Anda di halaman 1dari 45

PEMBINAAN KELUARGA SAKINAH

Pelatihan Calon Penghulu


Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan
dan Keagamaan,
Tahun 2021
Click here to download this powerpoint template : Green Floral Free Powerpoint Template
For more : Powerpoint Template Presentations

Page 2
Deskripsi Singkat

Materi ini membahas pengertian dan tujuan


keluarga sakinah, kriteria keluarga sakinah,
serta kiat membentuk keluarga sakinah.
Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta
dapat memahami pengertian dan tujuan
keluarga sakinah, kriteria keluarga sakinah,
serta kiat membentuk keluarga sakinah.
Pengertian Keluarga
Keluarga:
Pasangan yang terdiri minimal dari suami-istri
Terbentuk melalui perkawinan yang sah
Umat kecil yang memiliki pimpinan dan anggota
Mempunyai pembagian tugas
Hak dan kewajiban
Unit terkecil dari masyarakat dan bangsa
CIRI – CIRI KELUARGA

1. Adanya hubungan 2. Hubungan pria –


3. Adanya pengakuan 4. Adanya kehidupan 5. Adanya kehidupan
dua jenis kelamin wanita yang disyahkan
terhadap keturunan ekonomi berumahtangga
yang berbeda melalui perkawinan

6. Mempunyai afiliasi 8. Mempunyai ikatan 10. Mempunyai system


7. Sebagai lembaga 9. Merupakan
tempat tinggal emosi yang kuat di tata nama
nonprofit kelembagaan agama
Bersama antara anggota (nomenciatur)

11. Adanya pengakuan


12. Adanya pengakuan
dari masyarakat
dari negara
sekitar
KEBUTUHAN MANUSIA SEBAGAI MOTIF PEMBENTUKAN
KELUARGA

Psikologi Sosiologi Ekonomi


Biologis Agamis
s s s
Pemenuhan Menghalalkan
berbagai hubungan laki –
Seks Kasih sayang Kebersamaan
kebutuhan laki dan
ekonomi perempuan

Keturunan Rasa Aman Berbagi Ibadah

Perawatan
Sakinah:

“Sakana-Yaskunu,” berarti ketenangan atau


kedamaian.

Al-Raghib al-Ashfahaniy: “Zawal al-Ru’bi”


(hilangnya kecemasan dan rasa takut).

Ulama Tafsir: “suasana damai, saling mengasihi, dan


saling menyayangi yang melingkupi rumah tangga
pasangan suami-istri.”
Konsep rumahtangga samara dikenalkan oleh Allah SWT kepada kita lewat Firman-Nya ;
“Dan di antara tanda-tanda kebesaran-Nya ialah ia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar
kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih (mawaddah) dan sayang
(rahmah). Sungguh pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kamu yang berfikir.”
(QS Ar Rum : 30: 21).

 As-Sakinah
Perasaan nyaman, cenderung, tentram atau tenang kepada yang
dicintai di mana suami isteri yang menjalankan perintah Allah Ta’ala
dengan tekun, saling menghormati dan saling toleransi

 Al-Mawaddah (Kasih Sayang)


Perasaan cinta dan kasih sayang. Dimana perasaan mawaddah antara
suami isteri ini akan melahirkan keindahan, keikhlasan dan saling
hormat menghormati yang akan melahirkan kebahagiaan dalam
rumahtangga

 Ar-Rahmah (Belas Kasihan)


Perasaan belas kasihan, toleransi, lemah-lembut yang diikuti oleh
ketinggian budi pekerti dan akhlak yang mulia. Dengan rasa kasih
sayang dan perasaan belas kasihan ini, sebuah keluarga ataupun
perkawinan akan bahagia.
PENGERTIAN SAKINAH
• Dalam al-Qur’an, kata sakinah ditemukan sebanyak enam kali, yaitu QS al-
Baqarah/2:248; QS al-Taubah/9:26, 40; QS al-Fath/48:4, 18 dan 26.
• Sakinah atau kedamaian itu didatangkan Allah ke dalam hati para Nabi dan
orang-orang yang beriman agar tabah dan tidak gentar menghadapi
rintangan apa pun. Berdasarkan arti kata sakinah pada ayat-ayat tersebut,
maka sakinah dalam keluarga dapat dipahami sebagai keadaan yang
tetap tenang, meskipun menghadapi banyak rintangan dan ujian
kehidupan.
• Menurut Ibn Abbas, semua kata sakinah dalam al-Qur’an mempunyai
makna tenteram, damai, tenang (tuma’ninah), kecuali pada surat al-Baqarah
terdapat perbedaan pendapat.
• Ulama tafsir menyatakan, sakinah adalah “suasana damai yang melingkupi
rumah tangga pasangan suami-istri, sehingga lahirlah rasa saling mengasihi
dan menyayangi di antara mereka.”
• Keluarga Sakinah ialah “keluarga yang dibina atas perkawinan
yang sah, mampu memenuhi hajat hidup spiritual dan material
secara layak dan seimbang, diliputi suasana kasih sayang antar
anggota keluarga dan lingkungannya dengan selaras, serasi, serta
mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam nilai-nilai
keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia”.
FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK KELUARGA SAKINAH

 Landasan Iman dan Taqwa


 Sekufu (seimbang)
Aspek : Agama Faktor utama
Pendidikan
Ekonomi
Budaya
 Cinta kasih (Mawaddah – Rahmah)
 Komitmen terhadap tujuan perkawinan
 Komunikasi efektif
HAMBA dan KHOLIFAH FIL ARDL

ALLAH ALLAH ALLAH

I
HA TA IM
M
MB UH A
AN
A ID N

KH
KH M KE
I
oL AS BA
LA
i LA J I
FA
FA HA KA
H
H T N

MANUSIA- MANUSIA-
BUMI
ALAM ALAM
SUNGAI KEHIDUPAN

َ ‫يه ْم َو َت ْش َه ُد أَرْ ُجلُ ُه ْم ِب َما َكا ُنوا َي ْك ِسب‬


‫ُون‬ ِ ‫ْال َي ْو َم َن ْخ ِت ُم َعلَى أَ ْف َوا ِه ِه ْم َو ُت َكلِّ ُم َنا أَ ْي ِد‬
“Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan
memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.(QS. Yasin: 65)
Memantaskan dırı dengan status melekat sebagai hamba Allah dan amanah melekat sebagai
Khalifah Fil Ardl yang bertugas mewujudkan kemaslahatan,
Keluarga sakınah hakıkı dı akherat yang perlu diproses selaras dengan status dan amanah
melekat selama di dunia
Perkawınan tıdak melunturkan status melekat lakı-lakı dan perempuan sebagaı hanya hamba
allah dan amanah melekat sbg khalıfah dıl ardl, bahkan justru jadi bagian dr pembuktian
ketaqwaan (al-Hujurat/49:13 dan at-Taubah/9:71)
Lanjutan

 Dımensı ılahı dan manusıawı perkawınan (Khutbah Haji Wada):

َ ‫َفا َّتقُواهَّللا َ ِفي ال ِّن َسا ِء َفإِ َّن ُك ْم أَ َخ ْذ ُتمُوهُنَّ ِبأ َ َمان ِة هَّللا ِ َواسْ َتحْ َل ْل ُت ْم فُر‬
َّ‫ُوجهُن‬
... ِ ‫ِب َكلِ َم ِةهَّللا‬
Bertaqwalah kalian semua kepada Allah dalam memperlakukan para istri.
Sesungguhnya kalian telah meminang mereka dengan amanah dari Allah dan
menghalalkan farji mereka dengan kalimat Allah.” (HR. Muslim).
KAFA’AH

Standar kemuliaan manusia dan standar kafaah pasangan suami istri adalah sama:
agama (taqwa), tauhid dan kemaslahatan

Standar kafaah:
Tujuan perkawinan adalah ketentraman batin (sakinah) yang diperoleh melalui
pergaulan suami-istri yang didasarkan pada mawaddah (cinta-kasih yang memberi
manfaat pada pihak yang mencintai) dan rahmah (cinta kasih yang memberi manfaat
pada pihak yang dicintai) (qs. Ar-rum/30:21).
Jadi ketentraman batin dalam keluarga mensyaratkan suami dan istri juga orangtua dan
anak kelak sama-sama memiliki dan memelihara cinta-kasih membuat diri sendiri
bahagia sekaligus membahagiakan lainnya.
Faktor-faktor yg mendukung Faktor-faktor yg menghambat
terbentuknya “Keluarga Sakinah” terbentuknya “Keluarga Sakinah”

1. Aqidah yang benar/Ketaatan beragama 1. Aqidah yg keliru / sesat /jauh dari ajaran agama

2. Rezeki yang ‘dekat ‘ dan halal 2. Rezeki yang tidak dekat dan tidak halal

3. Sikap sederhana 3. Konsumerisme (berlebihan)

4. Cerdas dan berpengetahuan 4. Kebodohan

5. Akhlak yang terpuji 5. Akhlak yg rendah / tdk terpuji

6. Anak yang sholeh/Sholehah 6. Anak yang tidak sholeh/sholihah

7. Lingkungan sosial yang sehat 7. Lingkungan sosial yang tidak sehat


BAGAIMANA MENYIAPKAN KELUARGA SAKINAH
KELUARGA SAKINAH MEMBANGUN RELASI
SINERGIS:
• MARITAL: relasi antara suami dan istri
• PARENTAL: relasi antara orangtua dan
anak
• SOSIAL: antara keluarga dan keluarga
besar, keluarga dan masyarakat,
keluarga dengan negara, dan keluarga
dengan masyarakat dunia
• ENVIRONMENTAL: antara keluarga
dan lingkungan hidup (alam)
EMPAT PILAR PERKAWINAN

 Suami dan isteri sama-sama meyakini bahwa dalam perkawinan keduanya adalah
berpasangan (zawaj). Pergaulan dalam perkawinan disebut sebagai zawaj
(berpasangan). Suami-istri itu laksana sepasang sayap yang bisa membuat seekor
burung terbang tinggi untuk hidup dan mencari kehidupan. Keduanya penting, saling
melengkapi, saling menopang, dan saling kerjasama. Dalam ungkapan al-qur’an, suami
adalah pakaian bagi istri dan istri adalah pakaian bagi suami (qs. Al-baqarah/ 2:187),
 Suami dan istri sama-sama memegang teguh perkawinan sebagai janji yang kokoh
(mitsaqan ghalizhan). Suami-istri sama-sama menghayati perkawinan sebagai ikatan
yang kokoh (qs. An-nisa/ 4:21) agar bisa menyangga seluruh sendi-sendi kehidupan
rumah tangga. Keduanya diwajibkan menjaga ikatan ini dengan segala upaya yang
dimiliki. Tidak bisa yang satu menjaga dengan erat, sementara yang lainnya
melemahkannya,
 Suami dan istri saling memperlakukan pasangannya secara bermartabat
(mu’asyaroh bil-ma’ruf). Ikatan perkawinan harus dipelihara dengan cara
saling memperlakukan pasangannya secara bermartabat (qs. An-nisa/ 4: 19).
Seorang suami harus selalu berpikir, berupaya, dan melakukan segala yang
terbaik untuk istri. Begitupun istri pada suami. Kata mu’syaroh bil ma’ruf’
adalah bentuk kata kesalingan sehingga perilaku yang bermartabat harus
bersifat timbal balik, yakni suami kepada istri dan istri kepada suami.
 Suami dan istri bersama-sama menyelesaikan masalah keluarga melalui
musyawarah. Pengelolaan rumah tangga terutama jika menghadapi
persoalan harus diselesaikan bersama (qs. Al-baqarah/ 2:23). Musyawarah
adalah cara yang sehat untuk berkomunikasi, meminta masukan,
menghormati pandangan pasangan, dan mengambil keputusan yang terbaik
karena keduanya bisa saling ridlo satu sama lain.
Pilar Ketahanan Perkawinan dan Keluarga

Commitmen
t

Intimacy Passion
KELUARGA SAKINAH
CIRI-CIRI KELUARGA SAKINAH

Ciri keluarga sakinah mencakup hal-hal sebagai berikut:


1. Berdiri di atas fondasi keimanan yang kokoh,
2. Menunaikan misi ibadah dalam kehidupan,
3. Menaati ajaran agama,
4. Saling mencintai dan menyayangi,
5. Saling menjaga dan menguatkan dalam kebaikan,
6. Saling memberikan yang terbaik untuk pasangan,
7. Musyawarah menyelesaikan permasalahan,
8. Membagi peran secara berkeadilan,
9. Kompak mendidik anak-anak,
10. Berkontribusi untuk kebaikan masyarakat, bangsa, dan negara.
Muhammadiyah merumuskan lima ciri keluarga
sakinah

1. Power and intimacy (kekuatan dan keintiman).


2. Honesty and freedom of expression (kejujuran dan
kebebasan berpendapat).
3. Warmth, joy and humor (kehangatan, kegembiraan, dan
humor).
4. Organization and negotiating (Keterampilan organisasi dan
negosiasi.
5. Value system (sistem nilai) yang menjadi pegangan bersama.
Nahdlatul Ulama menggunakan istilah keluarga
maslahah (mashalih al-usrah)

Keluarga maslahah memiliki ciri-ciri sebagai berikut:


1. Suami dan istri yang saleh/salehah, yang dapat mendatangkan
manfaat dan faedah bagi dirinya, anak-anaknya, dan lingkungannya.
2. Anak-anaknya baik (abrar), dalam arti berkualitas, berakhlak
mulia, sehat ruhani dan jasmani, produktif dan kreatif.
3. Pergaulannya baik, yakni pergaulan anggota keluarga itu terarah,
mengenal lingkungan yang baik, dan bertetangga dengan baik tanpa
mengorbankan prinsip dan pendirian hidupnya.
4. Berkecukupan rezeki (sandang, pangan, dan papan).
FUNGSI-FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi keagamaan. Keluarga menjadi tempat untuk menanamkan nilai-
nilai agama paling awal, karena agama merupakan kebutuhan dasar bagi setiap
manusia.
2. Fungsi sosial budaya. Keluarga sebagai tempat untuk melakukan
sosialisasi
1.Fungsi keagamaan. nilai-nilai
Keluarga sosialtempat
menjadi dan budaya.
untuk menanamkan nilai-nilai agama paling awal, karena agama merupakan
kebutuhan3.dasar
Fungsi cinta
bagi setiap kasih. Cinta dan kasing sayang antara suami istri merupakan
manusia.
2.Fungsi sosialperekat
budaya. Keluarga
yang sebagai keharmonisan
memperkuat tempat untuk melakukan
keluarga. sosialisasi nilai-nilai sosial dan budaya.
3.Fungsi cinta kasih. Cinta dan kasing sayang antara suami istri merupakan perekat yang memperkuat keharmonisan keluarga.
4. Fungsi perlindungan. Keluarga mempunyai fungsi sebagai tempat
4.Fungsi perlindungan. Keluarga mempunyai fungsi sebagai tempat berlindung bagi anggota keluarga.
berlindung
5.Fungsi reproduksi. Salahbagi
satuanggota keluarga.
tujuan dari perkawinan adalah memperoleh keturunan yang berkualitas sebagai pengembangan
5. Fungsi
dari tuntunan reproduksi. Salah satu tujuan dari perkawinan adalah memperoleh
fitrah manusia.
keturunan yang berkualitas sebagai pengembangan dari tuntunan fitrah manusia.
Lanjutan
6. Fungsi pendidikan. Setiap manusia mempunyai sistem sosial
terkecil, yaitu keluarga.
7. Fungsi ekonomi. Keluarga harus mampu memenuhi
kebutuhan material seluruh anggota keluarganya.
8. Fungsi lingkungan. Yang dimaksud dengan lingkungan di sini
adalah terkait kebersihan dan kesehatan lingkungan di sekitar
keluarga.
Tantangan dalam Siklus Kehidupan
Perkawinan dan Keluarga.
1. Masa awal perkawinan, yaitu tahapan dimana
masing-masing pasangan berada dalam proses
penyesuaian memantapkan landasan kehidupan
perkawinan yang nyaman, serta persiapan
menghadapi kehamilan dan kelahiran anak.
2. Masa kelahiran anak-anak, penyesuaian dengan
kehadiran anak dan peran baru sebagai ayah dan ibu,
serta penyesuaian tempat tinggal bagi keluarga baru.
3. Masa membesarkan dan mendidik anak-anak di usia
dini yang memerlukan peran orang tua yang
memahami kebutuhan perkembangan, pengasuhan
dan pendidikan anak-anak dalam masa awal
kehidupannya.
4. Masa dimana anak memasuki usia sekolah dan pendidikan
dasar bagi anak dengan tugas orang tua mempersiapkan
anak untuk masuk ke kehidupan di masyarakat, serta
memberikan dorongan bagi kesuksesan pendidikan anak.
5. Masa dalam kehidupan perkawinan dimana anak memasuki
usia pubertas yang penuh gejolak, dengan tugas orang tua
menyeimbangkan antara keinginan anak untuk
mengekspressikan diri dan kebutuhannnya dengan
tanggung jawab anak untuk mengikuti aturan dan kaidah
moral.
6. Masa anak memasuki usia perkawinan sendiri dan orang tua
bersiap dengan peran baru menjadi kakek dan nenek.
7. Masa memasuki hari tua, pensiun, dan mempersiapkan diri
menuju akhir kehidupan, menjalani kehidupan yang tetap
berarti dan member manfaat bagi lingkungan, atau diliputi
kekosongan dan kehampaan.
TUJUAN KELUARGA SAKINAH

• Menurunkan angka perselisihan perkawinan dan perceraian.


• Membina calon pengantin agar memiliki pengetahuan dan kesiapan
secara fisik serta mental dalam memasuki jenjang perkawinan.
• Membina remaja usia nikah agar tidak terjerumus kepada pergaulan
bebas, dekadensi moral, penyalahgunaan narkoba, perjudian,
tawuran dan tindak kriminalitas lainnya.
• Membina pangan halal bagi masyarakat agar terhindar dari
mengkonsumsi barang haram.
Lanjutan
• Meningkatkan pembinaan tentang reproduksi sehat dan gizi masyarakat
melalui pembinaan calon pengantin, ibu hamil dan menyusui, bayi, balita serta
anak usia sekolah dengan pendekatan agama.
• Meningkatkan kesehatan keluarga, masyarakat dan lingkungan melalui
pendekatan agama serta gerakan jum’at bersih.
• Meningkatkan upaya penanggulangan penyakit menular seksual dan HIV/AIDS
melalui pendekatan moral keagamaan.
• Meningkatkan sikap hidup dan perilaku masyarakat tentang cara pandang
terhadap pria dan wanita agar memiliki kesetaraan yang serasi, seimbang, dan
berkesinambungan.
TINGKATAN DAN KRITERIA KELUARGA SAKINAH

• Keluarga sakinah I, yaitu keluarga yang dibangun di atas pernikahan


yang sah, dan telah dapat memenuhi kebutuhan spiritual dan material
secara minimal, tetapi masih belum dapat memenuhi kebutuhan sosial
psikologisnya, seperti kebutuhan pendidikan, bimbingan keagamaan dan
keluarganya, mengikuti interaksi sosial keagamaan dengan
lingkungannya.
• Keluarga sakinah II, yaitu keluarga yang dibangun atas pernikahan yang
sah dan selain telah dapat memenuhi kebutuhan kehidupannya juga telah
mampu memahami pentingnya pelaksanaan ajaran agama serta
bimbingan keagamaan dalam keluarga. Keluarga ini juga mampu
mengadakan interaksi sosial keagamaan dengan lingkungannya, tetapi
belum mampu menghayati serta mengembangkan nilai-nilai keimanan,
ketakwaan, dan akhlakul karimah, infak, zakat, amal jariyah, menabung,
dan sebagainya.
Lanjutan
• Keluarga sakinah III, yaitu keluarga yang dapat memenuhi seluruh kebutuhan
keimanan, ketakwaan, akhlakul karimah, sosial psikologis, dan pengembangan
keluarganya, tetapi belum mampu menjadi suri teladan bagi lingkungannya.
• Keluarga sakinah III plus, yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh
kebutuhan keimanan, ketakwaan, dan akhlakul karimah secara sempurna, kebutuhan
sosial psikologis, dan pengembangannya serta dapat menjadi suri teladan bagi
lingkungannya.
Kiat Membentuk Keluarga Sakinah
Bimbingan Perkawinan (Bimwin) Bagi Calon Pengantin
 Dadang Hawari, Psikiater, menyatakan, manusia melangsungkan
pernikahan dilandasi dua aspek. Pertama, aspek biologis agar
manusia berketurunan. Kedua, aspek afeksional agar manusia
merasa tenang dan tenteram berdasarkan kasih sayang (security
feeling).
 Ditinjau dari segi kesehatan jiwa, pasangan suami-istri tidak akan
memperoleh kebahagiaan, manakala pernikahannya itu hanya
berdasarkan pemenuhan kebutuhan biologis dan materi semata tanpa
terpenuhinya kebutuhan afeksional (kasih sayang). Faktor afeksional
inilah yang menjadi pilar utama bagi stabilitas rumah tangga.
Lanjutan

• Kesiapan pasangan calon pengantin untuk membangun


rumah tangga sakinah, mawaddah dan rahmah.
• Tingkat kesiapan pasangan menjadi faktor utama yang akan
menentukan sebuah rumah tangga sukses menggapai tujuan
mulianya, atau mengarah ke gerbang kehancuran.
• Kesiapan lahir batin pasangan suami istri dalam berumah
tangga akan lebih berpeluang menyelamatkan keluarga,
meminimalisasi kehancuran, serta mewujudkan kemaslahatan
bagi anggota keluarga lainnya.
Lanjutan
• Pelaksanaan bimbingan perkawinan bagi calon pengantin sudah
dilaksanakan di KUA-KUA, dengan jumlah peserta 24 hingga 30 orang (10-15
pasang calon pengantin).
• Alokasi waktu, dilaksanakan dua hari selama 16 jam. Narasumbernya:
fasilitator bimwin, kankemenag kota/kabupaten, BP-4, dan Puskesmas.
• Kementerian Agama secara khusus menguatkan perkawinan melalui bimbingan
perkawinan pranikah.
• Penguatan persiapan perkawinan tidak hanya diorientasikan pada
penguatan pengetahuan saja, namun juga pada kemampuan pasangan nikah
dalam mengelola konflik dan menghadapi tantangan kehidupan global yang
semakin berat.
Kiat Membentuk Keluarga Sakinah
Peningkatan Konseling Keluarga
• Keberadaan lembaga konseling keluarga sangat dibutuhkan, karena proses
mediasi yang dilakukan di Pengadilan Agama terhadap pasangan suami-istri
yang sedang mengalami krisis rumah tangga, umumnya berujung pada
perceraian, dan yang berhasil disatukan kembali jumlahnya lebih sedikit.
• Fakta tersebut semakin memberi kesan kuat dari masyarakat yang
mengidentikkan Pengadilan Agama sebagai lembaga pengesah perceraian,
padahal secara institutif di dalam lembaga ini ada “peran” strategis untuk
mengembalikan keutuhan rumah tangga menuju keluarga sakinah,
mawaddah warahmah.
• Pengadilan Agama harus memaksimalkan peran mediasi sebagai proses
memberi solusi mendamaikan pasangan suami-istri.
Lanjutan
• Peran BP-4 sebagai lembaga konseling perkawinan independen,
telah banyak memberikan kontribusi dalam menyelamatkan
keutuhan keluarga.
• Dibutuhkan dukungan maksimal dari pemerintah dan masyarakat
untuk menguatkan BP-4, agar menjadi lembaga konseling keluarga,
tempat yang nyaman dalam penyelesaian masalah-masalah
perkawinan dan keluarga.
• BP-4 telah diberikan mandat melalui Peraturan Dirjen Bimas Islam
Kementerian Agama RI No. DJ.II/542 Tahun 2013 sebagai lembaga
konseling perkawinan, yang bertugas melaksanakan pendidikan
pranikah bagi calon pengantin, dan memberikan penasihatan kepada
suami istri yang sedang mengalami krisis rumah tangga untuk
dicarikan solusinya, sehingga dapat tercegah terjadinya perceraian.
Angka perceraian tinggi hampir
mencapai 10% dibanding jumlah
pasangan yang menikah pada
tahun tersebut (perceraian yang
resmi di PA, angka tidak resmi
melebihi figure tersebut).

Perceraian banyak terjadi


pada pasangan muda
dengan usia pernikahan ≤
10 tahun.
kesiapan dan
kematangan dlm
mengelola dan
Fenomena memelihara Ketahanan
Perceraian Faktor penyebab peceraian : kehidupan Keluarga
terutama hambatan perkawinan dan
penyesuaian diri sehingga rumah tangga
konflik berkepanjangan,
masalah ekonomi, KDRT, dsb.

Dampak perceraian pada


anak, khususnya anak usia
dini – terkait hak anak untuk
tumbuh kembang secara
optimal menjadi manusia
seutuhnya
Simpulan
• Keluarga sakinah adalah gambaran ideal keluarga
bahagia dan sejahtera
• Terbentuk dari perkawinan yang sah
• Terpenuhi kebutuhan spiritual dan material
• Menerapkan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan
dalam Keluarga
• Terjalin kasih sayang di antara anggota keluarga
• Menjadi teladan bagi keluarga dan masyarakat.
WASSALAMU’ALAIKUM WR WB.
PESERTA PELATIHAN FASILITATOR KELUARGA
SAKINAH
DI PUSDIKLAT TENAGA TEKNIS PENDIDIKAN DAN
KEAGAMAAN KEMENAG RI
DALAM MATERI KONSEP KELUARGA SAKINAH
Dasar Hukum
• QS al-Nur:32; QS al-Rum/30: 21;
• Hadis Rasulullah saw;
• Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan;
• KMA Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pembinaan Gerakan
Keluarga Sakinah;
• Keputusan Dirjen Pembangunan Daerah Dep. Dalam Negeri
Nomor 400/564/III/Bangda/1999 tentang Pembinaan Gerakan
Keluarga Sakinah;
• Surat Keputusan Dirjen Bimas Islam Dan Urusan Haji, Nomor:
D/71/1999 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Gerakan
Keluarga Sakinah.
Lanjutan
• Berdasarkan Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan,
“perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama dan
kepercayaannya.”
• Pasal 2 ayat 2 menegaskan, tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundangan
yang berlaku. Karena itu, setiap perkawinan bagi masyarakat muslim harus tercatat di
Kantor Urusan Agama (KUA).
• Karena keluarga hidup dalam suatu negara, maka pernikahan juga harus sah secara hukum
sebagaimana ditetapkan oleh negara.
• Keabsahan pernikahan dalam hukum positif negara, akan berkaitan dengan hak dan
kewajiban seluruh anggota keluarga di hampir semua aspek kehidupan.
• Pernikahan yang hanya sah secara hukum agama, namun tidak sah menurut hukum
negara, maka kewajiban masing-masing pihak tidak dapat dikontrol dan dilayani oleh
negara.
• Pernikahan yang sah menurut syariat Islam dan hukum positif negara merupakan awal dari
pembentukan keluarga sakinah (harmonis) sepanjang suami-istri terus menjalankan hak
dan kewajiban masing-masing.

Anda mungkin juga menyukai