Buletin Jum'at Al-Bayan Terbitan 333/23 Shafar 1432 H/28 Januari 2011 M
Oleh : M. Edwar Fornawansyah
Menjaga keluarga dari siksa api neraka adalah wajib hukumnya, sebagaimana disampaikan
Allah dalam firman-Nya dalam QS at-Tahrim ayat 6, yang menjadi pertanyaan barangkali
bagaimana caranya kita melakukannya, tidak lain adalah dengan ilmu. Ilmu dapat
membimbing, menuntun kita kepada jalan yang semestinya kita lalui, dengan ilmu kita
terbimbing kepada tujuan yang kita harapkan yaitu Jannah. Ilmu bak cahaya di kegelapan
malam, maka tidak heran kalau Allah dan Rasul-Nya menyanjung orang-orang yang berilmu di
dalam firman-Nya dan sabdanya.
Untuk memenuhi kebutuhan ini mestinya kita mengajarkan kepada keluarga kita akan ilmu.
Karena itu, adh-Dhahhak dan Muqatil menafsirkan ayat tersebut di atas, “Wajib bagi setiap
muslim, mengajarkan keluarganya, kerabat dan hamba sahayanya akan apa yang diwajibkan oleh
Allah atas mereka, dan apa yang dilarang-Nya.” Hal senada dikatakan oleh At-Thabari,
“Hendaknya kita mengajari anak-anak dan keluarga kita masalah agama dan kebaikan, serta apa-
apa yang penting dan dibutuhkan dalam persoalan adab dan akhlak.”
Hidup dan kehidupan adalah amanah yang mesti dipertanggungjawabkan di hadapan Allah.
Demikian pula penciptaan manusia dan seluruh makhluk-Nya yang penuh makna dan nilai di
muka bumi ini. Maka hal yang seharusnya kita lakukan adalah berusaha menepati amanah Allah
dengan terus berusaha mencintai kebaikan dan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Kesungguhan atau mujahadah adalah hal mutlak yang kita butuhkan apabila kita menginginkan
kebaikan kehidupan di dunia dan akhirat. Menjaga diri, kemudian keluarga dari hal-hal yang
dapat menjerumuskan ke dalam api neraka menjadi suatu hal yang niscaya untuk diperhatikan
bersama. Karena ketika seseorang dapat menjaga dirinya dengan baik, dia akan selalu berada
dalam hidayah Allah sehingga tidak akan ada yang dapat memberikan mudharat kepadanya.
Allah Ta’ala berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu, tiadalah orang yang
sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk. Hanya
kepada Allah kamu kembali semuanya, maka Dia akan menerangkan kepadamu apa yang telah
kamu kerjakan.” (Al-Maidah : 5)
Begitu pula dengan keluarga, yang dalam bahasa Arab disebut usroh, secara harfiyah berarti ad-
dir‘ul-hashinah, yaitu benteng yang kuat. Keluarga memang suatu benteng yang kuat yang
menjadi pertahanan manusia dari berbagai gangguan yang dihadapinya dalam kehidupan sosial,
seperti kriminal, material, seksual, dan sebagainya. Keluarga juga dapat membentengi dan
melindungi sekaligus menyelesaikan problem kemanusiaan dari waktu ke waktu. Sehingga
upaya dan ikhtiar maksimal untuk menjadikan rumah kita sebagai syurga kecil, harus terus kita
upayakan. Allah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat
yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai ( perintah ) Allah terhadap apa yang
diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (At-Tahrim
[66] : 6
Sabda Rasulullah SAW: Telah diriwayatkan dari Abbas ra. Berkata, bahwasannya Rasulullah n
bersabda, “Takutlah kamu terhadap api neraka meskipun hanya bisa bersedekah dengan sebutir
kurma.”
Sayyid Qutb, di antara penjelasan tafsir Fi Zhilaalil Qur‘an-nya tentang surat At-Tahrim ayat
enam tersebut adalah bahwa setiap mukmin diwajibkan untuk memberikan petunjuk kepada
keluarganya dan memperbaiki seluruh anggota keluarganya, sebagaimana ia diwajibkan terlebih
dahulu memperbaiki dirinya.
Islam adalah suatu agama yang mengatur keluarga, maka ia mengatur kehidupan berumah
tangga. Rumah tangga yang Islami akan menjadi dasar terbentuknya masyarakat yang Islami.
Seorang ibu harus memiliki pribadi dan prilaku Islami sebagaimana pula seorang ayah harus
memiliki pribadi dan prilaku Islami sehingga mereka dapat mendidik anak-anaknya menjadi
anak-anak yang shalih dan shalihah.
Dalam membangun keluarga yang dilandasi iman dan takwa, seorang Muslim harus
memandangnya sebagai ibadah kepada Allah dan hanya mengharap keridhaan dan pahala dari
Allah SWT. Untuk itu, kedua belah pihak, antara suami dan istri, harus mengetahui dan
memahami seluruh persoalan yang berkaitan dengan kehidupan suami istri dalam pandangan
Islam, yaitu yang menyangkut hak-hak dan kewajiban masing-masing. Kemudian juga harus
bersungguh-sungguh melaksanakan tugas dan kewajibannya, sehingga bangunan keluarga
muslim yang dapat memberi tauladan benar-benar terwujud.
Hak seorang istri adalah kewajiban sang suami demikian pula sebaliknya, kewajiban istri
merupakan hak suami. Keseimbangan dalam memenuhi hak dan kewajiban di antara keduanya
akan menjaga kelangsungan dan keharmonisan keluarga.
2. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman yang artinya, ”Wahai orang-orang yang beriman,
jagalah dirimu dan keluargamu (istri dan anak-anakmu) dari api neraka yang bahan bakarnya
manusia dan batu” (QS. At Tahrim : 6). Ayat ini menjadi dasar adanya kewajiban pendidikan di
dalam keluarga bagi setiap atau suami. Kewajiban ini tidaklah mungkin terlaksana jika tidak
dilandasi dengan ilmu, pengamalan dan dakwah.
3. Jangan sampai sang bapak melakukan 3 (tiga) hal berikut ini; Pertama,
mengajarkan/memerintahkan/menganjurkan atau minimal memberi isyarat untuk berbuat
kemaksiatan kepada istri dan anak-anaknya. Kedua, memberikan contoh dalam berbuat maksiat.
Ketiga, diam terhadap kemaksiatan yang dilakukan oleh anak dan istrinya.
Anak akan tumbuh dalam kebaikan, memiliki kemuliaan akhlak, jika kedua orang tuanya
memberikan teladan yang baik. Demikian pula sebaliknya, ia akan tumbuh dalam kesesatan,
berjalan dalam kekufuran dan kemaksiatan, jika ia melihat kedua orang tuanya memeberikan
teladan yang buruk. Tidak mungkin sang anak belajar amanah, kemuliaan, sopan santun, kasih
sayang dan sebagainya, jika kedua orang tua memiliki sifat yang berlawanan seperti dusta, kasar,
suka mencela, pun sebaliknya.
Pendidikan keteladanan terbaik bagi anak, ialah jika kedua orang tua mampu menghubungkan
anaknya dengan keteladanan Rasulullah yang menjadi uswah bagi seluruh ummat manusia.