatan
memahami arti atau maksud sebagai kandungan dalam maksud itu. Dengan kata lain,
takwil berarti mengartikan beberapa alternatif kandungan makna yang bukan mana
lahiriahnya, bahkan penggunaan secara mahsyur diidentikan dengan tafsir.
Jadi mentakwilkan ayat-yat al-qur’an berarti : “ membelokkan atau
memalingkan “ lafal-lafal atau ayat-ayat al-qur’an dari maknanya yang tersurat
kepada yang tersirat dengan maksud mencari makna yang sesuai dengan ruh al-qur’an
dan sunah Rosuullah SAW.
Bagi para ulama’ salaf, ayat-ayat mutasyabihat tidaklah begitu banyak, sebab
mereka mempunyai kemampuan untuk memahaminya dengan kedalaman bahasa arab
yang dimilikinya. Nemun setelah itu, lebih-lebih setelah kemampuan memahami
bahasa arab semakin lenmah, maka jumlah atau bilangan ayat-ayat mutasyabihat
menjadi semakin banyak. Sehubungan dengan itu, T. M. Hasbi al-Shiddieqiy
mengatakan, bahwa memang kebanyakan ayat-ayat yang disebut mutasyabihat itu
oleh ulama’-ulama’ yang muncul belakangan disebabkan oleh lemahnya dalam
memahami bahasa arab.
Perlu ditegaskan, bahwa ayat-ayat mutasyabihat itu lebih banyak menyangkut
persoalan kepercayaan atau keyakinan, yang didalamnya berhubungan dengan
esktologi ( hal yang ghoib, Akhirat ) . jadi, ayat-ayat mutasyabihat umumnya
menyangkut soal akhidah.
3. Terjemah
Terjemah menurut bahasa adalah salinan dari suatu bahasa ke bahasa lain atau
mengganti, menyalin, memindahkan kalimat dari suatu bahasa ke bahasa lain.
Sedangkan yang dimaksud dengan terjemah al-qur’an adalah seperti yang
dikemukakan oleh ash-shabuni; memindahkan al-qur’an ke bahasa lain yang bukan
bahasa arab dan mencetak terjemah dalam beberapa naskah untuk dibaca orang yang
tidak mengerti bahasa arab, sehingga ia dapat memahami kitab Allah.
Kata terjemah dapat dipergunakan pada dua arti

a) Terjemah Maknawiyyah atau Tafsiriyyah, yaitu menerangkan makna atau kalimat


pembicaraaan dengan bahasa lain tanpa terikat dengan tertib kata-kata bahasa asal
atau memperhatikan susunan klimatnya, melainkan oleh makna dan tujuan
aslinya.

6
b) Terjemah Harfiyyah, yaitu mengalihkan lafadz-lafadz dari satu bahasa ke dalam
lafadz-lafadz yang serupa dari bahasa lain sedemikian rupa sehingga susunan dan
tertib bahasa kedua sesuai dengan susunan dan tertib bahasa pertama.

Muhammad Husein al-Dzahabiy memformulasikan batasan pengertian terjemah


harfiah sebagai berikut :
“Terjemah Harfiah adalah mentransfer suatu perkataan dari bahasa satu kebahasa lain
dengan memperhatikan segi-segi kesesuain dalam hal aturan dan susunan serta
menjaga orisinalitas semua makna lafal yang terdapat pada bahasa asli yang
deterjemahkan”.

Terjemah harfiyyah dibagi menjadi dua:

1) Terjemah Harfiyyah bi l-misli, yaitu menyalin atau mengganti kata-kata dari


bahasa   asli dengan sinonimnya (murodifnya) ke dalam bahasa baru dan terikat
bahasa aslinya.
2) Terjemah harfiyyah bi dzuni al-mitsli, yaitu menyalin atau mengganti kata-kata
bahasa asli ke dalam beberapa bahasa lain dengan memperhaitkan urutan makna
dan segi sastranya, menurut kemampuan bahasa baru serta kemampuan
penerjemahnya.
Mereka yang mempunyai pengetahuan tentang bahasa-bahasa tentu
mengetahui bahwa terjemah harfiyyah dengan pengertian sebagaimana di atas tidak
mungkin dicapai dengan baik. Sebab karakteristik setiap bahasa berbeda satu dengan
yang lain dalam hal tertib bagian kalimat-kalimatnya. Contoh, jumlah fi’liyyah dalam
bahasa arab dimulai dengan fi’il kemudian fa’il, baik dalam kalimat tanya maupun
yang lainnya, mudlaf didahulukan atas mudhof ilaihi, dan mausuf atau sifat, kecuali
dengan idhofah tasybih. Yang mana hal itu tidak dimilki oleh bahasa lain.
Secara umum, syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam tarjamah, baik tarjamah
harfiyah maupun tarjamah tafsiriyah adalah:
a) Penerjemah memahami tema yang terdapat dalam kedua bahasa, baik bahasa
pertama maupun bahasa terjemahnya;
b) Penerjemah memahami gaya bahasa (uslub) dan ciri-ciri khusus atau karakteristik
dari kedua bahasa tersebut;
c) Hendaknya dalam terjemahan terpenuhi semua makna dan maksud yang
dikehendaki oleh bahasa pertama;

7
d) Hendaknya bentuk (sighat) terjemahan lepas dari bahasa pertama (ashl). Seolah-
olah tidak ada lagi bahasa pertama melekat dalam bahasa terjemah tersebut.

B.  Perbedaan Tafsir dengan Ta’wil dan Terjemah

1. Perbedaan tafsir dan ta’wil

Perbedaan tafsir, ta’wil disatu pihak dan terjemah di pihak lain adalah tafsir
dan ta’wil berupaya menjelaskan makna setiap kata di dalam Al-Qur’an, sedangkan
terjemah hanya mengalihkan bahasa Al-Qur’an yang dari bahasa arab ke bahasa non
Arab.

Abu ubaidan dan sekelompok ulama berpendapat bahwa tafsir dan ta’wil
adalah sama kata Al-Maturidy tafsir adalah menetapkan apa yang dikehendaki oleh
ayat  dan dengan sungguh-sungguh menetapkan, demikianlah yang dikehendaki
Allah, maka ada dalil yang membenarkan penetapan itu, dipandanglah tafsir yang
shohih. Kalau tidak dipandanglah tafsir yang berdasarkan pikiran yang tidak
dibenarkan, ta’wil ialah mentarjihkan salah satu makna yang mungkin diterima ayat
,yakini salah satu mutamilad, dengan tidak menyakini bahwa demikianlah yang
sungguh-sungguh dikehendaki Allah.

Dikatakan tafsir yaitu apa yang terjadi jelas didalam kitabullah atau jelas
didalam hadist sohih, artinya itu jelas tampak, ta’wil yaitu apa yang disimpulkan oleh
ulama, dalam hal ini ada yang mengatakan bahwa tafsir itu istilah apa yang
bersangkut dengan ayat sedangkan ta’wil yaitu, apa yang bersangkutan dengan ilmu
pengetahuan.

Adapun perbedaan tafsir dan ta’wil itu sendiri dapat dijelaskan sebagai berikut;

TAFSIR TA’WIL
1.      Ar-Raghif Al-Ashfahani: lebih 1.      Ar-Raghif Al-Ashfahani: lebih
umum dan lebih banyak digunakan banyak dipergunakan makna dan kalimat
untuk lafazh dan kosakata dalam kitab- dalam kitab-kitab yang diturunkan Allah
kitab yang diturunkan Allah dan kitab- saja
kitab lainnya.
2.      Menerangkan makna lafazh yang 2.      Menetapkan makna yang
tak menerima selain dari satu arti. dikehendaki suatu lafazh yang dapat
menerima banyak makna karena

8
didukung oleh dalil.
3.      Al-Maturidi: menetapkan apa 3.      Menyeleksi salah satu makna yang
yang dikehendaki ayat dan mungkin diterima oleh suatu ayat tanpa
menetapkan seperti yang dikehendaki meyakinkan bahwa itulah yang
Allah. dikehendaki Allah.
4. Abu Thalib Ats-Tsa’labi: 4.      Abu Thalib Ats: menafsirkan
menerangkan makna lafazh baik bathin lafazh.
berupa hakikat atu majaz.

Kesimpulannya tafsir adalah pengertian lahiriyah dari ayat Al-Qur’an yang


pengertiannya secara tegas mengatakan maksud yang dikehendaki Allah… Azza wa
jala… Sedangkan ta’wil pengertian-pengertian tersirat yang diistimbatkan ( diproses )
dari ayat-ayat Al-Qur’an yang memerlukan perenungan dan perkiraan, serta
merupakan sarana pembuka tabir.

2.    Perbedaan Tafsir Dan Terjemahan

Terjemah baik harfiah maupun tafsiriyah bukanlah atau tidaklah sama dengan
tafsir. Atau dengan kata lain terjemah adalah bukan identik dengan tafsir.  Antar
keduanya terdapat sebuah kesamaan. Persamaanya adalah bahwa baik tafsir maupun
terjemahan tafsiriyah bertujuan untuk menjelaskan. Tafsir menjelaskan suatu maksud
yang semula sul;it dipahami, sedangkanm terjemah adalah menjelaskan suatu makna
dari suatu bahasa melalui suatu bahasa yang dapat dipahami. Walaupun terdapat
keasamaan diantara keduanya tetapi buka berarti persamaan itu trerjadi secara mutlak.
Oleh karena itu perlu diketahui inti-inti perbedaan diantara keduanya. Perbedaan-
perbedaan yang dimaksud adalah :

a) Bahasa tafsir sering keterkaitan dengan bahasa aslinya. Selain itu dalam tafsir
tidak terjadi peralihan bahasa, sebagaimana dalam terjemahan yaitu pemindahan
bahasa dari bahasa yang satu kebahasa yang lain. Dalam bahsa ini tidak lagi
melekat lafal atau kosa kata bahasa pertama. Bentuk bhasa pertama lepas sama
sekali dari bahasa peretama yang diterjemahkan.
b) yang pertama. Sedangkan dalam terjemahan tidak terdapat istithrad, yakni
mencari uraian melebihi kadar mencari padaan kata.
c) Dalam  bahasa tafsir yang menjadi pokok perhatian adalah tercapainya penjelasan
tepat sasaran baik secara global maupun terperinci. Tidak demikian dengan

9
terjemahan pada lezimnya mengandung tun tuna terpenuhinya semua makna yang
yang dikehendaki oleh bahasa pertama.
d) Dalam dunia penafsiran soal pengakuan sangatlah relatif, tergantung pada tafsir
dan kredibilitas mufassir ( orang ahli tafsir ). Dan dalam menafsirkan harus
ditopang oleh argumen – argumen al- quran Tetapi berbeda dengan terjemahan
pada lazimnya mengandung adanya tuntutan adanya pengakuan pengakuan yang
dimaksud disisini adalah bahwa makna yang dimaksud yang telah dialih
bahasakan ke dalam bahasa kedua oleh penerjemah adalah makna yang ditunjuk
oleh pembicara bahasa pertama.

C.      Otoritas Tafsir, Ta’wil dan Terjemah

Ilmu tafsir merupakan kunci utama untuk bisa memahami al-Qur’an dengan
baik dari berbagai aspeknya.tanpa ilmu tafsir, seseorang dengan kontekstualitasnya
yang sangat luas tentu mustahil bisa memahami al-Qur’an dengan benar dan baik.
Tanpa ilmu tafsir pemahaman makna tekstualitas dan kontektualitas al-qur’an tidak
mungkin bisa dikembangkan dan sosilalisasi publikasi pengamalan al-Qur’an tidak
akan berjalan lancar. Jadi ilmu tafsir memiliki fungsi yang sangat penting dan strategis
dalam upaya memahami al-Qur’an yang degan itu terciptalah masyarakat ideal sesuai
dengan petunjuk al-Qur’an.

Sedangkan ta’wil adalah suatu ilmu yang berada dalam al-Qur’an yang dapat
membantu seseorang dalam memahami isi kandungan dan rahasia suatu ayat. Dengan
adanya ilmu tersebut seseorang dapat menjangkau sesuatu dengan ilmu
pengetahuannya. Tidak sembarang orang dapat menta’wilkan al-Qur’an melainkan
orang-orang yang dapat menguasai ilmu bahasa dan sastra Arab. Baik dalam ilmu
nahwu sharaf badi’ ma’ani maupun bayannya

Dan terjemah adalah suatu alat atau media yang dapat memberikan suatu pesan
kepada orang lain uantuk dia mengerti dari apa yang telah diterjemahkan dari al-Qur’an
itu sendiri. Degan terjemah tersebut akan membantu orang-orang yang kurang faham
tentang bahasa Arab yang notabene adalah bahasa al-Qur’an akan mengerti dan
sedikitnya tau maksud atau pesan yang terkandung dalam al-Qur’an tersebut.

BAB III

10
PENUTUP

KESIMPULAN

Tafsir adalah ilmu al-Qur’an yang berfungsi sebagai pembuka hijab dari ketidak
jelasan, yang semula gelap akan menjadi terang dan yang telah terang menjadi lebih terang
lagi. Rahasia-rahasia yang ada dibalik ayat-ayatnya ditemukan dengan menggunakan ilmu
tafsir.
Ta’wil adalah pengertian-pengertian yang samar / yang tersirat yang di-istinmbath-
kan (diproses) dari ayat-ayat al-qur’an, yang memerlukan renungan dan pemikiran dan
merupakan prosesing membuka tabir atau makna yang terkandung didalamnya. Sedangkan
terjemah adalah pengalihan bahasa dari satu bahasa kedalam bahasa lain tanpa harus
menyamakan secara persis dengan karakteristik bahasa pertama.
Perbedaan antara ketiganya yaitu :Takwil adalah esensi yang dimaksud dari suatu
perkataan, maka takwil dari talab (tuntutan) adalah esensi perbuatan yang dituntut itu sendiri
dan takwil dari khabar adalah esensi yang  diberitakan.
Dikatakan tafsir adalah apa yang telah jelas didalamnya kitabullah atau tertentu  (pasti)
dalam sunnah yang sohih karena maknanya telah jelas dan gamblang.
Sedangkan terjemah hanya merupakan pengalihan bahasa dari bahasa arab yang digunakan
al-qur’an kedalam bahasa lain.
Perbedaan yang amat jelas sekali dari kedua tafsir ini dibedakan atas sumbernya.
Tafsir bi al-ma’sur adalah metode penafsiran al-qur’an dengan menggunakan al-Qur’an,
hadist, ataupun perkataan sahabat rosul. Sedangkan tafsir bi al-ra’yi menggunakan akal pada
umum penafsiranya dan hanya sedikit pengambilan dalil dari qur’an dan hadis tapi lebih
menekan pada pemikiran dengan jalan berijtihad.

DAFTAR PUSTAKA

11
Ahmad Izzan, Metodologi Ilmu Tafsir, Bandung, Tafakur, 2009.
Burhanuddin al Zarkasyi, al Burhan fi Ulum Al-Quran, Beirut : Dar al-Ma’rifat, 1972.      
Hasbi Asy-Syidiqie, ilmu-ilmu Al-qur’an, Jakarta:PT Bulan Bintang, tahun 1972.
Khalid Abdul Ar-Rahman Al-‘ak, Ushul At-Tafsir wa Qawa’iduh, Bairut, 1986.
Manna’ Al-Qathathan,Mabahits fi  ‘Ulum  al-Qur’an, Beirut : al-Syirkah al-Muttahidah li al-
Tauzi, 1973.
Mudzakir. AS, Study al-Qur’an, Jakarta : Lentera Antar Nusa, 2010.
Muhammad Ali al-Shabuniy, al-Tibyan fi ‘Ulum al-Qur’an, Beirut : Dar al-Irsyad, 1970.
Muhammad Az-Zarkani, Manahil Irfan Fi Ulumi Al-Qur’an, juz1 , Mesir.
Muhammad Husein al-Dzahabiy, al-tafsir wa al-Mufassirun, j. i,  Mesir : Dar al-Maktub al-
Haditsah, 1976,
Rifa’at syauqi Nawawi & M. Ali hasan,  Pengantar Ilmu Tafsir, Jakarta: Bulan
Bintang,1998.
Rosihon Anwar, Ulum Al-Quran, Bandung, CV pustaka setia, 2010.
Usman, Ulumul Qur’an, Yogyakarta : Teras Komplek POLRI Gowok Blok D 2 No. 186, Th.
2009.
RosihonAnwar, UlumAl-Quran, Bandung, CV pustaka setia, 2010, hlm.209
Khalid Abdul Ar-Rahman Al-‘ak, Ushul At-Tafsir wa Qawa’iduh, Bairut, 1986, hlm.30, lihat
juga Ahmad Izzan, Metodologi Ilmu Tafsir, Bandung, Tafakur, 2009, hlm.11
Usman, Ulumul Qur’an, Yogyakarta : Teras Komplek POLRI Gowok Blok D 2 No. 186, Th.
2009.
Burhanuddin al Zarkasyi, al Burhan fi Ulum Al-Quran, Beirut : Dar al-Ma’rifat, 1972, h.
13         
Hasbi Asy-Syidiqie, ilmu-ilmu Al-qur’an, Jakarta:PT Bulan Bintang, tahun 1972 hlm. 202-
203
Manna’ Al-Qathathan,Mabahits fi  ‘Ulum  al-Qur’an, Beirut : al-Syirkah al-Muttahidah li al-
Tauzi, 1973 ,h. 351.
Muhammad Az-Zarkani, Manahil Irfan Fi Ulumi Al-Qur’an, juz1 , Mesir, hlm. 4-5
Rifa’at syauqi Nawawi & M. Ali hasan,  Pengantar Ilmu Tafsir, Jakarta: Bulan Bintang,1998
,h. 144.
Muhammad Ali al-Shabuniy, al-Tibyan fi ‘Ulum al-Qur’an, Beirut : Dar al-Irsyad, 1970, h.
74.

12
Rosihon Anwar, Ulum Al-Quran, Bandung, CV pustaka setia, 2010, hlm.211-212, lihat
juga  Ahmad Izzan, Metodologi Ilmu Tafsir, Bandung, Tafakur, 2009, hlm.11
Lihat muhammad Husein al-Dzahabiy, al-tafsir wa al-Mufassirun, j. i, Mesir : Dar al-Maktub
al-Haditsah, 1976, h. 23
Rosihan Anwar, Ibid, hal. 213
Mudzakir. AS, Study al-Qur’an, Jakarta : Lentera Antar Nusa, 2010. h. 460.
Usman, Ibid, h. 214
Ahmad Izzan, Metodologi Ilmu Tafsir, Bandung, Tafakur, 2009, hlm.12-13

13

Anda mungkin juga menyukai