Anda di halaman 1dari 9

Akhlak Kepada Keluarga

Disusun Oleh:
Alfira (22108122)
Khairunnisa (22108149)
Febrianaz Syafa (22108163
Fifta Maulisyah (22108140)
Sukma Wulanda (22108151)
Sri Rahayu Hariani Br Tumengger (22108160)

PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BINA BANGSA GETSEMPENA
BANDA ACEH 2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seperti yang telah kita ketahui, bahwa Nabi Muhammad adalah sosok manusia yang
sempurna. Beliau adalah orang terpilih untuk dijadikan panutan bagi umat manusia. Beliau
mempunyai sifat-sifat yang Arif dan Bijaksana. Sifat-sifat baiknya itu ditunjukkan pada semua umat
manusia, baik pada kalangan keluarga, sahabat maupun semua penduduk disekitar. Dalam
lingkungan keluarga, Nabi mendapat rahmat yang diperuntukkan bagi keluarganya. Hidup
berkeluarga, menurut Islam harus diawali dengan pernikahan. Pernikahan itu sendiri merupakan
upacara suci yang harus di lakukan oleh kedua calon pengantin, harus ada penyerahan dari
pihak wali pengantin putri (Ijab), harus ada penerimaan dari pihak pengantin putra (Qabul) dan harus
disaksikan oleh dua orang saksi yang adil.

Sebelum membentuk keluarga melalui upacara pernikahan, calon suami istri hendaknya
memahami hukum berkeluarga. Dengan mengetahui dan memahami hukum berkeluarga,
pasangan suami istri mampu menempatkan dirinya pada hukum yang benar. Apakah dirinya sudah
diwajibkan oleh agama untuk menikah. Sehingga perhatian terhadap kemuliaan akhlak ini menjadi
satu keharusan bagi seorang suami maupun seorang istri.

Menyinggung akhlak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada keluarga maka hal ini tdk
hanya berlaku kepada para suami sehingga para istri merasa suami sajalah yg tertuntut utk berakhlak
mulia kepada istrinya, Karena akhlak mulia ini harus ada pada suami dan istri sehingga bahtera
rumah tangga dapat berlayar di atas kebaikan. Memang suamilah yg paling utama harus
menunjukkan budi pekerti yg baik dlm rumah tangga karena dia sebagai sebagai pimpinan. Kemudian
ia di haruskan untuk mendidik anak istri di atas kebaikan sebagai upaya menjaga mereka dari api
neraka sebagaimana di firmankan Allah SWT;

“Wahai orang – orang yg beriman jagalah diri-diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka yg
bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaga malaikat-malaikat yg kasar, yg keras, yg tidak
pernah mendurhakai Allah terhadap apa yg diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yg diperintahkan.”

Hidup berkeluarga akan mendatangkan berbagai hikmah yang dapat dirasakan oleh para
pelakunya. Hidup berkeluarga berarti mengamalkan ajaran yang disyari’atkan. Setelah
berkeluarga, seseorang akan lebih serius dalam beribadah. Pikiran tidak lagi memikirkan calon
kekasih atau terganggu.
B. Rumusan Masalah

a. Bagaimana Membina keluarga yang harmonis?


b. Apa saja hak dan kewajiban istri kepada suami?
c. Apa saja hak dan kewajiban suami kepada istri?
d. Bagaimana jadi keluarga teladan?
C. Tujuan

Setelah mendiskusikan tema ini, kita dapat memperoleh beberapa tujuan sebagai berikut:

1. Mengetahui keluarga yang harmonis


2. Mengetahui hak dan kewajiban istri kepada suami
3. Mengetahui hak dan kewajiban suami kepada istri
4. Mengetahui keluarga teladan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Membina keluarga harmonis

Keluarga harmonis menurut prespektif Islam yaitu keluarga yang sakinah, mawaddah,
warahmah. Apa itu keluarga Sakinah? Keluarga sakinah adalah keluarga yang bahagia sejahtera,
penuh dengan cinta kasih, sekalipun perkawinan sudah berjalan puluhan tahun namun aroma
cinta kasihnya masih tetap terasa dalam hubungan suami isteri. Allah berfirman dalam surah Ar-
Rum ayat: 21 “Di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya Dia menciptakan untuk kalian isteri dari
golongan kalian agar kalian merasakan sakinah dengannya; Dia juga menjadikan di antara kalian
rasa cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya dalam hal itu terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
berpikir.” (Ar-Rûm: 21)”.

Jadi sakinah itu ada pada diri dan pribadi perempuan. Laki-laki harus mencarinya di dalam diri dan
pribadi perempuan. Tapi perlu diingat laki-laki harus menjaga sumber sakinah, tidak mengotori dan
menodainya. Agar sumber sakinah itu tetap terjaga, jernih dan suci, dan mengalir tidak hanya
pada kaum bapak tetapi juga anak-anak sebagai anggota rumah tangga, dan gerasi penerus.

Dalam bahasa Arab “Sakinah” sendiri memiliki arti tenang, aman, damai, serta penuh kasih sayang.
Pastinya konteks Keluarga Sakinah ini adalah idaman bagi setiap Muslim. “Mawaddah” sendiri
berarti Cinta, kasih sayang yang tulus kepada pasangan dan keluarganya. Dengan sifat ini
diharapkan keluarga Muslim dapat bertahan sekalipun harus mendapatkan cobaan dalam
dinamika rumah tangganya. “Wa Rahmah” terdiri dari dua kata, yaitu “Wa” yang berarti dan, dan
“Rahmah” yang berarti Rahmat, karunia, berkah, dan anugerah. Tentunya hal ini diharapkan agar
keluarga senantiasa berada di jalan yang benar dan mendapatkan segala Rahmat disisi Allah SWT

Bagaimana agar pernikahan tetap harmonis? Ada 3 faktor yang harus diperhatikan:

a. Selesaikan kejengkelan- kekesalan, dalam interaksi suami isteri baik masa lalu maupun
saat sekarang
b. Hubungan romantis suami isteri sangat prioritas dalam kehidupan (sediakan waktu untuk
berdua-duaan)saling bercerita, ungkapkan perasaan menyenangkan/kemesraan ketika baru
menikah
c. Buat kegiatan baru yang menyenangkan atau bervariasi

Ciri Hubungan Keluarga yang sehat

- Power and intimacy (Kekuatan/kekuasaan dan keintiman). Perasaan memiliki hak yng sama
untuk berpartisipasi dalam mengambil keputusan
- Homesty and freedom of expression (Kejujuran dan kebebasan berpendapat), tradisi diskusi
atau dialog dalam keluarga
- Warmth, joy and humor (Kehangatan, kegembiraan dan humor), adanya saling percaya dan
keceriaan diantara keluarga.
- Organization and negotiating Skill, ( keterampilan organisiasi dan negosiasi ), emampuan
untuk melakukan negosiasi, kepala keluarga sebagi pemimpin organisasi, bukan sebagai
komandan yang hanya bisa memerintah, membina komunikasih yangbaik
- Values system ( Sistem nilai ), keluarga memiliki pasangan bersama, misalnya nilai moral
keagamaan merupakan acuan pokok dalam melihat realitas kehidupan yang harus
diperhatikan sebagi rambu-rambu ketika mengambil keputusan
- Power and intimacy (Kekuatan/kekuasaan dan keiintiman). Persaan memiliki hak yang sama
untuk berpatisipasi dalam mengambil keputusan
- Homesty and freedom of expression ( kejujuran dan kebebasan berpendapat ), tradisi diskusi
atau dialog dalam keluarga
- Warmth, joy and humor ( kehangatan, kegembiraan dan humor ), adanya saling percaya
dan keceriaan diantara keluarga

Setiap manusia selalu menginginkan keluarga yang sakinah, mawaddah, dan warohma, untuk itu apa
saja sih yang harus dilakukan untuk mencapai keluaga yang di impikan.

1. Jangan melihat kebelakang


2. Selalu berfikir objekif
3. Fokus pada kelebihan pasagan
4. Saling percaya
5. Kebutuhan seks
6. Hindari pihak ketiga
7. Menjaga romantisme
8. Selalu utamakan komunikasi
9. Jaga spiritualitas rumah tangga

Ada pun ciri-ciri keluarga sakinah adalah sebagai berikut:

a. Senantiasa memiliki kecendrungan terhadap keagamaan dalam orientasi kehidupan sehari-


hari.
b. Berlakunya sistem “yang mudah menghormati yang tua, yang tua menyayangi yang muda ”.
c. Tidak melebih-lebihkan dalam memenuhi kebtuhuan keseharian.
d. Menjaga etika dan sopan santun dalam bergaul di dalam masyarakat.
e. Senantiasa menjaga dan mengintropeksi anggota keluarganya agar terhindar dari hal-hal
yang munkar

B. Hak dan kewajiban istri kepada suami

Hak-hak istri yang menjadi kewajiban suami dapat di bagi menjadi dua, yaitu: hak-hak kebendaan,
yaitu mahar (maskawin) serta nafkah, dan hak-hak bukan bendaan, misalnya berbuat adil diantara
para isteri (dalam perkawinan poligami), tidak berbuat hal-hal yang merugikan isteri dan sebagainya.
1. Hak-hak kebendaan

a. Mahar (maskawin)

QS. An-Nisa ayat 24 memerintahkan, “dan berikanlah maskawin kepada perempuan-


perampuan (yang kamu nikahi) sebagai pemberian wajib. Apabila mereka dengan senang hati
memberikan berbagai maskawin kepadamu. Ambillah dia sebagai makanan sedap lagi baik akibatnya.

Dari ayat Al-Qur’ an tersebut dapat diperoleh suatu pengertian bahwa maskawin itu adalah harta
pemberian wajib dari suami terhadap istri, dan merupakan hak penuh bagi istri yang tidak boleh
diganggu oleh suami, suami hanya dibenarkan ikut makan maskawin apabila diberikan oleh istri
dengan sukarela.

b. Nafkah

Nafkah adalah mencukupan segala keperluan istri, meliputi makan, pakaian, tempat tinggal,
pembantu rumah tangga, dan pengobatan, meskipun istri tergolong kaya. QS. Ath-Thalaq ayat 6
menyatakan “tempatkanlah istri-istri untuk menyempitkan hati mereka. Apabila istri-istri yang kamu
talak itu dalam keadaan hamil, berikanlah nafkah kepada mereka hingga bersalin...”

Dari ayat di atas dapat disimpulkan pula bahwa nafkah merupakan kewajiban suami dalam
membahagiakan istrinya baik lahir maupun batin dengan cara mencukupkan kebutuhan yang dapat
mencukupkan segala kekurangan nya dengan maksud meringankan beban padanya.

2. Hak-hak bukan kebendaan

Hak-hak bukan kebendaan yang wajib ditunaikan suami terhadap istrinya, disimpulkan dalam
perintah QS. An-Nisa ayat 19 agar para suami menggaui istrinya dengan makruf dapat mencakup:

a. Sikap menghargai, menghormati, dan perlakuan-perlakuan yang baik, serta meningkatkan taraf
hidupnya dalam bidang-bidang agama, akhlak, dan ilmu pengetahuan yang di perlukan.

b. Melindungi dan menjaga istri

c. Memenuhi kebutuhan kodrat (hajat) biologis istri

Ada dua hal kewajiban seorang istri terhadap suami, antara lain:

a. Patuh Terhadap Suami

seorang istri wajib mematuhi segala keinginan suaminya selama tidak untuk hal-hal yang
mendekati kemaksiatan dan tidak bertentangan dengan ajaran islam. Allah berfirman: “ kaum laki-
laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita. oleh karena itu, Allah telah melebihkan sebahagian
mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah
menafkahkan sebagian dari harta mereka. “ (QS. An-Nisa 34)

b. Ihsan al ‘ Asyarah
Ihsan al ‘ Asyarah istri terhadap suaminya antara lain dalam bentuk : Menerima pemberian
suami dengan rasa puas dan terima kasih, serta tidak menuntut hal-hal yang tidak mungkin, serta
selalu berpenampilan menerik agar tercipta keharmonisan dalam keluarga.

C. Hak dan kewajiban suami kepada istri

Hak-hak suami yang wajib dipenuhi istri hanya merupakan hak-hak bukan kebendaan sebab
menurut hukum islam istri tidak dibebani kewajiban kebendaan yang diperlukan untuk mencukupkan
kebutuhan hidup keluarga. Bahkan, lebih diutamakan istri tidak usah ikut bekerja mencari nafkah jika
suami memang mampu memenuhi kewajiban keluarga dengan baik. Hal ini dimaksudkan agar istri
dapat mencurahkan perhatiannya untuk melaksanakan kewajiban mebina keluarga yang sehat dan
mempersiapkan generasi yang saleh. Kewajiban ini cukup berat bagi istri yang memang benar- benar
melaksanakan dengan baik.

Namun, tidak dapat dipahamkan bahwa islam dengan demikian menghendaki agar istri tidak
pernah melihat dunia luar, agar istri selalu berada di rumah saja. Yang dimaksud ialah agar istri
jangan sampai ditambah beban kewajibannya yang telah berat itu dangan ikut mencari nafkah
keluarga. Berbeda halnya apabila keadaan memang mendesak, usaha suami tidak dapat
menghasilkan kecukupan nafkah keluarga. Dalam batas-batas yang tidak memberatkan, istri dapat
diajak ikut berusaha mencari nafkah yang diperlukan itu.

D. Menjadi keluarga teladan

Rumah tangga teladan merupakan dambaan setiap insan, baik bagi mereka yang belum
memasuki jenjang tersebut maupun bagi yang tengah menapakinya. Mendirikan rumah tangga
teladan bukanlah pekerjaan yang ringan, karena di dalamnya diperlukan jihad yang besar, tadhiyah
(pengorbanan) yang tinggi, saling tafahum ( memahami) antara suami istri, dan sikap Ikhlas dalam
menerima kelemahan masing-masing. Oleh untuk mendirikan rumah tangga teladan diperlukan
pribadi-pribadi tangguh dan kokoh, agar mampu menahan badai dan ombak yang menerpa biduk
rumah tangga.

Allah telah mempelihatkan tipe rumah tangga teladan lewat utusan-Nya Rasulullah SAW.
Sebagai umatnya kita diwajibkan untuk beruswah (mengambil contoh ) kepada beliau dalam segala
hal, termasuk rumah tangga. Hal ini sebagaimana telah diperintahkan Allah dalam kitab-Nya yang
mulia “sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah, suri tauladan yang baik bagimu, yaitu bagi
orang-orang yang mengharapkan rahmat Allah ” (QS. 33: 21).

Rasulullah membina rumah tangganya berlandaskan taqwa, dan taat sepenuhnya kepada
wahyu. Suatu ketika para istri Rasul mengadakan ‘aksi’ untuk meminta kenaikan uang ‘ belanja ‘.
Menghadapi ulah istrinya itu Rasul mendiamkan mereka selama sebulan penuh sambil menunggu
wahyu Allah. Akhirnya wahyu Allah pun datang. “ Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu: “ jika
kamu sekalian menginginkan kehidupan dunia dan perhiasannya, maka marilah supaya kuberikan
kepadamu mut’ah dan aku ceraikan kamu dengan cara yang baik. Dan jika kamu sekalian
menghendaki keridhoan Allah dan Rasul-Nya serta kesenangan kampung akhirat, maka Allah
menyediakan bagi siapa yang berbuat baik di antaramu pahala yang besar”. (QS. 33: 28-29).
Setelah selesai menerima wahyu, Rasulullah menjumpai para istrinya untuk mengabarkan
firman Allah tersebut. Dan ternyata para istri beliau kemudian lebih memilih Allah dan Rasul-Nya dari
pada perhiasan dunia.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Keluarga harmonis menurut prespektif islam yaitu keluarga yang sakinah, mawaddah, warahma.
Keluarga sakinah adalah keluarga yang bahagia sejahtera, penuh dengan cinta kasih, sekalipun

perkawinan sudah berjalan puluhan tahun namun aroma cinta kasihnya masih tetap terasa dalam
hubungan suami istri.

Hak-hak yang menjadi kewajiban suami dapat dibagi menjadi dua, yaitu: hak-hak kebendaan,
dan hak-hak bukan bendaan. Sedangkan Hak-hak suami yang wajib dipenuhi istri hanya merupakan
hak-hak bukan kebendaan sebab menurut hukum islam istri tidak dibebani kewajiban kebendaan
yang diperlukan untuk mencukupkan kebutuhan hidup keluarga.

Allah telah memperlihatkan tipe rumah tangga teladan lewat utusan-Nya Rasulullah SAW
sebagai umatnya kita diwajibkan untuk beruswah (mengambil contoh) kepada beliau dalam segala
hal, termasuk rumah tangga. Hal ini sebagaimana telah diperintahkan Allah dalam kitab-Nya yang
mulia “sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah, suri tauladan yang baik bagimu, yaitu bagi
orang-orang yang mengharapkannya rahmat Allah dan hari kiamat. Dan dia banyak menyebut nama
Allah (QS. 33: 21).

B. Saran

Hendaklah dalam berkeluarga selalu memberikan perhatian kepada pasangan. Dalam membina
akhlak keluarga yang baik bukan hanya satu orang saja namun harus satu keluarga menpunyai akhlak
yang baik. Serta suami sebagai kepala keluarga harus menjadi tauladan baik.

C. Daftar Pustaka

 Barsihannor, Studi Agama di Perguruan Tinggi. Makassar: UINPress, 2010


 Ramayulis, Pendidikan Islam dalam Rumah Tangga, Jakarta : Kalam Mulia, 2001
 A. Syifaul Qulub, Pendidikan Agama Islam untuk Pendidikan Perguruan Tinggi, Jakarta,
Laros, 2010
 Khairuddin Bashori, Psikologi Keluarga Sakinah, Yogyakarta, Suara Muhammadiyah,2006
 Suwito, Filsafat Pendidikan Akhlak Ibnu Miskwaih, Yogyakarta, Belukar, 2004

Anda mungkin juga menyukai