Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MUAMALAH

“KONSEP IDEAL KELUARGA MUSLIM”

Dosen Pengampu: Zuhratul Aini Mansyur

Disusun Oleh :

1. Iman Adi Bagus Pranoto (1903015090)


2. Fauzan Setya Ananto (1903015105)
3. Febbrie Diascomefrie Putra (1903015107)

Kelas: 4C-TI

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF.DR. HAMKA
2021
KONSEP IDEAL KELUARGA MUSLIM
Istilah keluarga sakinah mawaddah warrahmah atau keluarga samara adalah konsep
keluarga yang ideal dalam Islam yang sudah tidak asing lagi bagi kita. Keluarga samara
adalah keluarga yang dibangun dengan hukum- hukum Islam atau keluarga yang harmonis dan
bahagia.
Islam menekankan pentingnya pernikahan dan keluarga, serta mejadikannya sebagai amal
ibadah dan sunnah para Nabi. Al Qur’an menyebutnya sebagai anugerah terbesar dan salah satu
tanda kekuasaan Allah SWT. Sebab, di dalam keluarga tersemai rasa tentram, cinta, kasih sayang
dan kelembutan antara suami dan istri. Sehingga Islam menganjurkan untuk mempermudah proses
pernikahan dan membantu seorang pemuda untuk menikah agar dapat terhindarkan dirinya dari
maksiat.
Islam memberikan kehormatan penuh pada setiap anggota keluarga, baik laki-laki maupun
perempuan. Tanggung jawab besar pada ayah dan pada Ibu untuk mendidik anak-anaknya.
Sedangkan pada anak untuk memelihara dan menaati keduanya sampai tutup usia dan berbuat baik
pada keduanya dan ini merupakan ibadah. Dalam hal nafkah sekalipun Islam menganjurkan agar
para orang tua tidak membedakan antara anak laki-laki dan perempuan untuk menjaga hak-haknya
meskipun bersifat lahiriyah. Demikian pula dengan shilaturahim kepada kerabat, baik saudara dari
ibunya maupun dari ayahnya. Atau mengunjungi saudara laki-laki dan perempuan yang
menjadikan shilaturahim tersebut sebagai bentuk ketaatan kepada Allah SWT. Dan terhadap yang
memutuskan shilaturahim berarti telah melakukan dosa yang besar.

Adapun Konsep Ideal Keluarga Muslin meliputi hal-hal berikut ini :


A. Konsep Keluarga Sakinah
Pernikahan yang dibentuk secara konsepsional, tentunya akan menjadi keluarga yang
sakinah, mawaddah, wa rahmah, dan menjadi idaman setiap manusia yang menjalani hidup
berumah tangga di dunia ini. Adapun konsep keluarga sakinah dalam pandangan Islam adalah
sebagai berikut :

1. Menikah dan memilih pasangan yang baik


Jalan pertama yang ditempuh ketika seseorang ingin membangun keluarga yang sakinah
adalah memilih pendamping hidup yang baik untuk menikah. Memilih pasangan yang baik
diartikan sebagai memilih pasangan yang baik agama dan budi pekertinya. Pasangan yang
memiliki ketaqwaan dan senantiasa menjaga ajaran islam akan lebih mengerti bagaimana cara
membangun keluarga yang sakinah tersebut dan menikah untuk memenuhi imannya serta
mendapat ridha dari Allah SWT.

2. Saling Pengertian
Dalam membangun keluarga yang sakinah tentu setiap anggota keluarga harus saling
mengerti dan berusaha membantu satu sama lain. Misalnya jika istri sedang sakit maka suami
seharusnya bisa membantunya dan sebaliknya istri juga harus bisa mengerti keadaan suaminya
jika sesuatu menimpa diriny dan keluarganya. Rasa cinta dan saling pengertian akan
menghindarkan terjadinya kesalahpahaman dan konflik dalam keluarga yang sering berakibat
pada perceraian atau talak.

3. Saling Mengingatkan
Setiap manusia pasti pernah berbuat salah dan jika demikian maka jika ingin membangun
keluarga yang sakinah setiap anggota keluarga baik suami atau istri harus saling mengingatkan
dalam hal kebaikan dan ketaqwaan kepada Allah. Jika suami atau istri tidak memenuhi ajaran
agama maka keduanya harus saling mengingatkan dan menasehati dengan cara yang baik. Dan
adapun misalnya sang istri tidak mematuhi suami maka suami berhak untuk menghukumnya dan
bila istri merasa dizalimi suami maka ia boleh menggugat cerai suaminya. Islam sendiri tidak
melarang hal tersebut karena pada dasarnya pernikahan adalah untuk kebaikan dan bukan untuk
menyakiti satu sama lain.
4. Saling Menjaga Kepercayaan
Kepercayaan yang diberikan oleh pasangan merupakan amanah yang harus kita jaga. Maka
sebagai suami, sedapat mungkin menjaga hak-hak istrinya dengan melaksanakan kewajiban
yang telah dipercayakan kepadanya. Begitu juga dengan istri, sedapat mungkin harus bisa
menjaga hak-hak suami dengan melaksanakan kewajibannya sebagai seorang istri. Demikianlah
seharusnya dalam hubungan suami istri, masing-masing memberikan kepercayaan, dan masing-
masing pula harus bisa menjaga kepercayaan tersebut.

5. Saling Percaya Satu Sama Lain


Dasar dari suatu hubungan adalah kepercayaan dan banyak kita saksikan saat ini suami istri
yang tidak lagi saling percaya lebih memilih untuk bercerai. Oleh sebab itu untuk membangun
keluarga yang sakinah suami istri harus saling mempercayai dan keduanya harus bisa menjaga
kepercayaan pasangnnya. Seorang istri harus senantiasa mematuhi suaminya sementara sang
suami juga harus bisa menjadi panutan bagi istri dan keluarganya.
Tidak akan bertahan sebuah keluarga tanpa dibangun dengan pondasi kepercayaan yang
kokoh. Karena tidak percaya atau prasangka digolongkan dalam perbuatan dosa, sabagaimana
firman Allah SWT:
"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangkaan (kecurigaan), karena
sebagian dari prasangka itu dosa" [QS. Al - Hujurat:12].
Tentunya keluarga yang diwarnai dengan dosa, hanya akan berujung pada kehancuran rumah
tangga itu sendiri.

6. Membantu Satu Sama Lain


Sebagaimana yang kita pelajari dari Suri tauladan Rosululloh. Dimana Rosululloh terbiasa
membantu istrinya dalam pekerjaan rumah. Dan jika sudah tiba waktu shalat, beliau akan keluar
rumah untuk menunaikan ibadah shalat (HR. Bukhori). Jadi, jika dalam keluarga tidak ada yang
merasa paling tinggi dan dengan senang hati membantu satu sama lain, maka bukan tidak
mungkin keluarga tersebut akan dipenuhi dengan kebahagiaan.
B. Aspek-Aspek Keluarga Sakinah
Dinamika dalam mengimplementasikan prinsip-prinsip keluarga sakinah adalah bagian
dari persoalan yang terus menerus ada dalam setiap keluarga. Dinamika ini dapat dijadikan
bagian yang berguna, tetapi juga dapat menimbulkan malapetaka jika kedua pasangan tidak
berhasil menyelesai kan persoalan-persoalan yang diperselisihkan. Kepemimpinan dalam
rumah tangga yang sakinag dapat mengarahkan ini dengan mempertimbangkan akhlak dan
peran anggota keluarga.
Berikut ini adalah beberapa aspek dalam keluarga sakinah :

1. Aspek Lahiriah

 Tercukupinya Kebutuhan Ekonomi Keluarga


Suami istri mempunyai penghasilan yang cukup untuk memenuhi setiap kebutuhan pokok.
Pengeluaran tidak melebihi pendapatan, bahkan kalo cukup bisa ditabung, sehingga
kebutuhan pokok seperti makan, sandang, tempat tinggal, pendidikan, kesehatan dan
sebagainya bisa dicukupi.
 Memenuhi Kebutuhan Seksual Pasangan
Salah satu tujuan berkeluarga adalah pemenuhan kebutuhan biologis (kebutuhan seksual).
Naluri seksual adalah sesuatu yang alamiah dalam diri manusia dan harus disalurkan lewat
jalan yang benar. Karena itu, Allah SWT mengecam perbuatan zina karena perbuatan
tersebut dianggap menyalahi ketentuan dalam pemenuhan kebutuhan seksual manusia.
Allah SWT mengecam prilaku zina karena dapat menghancurkan tatanan etika dan sosial
masyarakat.
 Menjadi Teladan
Kedua pasangan harus berperan jadi teladan dalam keluarga. Peran memiliki arti
seperangkat tingkat yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dimasyarakat.
Sedangkan peranan adalah bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan. Adapun
peranan bapak dan ibu rumah tangga adalah menjadi teladan bagi anak-anak dan
keluarganya. Harus diakui bahwa merosotnya moral generasi muda saat ini,tidak lepas dari
kemerosotan akhlak para orang tua. Jadi dianjurkan bagi orang tua untuk menjadi teladan
yang baik bagi anak-anak dan keluarganya.
2. Aspek Batiniah

 Beringkah Laku yang Ma’ruf


Islam memandang rumah tangga dengan mengidentifikasinya sebagai tempat ketenangan,
keamanan dan kesejahteraan. Islam juga memandang hubungan dan jalinan suami istri
dengan menyifatinya sebagai hubungan cinta, kasih dan sayang. Kewajiban yang harus
selalu diperhatikan oleh suami istri adalah menjaga kemuliaan pasangan dari hal-hal yang
menyebabkan kehormatannya dihina atau hal-hal yang merendahkan martabatnya sebagai
manusia.
 Memiliki Kedewasaan dan Kearifan
Kedewasaan atau kematangan dalam berpikir, bertindak dan bersikap diperlukan dalam
berkeluarga. Persoalan kedewasaan dan kematangan ini bukan hanya soal umur, tetapi juga
menyangkut soal kematangan sikap dalam memandang kehidupan. Oleh karena itu
dibutuhkan pengetahuan yang cukup tentang kehidupan dan terutama kehidupan keluarga.
 Setia Satu Sama Lain
Sikap saling percaya sangat diperlukan dalam keluarga agar tidak menimbulkan curiga dan
percekcokan yang tidak dapat didamaikan. Setia adalah bukti keikhlasan dan cinta sejati.
Pasangan dalam keluarga harus ikhlas menjaga perasaan untuk tidak memberikan cintanya
kepada orang lain.

3. Aspek Agama

 Mewujudkan Kehidupan Keberagaman dalam Keluarga


Mewujudkan kehidupan keberagaman dalam keluarga, dari segi keimanannya kepada
Allah murni (tidak melakukan kesyirikan), taat kepada ajaran Allah dan rasul-Nya, cinta
kepada Rasulullah dengan mengamalkan misi yang diembannya. Sehingga tiap anggota
keluarga berupaya untuk mencapai yang terbaik,sabar dan tawakal menerima qadar Allah.
 Peningkatan Pengetahuan Keagamaan
Peningkatan pengetahuan agama, dengan memiliki semangat untuk mempelajari,
memahami dan memperdalam ajaran Islam. Taat melaksanakan tuntunan akhlak mulia,
disamping juga menciptakan kondisi rumah yang Islami. Orang tua mempunyai kewajiban
lain untuk memberikan motivasi terhadap pendidikan formal bagi setiap anggota keluarga
dengan membudayakan gemar membaca, mendorong anak-anak untuk melanjutkan dan
menyelesaikan sekolahnya, terutama bila mampu sampai ketingkat sarjana.
4. Aspek Sosial

 Interaksi Antar Tetangga Sekitar


Interaksi adalah komunikasi dengan manusia lain, suatu hubungan yang menimbulkan
perasaan sosial yang mengikatkan individu dengan sesama manusia, perasaan hidup
bermasyarakat seperti tolong menolong, saling memberi dan menerima, simpati dan
empati, rasa setia kawan dan sebagainya. Melalui proses interaksi sosial tersebutlah
seorang keluarga yang sakinah akan memperoleh pengetahuan, nilai-nilai, sikap dan
perilaku-perilaku penting yang diperlukan dalam partisipasinya di masyarakat kelak
dikenal juga dengan sosialisasi.

C. Indikator Keluarga Sakinah


Menurut Menurut Ibnu Qoyyim terdapat tiga indikator untuk dapat mendapatkan sakinah
dalam berhubungan dengan pasangan. Yakni :
1. Dengan Mengetahui akan Hak dan Kewajiban nya
Yang dalam hal ini dimisalkan ketika seorang suami yang mengetahui akan
kewajibannya terhadap keluarga, dan seorang istri yang berkewajiban menjalankan
perannya dengan baik dalam keluarga. Ketika dari kedua belah pihak dapat intropeksi
akan kekurangan masing-masing dan dapat saling mengerti juga memahami maka tidak
banyak yang harus dikhawatirkan ketika harus menghadapi masalah dalam keluarga.

2. Berlemah lembut terhadap pasangan


Berlemah lembut disini tentu dengan tidak memperlakukan pasangan dengan keras
dan kaku, juga bernada tinggi.

3. Memperhatikan Hak Allah SWT


Dalam hal ini dimisalkan seperti seorang istri yang wajib taat kepada suami selagi apa
yang diminta tidak bertentangan dengan yang telah ditetapkan oleh Allah. Namun istri
boleh menolak apabila hal tersebut bertentangan, seperti contoh meminta berhubungan
badan ketika haid atau nifas.
Selain itu menurut Al-Brigawi indikator untuk dapat mewujudkan keluarga sakinah
meliputi :
1. Mengenali Karakteristik Pasangan
Setiap orang memliki sifat, karakter dan kepribadian yang diberikan oleh Allah
dengan bentuk yang berbeda dalam mejalankan kehidupannya. Sifat dan tabiat ini akan
sangat terlihat gamblang ketika dalam keadaan sangat bahagia ataupun susah dan
marah. Melalui pernyataan ini alangkah lebih baiknya jika sebelum kita membangun
sebuah rumah tangga kita dapat mengenal, memahami dan mengerti pasangan agar
dapat mengantar kepada keluarga yang penuh cinta dan kasih sayang yang bahagia,
sekaligus meminimaliris perasaan kecewa ketika mengetahui karakter, dan kepribadian
dari pasangan pasca menjadi suami isteri. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh
Al-Mughiroh bin Syu’bah ketika beliau melamar seorang perempuan, yang kemudian
Rosulullah SAW bersabda kepadanya “lihatlah ia (terlebih dahulu) karena hal itu akan
membawa kepada cinta diantara kalian”.
Membangun sebuah rumah tangga juga dibutuhkan kematangan emosi dan pola
pikir yang baik untuk dapat menghadapi serta mengendalikan kondisi kondisi
pernikahan dan peran sebagai orang tua yang akan disandang. Menurut Adhim
kematangan emosi adalah salah satu aspek penting dalam kelangsungan sebuah
pernikahan di usia muda. Mereka yang telah memiliki kematangan emosi ketika
memasuki jenjang pernikahan akan lebih mampu dalam mengelola perbedaan yang ada
di antara keduanya.

2. Menjaga Keharmonisan dengan Pasangan


Keharmonisan dan pengertian menjadi salah satu asas dalam membentuk sebuah
keluarga yang bahagia. Menurut AL- Brigawi, ketika sebuah rumah tidak ditanamkan
niai-nilai keharmonisan dan rasa pengertian, maka rumah tersebut diibaratkan seperti
sarang laba-laba, yang ia akan mudah diterpa angin, akan rusak oleh tetesan air hujan
dan mudah ditembus oleh hewan-hewan yang terbang melintasinya.
Keharmonisan tersebut dapat terjaga dengan sikap saling mengasihi dan saling
menyayangi. Alangkah baiknya seseorang itu menjadi rumah bagi pasangannya, rumah
yang tidak hanya sebagai tempat untuk berteduh dari panas dan terik, akan tetapi juga
menjadi tempat yang sellau dirindukan. Karena didalamnya ia akan mendapatkan
kesejukan, baik secara fisik, jiwa, mental dan spiritual.
3. Baik dalam Berhubungan
Allah SWT memerintahkan bagi pasangan suami istri untuk senantiasa menjaga
hubungan yang baik antar keduanya, senantiasa menuyucikan jiwa, menyehatkan
keluarga dan membersihkan segala hal yang dapat membuat kesucian keluarga menjadi
tercemar.Allah menciptakan manusia dengan berbeda-beda antara satu sama lain, baik
secara kepribadian, perilaku dan cara berfikir. Perbedaan ini terus ada dan bergulir,
sebagai seorang muslim dituntut agar sebuah perbedaan ini tidak sampai pada sebuah
rasa kebencian antara satu dengan yang lain, akan tetapi menjadikan perbedaan ini
untuk dapat mendekatkan pola pikir yang berbeda serta berinteraksi dengan baik dan
hati-hati.
Setiap orang memiliki tipe yang mendominasi, bisa berupa penampilan,
pendengaran, atau indrawi. Bagi pasangan suami istri, perbedaan-perbedaan ini
diharapkan dapat menjadi salah satu hal yang bisa menumuhkan sebuah kedekatan
antar keduanya, dengan melalui pemahaman pola pikir pasangan masing-masing.

4. Memperhatikan Kondisi Psikologis Pasangan


Sebagaimana yang telah diamalkan oleh Nabi Muhammad terhadap pasangannya.
Yang mana beliau sangat faham saat dimana istrinya sedang dalam keadaan marah atau
bahagia (ridha). Begitu pula bagi pasangan-pasangan yang lain, alangkah baiknya
untuk dapat memahami bagaimana keadaan pasangannya secara psikologi dan
emosional. Karena hal ini sangat penting dalam kehidupan rumah tangga sehingga
keduanya mampu menempatkan sesuatu sesuai dengan kondisi yang ada.

5. Memperhatikan Kondisi Seksual Pasangan


Memahami kondisi hubungan seksual antara suami istri juga merupakan hal yang
tidak bisa dipandang sebelah mata, mengingat sebuah pernikahan dipandang pula
sebagai faktor kestabilan kondisi seksual dari kedua belah pihak. Ketika salah seorang
kehilangan perhatian ini dari yang lain, atau komunikasi mengenai hal ini terdapat
sebuah kesalah pahaman, maka dapat mengakibatkan timbulnya gejolak serta banyak
masalah yang mejadi penyebab ketidak seimbangan keluarga, bahkan dapat berakibat
kehancuran dalam kehidupan berkeluarga.
Dalam kajian fiqh, dituliskan bahwasanya dalam berhubungan intim, kedua belah
pihak tidak diperbolehkan melepaskan pasangannya sebelum keduanya (pasangan)
benar-benar selesai. Pemahaman mengenai hubungan suami isteri menjadi sesuatu
yang penting untuk dipelajari, telah banyak kitab-kitab yang bahkan membahas hal ini
dengan jelas dan terperinci, agar mudah untuk dipahami.
6. Menanamkan Sifat Qonaah dalam Keluarga
Dalam sebuah keluarga, sikap qonah perlu ditumbuh kembangkan, sebab dengan
sifat qonaah akan menumbuhkan rasa kerelaan dan kecukupan atas apa yang telah
dimiliki oleh suami dan isteri.

D. Profile Keluarga Sakinah dalam Sejarah Manusia


1. Profile Keluarga Nabi Muhammad SAW
Yang membuat keluarga Rasulullah menjadi salah satu contoh keluarga sakinah dalam
sejarah manusia ialah:
1. Rasulullah selalu mengajarkan dan menghiasi keluarganya dengan ibadah.
Rasulullah mengajak istri – istrinya , dan anak – anaknya untuk mentaati dan
menjalankan perintah Allah.

2. Dalam rumah tangga Rasulullah jauh dari kemarahan atau keributan. Karena
jika di dalam suatu rumah tangga terdapat sebuah konflik atau emosi, maka
dalam keluarga tersebut tidak ada keharmonisan di dalamnya. Maka dari itu
Rasulullah mencontohkan dalam keluarga tidak mendahulukan emosi agar
rumah tangga kita harmonis.

3. Rumah tangga Rasulullah dihiasi dengan kasih sayang.

4. Dan selanjutnya Rasulullah pandai menyenangkan hati istri. Kita tahu bahwa
Rasulullah memiliki beberapa istri dan beliau memperlakukan istri – istrinya
dengan adil. Sehingga membuat istri – istri beliau senang.

2. Profile Keluarga Imran


Keluarga Imran adalah sebuah keluarga biasa dan keluarga ini bukan dari kalangan
nabi ataupun rasul. Satu – satunya nama surah dalam Al – Quran yang diberinama dari
nama keluarga, yaitu Surah Ali – Imran (keluarga Imran).
Satu hal yang membuat unik adalah bahwa profil Imran sendiri yang namanya di
abadikan menjadi nama surat ini, tidak pernah sama sekali disinggung. Yang banyak di
bicarakan justru istrinya Imran(Imra’atu Imran) Hannah dan puterinya Maryam. Mengapa
Istrinya selalu disinggung karena beliau di gambarkan sebagai hamba yang taat, sholehah
yang sabar menanti dan berdoa karena menginginkan seorang anak.
Beberapa hal yang membuat keluarga Imran termasuk keluarga sakinah :
 Selayaknya, setiap orangtua muslim memiliki orientasi seperti hal nya istri Imran. Karena
awal Imran dan Istrinya mendapatkan keturunan dari Allah, istrinya sudah bernazar kelak
anak yang dikandungnya akan menjadi hamba yang sholehah dan taat kepada Allah. Ini
sebuah orientasi dan doa yang baik untuk anaknya kelak.

 Kesabaran dan sikap tawakal menerima keputusan Allah. Karena mereka di berikan
keturunan pada saat usia mereka sudah cukup tua. Ketika mereka berharap mendapatkan
anak laki – laki yang nantinya akan di serahkan ke Baitul Maqdis di daerah dekat Masjidil
Aqsa yang merupakan kiblat pertama umat muslim sebelum di pindahkan ke Ka’bah.
Ternyata istri Imran melahirkan anak perempuan dan diberi nama Maryam. Dan Maryam
adalah ibu dari nabi Isa AS. Berkat kesabaran dan tawakal mereka mendapatkan anak yang
sholehah dan menjadi ibu dari seorang nabi.

 Setiap orang tua muslim selayaknya memilih lingkungan dan para pendidik yang baik
untuk anak – anaknya. Setelah Maryam lahir, Maryam di beri kasih sayang yang luar biasa
dan di didik sebaik mungkin oleh kedua orangtuanya.

3. Profile Keluarga Nabi Ibrahim A.S


Idul Adha atau Idul Qurban, erat kaitannya dengan kisah perjalanan Nabi Ibrahim dan
Keluarganya. Dalam Al – Quran, Allah sendiri dengan tegas menetapkan Nabi yang diberi
sebutan “Bapak para Nabi” itu sebagai suri tauladan bagi kaum muslimin, dalam mengarungi
di dunia ini.
Contoh keteladanan keluarga Nabi Ibrahim AS:
 Sebagai suami, nabi Ibrahim berlaku adil kepada kedua istrinya dan kedua istrinya taat
kepada suaminya.
 Nabi Ibrahim juga menjadi teladan bagi anaknya
 Siti Hajar juga menampilkan dirinya sebagai sosok istri yang patuh pada suami dan Allah.
 Profil Nabi Ismail sebagai anak yang sholeh dan taat pada perintah Allah.

4. Profile Keluarga Luqmanul Hakim


Luqman adalah seorang pria yang namanya di abadikan dalam Al – Quran. Tepatnya dalam
surah ke 31, Surat Luqman. Dalam surat tersebut, tepatnya pada ayat 12 – 19, terdapat beberapa
nasehat Luqman kepada anaknya. Dan nasehat tersebut, adalah nasehat – nasehat indah yang
harusnya kita sebagai umat islam perlu meneladaninya. Salah satu nasehatnya ialah “ Jangan
Mempesekutukan Allah “ QS. Luqman : 13.

Anda mungkin juga menyukai