Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dalam
kehidupan. Keluarga menjadi tempat pertama seseorang memulai kehidupannya.
Keluarga membentuk suatu hubungan yang sangat erat antara ayah, ibu, maupun
anak. Hubungan tersebut terjadi dimana antar anggota keluarga saling
berinteraksi. Interaksi tersebut menjadikan suatu keakraban yang terjalin di dalam
keluarga, dalam keadaan yang normal maka lingkungan yang pertama yang
berhubungan dengan anak adalah orang tuanya, saudara-saudaranya serta
mungkin kerabat dekatnya yang tinggal serumah. Melalui lingkungan itulah anak
mulai mengenal dunia sekitarnya dan pola pergaulan hidup yang berlaku sehari-
hari; melalui lingkungan itulah anak mengalami proses sosialisasi awal.
Keluarga merupakan pusat pendidikan yang pertama dan terpenting. Sejak
timbulnya peradaban manusia sampai sekarang, keluarga selalu berpengaruh besar
terhadap perkembangan anak. Peranan orang tua bagi pendidikan anak adalah
memberikan dasar pendidikan, sikap, dan ketrampilan dasar seperti budi pekerti,
sopan santun, estetika, kasih sayang, rasa aman, dasar-dasar mematuhi peraturan
dan menanamkan kebiasaan-kebiasaan. Pentingnya peranan orang tua dalam
pendidikan anak telah disadari oleh banyak pihak.
Ekonomi dan agama juga mempengaruhi kehidupan keluarga dalam
pemenuhan kebutuhan hidup. Keluarga senantiasa berusaha memenuhi kebutuhan
ekonomi yang sesuai menurut ajaran agama termasuk dalam mencari sumber-
sumber nafkah dalam keluarga. Selain itu, keluarga dengan tingkat ekonomi yang
tinggi berpeluang besar untuk melakukan ibadah sebagai pemenuhan kebutuhan
akhirat yang merupakan ajaran agama.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah berdasarkan latar belakang diatas adalah sebagai
berikut.
1. Apa pengertian fungsi religius dalam ekonomi keluarga?
2. Bagaimana peran agama pada pemenuhan kebutuhan keluarga?

1
3. Bagaimana implementasi pemenuhan kebutuhan keluarga yang sesuai
dengan agama?
4. Bagaimana pengaruh agama terhadap ekonomi keluarga?
C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian fungsi religius dalam ekonomi keluarga.
2. Untuk mengetahui peran agama pada pemenuhan kebutuhan keluarga.
3. Untuk mengetahui implementasi pemenuhan kebutuhan keluarga yang
sesuai dengan ajaran agama.
4. Untuk mengetahui pengaruh agama terhadap ekonomi keluarga.
D. Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Menginformasikan kepada pembaca mengenai kehidupan ekonomi
keluarga yang sesuai dengan ajaran agama.
2. Menginformasikan kepada pembaca mengenai penerapan fungsi agama
dalam kehidupan ekonomi keluarga sehari-hari.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Fungsi Religius Dalam Ekonomi Keluarga
Ekonomi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku
manusia baik secara individu maupun kelompok masyarakat (dapat berbentuk
badan hukum maupun tidak serta dapat pula berbentuk penguasaan/ pemerintah)
dalam memenuhi kebutuhan hidup baik kebutuhan material maupun spiritual
(jasmani dan rohani) dimana kebutuhan tersebut cenderung mengarah menjadi
tidak terbatas, sedangkan sumber pemenuhan kebutuhan tersebut sangat terbatas.
Keluarga diartikan sebagai suatu masyarakat terkecil yang sekaligus
merupakan suatu kelompok kecil dalam masyarakat. Hubungan antara individu
dengan kelompok disebut primari group. Kelompok yang melahirkan individu
dengan berbagai macam bentuk kepribadiannya dalam masyarakat dan fungsi
keluarga tidak hanya sebatas sebagai penerus keturunan. Namun masih banyak hal
mengenai kepribadian yang dapat diruntut dari keluarga.Pengertian religius
Adapun religius dalam KBBI berarti bersifat keagamaan atau yang
bersangkut paut dengan religi/agama. Religius adalah suatu sikap dan perilaku
yang taat atau patuh dalam menjalankan ajaran agama yang dipeluknya, bersikap
toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta selalu menjalin kerukunan
hidup antar pemeluk agama lain.
Jadi, ekonomi keluarga dalam hal religi adalah ilmu yang mempelajari
tingkah laku manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup terutama dalam keluarga
yang sesuai dengan ajaran agama.
B. Fungsi Religius dan Ekonomi Dalam Keluarga
Agama dan ekonomi berperan penting dalam pelaksanaan kehidupan keluarga.
Peran agama dan ekonomi ini merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan
karena kesejahteraan keluarga dapat tercapai apabila kehidupan ekonomi
tercukupi sehingga peran agama berjalan dengan baik menuju kehidupan yang
bahagia dunia dan akhirat.

3
Adapun penjelasan fungsi agama dan ekonomi dalam keluarga secara umum
sebagai berikut.
1. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomis keluarga meliputi pencarian nafkah, perencanaannya
serta pembelanjaan dan pemanfaatannya. Pada dasarnya, suamilah sebagai
pemimpin rumah tangga yang mengemban tanggung jawab atas kesejahteraan
keluarga, termasuk pencarian nafkah keluarga. Akan tetapi ini tidak berarti
bahwa sang isteri tidak dibenarkan turut berupaya menggali sumber
penghasilan, namun dalam keadaan demikian, tanggung jawab pengadaan dan
pengayaan nafkah keluarga tetap sang suami. Memang dalam kenyataan, hasil
jerih payah suami itu tidak selalu dapat memenuhi kebutuhan keluarga maka
sang isteri, sebagai pasangan dari suami tidak tinggal diam. Berbagai upaya
dilakukannya untuk mencukupi kebutuhan itu. Seperti dikemukakan pada
masyarakat tradisional dulu, dianut suatu rumah tangga ekonomi tertutup,
artinya seluruh kebutuhan keluarga dipenuhi oleh keluarga itu sendiri, sehingga
seluruh anggota keluarga turut serta dalam produksi ekonomis dan merupakan
unit kerja artinya mereka semua terlibat dala pengadaan dan pengayaan belanja
keluarga. Dalam keadaan itupun tanggung jawab kehidupan ekonomis tetap
berada pada pundak suami. Sisa-sisa pola kehidupan seperti itu kita lihat pada
pola kehidupan petani atau perajin di desa.
Dengan berdiferensiasinya kehidupan keluarga, menjadi lebih jelas, suami
mencari nafkah, isteri yang mengelola dan memanfaatkannya. Dalam
masyarakat dewasa ini anak-anak perlu menempuh jenjang pendidikan yang
cukup panjang, anak-anak tidak dilibatkan langsung dalam pencarian nafkah
itu. Sekiranya upaya suami telah secara maksimal banting tulang mencari kerja
itu masih belum memenuhi kebutuhan keluarga, sanga isteri tidak jarang turut
turun tangan menggali sumber nafkah itu, yang hasil jerih payahnya dinikmati
bersama oleh seluruh keluarga. Akan tetapi, upaya isteri untuk membantu
ekonomi kiranya dapat dianggap sebagai jasa baik atau good will sang isteri.
Mereka yang keadaan ekonominya kuat mempunya lebih banyak
kemungkinan memenuhi kebutuhan material anak dibandingkan dengan yang
lemah. Akan tetapi keadaan tersebuh belum menjamin pelaksanaan fungsi

4
ekonomis keluarga sebagai mestinya. Sebab pelaksanaan fungsi keluarga yang
baik tidak tergantung dari banyaknya uang dan hadiah yang diberikan dan cara
memberikan dan kuantitatif penerimaan dan persepsi anak.
2. Fungsi religius
Keluarga mempunya fungsi religius. Artinya keluarga berkewajiban
memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga lainnya kepada
kehidupan beragama. Tujuannya bukan sekedar untuk mengetahui kaidah-
kaidah agama, melainkan untuk menjadi insane beragama, sebagai abdi yang
sadar akan kedudukannya sebagai makhluk yang diciptakan dan dilimpahi
nikmat tanpa henti sehingga menggugahnya untuk mengisi dan mengarahkan
hidupnya untuk mengabdi Allah, menuju ridho-Nya.
Adapun esensi pendidikan agama ialah suatu pendidikan yang bertopang
pada prinsip-prinsip keberagamaan dan tujuannya menuju kepada perealisasian
hidup yang sungguh yang semata-mata menuju ridho illahi. Untuk
melaksanakannya, dalam rangka kehidupan keluarga, orangtua sebagai tokoh-
tokoh inti dalam keluarga itu serta anggota lainnya, terlebih dulu harus
menciptakan iklim religius dalam keluarga itu, yang dapat dihayati seluruh
anggotanya dan mengundang mereka kearah pertemuan dengan kepercayaan
sebagai landasan dan cara hidup dalam lingkungannya sendiri.
Adapun usaha-usaha yang dapat dilaksanakan dalam rangka ini setidak-
tidaknya mencakup tiga aspek:
 Aspek fisik yang berupa penyediaan lingkungan fisik yang mengandung
nilai-nilai dan cirri-ciri keagamaan, seperti penyediaan fasilitas untuk
melaksanakan kegiatan-kegiatan keagamaan, gerak dan perilaku yang
mengandung nilai religius baik berupa ritual ibadah yang dapat dilihat
seperti shalat, berdo’a dan sebagainya, maupun perilaku yang jelas tampak
sejalan dengan kehidupan beragama.
 Aspek psikologi emosional yang dapat menggugah rasa keagamaan, seperti
kesungguhan dan kekhusyu’an dalam melaksanakan ibadah.
 Aspek sosial berupa hubungan sosial antara anggota keluarga, serta antara
keluarga dengan keluarga, seperti hubungan dengan lembaga-lembaga
keagamaan yang dilandasi ataupun diwarnai kehidupan keagamaan.

5
Pelaksanaan fungsi religius itu tidak akan berhasil dengan baik apabila
orangtua begitu saja mencelupkan anak ke dalam kebiasaan atau tradisi yang
tidak dijiwai. Pelaksanaan kehidupa beragama yang hanya didasarkan atas
kebiasaan tanpa dihayati dan dimaknai secara sungguh, hanyalah selaput
luar yang tipis yang mudah mengelupas bila sedikit saja menghadapi
tantangan. Jadi dengan perkataan lain, dalam pelaksanaan fungsi religius ini
anak hendaknya diundang, diarahkan, diajak serta diberi kesempatan untuk
berdialog Tuhan-Nya. Maksud berdialog dengan tuhan ini ialah bahwa anak
benar-benar meyakini dan menyadari bahwa dalam kegiatan
keberagamaannya bahkan dalam seluruh kehidupannya, ia tidak lepas dari
hubungan dan pengetahuan tuhan sehingga dalam kedukaan ia tak ragu
mengadu dan memohon petunjuk kepada-Nya, dalam kesukaan dan
kebahagiaan ia tidak lupa bersujud dan bersyukur kepada-Nya.
Agama memberikan pedoman, tuntunan dan menunjukkan jalan hidup dan
kehidupan ke arah kemaslahatan, terhindar dari kemelaratan. Adapun yang
dimaksud kemaslahatan adalah segala sesuatu yang menjadi hajat hidup,
dibutuhkan dan menjadi kepentingan yang berguna serta mendatangkan kebaikan
bagi kehidupan anggota keluarga.
Ekonomi berperan sebagai upaya dalam membebaskan manusia dari
cengkrama kemelaratan. Dengan ekonomi yang cukup atau bahkan tinggi,
keluarga akan dapat hidup sejahtera dan tenang, sehingga anggota keluarga yang
jiwanya tenang akan berpeluang secara baik untuk meraih kehidupan akherat yang
lebih baik pula. Hal tersebut ditandai adanya orang yang tenang dapat melakukan
ibadah dengan tenang dan dari hartanya pula seseorang melakukan amal jariyah,
dimana orang mengharapkan pahala dari Tuhan untuk kebahagiaannya di akhirat
kelak.
C. Implementasi Pengelolaan Ekonomi Keluarga
Prinsip ekonomi dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari terutama pada
kehidupan keluarga. Mengelola ekonomi keluarga bukanlah hal yang mudah
untuk dilakukan namun juga bukan hal yang sulit dan tidak terpecahkan.
Mengelola kehidupan ekonomi hanya diperlukan ketelitian dan fokus saja. Selain
itu, pengelolaan ini harus disesuaikan dengan ajaran agama agar bermanfaat

6
secara jasmani maupun rohani. Berikut beberapa hal dalam penerapan prinsip
ekonomi keluarga:
1. Pemanfaaatan waktu yang tepat, maksudnya menggunakan waktu yang
ada sebaik mungkin atau tidak menyia-nyiakan waktu yang ada. Dalam
kehidupan keluarga, setiap anggotanya harus bisa mengelola waktu sesuai
tugas dan peranannya. Sebuah keluarga juga harus bisa mengelola waktu
untuk mencari nafkah atau bekerja, untuk rekreasi dan waktu untuk
beribadah.
2. Hidup hemat berarti menyesuaikan penggunaan barang dan jasa sesuai
dengan kemampuan kebutuhan dan pendapatan. Hidup hemat dalam
keluarga bukan berarti miskin atau tidak bisa memenuhi kebutuhan
hidupnya. Hidup hemat berarti kita membatasi diri untuk tidak hidup
berlebihan, bergelimangan harta dan kebahagiaan dunia. Apalagi jika
dengan kelebihan harta yang dimiliki tersebut membuat manusia tidak mau
berbagi dengan manusia yang lainnya. Hampir semua ajaran agama tidak
memerintahkan untuk hidup berlebihan.
3. Cara kerja yang efektif, maksudnya kita bekerja sesuai dengan sasaran
atau yang ingin dicapai agar mendapatkan hasil yang baik.
4. Membuat skala prioritas kebutuhan. Artinya setiap keluarga harus
menentukan kebutuhan yang penting terlebih dahulu daripada kebutuhan
yang diinginkan. Caranya dengan menentukan kebutuhan primer,
sekunder, dan tersier dalam keluarga. Kebutuhan primer yaitu kebutuhan
pokok yang harus dipenuhi untuk kelangsungan hidupnya contohnya
makanan, minuman, pakaian dan tempat tinggal. Kebutuhan sekunder
adalah kebutuhan yang dipenuhi setelah kebutuhan pokok terpenuhi,
contohnya hiburan, olahraga, peralatan rumah tangga dan lain-lain.
Sedangkan kebutuhan tersier adalah kebutuhan yang hanya bisa dipenuhi
dengan mengonsumsi benda yang tergolong mewah atau luks contohnya
mobil, perhiasan, rumah mewah, berlian, dan sebagainya.
5. Membuat tujuan keuangan keluarga. Dalam melakukan perencanaan
keuangan keluarga tentu harus mengetahui dan menentukan tujuan spesifik
untuk dapat merencanakannya dengan baik. Tanpa mengetahui dan

7
merencanakan tujuan, maka hal tersebut menjadi sia-sia. Berikut adalah
tujuan dalam keuangan keluarga yang harus dipahami:
 Mencapai kebutuhan jangka pendek. Tujuanya keluarga harus
mampu mencapai kebutuhan yang berada dalam jangka pendek
atau keseharian rumah tangga seperti kebutuhan sandang, pangan,
papan, kesehatan, dan sebagainya. Kebutuhan jangka pendek wajib
dilakukan di keluarga karena untuk dapat hidup sejahtera, layak,
dan dapat produktif melakukan kegiatan kesehariannya.
 Mencapai kebutuhan jangka panjang. Tujuan jangka panjang
menjawab hal seperti dana pensiun, dana pendidikan anak di masa
depan, investasi dan sebagainya. Dengan kebutuhan jangka
panjang ini maka keluarga lebih bersiap diri, dan
mempertimbangkan penghasilannya agar tidak habis untuk masa
kini atau kebutuhan praktis saja.
 Mencapai kebermanfaatan keluarga terhadap umat yaitu kontribusi
keluarga terhadap umat untuk memberikan manfaat kepada
masyarakat sekitarnya atau orang-orang yang membutuhkan.
Untuk itu, mencapai kebermanfaatan keluarga harus dicapai oleh
keluarga yang sudah mandiri secara financial serta cukup untuk
memenuhi kebutuhan keluarganya.

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kehidupan keluarga tidak terlepas dari peranan agama serta ekonomi yang
mapan untuk keluarga sejahtera. Pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga
memberikan peluang besar untuk melaksanakan ajaran-ajaran agama yang sesuai
dengan tingkat ekonominya. Keluarga sejahtera berawal dari perencanaan yang
matang dalam hal ekonomi dan agama karena hal tersebut merupakan sesuatu
yang mendasar dalam menjalani kehidupan keluarga. Kebutuhan, keinginan, dan
pemuas keluarga harus terpenuhi agar anggota keluarga dapat bertahan hidup.
Setiap anggota keluarga mempunyai tugas dan peranan masing-masing. Ayah
berperan menafkahi anggota keluarganya, ibu berperan mengelola kehidupan
rumah tangga dan anak berperan untuk patuh, berbakti dan membantu orangtua
serta belajar yang baik untuk menghadapi masa yang akan datang.
Fungsi religius dalam ekonomi keluarga sebagai upaya membebaskan
keluarga dari cengkraman kemelaratan atau kemiskinan. Selain itu, religi berusaha
untuk memberikan petunjuk dalam hal memenuhi kebutuhan dunia dan akhirat.
Implementasi dari fungsi agama dan ekonomi ini adalah memanfaatkan waktu
yang baik, hidup hemat dan sederhana, bekerja efektif, mendahulukan prioritas
kebutuhan keluarga dan membuat tujuan keuangan keluarga.
B. Saran
Dalam pengelolaan ekonomi keluarga harus selalu di upayakan sesuai
dengan ajaran agama agar manfat yang di dapat tidak hanya untuk keperluan
duniawi tetapi juga untuk keperluan akhirat.

9
DAFTAR PUSTAKA

Soelaeman, M.I. 1994. Pendidikan Dalam Keluarga. Alfabeta. Bandung.

http://dalamislam.com/hukum-islam/ekonomi/tips-mengatur-keuangan-rumah-

tangga-menurut-islam

http://edu.anashir.com/2013/09/jenis-jenis-kebutuhan-dan-faktor-yang.html

http://www.perkuliahan.com/makalah-hubungan-ekonomi-keluarga-dengan-

pendidikan-agama-islam/

http://dosenekonomi.com/ilmu-ekonomi/ekonomi-mikro/fungsi-ekonomi-dalam-

keluarga/

10

Anda mungkin juga menyukai