Anda di halaman 1dari 18

2

Pendahuluan
• Penghulu sebagai pejabat terdepan dan ujung tombak Kementerian
Agama dalam melaksanakan tugas pelayanan, pengawasan dan
pembinaan pelaksanaan pernikahan/perkawinan.
• Penghulu yang memeriksa dan meneliti berkas permohonan
kehendak nikah, apakah permohonan sudah memenuhi ketentuan
dan persyaratan nikah atau belum, baik ketentuan hukum
munakahat, maupun ketentuan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974
tentang Perkawinan serta peraturan pelaksanaannya.
• Ditengah-tengah masyarakat masih terjadi pemalsuan kutipan akta
nikah, pernikahan/perkawinan dibawah tangan, poligami tanpa izin
Peradilan Agama (PA).
3
Pendahuluan
• Kasus- kasus ini harus segera diselesaikan secara profesional, oleh
sebab itu Penghulu dituntut memiliki tingkat keilmuan, pengetahuan,
wawasan dan kemampuan bidang agama Islam yang memadai
disamping menguasai pengetahuan praktis lain yang berkaitan
dengan operasional tugas dan fungsinya sehari-hari.
• Untuk itu Penghulu seharusnya mampu melakukan koordinasi
dengan berbagai pihak, agar terwujud efisiensi, efektifitas dan
produktivitas kerja sehingga peristiwa nikah yang dipimpinnya
merupakan pintu gerbang untuk memulai dan membentuk
kehidupan baru yang Sakinah Mawaddah dan Rahmah.

4
Koordinasi
• Secara bahasa Koordinasi berasal dari “ko” dan “ordinate”.
• “Ko” berarti bersama dan ordinate berarti garis hubungan antara
titik dengan titik yang lain.
• Koordinasi adalah garis yang menghubungkan, menyelaraskan atau
menyerasikan antar suatu titik dengan titik lain yang sederjat secara
bersama-sama.
• Menurut Ensiklopedi Administrasi, koordinasi adalah suatu usaha
kerjasama antara badan/instansi/unit dalam pelaksanaan tugas
tertentu sedemikian rupa sehingga terdapat saling pengertian, saling
mengisi, saling membantu dan saling melengkapi.
5
Tipe-Tipe Koordinasi
a. Koordinasi vertikal adalah kegiatan-kegiatan penyatuan,
pengarahan yang dilakukan oleh atasan terhadap kegiatan unit-
unit, kesatuan-kesatuan kerja yang ada di bawah wewenang dan
tanggungjawabnya.
b. Koordinasi horisontal adalah mengkoordinasikan tindakan-tindakan
atau kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan
terhadap kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan
terhadap kegiatan-kegiatan dalam tingkat organisasi (aparat) yang
setingkat.
6
Sifat-Sifat Koordinasi
 Koordinasi adalah dinamis bukan statis.

 Koordinasi menekankan pandangan menyeluruh oleh seorang


koordinator (manajer) dalam rangka mencapai sasaran.

 Koordinasi hanya meninjau suatu pekerjaan secara keseluruhan.

7
Ciri-Ciri Koordinasi
 Tanggungjawab koordinasi terletak pada pimpinan.

 Adanya proses (continues process).

 Pengaturan secara teratur usaha kelompok.

 Konsep kesatuan tindakan.

 Tujuan koordinasi adalah tujuan bersama.


8
Syarat-Syarat Koordinasi
1. Sense of cooperation (perasaan untuk bekerjasama), ini harus
dilihat dari sudut bagian per bagian bidang pekerjaan, bukan orang
per orang.
2. Rivalry, berlomba-lomba untuk mencapai kemajuan.
3. Team spirit, artinya satu sama lain pada setiap bagian harus saling
menghargai.
4. Esprit de corps, artinya bagian-bagian yang diikutsertakan atau
dihargai, umumnya akan menambah kegiatan yang bersemangat.

9
Masalah dalam Koordinasi
 Perbedaan dalam orientasi terhadap tujuan tertentu.

 Perbedaan dalam orientasi waktu.

 Perbedaan dalam orientasi antar-pribadi.

 Perbedaan dalam formalitas struktur.

10
Lintas Sektoral
 Lintas Sektoral berasal dari kata lintas dan sektoral. Lintas berarti
”lewat atau antar”. Sedangkan sektoral berasal dari sektor berarti ”
segi, parsial, seksi, kawasan atau bidang”.
 Lintas sektoral bermakna antar seksi, atau antar bidang.
 Koordinasi lintas sektoral berarti aktifitas yang menghubungkan,
menyelaraskan dan menyerasikan garis kerjasama antar suatu
badan, lembaga atau orang dengan suatu seksi, bidang atau orang
lain baik secara internal maupun eksternal.

11
Kepenghuluan
• Penghulu adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagai Pegawai Pencatat
Nikah yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara
penuh oleh Menteri Agama atau Pejabat yang ditunjuk sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk melakukan
pengawasan nikah/ rujuk menurut agama Islam dan kegiatan
kepenghuluan.
• Dasar Hukum pengangkatan Penghulu sebagai jabatan
fungsional dalam lingkungan Kementerian Agama adalah
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
PER/62/M.PAN/6/2005.
12
Tugas Penghulu
• Dalam Permenpan Nomor 62 tahun 2005 Bab II Pasal 4 dituliskan bahwa
tugas pokok Penghulu adalah melakukan:
• perencanaan kegiatan kepenghuluan,
• pengawasan pencatatan nikah/rujuk,
• pelaksanaan pelayanan nikah/rujuk,
• penasihatan dan konsultasi nikah/rujuk,
• pemantauan pelanggaran ketentuan nikah/rujuk,
• pelayanan fatwa hukum munakahat dan bimbingan muamalah,
• pembinaan keluarga sakinah, serta
• pemantauan dan evaluasi kegiatan kepenghuluan dan pengembangan
kepenghuluan.
13
Jenis Tugas Penghulu
1. Tugas teknis (subtansi) kepenghuluan
• a. Pelayanan dan konsultasi nikah
• b. Pengembangan kepenghuluan
• c. Pengembangan profesi kepenghuluan
• d. Penunjang tugas penghulu

• 2. Tugas manajerial kepenghuluan


• a. Perencanaan kepenghuluan
• b. Pelaksanaan kepenghuluan
• c. Pengkoordinasian kepenghuluan
• d. Pengawasan kepenghuluan
14
Koordinasi Lintas Sektoral Kepenghuluan
• Koordinasi lintas sektoral kepenghuluan adalah suatu usaha yang sinkron
dan teratur antar dinas/Instansi terkait yang dilakukan oleh Penghulu
dalam melaksanakan tugas:
• perencanaan kegiatan kepenghuluan,
• pengawasan pencatatan nikah/rujuk,
• pelaksanaan pelayanan nikah/rujuk,
• penasihatan dan konsultasi nikah/rujuk,
• pemantauan pelanggaran ketentuan nikah/rujuk,
• pelayanan konsultasi hukum munakahat dan bimbingan muamalah,
• pembinaan keluarga sakinah.
15
Koordinasi Secara Internal
1. Penghulu diharapkan mampu melakukan kerjasama dengan sesama
penghulu;
2. Penghulu diharapkan mampu melakukan koordinasi dengan Kepala
Kantor Urusan Agama Kecamatan sebagai atasan langsung, untuk
melaksanakan tugas-dan fungsi KUA Kecamatan;
3. Penghulu berkoordinasi dengan Kepala Seksi Bimbingan Masyarakat
Islam pada Kemenag Kabupaten dan Kota; dan
4. Penghulu diharapkan mampu berkoordinasi dengan Kepala Kantor
Kementerian Agama Kabupaten dan Kota dalam wilayahnya.

16
Koordinasi Secara Eksternal
Penghulu bekerjasama dengan Kepala Desa dan Lurah dalam pemeriksaan data
permohonan kehendak nikah calon pengantin;
Penghulu berkoordinasi dengan dokter atau bidan;
Penghulu berkoordinasi dengan Pengurus BP.4 Kecamatan dalam menangani
permasalahan keluarga (rumahtangga);
Penghulu berkoordinasi dengan Tim Penasehat Perkawinan (unsur MUI, Ketua
PKK, Penghulu, Ka.KUA);
Penghulu berkoordinasi dengan Camat;
Penghulu bekerjasama dengan Peradilan Agama, dalam melakukan mediasi
terhadap suami isteri yang sedang bermasalah dan penyampaian akta cerai ke
Kantor Urusan Agama Kecamatan setempat.
17
Semoga Bermanfaat !!!

18

Anda mungkin juga menyukai