Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

IMPLEMENTASI TAUHID DALAM LINGKUP KELUARGA

DOSEN PENGAJAR

AHMAD SAID MATONDANG, ME.sy.

KELOMPOK 7
AISYAH : 1801025055

AFIFAH YUSRIZA : 1801025504

INDRIANI AMELIA PUTRI : 1801025469

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF.DR.HAMKA FAKULTAS KEGURUAN


DAN ILMU PENDIDIKAN

PGSD

2019
A. Tantangan tauhid dalam membina keluarga

Pendidikan tauhid dalam keluarga merupakan dasar terpenting dalam pembentukan diri pribadi
suatu insan yang berguna untuk menghadapi masa depan yang penuh tantangan. Pendidikan
tauhid dalam keluarga yang baik diharapkan kehidupan suatu umat akan semakin baik dan maju
sehingga dengan ini akan menimbulkan adanya keteguhan iman umat muslim sepanjang hayat.

Pendidikan tauhid yang pertama kali harus dimulai adalah dari sebuah keluarga. Salah satunya
adalah melalui teladan, latihan, dan pembiasaan diriseperti dalam qur‟an surah al Baqarah ayat
132-133

Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub.
(Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu,
maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam”.” (QS. Al-Baqarah[2]: 132)

Adakah kamu hadir ketika Ya'qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-
anaknya: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" Mereka menjawab: "Kami akan menyembah
Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha
Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya". ( QS. Al-Baqarah : 133)

B. Tauhid sebagai fondasi keluarga muslim

Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda:
“Islam dibangun atas lima rukun: Allah Subhanahu wa Ta’ala ditauhidkan, mendirikan shalat,
menunaikan zakat, puasa Ramadhan, dan haji.” Terdiri atas lima perkara, tiang, dasar, alas,
fondamen, atau yang semisalnya.

Tauhid sebagai fondasi keluarga muslim, mereka saling mengasihi, menyayangi, dan
mencintai dalam duka serta suka, berbagi ilmu dan pengalaman. Kehidupan keduanya
akan selalu diliputi rasa syukur ketika mendapat rahmat.

Mereka berdua akan sabar penuh tawakkal kalau diberi cobaan. Sebab, keduanya begitu
yakin bahwa hanya Allah semata tempat bergantung dan tempat kembali kelak di hari
nanti. Prinsip tauhid selalu membawa keduanya melafalkan zikir: Lâ hawla wa lâ quwwata illâ
bi Allah (Tiada daya dan upaya serta kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah).
Keduanya secara kompak dan gembira merawat dan membesarkan anak-anak mereka
dalam kehangatan dan kasih sayang.

Demikian pula, bersama-sama membantu setiap anggota keluarga yang memerlukan


bantuan, terutama mereka yang lemah dan sudah uzur, khususnya para orangtua mereka.
Dengan prinsip tauhid yang mereka yakini, keduanya akan lebih mudah membangun
keluarga yang tentram (sakînah), penuh dengan cinta (mawaddah) dan kasih sayang
(rahmah). Hal ini berdampak positif bukan hanya bagi internal anggota keluarga mereka,
melainkan juga kepada keluarga lain di sekitar mereka. Kehidupan keluarga berbasis tauhid
yang sarat dengan semangat persamaan dan persaudaraan ini pada akhirnya mendorong
semua anggota masyarakat, tanpa ada pembedaan sedikit pun, untuk bersama-sama bahu-
membahu menciptakan tatanan masyarakat yang sejahtera, adil, dan makmur dalam ridha
Allah yang dalam Al-Qur’an disebut dengan baldatun thayyibatun wa rabbun ghafûr.

Rasul Saww:

"Orang yang beruntung telah beruntung sejak di perut ibunya, dan yang celaka telah sejak di
perut ibunya."

Anak adalah buah hati orang tua. Maka sudah merupakan keharusan bagi setiap orang tua untuk
membahagiakan anak-anak mereka. Tentu saja untuk mewujudkannya orang tua harus benar-
benar memperhatikan dan menyiapkan semua sarana yang dapat mengantarkan anak mereka
kepada kebahagiaan. Dalam hal ini sebagaimana telah dijelaskan di atas, Islam melihat
persiapan-persiapan itu harus dimulai oleh setiap orang tua sejak mereka akan melakukan
pernikahan, saat akan melakukan persetubuhan, saat anak dalam kandungan, saat lahir hingga
tumbuh dewasa.

Setiap orang tua harus memiliki pengetahuan yang bermanfaat bagi mereka dalam membentuk
kepribadian anak-anak mereka. Karena setiap anak akan menilai tindakan orang tuanya sebagai
suatu kebaikan dan kemudian akan mencontohnya. Juga, watak anak-anak sangat dipengaruhi
oleh sikap orang tua mereka.

Dalam memberikan kasih sayang dan penjagaan, setiap orang tua harus tetap mempertahankan
nilai mereka sebagai manusia. Yakni kasih sayang dan penjagaan orang tua kepada anak mereka
hendaknya tidak bersifat sementara dan terbatas, sebagaimana kasih sayang dan penjagaan
hewan kepada anak-anak mereka.

Hendaknya pendidikan orang tua kepada anak-anak mereka adalah pendidikan yang memberikan
pengaruh baik bagi anak. Bukan pendidikan sebatas berita pengetahuan bagi anak.

Hendaknya orang tua menciptakan suatu kondisi yang benar-benar memberikan ketentraman dan
keamanan kepada anak-anak mereka.

Masyarakat memiliki pengaruh sangat besar terhadap perkembangan seorang anak. Maka setiap
orang tua harus memilihkan lingkungan yang baik bagi anak-anak mereka. Atau membentuk
pribadi anak sehingga dapat memilih lingkungan yang baik bagi mereka.
C. Ciri-ciri keluarga bertauhid

1.Selalu komitmen menjalankan ajaran islam

Ciri yang pertama adalah keluarga yang bertauhid akan selalu komitmen dalam menjalankan
ajaran islam. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya kegiatan bersama-sama dengan anggota
keluarga ketika mengamalkan ritual ibadah. Contohnya, shalat, puasa, zakat, membaca Al-
Quran, dan kegiatan keagamaan lainnya.

2. Memiliki hubungan baik dengan tetangga

Keluarga yang bertauhid memiliki hubungan yang baik dengan tetangganya. Hal tersebut
merupakan hasil dari pengamalan ajaran agama di dalam kehidupan sosial. Hubungan yang baik
tersebut ditunjukkan dengan adanya saling kenal, saling komunikasi, saling tolong-menolong,
dan juga saling mengingatkan.

3. Aktif di dalam kegiatan masyarakat

Selain berhubungan baik, keluarga yang bertauhid sering aktif di dalam kegiatan masyarakat.
Biasanya mereka tidak suka bersikap individualis. Mereka lebih senang melakukan kegiatan-
kegiatan sosial yang ada di dalam masyarakat setempat.

4. Menaati semua perintah Allah SWT dan Rasul-Nya

Taat pada ajaran islam, perintah Allah SWT, dan juga Rasulullah SAW adalah ciri berikutnya
dari keluarga yang bertauhid. Perintah tersebut bisa yang ada di dalam Al-Quran maupun
disampaikan Rasullulah SAW. Upaya untuk menumbuhkan suasana tersebut adalah dengan
pembiasaan. Oleh sebab itu, orang tua juga akan menumbuhkan kebiasaan gemar beribadah dan
menaati semua perintah Allah SWT dan Rasulullah SAW kepada anak-anaknya agar mereka
tahu tujuan hidup menurut islam.

5. Menerapkan nilai-nilai akhlak yang islami

Salah satu penyangga utama rumah tangga yang bertauhid adalah dengan menerapkan nilai –
nilai akhlak yang islami. JIka anggota keluarga telah tertanam hal-hal tersebut seperti amanah,
jujur, dan selalu merasa diawasi oleh Allah SWT, maka mereka sudah berhasil menanamkan
sikap-silap yang berisi nilai islami.
6. Penuh dengan perhatian

Sang suami selalu lebih perhatian, mencintai, dan mengayomi istrinya. Begitu juga dengan sang
istri yang selalu menyenangkan suami, menaati perintahnya, dan menjaga dirinya. Keduanya
sangat perhatian dengan keselamatan anak-anaknya, menjaga mereka, mengajarkan mereka nilai-
nilai islami, dan memberikan pendidikan kepada mereka. Hal-hal tersebut akan selalu dilakukan
oleh keluarga yang bertauhid.

7. Selalu menjaga kebersihan dan keindahan rumah

Kebersihan merupakan sebagian dari iman. Mungkin Anda pernah mendengar kalimat ini.
Memang hidup bersih baik dalam perilaku maupun dari segi fisik merupakan keindahan islam
sebagaimana keluarga yang bertauhid lakukan di dalam kesehariannya. Mereka juga akan
berusaha unuk menghindari dari pencemaran. Pencemaran tersebut bisa dari sikap dan tingkah
laku atau juga dari benda-benda yang menyebabkan kotor.

8. Menjaga dan juga memelihara status dan hak masing-masing

Keluarga yang bertauhid akan selalu menjaga dan juga memelihara status dan hak masing-
masing di dalam anggota keluarganya sebagaimana peran orang tua dalam mendidik anak. Ayah
yang berperan sebagai pemimpin keluarga akan bertanggung jawab terhadap seisi rumah dan
juga keselamatan keluarganya. Dia juga mempunyai hak untuk dihormati dan ditaati selama hal
tersebut tidak bertentangan dengan syariat islam. Peran Ibu di dalam keluarga adalah mengayomi
anak-anaknya. Dia juga bertugas untuk menumbuhkan kesejukan dan membahagiakan
keluarganya. Selain itu, ibu punya hak untuk dimuliakan dan sayangi. Begitu juga dengan anak-
anak yang punya hak terhadap orang tua, yakni butuh kedamaian, bimbingan dan perawatan serta
kasih sayang dari kedua orang tuanya.

9. Selalu bersikap sederhana

Kesederhanaan merupakan karakter islam. Rasullulah SAW juga mencontohkan bagaiman


sederhananya beliau di dalam kehidupannya. Orang yang sudah memiliki tauhid akan lebih
dermawan dan tidak boros. Hal tersebut bisa dilakukan karena keluarga yang bertauhid tahu cara
menghindari sifat takabur dan juga cara menghilangkan sifat angkuh sehingga mereka dapat
membiasakan diri hidup sederhana.
D. Langkah-langkah dalam membangun keluarga yang berbasis tauhid

Visi keluarga bertauhid:

Dekat dengan al-Qur'an (baik dari sikap maupun perhatian) dalam Q.S Al-Baqarah:133, yang
merupakan pesan Yakub ketika meninggal dunia.

‫ق‬ َ ِ‫ك َوإِ ٰلَهَ آبَائ‬


َ ‫ك إِب َْرا ِهي َم َوإِ ْس َما ِعي َل َوإِس‬
َ ‫ْحا‬ َ َ‫د إِ ٰلَه‬hُ ُ‫ت إِ ْذ قَا َل لِبَنِي ِه َما تَ ْعبُ ُدونَ ِم ْن بَ ْع ِدي قَالُوا نَ ْعب‬
ُ ْ‫وب ْال َمو‬ َ ‫أَ ْم ُك ْنتُ ْم ُشهَدَا َء إِ ْذ َح‬
َ ُ‫ض َر يَ ْعق‬
ٰ
َ‫إِلَهًا َوا ِحدًا َونَحْ نُ لَهُ ُم ْسلِ ُمون‬

Artinya : Adakah kamu hadir ketika Ya'qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata
kepada anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" Mereka menjawab: "Kami
akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu)
Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya"

Fenomena saat ini :

-Hedonis

-Materialis

(Jauh dari nilai-nilai agama)

Dalam mencari suami, diutamakan agama dan akhlaknya yang al-amin (dapat dipercaya). Tauhid
tercermin pada akhlak, akhlak yang dibangun tidak diatas tauhid, akan rapuh.

Fenomena masyarakat kita :

a. Awam

b. Kemiskinan dan pengangguran

c. Yang bekerja secara fisik, letih. Sehingga tidak sempat memikirkan visi misi keluarga/ tauhid

Visi itu seperti :

a. Peta

b. Buku panduan
Cara membangun keluarga yang bertauhid:

Islam rujukan aqidah, ibadah, dan akhlak kita. Al-qur'an itu harga mati dan Islam itu adalah
agama yang paling benar.

Mencintai Allah dan Rasul-Nya, bekerja untuk menggapai ridho-Nya. Bangga sebagai umat
Islam.

Mengikuti sunnah Rasul-Nya dalam suka maupun duka.

Komitmen pada Islam menuntut kita belajar dan memahami agama kita. Maka bahan belajar
seperti buku juga dapat ruang dalam rumah.

E. Profil keluarga dengan tauhidnya yang kokoh

1.Memelihara Aspek Tauhid

Sebuah Rumah tangga berstatus Islami manakala asas penegakannya didasari Tauhidullah, sebab
seluruh orientasi hidup ini akan sangat ditentukan oleh asasnya.

Dari sinilah maka Rasulullah Saw mensyariatkan penanaman Tauhid kepada umatnya dimulai
sejak usia dini yaitu ketika manusia baru terlahir dari rahim sang ibundanya untuk diadzankan.

Karakteristik Baitul Muslim (Keluarga Islami)

Baitul muslim (Keluarga Islami) adalah komunitas mitsaly (teladan) dari sebuah masyarakat
Islami dan daulah Islamiyah, ia dibangun di atas asas aqidah yang bersih (tauhid), ibadah yang
shahih, akhlak yang lurus, dan fikrah Islamiyah yang kokoh. Ia adalah sebuah perwujudan dari
makna firman Allah SWT:

ٌ ِ‫طيِّبَ ٍة أَصْ لُهَا ثَاب‬


‫ت َوفَرْ ُعهَا‬ َ ‫ب هّللا ُ َمثَالً َكلِ َمةً طَيِّبَةً َك َش َجر ٍة‬ َ َ‫أَلَ ْم تَ َر َك ْيف‬
َ ‫ض َر‬

‫اس لَ َعلَّهُ ْم‬


ِ َّ‫ال ِللن‬ ٍ ‫فِي ال َّس َماء () تُ ْؤتِي أُ ُكلَهَا ُك َّل ِح‬
َ َ‫ين بِإ ِ ْذ ِن َربِّهَا َويَضْ ِربُ هّللا ُ األَ ْمث‬

َ‫يَتَ َذ َّكرُون‬

“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik
seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu
memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat
perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat”. (Ibrahim: 24-25)
Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Turmudzi dari Abu Rofi’ berkata:

َ‫ْت َرسُو َل هللا صلى هللا عليه وسلم أ َّذنَ في اُ ُذ ِن الحسن بن َعلِ ّي حين‬
ُ ‫َرأي‬

)‫ولَ َد ْته فاطمة (رواه أبو دود والترمذي‬

“Aku melihat Rasulullah Saw mengumandangkan adzan pada telinga Al Hasan bin Ali RA
ketika Fatimah RA melahirkannya”.

Catatan: Para ulama berbeda pendapat terkait dengan disyariatkannya adzan dan iqamat pada
bayi yang baru lahir. Perbedaan tersebut merujuk pada bagaimana menyikapi hadits atau riwayat
tentangnya. Sebagian ulama, seperti Syeikh Nasiruddin al-Albani, menyatakan bahwa hadits-
hadits tentang adzan dan iqamat pada bayi dhaif atau lemah, bahkan ada yang sangat lemah,
sehingga tidak bisa dijadikan sebagai dalil. Sementara kalangan lain, seperti Ibnul Qayyim al-
Jauziyyah, mengakui disyariatkannya adzan dan iqamah pada bayi di mana pendapat ini juga
diikuti oleh banyak ulama hingga saat ini seperti Allamah Abdul Aziz ibn Abdullah ar-Rajihi.
Adapula pendapat lain yang diutarakan oleh Syeikh Utsaymin bahwa riwayat iqamat di telinga
kiri bayi memang lemah, namun adzan di telinga kanan boleh dilakukan meski memang ada
catatan dalam riwayatnya. (syariahonline.com)

2. Memperhatikan Ibadah dan kepatuhannya kepada Allah

Suasana Islami yang tercermin dari keluarga muslim adalah ketaatan dan ibadahnya kepada
Allah SWT, upaya menumbuhkan suasana tersebut adalah dengan pembiasaan, untuk
terwujudnya hal tersebut maka antara sesama anggota keluarga harus saling menopang.

Dalam upaya menumbuhkan kebiasaan gemar beribadah pada anak-anak maka ajaklah mereka
ke masjid, bila datang Ramadhan latihlah mereka untuk berpuasa dan seterusnya.

3. Menyemai nilai akhlak Islami: Amanah, muraqabah (merasa dalam pengawasan Allah),
shidiq, dll.Penyangga utama rumah tangga Islami setelah tauhid dan ibadah adalah akhlak, ia
adalah pangkal kedamaian dan sakinah sebuah keluarga. Bila anggota keluarga telah tertanam
dalam perilakunya sifat amanah, jujur, merasa diawasi oleh Allah SWT dalam segala tindak
tanduknya, maka kalau di dunia ini ada surga maka itulah ia.
4.Memelihara ajaran Islam dalam setiap urusan rumah tangga (pakaian, makanan, minuman,
tidur, bangun, dzikir, dan aktivitas lainnya.

5. Sederhana dalam ma’isyah (tidak berlebihan)

Al Basathah (kesederhanaan) menjadi karakter Islam, sehingga penerjemah Islam secara aplikatif
yaitu Rasulullah Saw demikian sederhana dalam kehidupannya. Tidak pelit dan tidak juga boros,
terbaik dalam memberi nafkah, sifat inilah yang diturunkan oleh Al-Quran ke dalam dada setiap
mukmin.

6.. Membentengi rumah dari pencemaran akhlak

Di antara tantangan yang berat dihadapi keluarga muslim saat ini adalah serangan Ghazwul fikri,
sehingga hampir setiap rumah kita tak terhindar dari panah-panah beracun yang di lepaskan oleh
musuh-musuh Islam.

Maka sebuah kesadaran Islam (al wa’yu al Islami) harus terus di hidupkan melalui interaksi yang
intens terhadap nilai-nilai Islam, dan dakwah amar ma’ruf nahi munkar agar nuansa keislaman
rumah, anak-anak, lingkungan, dan seluruh aktivitas kita mampu terbentengi dari pencemaran
akhlak.
Daftar Pustaka

https://cintalia.com/kehidupan/keluarga/ciri-ciri-keluarga-bertauhid

http://e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/

Link :http://www.issho.ga/2017/04/membangun-keluarga-yang-bertauhid.html?m=1

https://www.google.com/amp/s/www.dakwatuna.com/2014/09/14/56900/karakteristik-baitul-
muslim-keluarga-islami/amp/

https://studylibid.com/doc/1427330/tauhid-sebagai-fondasi-keluarga-sakinah

http://aljawad.tripod.com/arsipbuletin/tauhid.htm

Anda mungkin juga menyukai