Anda di halaman 1dari 28

BAB II

PEMBAHASAN
A. URGENSI KELUARGA DALAM
HIDUP MANUSIA
Secara sosiologi keluarga merupakan
golongan masyarakat terkecil yang terdiri atas
suami-isteri-anak. Pengertian demikian
mengandung dimensi hubungan darah dan juga
hubungan sosial. Sedangkan dalam dimensi
sosial, keluarga merupakan suatu kesatuan
sosial yang diikat oleh saling berhubungan dan
interaksi dan saling mempengaruhi, sekalipun
antara satu dengan lainnya tidak terdapat
hubungan darah.

Pengertian kelurga dapat di tinjau dari


perspektif psikologis dan sosiologis. Secara
psikologis, keluarga adalah sekumpulan orang
yang hidup bersamaan dalam tempat tinggal
bersama dan masing-masing anggota
merasakan adanya pertautan batin sehingga
terjadi saling mempengaruhi, saling
memperhatikan, dan saling menyerahkan diri.
Sedangkan pengertian secara sosiologi,
keluarga adalah satu persekutuan hidup yang
dijalin oleh kasih sayang antarra pasangan dua
jenis manusia yang dikukuhkan dengan
pernikahan, dengan maksud untuk saling
menyempurnakan diri, saling melengkapi satu
dengan yang lainnya.

Dalam suatu keluarga keutuhan sangat


diharapkan oleh seorang anak,
salingmembutuhkan, saling membantu dan
lain-lain, dapat mengembangkan potensi diri
dankepercayaan pada diri anak. Dengan
demikian diharapkan upaya orang tua untuk
membantu anak menginternalisasi nilai-nilai
moral dapat terwujud dengan baik.

Keluarga yang seimbang adalah keluarga


yang ditandai oleh adanya
keharmonisanhubungan atau relasi antara ayah
dan ibu serta anak-anak dengan saling
menghormati dansaling memberi tanpa harus
diminta. Pada saat ini orang tua berprilaku
proaktif dansebagai pengawas tertinggi yang
lebih menekankan pada tugas dan saling
menyadari perasaan satu sama lainnya. Sikap
orang tua lebih banyak pada upaya
memberidukungan, perhatian, dan garis-garis
pedoman sebagai rujukan setiap kegiatan anak
dengan diiringi contoh teladan, secara praktis
anak harus mendapatkan bimbingan,asuhan,
arahan serta pendidikan dari orang tuanya,
sehingga dapat mengantarkan seoranganak
menjadi berkepribadian yang sejati sesuai
dengan ajaran agama yang
diberikankepadanya. Lingkungan keluarga
sangat menentukan berhasil tidaknya proses
pendidikan, sebab di sinilah anak pertama kali
menerima sejumlah nilai pendidikan.
Tanggung jawab dan kepercayaan yang
diberikan oleh orang tua dirasakan oleh anak
dan akan menjadi dasar peniruan dan
identifikasi diri untuk berperilaku. !ilai moral
yangditanamkan sebagai landasan utama bagi
anak pertama kali diterimanya dari orang
tua,dan juga tidak kalah pentingnya
komunikasi dialogis sangat diperlukan oleh
anak untuk memahami berbagai persoalan-
persoalan yang tentunya dalam tingkatan
rasional, yangdapat melahirkan kesadaran diri
untuk senantiasa berprilaku taat terhadap nilai
moral danagama yang sudah digariskan.

B. Akhlah Suami-Istri

Kalimat akhlak berasal dari bahasa arab,


yaitu al-akhlaq. Kata “al-akhlaq” merupakan
bentuk jama dari bahasa “ khuluqun” yang
bermakna tabiat, kebiasaan atau adat.
Sedangkan secara istilah adalah sifat yang
terdapat dalam diri seseorang yang membuat
perbuatan yang dilakukannya baik atau buruk,
bagus atau jelek. Akhlak pada hakikatnya
adalah gambaran kondisi batin seseorang. Ia
adalah jiwa dan sifat- sifat sebenarnya dari
seseorang.

Ibnu Maskawaih mengemukakan pendapat


bahwa definisi akhlak adalah sifat yang
tertanam dalam jiwa yang mendorongnya
untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan
pemikiran dan pertimbangan. Sedangkan
menurut Imam Ghazali, definisi akhlak adalah
sifat yang tertanam dalam jiwa yang
menimbulkan macammacam perbuatan dengan
gampang dan mudah, tanpa memerlukan
pemikiran dan pertimbangan.

Suami adalah pemimpin dalam urusan


keluarga. Suami merupakan sebagai pelindung
bagi perempuan (istri), jadi sudah sepantasnya
seorang suami melindungi, mengasihi, dan
menyayangi keluarganya karena lakilaki
memiliki kedudukan tertinggi di dalam
keluarga yaitu sebagai kepala keluarga.

Bila berbicara dengan istri, seorang suami


harus menggunakan kata-kata yang baik dan
ungkapan yang menarik, berbicara dengan
kata- kata yang jelas, pelan, mudah diterima,
dan suara lembut namun mudah didengar.
Janganlah berbicara dengan berteriak-teriak,
namun jangan pula terlalu pelan sehingga sulit
ditangkap maksudnya.

Suami apabila memanggil istrinya hendaklah


menggunakan panggilan kesukaannya. Karena
ini pun merupakan ungkapan kasih sayang dan
penguat jalinan cinta. Seperti: istriku nan
cantik, istriku tercinta, bidadariku, dan
semisalnya. Adalah perilaku yang tidak bisa
dibenarkan jika seseorang memanggil istrinya
dengan panggilan yang melukai hati atau
menambahkan bersama namanya sifat-sifat
yang buruk hanya karena lantaran kesalahan
yang pernah dilakukan.

Apabila memanggil istrinya hendaklah


memanggil dengan panggilan manja. Karena
itu pun dapat menumbuhsuburkan pohon cinta
dan hormat, dapat membangkitkan
kebahagiaan, melapangkan dada, dan
mendendangkan irama merdu pada
pendengarnya. Dengan rangsangan serupa itu
lahirlah berbagai kebajikan dari pihak istri
sebagai reaksinya.

Perlu diketahui bahwa sikap manja adalah


bagian dari hiburan yang menyenangkan hati
dan dibenarkan Islam, sebagaimana perilaku
Rasulullah Saw. Dalam hal memanjakan istri-
istrinya, beliau selalu memanggil Aisyah
dengan suara lembut untuk memanjakannya.
Inilah seberkas cahaya hidayah Rasulullah
dalam mempergauli istri, berbicara,
berbincang, dan ketika memanggilnya.
Sedangkan

Istri adalah pemimpin dalam urusan rumah


tangga. Seorang istri tentu saja memiliki
kewajiban yang harus dilaksanakan terhadap
suaminya baik berupa kewajiban jasmani
maupun rohani. Seperti menjaga kehormatan,
harta, dan keluarga serta patuh terhadap suami.

Seorang perempuan (istri) yang mengambil


uang suami tanpa mendapatkan izin, maka
seorang istri tersebut akan mendapatkan
dosanya 70.000 maling.42 Seorang istri
bertanggung jawab untuk menggunakan apa-
apa yang ada padanya berupa harta dan waktu
di jalan yang paling baik. Jika istri baik dalam
mengelola, maka ia pasti telah membantu
suaminya sehingga bertambahlah kebahagiaan
keluarga dan kenikmatan di dalamnya.
Istri wajib taat kepada suaminya berkenaan
dengan apaapa yang diperintahkan kepadanya,
baik secara rahasia atau terang-terangan.
Hingga ada yang ia lakukan ketika akad nikah,
karena ketaatan akan menimbulkan
kebahagiaan. Sedangkan pembangkangan akan
melahirkan suasa panas dan kebencian. Betapa
banyak istri yang mencampakkan ketaatan
kepada suaminya tiada lain ia tertimpa
kesengsaraan dan tertimpa bala. Sedangkan
setiap ketaatan istri terhadap suami bertambah,
maka bertambah rasa cinta dan loyalitas di
antara keduanya.

Ketika berbicara hendaknya menggunakan


bahasa yang sopan dan lemah lembut, sehingga
dapat menarik hati sang suami. Perkataan yang
halus dan lembut dapat menumbuhkan rasa
semangat suami untuk menjaga keharmonisan
rumah tangga. Karena dengan perkataan yang
manis dan lembut hubungan setiap pasangan
akan menjadi lebih erat. Hal ini tidak hanya
istri yang harus berkata dengan lemah lembut
akan tetapi seorang suami pun juga perlu
berkata dengan perkataan yang lembut.

C. Akhlah OrangTua Terhadap Anak

Orang tua sesunguhnya tidak bebas berbuat


apa saja kepada anak-anaknya. Ada adab atau
etika tertentu yang harus diperhatikan para
orang tua sehubungan adanya kewajiban anak-
anak berbakti kepada mereka. Menurut Imam
Al-Ghazali sebagaimana disebutkan dalam
kitabnya berjudul Al-Adab fid Din (Kairo, Al-
Maktabah At-Taufiqiyyah, halaman 444)
setidaknya ada lima (5) adab orang tua
terhadap anak-anaknya sebagai berikut:
‫بر‬N‫ وال يكلفهم من ال‬،‫ره‬N‫ يعينهم على ب‬:‫أداب الوالد مع أوالده‬
‫جرهم وال يمنعهم من‬NN‫ وال يلح عليهم في وقت ض‬،‫فوق طاقتهم‬
‫ وال يمن عليهم بتربيتهم‬،‫طاعة ربهم‬.

Artinya: “Adab orang tua terhadap anak,


yakni: membantu mereka berbuat baik kepada
orang tua; tidak memaksa mereka berbuat
kebaikan melebihi batas kemampuannya; tidak
memaksakan kehendak kepada mereka di saat
susah; tidak menghalangi mereka berbuat taat
kepada Allah SWT; tidak membuat mereka
sengsara disebabkan pendidikan yang salah.”

Dari kutipan di atas dapat diuraikan kelima


adab orang tua kepada anak-anaknya sebagai
berikut:

Pertama, membantu anak-anak bersikap baik


kepadanya. Sikap anak kepada orang tua
sangat dipengaruhi sikap orang tua kepada
mereka. Jika orang tua sayang kepada anak-
anak, mereka tentu akan membalas dengan
kebaikan yang sama. Tidak mungkin anak-
anak bersikap baik kepada orang tua, jika
mereka diperlakukan semena-mena. Oleh
karena itu ketika orang tua bersikap baik
kepada anak-anaknya, sesungguhnya orang tua
telah mendidik dan membantu anak-anaknya
menjadi anak yang baik pula.

Kedua, tidak memaksa anak-anak berbuat baik


melebihi batas kemampuannya. Orang tua
perlu memahami psikologi perkembangan agar
anak-anak dapat menjalani kehidupannya
sesuai dengan fase-fase perkembangannya.
Tidak bijak apabila anak-anak yang masih
duduk di bangku TK sudah diperintahkan
berpuasa sehari penuh selama Ramadhan.
Mereka memang perlu dilatih berpuasa tetapi
tidak boleh seberat itu. Demikian pula tidak
bijak apa bila orang tua memaksakan
kehendaknya agar mereka selalu menduduki
ranking 1 di kelasnya, misalnya, sementara
kemampuannya kurang mendukung.

Ketiga, tidak memaksa anak-anak saat susah.


Sebagaimana orang dewasa, anak-anak juga
bisa merasakan susah, misalnya karena
kehilangan sesuatu yang menjadi
kesayangannya seperti binatang kesayangan
atau lainnya. Pada saat seperti ini orang tua
sebaiknya dapat memahmi psikologi anak
dengan tidak menambahi bebannya. Misalnya,
orang tua melakukan perintah-perintah yang
banyak dan berat sehingga menambah beban
anak. Justru sebaiknya orang dapat menghibur
dan membesarkan hati anaknya bahwa Allah
akan mengganti apa yang hilang dari anak itu
dengan sesuatu yang lebih baik.

Keempat, tidak menghalangi anak-anak untuk


berbuat taat kepada Allah SWT. Tidak
sebaiknya orang tua menghalangi anak-anak
ketika mereka bermaksud melakukan ketaatan
kepada Allah SWT, misalnya, berlatih puasa
sunnah Senin-Kamis. Tetapi memang orang tua
perlu memberi arahan untuk tidak berpuasa
dahulu, misalnya, ketika kondisi anak sedang
sakit. Orang tua perlu menjelaskan bahwa
beberapa orang diperbolehkan tidak berpuasa,
misalnya orang-orang yang sedang sakit, atau
seorang ibu yang sedang menyusui anaknya
yang masih kecil. Untuk puasa Ramadhan
memang harus diganti apabila ditinggalkan,
edang puasa sunnah tidak harus diganti.

Kelima, tidak membuat anak-anak sengsara


disebabkan pendidikan yang salah. Adalah
kewajiban orang tua mendidik anak dengan
sebaik-baiknya sehingga anak memiliki ilmu
yang cukup dan ketrampilan-ketrampilan yang
diperlukan. Apabila orang tua tidak cukup
membekali anak dengan ilmu dan ketrampilan
yang diperlukan dan malahan memanjakannya,
maka hal ini bisa menyengsarakan anak di
kemudian hari. Anak bisa bodoh dan tidak
mandiri dalam banyak hal sehingga tidak bisa
menolong dirinya sendiri apalagi orang lain.
Keadaan seperti ini akan membuat anak
sengsara dalam hidupnya. Singkatnya kelima
hal di atas, yakni mengkondisikan anak
sanggup dan mampu berbuat baik kepada
orang tua, menghargai prestasi anak dalam
meraih hal yang baik sesuai batas
kemampuannya, mengerti perasaan anak ketika
mereka sedang susah, mendukung anak untuk
berbuat ketaatan kepada Allah SWT, dan
membuat anak mampu hidup bahagia dengan
pendidikan yang benar, merupakan adab atau
etika minimal yang perlu dilakukan setiap
orang tua kepada anak-anaknya.
D. Akhlak Anak terhadap Orang tua

Sebagai seorang muslim yang baik


hendaknya kita selalu berbakti kepada orang
tua, melakukan apa yang telah diperintahkan
oleh orang tua, dan pantang untuk
membangkang terhadap orang tua. Namun
dizaman sekarang ini banyak dari kita seakan
lupa terhadap kewajiban kita terhadap orang
tua sebagai muslim yang baik, yaitu kita harus
memiliki akhlak yang sempurna terhadap
orang tua kita. Kehadiran orang tua sangatlah
memberi ketenangan, cinta, serta kasih sayang
tersendiri yang bersemi dihati segenap insan
yang berakal. pengertian akhlak dan kedua
orang tua dapat dikatakan bahwa akhlak
kepada kedua orang tua adalah jiwa manusia
yang menimbulkan perbuatan baik karena
kebiasaan tanpa pemikiran dan pertimbangan
sehingga menjadi kepribadian yang kuat
didalam jiwa seseorang untuk selalu berbuat
baik kepada orang yang telah mengasuhnya
mulai dari dalam kandungan maupun setelah
dewasa. Berbuat baik kepada kedua orang tua
lebih dikenal dengan istilah Birrul Walidain
artinya menunaikan hak orang tua dan
kewajiban terhadap mereka berdua. Tetap
mentaati keduanya, melakukan hal-hal yang
membuat mereka senang dan menjauhi berbuat
buruk terhadap mereka.

Kata akhlak berasal dari bahasa arab,


jamak dari khuluqun yang menurut bahasa
berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku,
dan tabiat. Tabiat atau watak dilahirkan
karena hasil perbuatan yang diulang-ulang
sehingga menjadi biasa. Adapun defenisi
akhlak menurutistilah ialah kehendak jiwa
manusia yang menimbulkan perbuatan
dengan mudah karenan kebiasaan,tanpa
memerlukan pertimbangan pikiran terlebih
dahulu.

Dengan demikian pengertian akhlak dan


kedua orangtua diatas dapat dikatakan bahwa
akhlak kepada kedua orang tuaadalah jiwa
manusia yang menimbulkan perbuatan baik
karena kebiasaan tanpa pemikiran dan
pertimbangan sehingga menjadi kepribadian
yang kuat didalam jiwa seseorang untuk
selalu berbuat baik kepada orang yang telah
mengasuhnya mulai dari dalam kandungan
maupun setelah dewasa.

Adapun akhlak terhadap orangtua adalah


sebagai berikut: Menyayanginya,
mencintainya, menghormatinya, mematuhinya,
dan merendahkan diri padanya serta. Kita
mengetahui dan menyadarinya dengan sepenuh
hati bahwa hidup bersama orangtua merupakan
nikmat yang luar biasa, yang tidak dapat
tergantikan dengan apapun didunia ini. Ketika
orang tua kita meninggal alangkah
sedihnya hati kita karena tidak ada yang
dapat dipandanginya lagi. Pandanglah kedua
orang tua dengan penuh kasih
sayang ,janganlah memandangnya dengan
pandangan marah dan bersuara keras
kepadanya.

Dalam Al-Qur’an surat Alisra’ayat23-24


Allah mengatakan, “Dan Tuhan mu telah
memerintahkan supaya kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaklah kamu
berbuat baik pada ibu bapakmu dengan
sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara
keduanya atau kedua-dua sampai berumur
lanjut dalam pemeliharaanmu, maka selaki-kali
janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
perkataan “ah” dan janganlah kamu
membentak mereka dan ucapkanlah kepada
mereka perkataan yang mulia.Dan rendah
kanlah dirimu terhadap mereka berdua
denganpenuh kesayangan dan
ucapkanlah“Wahai Tuhanku, kasihanilah
mereka keduanya sebagaimana mereka berdua
telah mendidik aku di waktu kecil.”
Berbuat baik kepada kedua orang tua lebih
dikenal dengan istilah Birrul Walidain artinya
menunaikan hak orang tuadan kewajiban
terhadap mereka berdua. Tetap mentaati
keduanya, melakukan hal-hal yang membuat
mereka senang dan menjauhi berbuat buruk
terhadap mereka. Berbakti kepada kedua
orang tuaadalah menyampaikan setiap
kebaikan kepada keduanya,mencintai dan
mengikuti perintahnya yangbaik,dan menjauhi
larangannya dan mencegah gangguan yang
akan menimpanya bila mampu.

Seiring dengan pernyataan diatas Ibnu


Taimiyah yang dikutipnya dari Abu Bakar
didalam kitab Zaadul Musafir yaitu barang
siapa yang menyebabkan kedua orang
tuanya marah dan menangis, maka dia harus
mengembalikan keduanya kepada suasana
yang semula agar mereka bisa tertawa dan
senang kembali. Intinya siapapun kita
janganlah pernah membuat orangtua sedih dan
sakit hati akibat dari sikap dan perbuatan
anaknya.Dan berusaha jangan sampai orang
tua hilang kesabaran dan mendoakan kejelekan
terhadap anaknya. Seperti sebuah kisah
dalam Islam yang sangat menarik yang bisa
diambil pelajaranakan ampuhnya doa seorang
ibu kepada anaknya yaitu pada kisah Jured.
Jika tau demikian sudah barang tentu seorang
anak kudu akan memuliakan orang tuanya.
Jangan sampai iamembuat orang tuanya
marah, sehingga membuat orang tuanya
marah dan mengeluar kankata-kata yang akan
mencelakakan dirinya.

E. Cara Membangun Keluarga Sakinah

Mewujudkan keluarga Sakinah Mawaddah


dan Warohmah adalah dambaan setiap insan
manusia. Betapa bahagianya kita mempunyai
keluarga yang dipenuhi rasa saling mencintai,
menyayangi, melindungi dan menghormati.
Namun ternyata mewujudkan keluarga seperti
itu bukanlah pekerjaan membalik telapak
tangan. Dibutuhkan usaha keras dan dukungan
dari semua pihak dalam keluarga baik Ayah,
ibu dan anak. Tanggung jawab terbesar adalah
Ayah yang bertindak sebagai kepala keluarga.
Peran Ayah sangat vital yang bertindak sebagai
nahkoda yang akan menggerakkan kemana
kapal akan berlayar dan berlabuh. Ibu pun
tidak kecil peranannya dalam pembangunan
watak dan karakter anak-anak serta mengatur
keuangan keluarga. Akan tetapi, tidak jarang
dari mereka menemukan jalan buntu, baik
yang berkecupan secara materi maupun yang
berkekurangan. Kata Kunci: Membangun,
Keluarga, Sakinah.

Menurut kaidah bahasa Indonesia, sakinah


mempunyai arti kedamaian, ketentraman,
ketenangan, kebahagiaan. Jadi keluarga
sakinah mengandung makna keluarga yang
diliputi rasa damai, tentram, juga. Jadi keluarga
sakinah adalah kondisi yang sangat ideal dalam
kehidupan keluarga.

Keluarga sakinah juga sering disebut sebagai


keluarga yang bahagia. Menurut pandangan
Barat, keluarga bahagia atau keluarga sejahtera
ialah keluarga yang memiliki dan menikmati
segala kemewahan material. Anggota-anggota
keluarga tersebut memiliki kesehatan yang
baik yang memungkinkan mereka menikmati
limpahan kekayaan material. Bagi mencapai
tujuan ini, seluruh perhatian, tenaga dan waktu
ditumpukan kepada usaha merealisasikan
kecapaian kemewahan kebendaan yang
dianggap sebagai perkara pokok dan prasyarat
kepada kesejahteraan (Dr. Hasan Hj. Mohd Ali,
1993 : 15).

Dalam kehidupan sehari-hari, ternyata upaya


mewujudkan keluarga yang sakinah bukanlah
perkara yang mudah, ditengah-tengah arus
kehidupan seperti ini,. Jangankan untuk
mencapai bentuk keluarga yang ideal, bahkan
untuk mempertahankan keutuhan rumah
tangga saja sudah merupakan suatu prestasi
tersendiri, sehingga sudah saat-nya setiap
keluarga perlu merenung apakah mereka
tengah berjalan pada koridor yang diinginkan
oleh Allah dalam mahligai tersebut, ataukah
mereka justru berjalan bertolak belakang
dengan apa yang diinginkan oleh-Nya.

Islam mengajarkan agar keluarga dan rumah


tangga menjadi institusi yang aman, bahagia dan
kukuh bagi setiap ahli keluarga, karena keluarga
merupakan lingkungan atau unit masyarakat yang
terkecil yang berperan sebagai satu lembaga yang
menentukan corak dan bentuk masyarakat. Institusi
keluarga harus dimanfaatkan untuk
membincangkan semua hal sama ada yang
menggembirakan maupun kesulitan yang dihadapi
di samping menjadi tempat menjana nilai-nilai
kekeluargaan dan kemanusiaan. Kasih sayang, rasa
aman dan bahagia serta perhatian yang dirasakan
oleh seorang ahli khususnya anak-anak dalam
keluarga akan memberi kepadanya keyakinan dan
kepercayaan pada diri sendiri untuk menghadapi
berbagai persoalan hidupnya. Ibu bapak adalah
orang pertama yang diharapkan dapat memberikan
bantuan dan petunjuk dalam menyelesaikan
masalah anak. Sementara seorang ibu adalah
lambang kasih sayang, ketenangan dan juga
ketenteraman.

F. Larangan Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)


adalah kejadian yang kadang terjadi dalam
hubungan keluarga. Perbuatan ini sama sekali
tidak dibenarkan dan bahkan dalam pandangan
Islam, KDRT dengan tegas dilarang.

kekerasan adalah perihal (yang bersifat,


berciri) keras, paksaan atau perbuatan
seseorang atau kelompok orang yang
menyebabkan cedera atau matinya orang lain
atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang
orang lain. Sedangkan Rumah Tangga diartikan
sebagai yang berkenaan dengan urusan
kehidupan dalam rumah.

Al-wahidi dalam kitabnya Asbabun Nuzul lil


Qur'an menjelaskan bahwa ayat 34 dalam surat
An-Nisa ini turun terhadap Saad bin rabi dan
istrinya Habibah binti Zaid. Istri Saad bin Rabi'
telah nusyuz kepadanya sehingga Saad
menampar istrinya, oleh karena itu istrinya dan
ayah istrinya datang mengadu kepada
Rasulullah, dan Rasulullah memerintahkan
untuk melaksanakan Qishas terhadap Saad bin
Rabi, namun ketika
Habibah dan Ayahnya berpaling pergi untuk
melaksanakan Qishas, Rasulullah memanggil
mereka kembali dan membacakan ayat ini dan
bersabda kita menghendaki sesuatu dan Allah
menghendaki seuatu yang lain, dan apa yang
dikehendaki oleh Allah adalah lebih baik.
Sejatinya pernikahan disyariatkan untuk
membentuk keluarga yang penuh cinta dan
kasih sayang saling ridha dan saling menjaga
satu sama lain, dan Allah sama sekali tidak
menginginkan perbuatan Nusyuz ini dilakukan
oleh seorang istri terhadap suaminya. Fitrah
seorang istri adalah taat kepada suami dan
tidak berbuat Nusyuz, dengan ungkapan ini
Allah menerangkan bahwa akhlak dan
kedudukan perempuan itu sangat tinggi oleh
karena itu tidak dibolehkan baginya untuk
berbuat Nusyuz, sehingga Allah
memerintahkan kepada suami untuk
memberikan nasehat kepada istri yang
ditakutkan akan Nusyuz agar Nusyuz itu tidak
akan terjadi.

Anda mungkin juga menyukai