Anda di halaman 1dari 8

ABSTRAK :

Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagi
suami istri dengan tujuan membentuk keluarga, rumah tangga yang bahagia dan kekal
berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa, sedangkan tujuan perkawinan untuk membentuk
keluarga yang bahagia dan kekal, untuk itu suami isteri perlu saling membantu dan melengkapi,
agar masing-masing dapat mengembangkan kpribadiannya, membantu untuk mencapai
kesejahteraan spritual dan matrial, perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum
masing-masing agama dan kepercayaanya itu, untuk membangun rumah tangga yang bahagia
dan kekal tersebut diawali dengan perkawinan yang sah menurut hukum syari’at dan dicatat
menurut peraturan perundangan yang berlaku.

Setelah melakukan perkawinan suami istri berusaha untuk mencapai keluarga yang
sakinah, Mawaddah dan warohmah diperlukan kiat-kiat guna menuju keluarga yang sakinah
yang di-idam-idamkan, salah satunya memahami dan melaksanakan tugas ,hak dan kewajiban
sebagai suami istri
A. PENDAHULUAN
Agama Islam telah memberikan petunjuk yang lengkap dan rinci terhadap persoalan
pernikahan. Mulai dari anjuran menikah, cara memilih pasangan yang ideal, melakukan khitbah
(peminangan), bagaimana mendidik anak, serta memberikan jalan keluar jika terjadi kemelut
dalam rumah tangga, sampai dalam proses nafkah dan harta waris, semua diatur oleh Islam
secara rinci, dan detail

Selanjutnya untuk memahami konsep pernikahan dalam Islam, maka rujukan yang paling
benar dan sah adalah Al Qur’an dan As Sunnah Ash Shahihah yang sesuai dengan pemahaman
Salafush Shalih. Berdasar rujukan ini, kita akan memperoleh kejelasan tentang aspek-aspek
pernikahan, maupun beberapa penyimpangan dan pergeseran nilai pernikahan yang terjadi di
dalam masyarakat kita.

Pernikahan adalah fitrah kemanusiaan. Maka dari itu Islam menganjurkannya, karena
nikah merupakan gharizah insaniyah (naluri kemanusiaan). Allah Ta’ala berfirman:

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah), (tetaplah atas) fitrah
Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah
Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Ar
Ruum:30)
B. PENGERTIAN KELUARGA SAKINAH
“Keluarga” adalah sekelompok orang yang memiliki hubungan kekerabatan karena
perkawinan atau pertalian darah. Secara umum keluarga diartikan dengan terakumulasinya
sejumlah orang yang saling berinteraksi dan berkomunikasi untuk melakukan fungsi sosial
sebagai suami-istri, bapak-ibu, anak laki-laki dan perempuan, atau saudara laki-laki dan
perempuan.

 Terdapat beberapa definisi keluarga dari beberapa sumber, yaitu:


- Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi
yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga
(Duvall dan Logan, 1986).
- Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena
adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu
dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta
mempertahankan suatu budaya (Bailon dan Maglaya,1978 ).
- Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga
dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap
dalam keadaan saling ketergantungan (Departemen Kesehatan RI, 1988).

 Suatu keluarga setidaknya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:


- Terdiri dari orang-orang yang memiliki ikatan darah atau adopsi.
- Anggota suatu keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam satu rumah dan mereka
membentuk satu rumah tangga.
- Memiliki satu kesatuan orang-orang yang berinteraksi dan saling berkomunikasi,
yang memainkan peran suami dan istri, bapak dan ibu, anak dan saudara.
- Mempertahankan suatu kebudayaan bersama yang sebagian besar berasal dari
kebudayaan umum yang lebih luas.
-
Sedangkan “sakinah” sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur’an surat ar-Ruum ayat 21
bahwa, ”di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari
jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya di
antaramu rasa cinta dan sayang, sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
kekuasaan-Nya bagi kaum yang berfikir”.

Kata “sakinah” dalam rumusan ayat di atas berfungsi sebagai sarana untuk memperoleh
ketenangan dan ketenteraman hidup. Dari sini dapat diambil suatu pengertian keluarga sakinah
adalah sebuah keluarga dimana pasangan suami istri dan anggota keluarga yang lain dalam
kehidupannya penuh dengan ketenangan, bahagia dan sejahtera baik lahir maupun batin, suami
bisa membahagiakan istri dan sebaliknya serta keduanya mampu mendidik anak-anaknya agar
menjadi anak yang sholeh dan sholehah.

Sudah menjadi aksioma bahwa keluarga adalah sel hidup utama yang membentuk organ
tubuh masyarakat. Jika keluarga baik, masyarakat secara keseluruhan akan ikut baik dan jika
keluarga rusak, masayarakat pun ikut rusak. Keluarga adalah sekolah pertama dalam
mempelajari etika sosial. Sehingga tidak ada umat tanpa keluarga, bahkan tidak ada masyarakat
humanisme tanpa keluarga. Oleh sebab itu, keluarga yang tentram, damai, rukun, bahagia dan
sejahtera atau sakinah menjadi dambaan setiap orang.

 Menciptakan Keluarga Sakinah

Menciptakan keluarga sakinah adalah dambaan setiap orang. Karena tidak dipungkiri
keluarga sakinah mempunyai peranan besar dalam meningkatkan upaya masyarakat dalam
mengamalkan nilai-nilai agama, keimanan, ketakwaan dan akhlaqul karimah baik yang
dilakukan melalui pendidikan rumah tangga maupun pendidikan masyarakat untuk mencapai
hasil pembangunan manusia bahagia dan sejahtera.

Akan tetapi perlu diketahui, bahwa untuk mencapai keluarga sakinah tersebut tidaklah
mudah, karena sangat banyak permasalahan yang timbul dalam sebuah keluarga. Oleh sebab itu,
agar tujuan untuk menciptakan keluarga sakinah itu tercapai, sangat perlu sekali kiranya dalam
setiap permasalahan dalam keluarga, seluruh anggota keluarga memikirkan untuk kembali pada
fungsi keluarga. Adapun fungsi dari sebuah keluarga adalah:

a. Fungsi biologis: untuk keperluan tumbuh, kembang, dan pemeliharaan badaniah, seperti
makan, minum, berteduh, olah gerak dan penyaluran hasrat seksual bagi suami-istri serta
melahirkan keturunan.
b. Fungsi psikologis:
 keluarga berperan memberikan status sosial;
 memberikan perlindungan dari ancaman, fisik, ekonomis, dan psiko-sosial;
 berfungsi sebagai pusat rekreasi bagi anggota-anggotanya;
 berfungsi sebagai sumber kasih sayang dan ketentraman;
 memberikan pendidikan
 dan yang utama, karena merupakan dasar pijakan berdirinya keluarga, keluarga
harus memiliki fungsi religius, mengarahkan anggotanya mencapai pemahaman
dan pelaksanaan nilai dan ajaran agama secara lengkap dan sempurna.
c. Fungsi sosiologis: Suatu proses yang dialami individu dalam usaha untuk memperoleh
ketrampilan dan pengetahuan yang diperlukan agar dapat menjalankan peranan sebagai
bagian atau anggota dari kolektifa sosial yang lebih besar, sebagai anggota masyarakat.

Adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang semakin pesat, disamping
memberikan dampak yang positif, juga memberikan dampak yang negatif terhadap eksistensi
rumah tangga. Bahkan juga dapat merusak nilai-nilai agama dan menyebabkan timbulnya
keretakan dalam rumah tangga itu sendiri. Adanya keretakan rumah tangga yang terjadi tidak
terlepas dari adanya hal-hal yang menghambat berjalannya fungsi-fungsi keluarga di atas.

Oleh sebab itu, agar fungsi-fungsi keluarga di atas dapat berjalan dengan baik, diperlukan
indikator-indikator yang akan menunjang kelancaran fungsi keluarga sehingga keluarga sakinah
dapat tercapai. Adapun indikator-indikator yang akan menunjang terciptanya keluarga sakinah
tersebut adalah:

1. Adanya keberagamaan dalam keluarga

Dalam hal ini seluruh anggota keluarga tidak melakukan syirik, hanya murni beriman kepada
Allah, taat pada ajaran Allah dan RasulNya. Sehingga dengan demikian ia berupaya untuk
mencapai yang terbaik, sabar dan tawakkal menerima qadar Allah.

2. Adanya pengetahuan dan peranan agama dalam kehidupan keluarga

Kehidupan keluarga ibarat sebagai satu bangunan. Demi Terpeliharanya bangunan itu dari
hantaman badai dan goncangan gempa, maka ia harus didirikan di atas satu pondasi yang kuat
dengan bahan bangunan yang kokoh serta jalinan perekat yang lengket. Adapun pondasi
kehidupan keluarga adalah agama, disertai dengan fisik dan mental calon ayah dan ibu.
Ketundukan mereka pada agama menjadi kata kunci dari cara menumbuhkan kecintaan dan
kebahagiaan dalam keluarga. Pada saat keluarga menghadapi berbagai macam permasalahan
kehidupan misalnya, ketundukan pada ketentuan Allah merupakan jaminan terselesaikannya
masalah tersebut dengan baik.

3. Ekonomi Keluarga

Suami istri mempunyai penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok.
Pengeluaran tidak melebihi pendapatan. Masalah perekonomian keluarga sangat penting sekali
untuk diperhatikan, hal ini karena rumah tangga mampu berujung pada perceraian dari masalah
ekonomi ini.

4. Kesehatan keluarga

Dari segi kesehatan, seluruh anggota keluarga harus menjaga agar semua tetap sehat,
sehingga segala aktifitas baik yang berkaitan di dalam rumah maupun di luar rumah dapat
terlaksana dengan baik.

5. Hubungan sosial keluarga yang harmonis

Hubungan suami istri yang saling mencintai, menyayangi, membantu, menghormati,


mempercayai, saling bermusyawarah dan terbuka bila mempunyai masalah dan saling memiliki
jiwa pemaaf. Demikian pula hubungan orang tua dengan anak, maupun dengan antara keluarga
suami maupun dengan keluarga si istri.

Keharmonisan pemikiran dan pendapat dalam hidup merupakan landasan kuat yang
memungkinkan terbangunnya hidup keluarga dalam iklim yang sehat. Masalah ini tidak tercipta
begitu saja, namun terdapat beberapa langkah yang harus ditempuh untuk menciptakan
keharmonisan diantara pasangan suami istri, Diantaranya adalah:

a. Usaha saling mengenal

Kehidupan rumah tangga sangat ditentukan oleh hubungan suami istri sebagai unsur utama.
Adanya kebahagiaan, kedamaian dan kerukunan atau yang justru sebaliknya sangat dipengaruhi
dan ditentukan oleh pola interaksi keduanya. Oleh karena itu, para suami istri harus saling
memahami masalah ini dan berusaha untuk mengenali pasangan hidupnya.

b. Usaha saling menghargai

Kehidupan rumah tangga adalah kehidupan alamiah yang jauh dari kepalsuan. Ia adalah
kehidupan sejati yang didalamnya pihak suami maupun istri bertindak pasti. Oleh karena itu
kedua belah pihak dituntut untuk saling menghargai. Karena dengan adanya sikap saling
menghargai, dapat memelihara kemuliaan pasangan suami istri dan meninggikan martabat
mereka.

c. Usaha saling mengasihi dan menyayangi

Suami istri adalah pasangan dan teman hidup dalam perjalanan yang panjang. Tentunya
mereka jugalah tempat berbagi suka dan duka. Melalui kebersamaan inilah akan terlahir cinta
dan kasih sayang.

d. Berusaha menyelesaikan masalah bersama

Pernikahan yang telah dilakukan merupakan sejenis kerjasama dalam segala hal. Kerjasama
yang dilakukan diatas kebersamaan demi meraih tujuan. Oleh karena itu, segala macam masalah
keluarga juga harus diselesaikan bersama-sama guna menjaga keutuhan rumah tangga.

e. Usaha saling menyenangkan diantara keduanya

Sangat dianjurkan sekali kepada masing-masing pihak suami istri untuk berusaha
menyenangkan pihak lain dengan mendahulukan dan mengutamakan kepentingan pasangannya
di atas dirinya.

f. Saling memberi kepuasan

Diantara tanda-tanda kehormatan dan cinta diantara pasangan suami istri dan keinginan
mereka yang sungguh-sungguh bagi kelangsungan hidup bersama adalah sikap saling melayani
melalui berbagai cara.
g. Toleransi

Tidaklah masuk akal kalau kita mengharapkan pasangan kita memiliki perilaku yang
seluruhnya ideal. Semua pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Nilai
pekerjaan

h. Saling menyembunyikan aib

Pernikahan adalah penyatuan antara pasangan suami istri. Dengan demikian segala sesuatu
menjadi milik bersama. Kesedihan, kebahagiaan, kebaikan dan keburukan yang merupakan aib
juga menjadi rahasia bersama.

i. Keadilan

Saling bersikap adil dapat membantu meneguhkan landasan keharmonisan. Karena dengan
adanya sikap adil dapat mencegah segala perbuatan yang dhalim.

Jadi keluarga sakinah dapat tercipta apabila indikator-indikator di atas terpenuhi dengan
baik, sehingga dapat tercipta keluarga yang kuat dan mampu menjadi pondasi-pondasi bangsa
yang tangguh.

C. PENGERTIAN KELUARGA MAWADDAH

Mawaddah menurut bahasa berarti Cinta atau harapan. Dalam sebuah Pernikahan, Cinta
adalah hal penting yang harus ada dan selalu ada pada sebuah pasangan suami Istri. Dan
Mawaddah berarti Selalu mencintai baik dikala senang maupun sedih.

Kata mawaddah juga berasal dari bahasa Arab. Mawaddah adalah jenis cinta membara,
perasaan cinta dan kasih sayang yang menggebu kepada pasangan jenisnya. Mawaddah adalah
perasaan cinta yang muncul dengan dorongan nafsu kepada pasangan jenisnya, atau muncul
karena adanya sebab-sebab yang bercorak fisik. Seperti cinta yang muncul karena kecantikan,
ketampanan, kemolekan dan kemulusan fisik, tubuh yang seksi; atau muncul karena harta benda,
kedudukan, pangkat, dan lain sebagainya.

Biasanya mawaddah muncul pada pasangan muda atau pasangan yang baru menikah, dimana
corak fisik masih sangat kuat. Alasan-alasan fisik masih sangat dominan pada pasangan yang
baru menikah. Kontak fisik juga sangat kuat mewarnai pasangan muda. Misalnya ketika seorang
lelaki ditanya, “Mengapa anda menikah dengan perempuan itu, bukan dengan yang lainnya?”
Jika jawabannya adalah, “Karena ia cantik, seksi, kulitnya bersih”, dan lain sebagainya yang
bercorak sebab fisik, itulah mawaddah.

Demikian pula ketika seorang perempuan ditanya, “Mengapa anda menikah dengan lelaki
itu, bukan dengan yang lainnya ?” Jika jawabannya adalah, “Karena ia tampan, macho, kaya”,
dan lain sebagainya yang bercorak sebab fisik, itulah yang disebut mawaddah.

Kata mawaddah juga sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia, menjadi mawadah (dengan
satu huruf d). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata mawadah bermakna kasih sayang.

D. PENGERTIAN KELUARGA WARROHMAH

Warrohmah memiliki kata dasar rohmah yang artinya kasih sayang. dan kata wa disini hanya
sebagai kata sambung yang maknanya. Didalam sebuah keluarga, kasih sayang adalah hal
penting yang harus ada dan selalu di jaga agar impian menjadi keluarga bahagia bisa tercapai.

Rahmah berasal dari bahasa Arab. yang berarti ampunan, anugerah, karunia, rahmat, belas
kasih, juga rejeki. Rahmah merupakan jenis cinta dan kasih sayang yang lembut, terpancar dari
kedalaman hati yang tulus, siap berkorban, siap melindungi yang dicintai, tanpa pamrih “sebab”.
Bisa dikatakan rahmah adalah perasaan cinta dan kasih sayang yang sudah berada di luar batas-
batas sebab yang bercorak fisik.
Biasanya rahmah muncul pada pasangan yang sudah lama berkeluarga, dimana tautan hati
dan perasaan sudah sangat kuat, saling membutuhkan, saling memberi, saling menerima, saling
memahami. Corak fisik sudah tidak dominan.

Misalnya seorang kakek yang berusia 80 tahun hidup rukun, tenang dan harmonis dengan
isterinya yang berusia 75 tahun. Ketika ditanya, “Mengapa kakek masih mencintai nenek pada
umur setua ini?” Tidak mungkin dijawab dengan, “Karena nenekmu cantik, seksi, genit”, dan
seterusnya, karena si nenek sudah ompong dan kulitnya berkeriput.

Demikian pula ketika nenek ditanya, “Mengapa nenek masih mencintai kakek pada umur
setua ini?” Tidak akan dijawab dengan, “Karena kakekmu cakep, jantan, macho, perkasa”, dan
lain sebagainya; karena si kakek sudah udzur dan sering sakit-sakitan. Rasa cinta dan kasih
sayang antara kakek dan nenek itu bahkan sudah berada di luar batas-batas sebab. Mereka tidak
bisa menjelaskan lagi “mengapa dan sebab apa” masih saling mencintai.

Kata rahmah diserap dalam bahasa Indonesia menjadi rahmat (dengan huruf t). Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata rahmah atau rahmat bermakna belas kasih; kerahiman;
karunia (Allah); dan berkah (Allah).

 Jika kita gabung arti sakinah mawaddah warrohmah berarti Keluarga yang selalu
diberikan kedamaian, ketentraman , selalu penuh dengan cinta dan kasih sayang. Pasti
semua keluarga ingin menjadi keluarga yang seperti itu kan? Kunci utama untuk
mendapatkan keluarga yang sakinah mawaddah warrohmah adalah meluruskan niat
kita berkeluarga karena ingin mendapat Ridho dari Allah. Banyak orang yang
berkeluarga dengan niat yang kurang lurus, sehingga keluarga yang di bina akan
mejadi keluarga yang kurang bahagia.
DAFTAR ISI

Aziz Mushoffa, Untaian Mutiara Buat Keluarga (Yogyakarta :Mitra Pustaka, 2001)

Abdul Syukur, Ensiklopedi Umum Untuk Pelajar (Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve, 2005)

Ali Qoimi, Singgasana Para Pengantin (Ciomas Bogor: Cahaya, 2002)

M. Fauzan Zenrif, El-Qisth: Jurnal Ilmiah Fakultas Syari’ah. Volume 1. (Malang: Fakultas
Syari’ah UIN, 2005)

Mahmud Muhammad Al-Jauhari., Muhammad Abdul Hakim Khayyal. Membangun Keluarga


Qur’ani :Panduan Untuk Wanita Muslimah (Jakarta :Amzah, 2005)

Marzuki Umar Sa’abah, Perilaku Seks Menyimpang dan Seksualitas Kontemporer Umat Islam
(Yogyakarta: UII Press, 2001)

Quraish Shihab. Membumikan Al-Qur’an (Bandung: Mizan, 2000)

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Anda mungkin juga menyukai