Anda di halaman 1dari 19

AKHLAK DALAM

KELUARGA DAN
TERHADAP
HUBUNGAN SUAMI
DAN ISTRI Pertemuan Ke.8

Dosen: A.MUALIF,S.Pd.I,MA.
NIDN.1010078605
Urgensi Keluarga dalam
Hidup Manusia
 Secara sosiologis keluarga merupakan golongan
masyarakat terkecil yang terdiri atas suami-isteri-
anak. Pengertian demikian mengandung dimensi
hubungan darah dan juga hubungan sosial. Dalam
hubungan darah keluarga bisa dibedakan menjadi
keluarga besar dan keluarga inti, sedangkan dalam
dimensi sosial, keluarga merupakan suatu kesatuan
sosial yang diikat oleh saling berhubungan atau
interaksi dan saling mempengaruhi, sekalipun antara
satu dengan lainnya tidak terdapat hubungan darah.
 Pengertian keluarga dapat ditinjau dari perspektif psikologis
dan sosiologis. Secara Psikologis, keluarga adalah sekumpulan
orang yang hidup bersama dalam tempat tinggal bersama dan
masing-masing anggota merasakan adanya pertautan batin
sehingga terjadi saling mempengaruhi, saling memperhatikan,
dan saling menyerahkan diri. Sedangkan pengertian secara
sosiologis, keluarga adalah satu persekutuan hidup yang dijalin
oleh kasih sayang antara pasangan dua jenis manusia yang
dikukuhkan dengan pernikahan, dengan maksud untuk saling
menyempurnakan diri, saling melengkapi satu dengan yang
lainnya.
 Dalam suatu keluarga keutuhan sangat diharapkan oleh
seorang anak, saling membutuhkan, saling membantu dan lain-
lain, dapat mengembangkan potensi diri dan kepercayaan pada
diri anak. Dengan demikian diharapkan upaya orang tua untuk
membantu anak menginternalisasi nilai-nilai moral dapat
terwujud dengan baik.
 Keluarga yang seimbang adalah keluarga yang ditandai oleh adanya keharmonisan
hubungan atau relasi antara ayah dan ibu serta anak-anak dengan saling
menghormati dan saling memberi tanpa harus diminta. Pada saat ini orang tua
berprilaku proaktif dan sebagai pengawas tertinggi yang lebih menekankan pada
tugas dan saling menyadari perasaan satu sama lainnya. Sikap orang tua lebih
banyak pada upaya memberi dukungan, perhatian, dan garis-garis pedoman sebagai
rujukan setiap kegiatan anak dengan diiringi contoh teladan, secara praktis anak
harus mendapatkan bimbingan, asuhan, arahan serta pendidikan dari orang tuanya,
sehingga dapat mengantarkan seorang anak menjadi berkepribadian yang sejati
sesuai dengan ajaran agama yang diberikan kepadanya. Lingkungan keluarga sangat
menentukan berhasil tidaknya proses pendidikan, sebab di sinilah anak pertama kali
menerima sejumlah nilai pendidikan.
 Tanggung jawab dan kepercayaan yang diberikan oleh orang tua dirasakan oleh
anak dan akan menjadi dasar peniruan dan identifikasi diri untuk berperilaku. Nilai
moral yang ditanamkan sebagai landasan utama bagi anak pertama kali diterimanya
dari orang tua, dan juga tidak kalah pentingnya komunikasi dialogis sangat
diperlukan oleh anak untuk memahami berbagai persoalan-persoalan yang tentunya
dalam tingkatan rasional, yang dapat melahirkan kesadaran diri untuk senantiasa
berprilaku taat terhadap nilai moral dan agama yang sudah digariskan.
 Sentralisasi nilai-nilai agama dalam proses internalisasi pendidikan agama
pada anak mutlak dijadikan sebagai sumber pertama dan sandaran utama
dalam mengartikulasikan nilai-nilai moral agama yang dijabarkan dalam
kehidupan kesehariannya. Nilai-nilai agama sangat besar pengaruhnya
terhadap keberhasilan keluarga, agama yang ditanamkan oleh orang tua
sejak kecil kepada anak akan membawa dampak besar dimasa
dewasanya, karena nilai-nilai agama yang diberikan mencerminkan disiplin
diri yang bernuansa agamis.
 Di dalam keluarga anak pertama kali mengikuti irama pergaulan sosial.
Suasana seperti ini disebut dengan situasi domestik, tempat lingkungan
pergaulan anak hanya terbatas dengan sejumlah orang yang terdapat di
dalam keluarga tersebut, seperti ibu, ayah, kakak, adik atau nenek/kakek.
 Di dalam keluarga inilah pertama kali anak terlibat dalam interaksi edukatif.
Anak belajar berdiri, berbicara, bermain, berpakaian, mandi, menyikat gigi
dan lain-lain. Keluarga bertugas meneruskan dan mewariskan sejumlah
nilai baik berkaitan dengan kultural, sosial maupun moral kepada anak-
anak yang baru tumbuh di dalam rumah tangga. Di sini pula anak diajar
mengenal siapa dirinya dan lingkungannya.
 Di dalam keluarga, kebutuhan pribadi anak seperti yang disampaikan oleh Abraham
Maslow juga berlangsung. Pada tahap awal, anak memerlukan kebutuhan dasar
seperti makan dan minum, kemudian meningkat kepada kebutuhan akan kasih sayang
dan penghargaan, lalu meningkat lagi menjadi kebutuhan terhadap keamanan dan
kesehatan serta pada waktunya anak memerlukan self actualization (mencari
pemaknaan terhadap siapa dirinya).
 Keluarga juga berperan menjadi benteng pertahanan dari sejumlah pengaruh yang
datang dari luar. Tidak jarang anak menanyakan sesuatu problem yang datang dari luar
yang dia sendiri canggung untuk menjawab atau mengatasinya. Karena itu, rujukan
utama anak adalah keluarga. Di sinilah diperlukan hadirnya sosok orang tua yang
bijaksana dan memiliki wawasan yang cukup untuk menerangkan kepada anak
tentang apa yang dihadapinya. Dengan demikian, anak tidak mudah dipengaruhi oleh
faktor-faktor eksternal yang dapat menyesatkan dirinya.
 Di samping menjadi institusi domestik, keluarga juga dapat menjadi institusi sosialisasi
sekunder. Maksudnya adalah bahwa keluarga berperan menghantarkan anak-anak
untuk memasuki wilayah sosial yang lebih besar, seperti lingkungan sosial. Dalam
konteks ini, keluarga menjadi pengatur dan designer anak untuk memilih lingkungan
mana yang tepat dan baik dalam menumbuhkan kepribadian. Keluarga bertanggung
jawab untuk mengarahkan anak-anaknya memasuki lingkungan sosial yang baik agar
anak terhindari dari pengaruh lingkungan yang tidak sehat.
Akhlak Suami-Istri Keluarga Muslim
 PROF. Dr. Sayyid Muhammad Al-Maliki, ulama
besar dari kota Makkah, dalam bukunya Adabul
Islam Fi Nidzaamil Usrah, mengetengahkan adab,
etika, dan akhlak pasangan suami-istri dalam
berkeluarga. Dalam bukunya dijelaskan tentang
pentingnya akhlak pergaulan baik dari pihak suami
maupun istri. Keduanya sama-sama memiliki
kewajiban dan keharusan untuk menjadikan akhlak
rumah tangga nabi sebagai pedoman paripurna.
 Akhlak Seorang Suami

Bagi seorang suami hal pertama yang wajib diketahui dalam


mempergauli istri adalah mengedepankan sikap welas asih, cinta,
dan kelembutan.
Dalam Al-Qur`an, Allah berfirman;
ً ‫خيْرا ً ك َ ِثيرا‬
َ ‫يه‬ ْ َ‫وهنَّ َف َع َسى َأن تَك َْر ُهوا ْ َشيْئا ً َوي‬
ِ ‫ج َع َل الل ّ ُه ِف‬ ِ ‫وهنَّ ِبال َْم ْع ُر‬
ُ ‫وف َفِإن ك َِر ْهتُ ُم‬ ِ ‫َو َع‬
ُ ‫اش ُر‬
“Dan bergaullah dengan mereka (para istri) secara patut, kemudian
bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena
mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan
padanya kebaikan yang banyak.” (Qs. An-Nisa` : 19)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalam bersabda, seperti
diriwayatkan oleh Ibnu Majah,
“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik kepada keluarganya, dan
aku adalah orang yang paling baik perlakuannya kepada keluargaku.”
 Kedua, Sebagai seorang kepala keluarga, suami
dianjurkan untuk memperlakukan istri dan
anak-anaknya dengan kasih sayang dan
menjauhkan diri dari sikap kasar.

 Adakalanya seorang suami menjadi tokoh


terpandang di tengah masyarakat, ia mampu
dan pandai sekali berlemah lembut dalam tutur
kata, sopan dalam perbuatan tapi gagal
memperlakukan keluarganya sendiri dengan
sikapnya saat berbicara kepada masyarkat.
 Ketiga, seorang suami sangat membutuhkan pasokan kesabaran
agar ia tangguh dalam menghadapi keadaan yang tidak
mengenakkan. Suami tangguh adalah suami yang tidak mudah
terpancing untuk lekas naik pitam saat melihat hal-hal yang kurang
tepat demi cinta dan rasa sayangnya kepada istri.
 Betapa sabarnya Rasulullah sebagai seorang suami dalam mengurusi
para istrinya.
Begitu sabarnya, sampai-sampai sebagai sahabat beliau
mengatakan, “Tidak pernah aku melihat seseorang yang lebih
pengasih kepada keluarganya melebihi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
Wassalam.”(HR. Muslim).
 Contoh seorang suami yang penyayang lainnya dapat kita simak dari
kisah Sayidina Umar bin Khaththab Ra. Beliau  yang terkenal
ketegasan dan sikap kerasnya dalam mengahadapi kemunkaran,
pernah berkata saat didatangi oleh orang Badui yang akan
mengadukan sikap cerewet istrinya. Di saat bersamaan, Umar pun
baru saja mendapat omelan dari istri dengan suara yang cukup keras.
 Umar memberi nasihat kepada si Badui, “Wahai saudaraku
semuslim, aku berusaha menahan diri dari sikap (istriku) itu, karena
dia memiliki hak-hak atas istriku. Aku berusaha untuk menahan diri
meski sebenarnya aku bisa saya menyakitinya (bersikap keras) dan
memarahinya. Akan tetapi, aku sadar bahwa tidak ada orang yang
memuliakan mereka (kaum wanita), selain orang yang mulia dan
tidak ada yang merendahkan mereka selain orang yang suka
menyakiti. Aku sangat ingin menjadi orang yang mulia meski aku
kalah (dari istriku), dan aku tidak ingin menjadi orang yang suka
menyakiti meski aku termasuk orang yang menang.”
 Umar meneruskan nasihatnya, “Wahai Saudaraku orang Arab, aku
berusaha menahan diri, karena dia (istriku) memiliki hak-hak atas
diriku. Dialah yang memasak makanan untukku, membuatkan roti
untukku, membuatkan roti untukku, menyusui anak-anakku, dan
mencucui baju-bajuku. Sebesar apapun kesabaranku terhadap
sikapnya, maka sebanyak itulah pahala yang aku terima.”
 Keempat, seorang suami hendaknya mampu mencandainya. Adanya canda dan tawa
dalam kehidupan berumah tangga lazim selalu dilakukan. Bayangkan apa yang terjadi
jika pasangan suami-istri melalui hari-harinya tanpa canda. Lambat laun rumah
tangganya menjadi bak areal pemakaman yang sepi, senyap, hampa.
 Suami yang ingin menunaikan hak-hak istrinya akan berusaha mengundang canda,
gurauan, yang mencairkan suasana dengan senyum dan tawa; berusaha untuk
bermain perlombaan dengan istri seperti yang dilakukan Rasulullah kepada istrinya
Aisyah Ra.
 Dalam diri setiap manusia terdapat sifat kekanak-kanakan, khususunya pada diri
seorang wanita. Istri membutuhkan sikap manja dari suaminya dan karenanya jangan
ada yang menghalangi sikap manja seorang suami untuk istrinya.
 Maurice J. Elias Ph. D dkk dalam bukunya Emotionally Intelligent Parenting: How to
Rise a Self-Disiplined, Responsible, Socially Skilled Child, menyinggung fungsi humor
dalam proses kimiawi dan psikologis tubuh kita. “Humor kecil sehari-hari seperti
vitamin ampuh untuk membangun dan mempertahankan kemampuan Anda secara
positif menanggapi tugas-tugas keayahbundaan dan tantangan hidup lainnya.”
 Menyisipkan humor dalam hubungan dengan pasangan dan anak-anak, menurut
Maurice, dimaksudkan untuk menjaga agar kita tetap dalam kerangka berpikir
optimis. “Cobalah melakukan hal-hal yang bisa membawa Anda ke dalam suasana
humor setiap hari, meskipun hanya sebentar. Kalau tidak bisa setiap hari, coba
sesering yang bisa Anda lakukan,” pesannya dalam buku yang telah dialih bahasakan
berjudulCara-cara Efektif Mengasuh Anak dengan EQ.
 Akhlak Seorang Istri

 Adapun kewajiban bagi pihak istri adalah tidak akan membebani


suaminya dengan hal-hal yang tidak sanggup ia kerjakan dan tidak
menuntut sesuatu yang lebih dari kebutuhan. Sikap ini dapat menjadi
bantuan untuk suami dalam urusan finansial.
 Alangkah mulianya seorang wanita yang berjiwa qana`ah, cermat
dalam membelanjakan harta demi mencukupi suami dan anak-
anaknya. Dahulu kala, para wanita kaum salaf memberi wejangan
kepada suami atau ayahnya, “Berhatilah-hatilah engkau dari
memperoleh harta yang tidak halal. Kami akan sanggup menahan
rasa lapar namun kami tak akan pernah sanggup merasakan siksa api
neraka.” Inilah akhlak pertama bagi pihak istri.
 Kedua, istri shalihah adalah istri yang berbakti kepada suaminya,
mendahulukan hak suami sebelum hak dirinya dan kerabat-
kerabatnya. Termasuk dalam masalah taat kepada suami adalah
berlaku baik pada ibu mertua.
 Ketiga, istri sebagai guru pertama bagi anak-anak, hendaknya
mendidik mereka dengan pendidikan yang baik,
memperdengarkan kata-kata yang baik, mendoakan mereka
dengan doa yang baik pula. Semuanya itu merupakan
implementasi bakti istri kepada suaminya.
 Keempat, karakter istri dengan adab baik adalah tidak
mengadukan urusan rumah tangga dan mengungkit-ungkit
perkara yang pernah membuat diri si istri sakit hati dalam
pelbagai forum. Hal yang sering terjadi pada diri seorang
wanita yaitu menceritakan keadaan buruk yang pernah
menimpanya kepada orang lain. Seakan dengan menceritakan
masalah yang melilit dirinya urusan akan terselesaikan.
Namun yang terjadi sebaliknya, keburukan dan aib keluarga
justru menjadi konsumsi orang banyak, nama baik suami dan
keluarga terpuruk, dan jalan keluar tak kunjung ditemukan.
 Bentuk adab  kelima, tidak keluar dari rumahnya
tanpa memperoleh izin terlebih dahulu dari suami.
Mengenai hal ini, Nabi telah mewanti-wanti dengan
bersabda, “Hendaknya seorang wanita (istri) tidak
keluar dari rumah suaminya kecuali dengan seizin
suami. Jika ia tetap melakukannya (keluar tanpa izin),
Allah dan malaikat-Nya melaknati sampai ia bertaubat
atau kembali pulang ke rumah.” (HR. Abu Dawud,
Baihaqi, dan Ibnu `Asakir dari Abdullah bin Umar).
 Demikian halnya dalam masalah ibadah non-wajib
seperti puasa sunnah, hendaknya seorang istri tidak
melakukannya kecuali setelah suami memberi izin.
 Betapa indah kehidupan pasangan suami-istri yang menjadikan
rumah tangga Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wassalam sebagai
titik singgung dalam menghidupkan hubungan harmonis. Tidak ada
yang sempurna dari pribadi pria sebagai suami dan wanita sebagai
istri. Kelebihan dan kekurangan pasti adanya. Suami-istri yang sadar
antara hak dan kewajibannya akan melahirkan generasi penerus
kehidupan manusia yang saleh, pribadi bertakwa, dan menjadikan
ridha Allah sebagai tujuan utama.

 Membina rumah tangga bahagia perlu keterampilan, kepandaian,


dan kebijakan pengelolalnya. Masing-masing pasangan dituntut
untuk pandai dan bijak mengelola rumah tangga keduanya, pandai
dan bijak mengelola hubungan dengan buah hati mereka, pandai dan
bijak mengatur waktu antara bekerja dan bercengkrama dengan
pasangannya, pandai dan bijak mengelola keuangannya, bahkan
pandai dan bijak mengelola cintanya.
Alternatif
dalam
menghadapi
problematika
kehidupan
PESAN ILAHI

HAI ORANG – ORANG YANG BERIMAN, PELIHARALAH DIRIMU


DAN KELUARGAMU DARI API NERAKA.(AT-TAHRIM 66)
SEKIAN
SELAMAT
BERDISKUSI

Anda mungkin juga menyukai