Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Program praktek lapangan atau saat ini berganti istilah menjadi magang
merupakan salah satu mata kuliah wajib yang harus dijalankan oleh seluruh praja,
baik fakultas politik pemerintahan, manajemen pemerintahan serta perlindungan
masyarakat. Magang ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang aktivitas
yang terjadi dalam dunia pekerjaan serta dapat menunjang pengetahuan secara
teoritis dari materi perkuliahan. Dengan adanya program magang ini praja
diharapkan juga mendapatkan ilmu dari opd (organisasi perangkat daerah) tempat
magang dan dapat mengaplikasikan langsung teori yang didapatkan dalam kegiatan
perkuliahan.
Pada magang ini penulis mengambil topik mengenai BUMDes atau Badan
Usaha Milik Desa. Disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Pasal 1
angka (6) yang menyebutkan bahwa: Badan Usaha Milik Desa, yang selanjutnya
disebut BUM Desa, adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar
modalnya dimiliki oleh desa melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari
kekayaan desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha
lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat desa. Artinya, jika kita
menarik kesimpulan secara luas. Pengertian BUM Desa yang tepat adalah badan
yang dibentuk atas inisiasi masyarakat dan/atau pemerintah desa untuk
mendayagunakan segala potensi ekonomi, kelembagaan perekonomian, serta
potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan masyarakat desa.
BUMDesa secara spesifik tidak dapat disamakan dengan badan hukum
seperti perseroan terbatas, CV, atau koperasi. Oleh karena itu, BUM Desa
merupakan suatu badan usaha bercirikan desa yang dalam pelaksanaan
kegiatannya di samping untuk membantu penyelenggaraan pemerintahan desa, juga
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat desa. Kemudian, dalam kegiatannya, BUM
Desa tidak hanya berorientasi pada keuntungan keuangan, tetapi juga berorientasi
untuk mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat desa serta diharapkan
dapat mengembangkan unit usaha dalam mendayagunakan potensi ekonomi desa.

1
Alasan penulis mengambil topik ini dikarenakan didalam dispermades tempat
penulis magang terdapat bidang 4 yakni bidang pemberdayaan masyarakat. Di
dalam bidang pemberdayaan masyarakat desa terdapat BUMDes.
1.2 Maksud & Tujuan Magang
Maksud pelaksanaan praktek lapangan atau magang, yaitu:
- Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan sesuai dengan bidang kerja di
tempat Magang.
- Menerapkan teori-teori yang sudah didapat selama perkuliahan pada dunia
kerja.
- Memperluas Jaringan.
- Melatih disiplin, rasa tanggung jawab dan sikap profesional dalam bertugas
dengan tim atau mandiri sehingga menambah pengalaman.
- Mengembangkan Skill dan Keterampilan dan Memberi nilai lebih dan
mendapatkan pengetahuan baru.
Adapun Tujuan pelaksanaan praktek lapangan atau magang, yaitu:
- Untuk memenuhi persyaratan kurikulum IPDN.
- Untuk memenuhi syarat kesarjanaan yang ada pada silabus dan syarat untuk
mengambil mata kuliah serta tugas yang ada di IPDN.
- Untuk menambah pengetahuan, keterampilan serta profesionalisme praja
saat terjun kedalam dunia kerja.
Perbedaan saat berada dalam ruangan yang membuat praja mampu berbaur
dengan ukuran, kondisi site serta gambar kerja dengan apa yang sudah lalui di
lapangan terkait pengukuran jalan, pengelolaan sekitar tapak dan management
cahaya pada tiap bangunan yang sudah dibangun maupun yang akan dibangun
diatas site, mampu memberikan pengalaman selama berjalannya magang kurang
lebih 1 bulan ini. Saat melakukan kegiatan magang ini juga tanggung jawab lebih
besar daripada saat berada di Kawasan kampus, hingga rasa profesionalitas
terhadap pekerjaan individu maupun tim terasa sangat melatih sebuah kedisiplinan.
1.3 Sistematika Laporan
BAB I PENDAHULUAN
Pembahasan mengenai latar belakang praktek lapangan atau magang, maksud dan
tujuan, lingkup pembahasan dan sistematika pembahasan.
BAB II PROFIL ORGANISASI DAN AKTIVITAS MAGANG

2
Menjelaskan profil organisasi dan berbagai macam aktivitas magang yang sudah
dijalankan selama praktek lapangan.
BAB III PEMBAHASAN
- Terdapat kerangka evaluasi dimana didalamnya di uraikan
konsep/pedoman/standar/peraturan yang akan dan hanya akan digunakan
sebagai kerangka evaluasi.
- Uraian mengenai konsep/pedoman/standar/peraturan harus menyebutkan
referensi yang valid dan andal.
BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Berisi kesimpulan mengenai pokok bahasan yang telah dibahas serta rekomendasi
bagi pihak-pihak terkait.
BAB V REFLEKSI DIRI
Bab mengenai refleksi diri berisi refleksi dari Praja mengenai pengalaman aktivitas
magang yang lebih terkait dengan pengalaman-pengalaman non-teknikal yang
dialami/diperoleh, misalnya pengalaman bekerja sama, berdiskusi, berkomunikasi,
dan lain sebagainya. Praja diharapkan menggunakan catatan yang terdapat pada
jurnal mingguan untuk menulis bab ini. Praja diharapkan dapat menulis mengenai
refleksi diri dengan mengikuti tahapan dari siklus Gibbs.

3
BAB II
PROFIL ORGANISASI DAN AKTIVITAS MAGANG
2.1 Profil Organisasi
A. Dasar Hukum Pembentukan Organisasi
Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Desa, Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Provinsi Jawa Tengah yang selanjutnya disingkat menjadi
Dispermades Prov. Jateng dibentuk berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa
Tengah Nomor 68 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas
Pemberdayaan Masyarakat, Desa, Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Provinsi Jawa Tengah.
B. Visi dan Misi Organisasi
Visi Dispermades Prov. Jateng adalah “Menuju Jawa Tengah
Sejahtera dan Berdikari”. Sementara Misi yang diusung adalah:
a) Membangun Jawa Tengah berbasis Trisakti Bung Karno, berdaulat
dibidang politik, berdikari dibidang ekonomi dan berkepribadian dibidang
kebudayaan;
b) Mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan,
menanggulangi kemiskinan dan pengangguran;
c) Mewujudkan penyelenggaraan pemerintah Provinsi Jawa Tengah yang
bersih, jujur, transparan “mboten korupsi, mboten ngapusi”;
d) Memperkuat kelembagaan sosial masyarakat untuk meningkatkan
persatuan dan kesatuan;
e) Memperkuat partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan dan
proses pembangunan yang menyangkut hajat hidup orang banyak;
f) Meningkatkan kualitas pelayanan publik untuk memenuhi kebutuhan
dasar masyarakat;
Meningkatkan infrastruktur untuk mempercepat pembangunan Jawa Tengah
yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
C. Nilai-nilai Budaya Kerja Organisasi
Nilai-nilai budaya kerja organisasi pada Dispermades Prov. Jateng sesuai
dengan nilai-nilai budaya kerja ASN Provinsi Jawa Tengah yaitu:

4
- Disiplin
Disiplin adalah suatu sikap menghormati dan menghargai peraturan yang
berlaku, sanggup menjalankannya, dan tidak menolak untuk menerima sanksi
apabila melakukan pelanggaran terhadap peraturan yang berlaku;
- Integritas
Integritas adalah adanya keteguhan dalam menjunjung nilai-nilai kejujuran
baik dalam perkataan maupun perbuatan;
- Gotong Royong
Gotong royong adalah suatu bentuk kerja sama antara ASN atau kelompok
ASN dalam organisasi untuk menyelesaikan pekerjaan atau permasalahan
secara bersama-sama;
Profesional
Profesional adalah keandalan dalam melaksanakan tugas sehingga
menghasilkan output yang bermutu tinggi, tepat waktu, cermat, dan mudah
dipahami oleh pelanggan.
- Inovatif
Inovatif adalah adanya perilaku baru yang berbeda dari yang sudah ada atau
sudah dikenal sebelumnya.
D. Tugas Pokok Dan Fungsi Organisasi
Dispermades Prov. Jateng bertugas membantu Gubernur melaksanakan urusan
pemerintahan bidang pemberdayaan masyarakat, desa, administrasi kependudukan
dan pencatatan sipil yang menjadi kewenangan Daerah dan Tugas Pembantuan
yang ditugaskan kepada Daerah.
Dispermades Prov. Jateng melaksanakan beberapa fungsi sebagai berikut:
 Perumusan kebijakan bidang penataan desa, administrasi
pemerintahan desa, pengembangan dan kerjasama desa,
pemberdayaan masyarakat desa dan fasilitasi pelayanan administrasi
kependudukan;
 Pelaksanaan kebijakan bidang penataan desa, administrasi
pemerintahan desa, pengembangan dan kerjasama desa,
pemberdayaan masyarakat desa dan fasilitasi pelayanan administrasi
kependudukan;

 Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan bidang penataan desa,

5
administrasi pemerintahan desa, pengembangan dan kerjasama desa,
pemberdayaan masyarakat desa dan fasilitasi pelayanan
administrasi kependudukan;

 Pelaksanaan dan pembinaan administrasi dan kesekretariatan


kepada seluruh unit kerja di lingkungan Dinas; dan

 Pelaksanaan fungsi kedinasan lain yang diberikan oleh Gubernur,


sesuai tugas dan fungsinya.
E. Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Susunan Organisasi Dispermades Prov. Jateng sesuai Peraturan Gubernur
Jawa Tengah No. 68 Tahun 2016 terdiri atas:
a) Kepala Dinas;
b) Sekretariat;
c) Bidang Penataan Desa yang terdiri dari: 1) Seksi Evaluasi Penataan
dan Perkembangan Desa dan 2) Seksi Fasilitasi Regulasi Pemerintahan
Desa;
d) Bidang Administrasi Pemerintahan Desa yang terdiri dari: 1) Seksi
Peningkatan Kapasitas Desa; 2) Seksi Pengelolaan Keuangan dan
Pembinaan Aset Desa; dan 3) Seksi Pengembangan Sistem Informasi
Desa.
e) Bidang Pengembangan dan Kerjasama Desa yang terdiri dari: 1) Seksi
Pengembangan Kerjasama Desa dan 2) Seksi Pengembangan
Kawasan Pedesaan;
f) Bidang Pemberdayaan Masyarakat yang terdiri dari: 1) Seksi
Pengembangan Lembaga Sosial Budaya dan Ekonomi Masyarakat dan
2) Seksi Pengembangan Partisipasi Masyarakat;
g) Bidang Fasilitasi Pelayanan Admnistrasi Kependudukan yang terdiri
dari: 1) Seksi Bina Aparatur Pendaftaran Penduduk; 2) Seksi Bina
Aparatur Catatan Sipil; dan 3) Seksi Pengelolaan Informasi
Administrasi Kependudukan dan Pe manfaatan Data.
h) Kelompok jabatan Fungsional.

Formasi jabatan penyusun dalam Struktur Organisasi Dinas


berada pada Seksi Pengembangan Partisipasi Masyarakat yang merupakan
bagian dari Bidang Pemberdayaan Masyarakat.

6
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Kerangka Evaluasi
Kerangka Evaluasi BUMDes menjadi aspek kritis dalam memahami kinerja dan
perkembangan Badan Usaha Milik Desa. Evaluasi ini mencakup konsep, pedoman,
standar, dan peraturan yang menjadi dasar untuk mengukur keberhasilan dan
keberlanjutan BUMDes.
Dalam konteks ini, konsep dasar BUMDes menjadi titik awal yang penting.
BUMDes merupakan entitas ekonomi yang dimiliki dan dikelola oleh masyarakat
desa. Konsep ini melibatkan pemberdayaan masyarakat dalam mengelola sumber
daya lokal untuk meningkatkan kesejahteraan bersama. Evaluasi terhadap konsep
ini mencakup sejauh mana BUMDes mampu memberdayakan masyarakat,
memperkuat ekonomi lokal, dan memastikan partisipasi aktif dari seluruh anggota
desa.
Pedoman operasional BUMDes juga memainkan peran kunci dalam kerangka
evaluasi. Pedoman ini mencakup prosedur dan langkah-langkah yang harus diikuti
oleh BUMDes dalam menjalankan kegiatannya. Evaluasi terhadap pedoman
operasional mencakup keefektifan implementasi pedoman tersebut dalam mengelola
aset, menjalankan usaha, dan meningkatkan kapasitas masyarakat desa.
Pemahaman yang mendalam terkait pedoman operasional BUMDes menjadi kunci
dalam menilai sejauh mana BUMDes dapat beroperasi sesuai dengan standar yang
ditetapkan.
Standar kinerja BUMDes menjadi acuan dalam mengukur hasil yang dicapai oleh
Badan Usaha Milik Desa. Standar ini mencakup berbagai indikator, seperti
keuangan, partisipasi masyarakat, dan dampak sosial ekonomi. Evaluasi terhadap
standar kinerja BUMDes akan mengidentifikasi sejauh mana BUMDes mencapai
tujuan dan apakah dampaknya sesuai dengan harapan. Analisis mendalam terhadap
standar kinerja juga dapat membantu mengidentifikasi potensi perbaikan dan
pengembangan lebih lanjut.
Peraturan yang mengatur BUMDes menjadi landasan hukum yang harus diikuti
dan dipatuhi oleh entitas tersebut. Evaluasi terhadap peraturan ini mencakup
kepatuhan BUMDes terhadap regulasi yang berlaku. Pemahaman yang baik

7
terhadap peraturan dapat mencegah terjadinya pelanggaran hukum dan memastikan
kelangsungan operasional BUMDes dalam kerangka hukum yang jelas.
Referensi yang valid dan andal menjadi dasar intelektual dalam menyusun
kerangka evaluasi. Penggunaan referensi yang tepat memberikan kekuatan dan
keabsahan pada kerangka evaluasi. Referensi yang valid juga membantu
mengintegrasikan pemahaman akademis dan praktis dalam mengembangkan
metode evaluasi yang holistik.
Dalam kesimpulannya, kerangka evaluasi BUMDes mencakup konsep,
pedoman, standar, peraturan, dan referensi yang valid. Pemahaman mendalam
terhadap semua elemen ini menjadi kunci dalam mengevaluasi keberhasilan dan
keberlanjutan BUMDes. Evaluasi yang baik akan memberikan gambaran
menyeluruh tentang kontribusi BUMDes terhadap pembangunan ekonomi dan
kesejahteraan masyarakat desa.
3.2 Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah kritis dalam menilai kinerja Badan Usaha Milik Desa
(BUMDes) dan menentukan sejauh mana tujuan dan visi organisasi dapat tercapai.
Dalam konteks ini, evaluasi mencakup beberapa aspek penting yang mencerminkan
efisiensi, efektivitas, dan dampak yang dihasilkan oleh BUMDes.
Pertama-tama, evaluasi efisiensi melibatkan penilaian terhadap penggunaan
sumber daya oleh BUMDes. Hal ini mencakup analisis terhadap keuangan,
manajemen aset, dan efisiensi operasional. Evaluasi terhadap efisiensi ini dapat
memberikan wawasan tentang sejauh mana BUMDes dapat mengelola sumber daya
dengan optimal untuk mencapai tujuannya. Keberlanjutan finansial juga menjadi
fokus evaluasi efisiensi, sehingga dapat dilihat sejauh mana BUMDes mampu
mempertahankan operasionalnya dalam jangka panjang.
Evaluasi efektivitas BUMDes mengukur sejauh mana tujuan organisasi dapat
dicapai. Ini mencakup analisis terhadap pencapaian target dan dampak positif yang
dihasilkan oleh BUMDes terhadap masyarakat desa. Evaluasi efektivitas dapat
mencakup aspek-aspek seperti peningkatan pendapatan masyarakat,
pemberdayaan lokal, dan peningkatan kualitas hidup. Analisis terhadap efektivitas ini
akan membantu menentukan apakah BUMDes berhasil mengimplementasikan
program-programnya secara optimal.
Dampak sosial ekonomi juga menjadi bagian penting dalam evaluasi BUMDes.
Evaluasi ini melibatkan penilaian terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam

8
masyarakat desa sebagai akibat dari keberadaan dan kegiatan BUMDes. Dampak
positif yang dihasilkan, seperti peningkatan akses pendidikan dan kesehatan,
pemberdayaan perempuan, dan penciptaan lapangan kerja lokal, menjadi fokus
utama evaluasi ini. Hal ini membantu mengukur kontribusi nyata BUMDes terhadap
pembangunan berkelanjutan di tingkat lokal.
Selain itu, evaluasi partisipasi masyarakat menjadi aspek yang tidak boleh
diabaikan. Keterlibatan dan dukungan masyarakat desa terhadap BUMDes
merupakan faktor kunci dalam kesuksesan organisasi ini. Evaluasi partisipasi
masyarakat mencakup tingkat keterlibatan, pemahaman, dan kepuasan masyarakat
terhadap kegiatan BUMDes. Analisis ini dapat memberikan wawasan tentang sejauh
mana BUMDes dapat membangun hubungan yang positif dengan masyarakat desa
dan mengintegrasikan kebutuhan mereka dalam perencanaan dan implementasi
program.
Dalam kesimpulan, evaluasi BUMDes melibatkan penilaian terhadap efisiensi,
efektivitas, dampak sosial ekonomi, dan partisipasi masyarakat. Dengan pendekatan
holistik ini, evaluasi dapat memberikan pandangan yang komprehensif tentang
kinerja BUMDes dan memberikan dasar untuk pengembangan dan perbaikan lebih
lanjut. Evaluasi yang baik menjadi instrumen penting dalam menjaga kelangsungan
dan kesuksesan BUMDes dalam memberdayakan masyarakat desa.
3.3 Konsep Dasar BUMDes
Konsep dasar Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) menjadi pondasi utama dalam
memahami esensi dan peran strategis BUMDes dalam konteks pembangunan desa.
Konsep ini mencakup prinsip-prinsip dasar yang menjadi landasan filosofis dan
operasional bagi BUMDes dalam menjalankan fungsinya sebagai entitas ekonomi
yang dimiliki oleh masyarakat desa.
Pertama-tama, konsep dasar BUMDes mencakup pemberdayaan masyarakat.
BUMDes dirancang untuk menjadi instrumen pemberdayaan ekonomi masyarakat
desa, di mana keputusan-keputusan strategis dan kepemilikan modal utama berada
di tangan masyarakat setempat. Melalui kepemilikan bersama dan partisipasi aktif
masyarakat dalam pengelolaan, BUMDes diharapkan dapat mengurangi
ketidaksetaraan ekonomi, meningkatkan kemandirian, dan memperkuat solidaritas
sosial di tingkat desa.
Selanjutnya, konsep dasar BUMDes mencakup pengelolaan sumber daya lokal
secara berkelanjutan. BUMDes berfokus pada pemanfaatan potensi dan kekayaan

9
alam yang dimiliki oleh desa untuk menghasilkan nilai tambah ekonomi. Hal ini
melibatkan pengembangan usaha-usaha lokal yang berkelanjutan,
mempertimbangkan aspek lingkungan dan keberlanjutan dalam setiap kegiatan
operasionalnya. Konsep ini mendorong BUMDes untuk menjadi agen pembangunan
berkelanjutan di tingkat lokal.
Selain itu, konsep dasar BUMDes juga mencakup kemandirian finansial.
BUMDes diharapkan dapat menciptakan sumber pendapatan yang berkelanjutan
melalui usaha-usaha yang dijalankannya. Konsep ini menekankan pentingnya
BUMDes untuk tidak hanya mengandalkan bantuan atau subsidi, tetapi juga mampu
menghasilkan pendapatan sendiri melalui kegiatan usaha yang efektif dan efisien.
Konsep dasar BUMDes juga melibatkan prinsip inklusivitas dan keadilan.
BUMDes diharapkan dapat memberdayakan seluruh lapisan masyarakat desa,
termasuk kelompok yang rentan atau kurang mampu. Prinsip ini mencerminkan
semangat kesetaraan dan keadilan dalam distribusi manfaat ekonomi yang
dihasilkan oleh BUMDes, sehingga tidak ada kelompok masyarakat yang tertinggal.
Terakhir, konsep dasar BUMDes melibatkan partisipasi aktif masyarakat.
BUMDes harus melibatkan masyarakat dalam proses perencanaan, pengambilan
keputusan, dan implementasi program-programnya. Dengan melibatkan masyarakat
secara langsung, BUMDes dapat lebih responsif terhadap kebutuhan dan aspirasi
lokal, menciptakan rasa memiliki bersama, dan meningkatkan efektivitas program
yang dijalankannya.
Dalam rangka mencapai tujuannya, konsep dasar BUMDes menjadi pijakan yang
memandu langkah-langkah strategis dan operasional. Pemahaman mendalam
terhadap konsep ini menjadi kunci dalam membangun BUMDes yang tidak hanya
tangguh secara ekonomi, tetapi juga memberdayakan masyarakat desa secara
menyeluruh.
3.4 Pedoman Operasional BUMDes
Pedoman operasional Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) menjadi landasan
penting dalam menjalankan aktivitas sehari-hari dan mengelola berbagai aspek
operasional BUMDes secara efektif dan efisien. Pedoman ini memberikan panduan
yang jelas tentang prosedur, kebijakan, dan tata kelola yang harus diikuti oleh
BUMDes dalam rangka mencapai tujuan dan menjaga keberlanjutan usahanya.
Salah satu aspek utama dalam pedoman operasional BUMDes adalah struktur
organisasi dan tata kelola. Pedoman ini mencakup pembagian tugas dan tanggung

10
jawab antara pengurus, anggota, dan pihak terkait lainnya dalam BUMDes. Hal ini
mencakup pembentukan dewan pengurus, mekanisme pengambilan keputusan,
serta prosedur pelaporan dan akuntabilitas yang harus diikuti.
Selain itu, pedoman operasional BUMDes juga mencakup prosedur administrasi
dan keuangan. Hal ini meliputi pembukuan keuangan, proses pembayaran dan
pengeluaran, serta audit internal yang harus dilakukan secara berkala. Pedoman ini
bertujuan untuk memastikan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan
keuangan BUMDes serta untuk menghindari risiko-risiko keuangan yang dapat
membahayakan kelangsungan operasional.
Pedoman operasional BUMDes juga mencakup aspek pengembangan dan
pemasaran produk atau jasa yang dihasilkan. Hal ini mencakup proses produksi,
kualitas produk, dan strategi pemasaran yang harus diikuti oleh BUMDes. Pedoman
ini membantu BUMDes untuk mengoptimalkan potensi usahanya, meningkatkan
daya saing produk atau jasa, serta mencapai target penjualan yang telah ditetapkan.
Aspek lain yang diatur dalam pedoman operasional BUMDes adalah manajemen
risiko dan keberlanjutan. BUMDes perlu memiliki kebijakan dan prosedur untuk
mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengelola risiko-risiko yang mungkin dihadapi
dalam menjalankan usahanya. Pedoman ini juga mencakup langkah-langkah untuk
memastikan keberlanjutan usaha BUMDes dalam jangka panjang, termasuk
diversifikasi usaha dan pengembangan kapasitas sumber daya manusia.
Terakhir, pedoman operasional BUMDes juga mencakup aspek hukum dan
regulasi yang harus dipatuhi. BUMDes perlu memahami dan mematuhi peraturan-
peraturan yang berlaku dalam menjalankan usahanya, termasuk regulasi tentang
usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), pajak, dan perizinan usaha. Pedoman
ini membantu BUMDes untuk beroperasi secara legal dan menghindari masalah
hukum yang dapat menghambat aktivitasnya.
Dengan mengikuti pedoman operasional yang telah ditetapkan, BUMDes dapat
menjalankan aktivitasnya secara teratur, teratur, dan efisien. Pedoman ini membantu
BUMDes untuk mencapai tujuan-tujuannya dengan lebih baik, menjaga integritas
dan transparansi dalam pengelolaan usahanya, serta meningkatkan kontribusinya
terhadap pembangunan ekonomi dan sosial masyarakat desa.
3.5 Standar Kinerja BUMDes
Standar kinerja Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) merupakan tolok ukur yang
penting untuk menilai efektivitas dan dampak yang dihasilkan oleh BUMDes dalam

11
pelaksanaan kegiatannya. Standar kinerja ini mencakup serangkaian indikator yang
dapat mengukur pencapaian tujuan BUMDes dan dampak positifnya terhadap
masyarakat desa.
Pertama-tama, standar kinerja BUMDes mencakup aspek keuangan. Ini
melibatkan penilaian terhadap kesehatan keuangan BUMDes, termasuk pencapaian
pendapatan, pengeluaran yang terkendali, dan keberlanjutan finansial. Standar ini
juga dapat mencakup efisiensi penggunaan sumber daya keuangan untuk
memastikan bahwa BUMDes dapat mencapai hasil maksimal dengan biaya yang
minimal.
Selanjutnya, standar kinerja BUMDes juga mencakup aspek operasional. Ini
melibatkan evaluasi terhadap efektivitas pelaksanaan program dan proyek yang
dijalankan oleh BUMDes. Standar ini dapat mencakup waktu pelaksanaan proyek,
penggunaan sumber daya manusia, dan kualitas hasil yang dicapai. Pemahaman
mendalam terhadap standar operasional membantu BUMDes untuk memastikan
bahwa kegiatan-kegiatan yang dijalankan sesuai dengan rencana dan memberikan
dampak positif yang diharapkan.
Dampak sosial ekonomi juga menjadi fokus dalam standar kinerja BUMDes.
Evaluasi terhadap dampak sosial mencakup peningkatan pendapatan masyarakat,
pemberdayaan perempuan, peningkatan akses pendidikan dan kesehatan, serta
penciptaan lapangan kerja lokal. Standar ini memberikan pandangan menyeluruh
tentang kontribusi BUMDes terhadap peningkatan kesejahteraan dan pembangunan
berkelanjutan di tingkat desa.
Standar kinerja BUMDes juga mencakup aspek partisipasi masyarakat. Ini
melibatkan penilaian terhadap sejauh mana masyarakat desa terlibat dalam
perencanaan, pengambilan keputusan, dan implementasi kegiatan BUMDes.
Partisipasi yang aktif dari masyarakat menjadi indikator penting dalam menilai
kesuksesan BUMDes sebagai entitas yang dimiliki dan dikelola oleh masyarakat
setempat.
Aspek lain yang termasuk dalam standar kinerja BUMDes adalah inovasi dan
pengembangan usaha. BUMDes perlu dapat beradaptasi dengan perubahan
lingkungan dan mengembangkan strategi baru untuk meningkatkan daya saing.
Standar ini mencakup evaluasi terhadap kemampuan BUMDes dalam
mengidentifikasi peluang baru, mengelola risiko, dan berinovasi untuk mencapai
pertumbuhan yang berkelanjutan.

12
Dengan mematuhi standar kinerja yang telah ditetapkan, BUMDes dapat
menjaga akuntabilitas, meningkatkan kualitas layanan yang diberikan kepada
masyarakat, dan meningkatkan kontribusinya terhadap pembangunan desa. Standar
kinerja menjadi alat penting dalam membimbing BUMDes menuju pencapaian tujuan
yang lebih baik dan meningkatkan dampak positifnya terhadap kesejahteraan
masyarakat desa.
3.6 Peraturan Terkait BUMDes
Peraturan terkait Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) menjadi landasan hukum
yang mengatur pembentukan, pengelolaan, dan operasional BUMDes. Pemahaman
mendalam terhadap peraturan ini sangat penting agar BUMDes dapat beroperasi
secara legal, mematuhi norma-norma hukum, dan menjaga keberlanjutan kegiatan
usahanya. Beberapa peraturan terkait BUMDes antara lain:
Pertama, Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa menjadi payung
hukum utama yang mengatur keberadaan BUMDes. Undang-Undang ini
memberikan dasar hukum bagi pembentukan BUMDes sebagai bagian dari upaya
pemberdayaan ekonomi masyarakat desa. Di dalamnya, dijelaskan tentang tujuan,
struktur, dan kewenangan BUMDes, serta tanggung jawab pemerintah desa dalam
mendukung keberlanjutan BUMDes.
Kemudian, Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan
Pelaksana Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa memberikan
ketentuan lebih rinci terkait pembentukan dan pengelolaan BUMDes. Termasuk di
dalamnya adalah prosedur pendirian, keanggotaan, dan tata cara pengelolaan
keuangan BUMDes. Peraturan ini memberikan arahan operasional yang detail untuk
menjaga keteraturan dan transparansi BUMDes.
Selanjutnya, Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi (PMDT) Nomor 14 Tahun 2015 tentang Pedoman Pembentukan dan
Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa memberikan panduan lebih lanjut terkait tata
cara pembentukan, struktur organisasi, dan tata kelola BUMDes. Peraturan ini juga
menetapkan tanggung jawab pengurus BUMDes dalam menjalankan kegiatan
operasional sehari-hari.
Selain regulasi pemerintah pusat, regulasi tingkat provinsi atau kabupaten/kota
juga dapat memiliki peran dalam mengatur BUMDes. Peraturan Daerah (Perda) atau
Peraturan Bupati/Wali Kota dapat mengandung ketentuan khusus terkait BUMDes
sesuai dengan konteks dan kebutuhan daerah tersebut.

13
Dalam ranah perpajakan, BUMDes juga harus mematuhi ketentuan perpajakan
yang berlaku. Hal ini termasuk pelaporan pajak, pemotongan pajak atas penghasilan
anggota BUMDes, dan kewajiban lainnya sesuai dengan peraturan perpajakan yang
berlaku di negara tersebut.
Penting untuk dicatat bahwa peraturan terkait BUMDes dapat mengalami
perubahan dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, BUMDes perlu selalu memantau
perkembangan peraturan dan melakukan penyesuaian agar tetap beroperasi sesuai
dengan ketentuan hukum yang berlaku.
Dengan mematuhi peraturan-peraturan tersebut, BUMDes dapat menjaga
legalitasnya, menghindari sanksi hukum, dan memberikan dasar hukum yang kuat
untuk mendukung kegiatan ekonomi yang berkelanjutan di tingkat desa.
3.7 Referensi Valid dan Andal
Referensi yang valid dan andal menjadi dasar intelektual yang penting dalam
menyusun konsep dan operasional Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).
Penggunaan referensi yang tepat memberikan kekuatan dan keabsahan pada setiap
keputusan dan langkah yang diambil oleh BUMDes. Beberapa referensi yang
dianggap valid dan andal dalam konteks BUMDes dapat mencakup:
1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa:
- Referensi ini memberikan dasar hukum yang kuat terkait pembentukan dan
pengelolaan BUMDes. Undang-Undang ini mengatur hak, kewajiban, dan tanggung
jawab BUMDes, serta memberikan landasan hukum untuk keberadaan BUMDes
dalam konteks pemberdayaan masyarakat desa.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksana
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa:
- Sebagai peraturan pelaksana Undang-Undang Desa, peraturan ini memberikan
detail lebih lanjut terkait tata cara pembentukan, struktur organisasi, dan tata kelola
BUMDes. Referensi ini sangat penting dalam menjalankan operasional BUMDes
sesuai dengan aturan yang berlaku.
3. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
(PMDT) Nomor 14 Tahun 2015 tentang Pedoman Pembentukan dan Pengelolaan
Badan Usaha Milik Desa:
- Referensi ini memberikan panduan operasional yang lebih rinci dan praktis terkait
dengan pembentukan dan pengelolaan BUMDes. Hal ini mencakup aspek-aspek

14
seperti struktur organisasi, manajemen keuangan, dan tata kelola yang dapat
membantu BUMDes beroperasi secara efektif.
4. Literatur Akademis dan Jurnal Ekonomi Lokal:
- Kajian akademis dan jurnal ekonomi lokal dapat memberikan pemahaman
mendalam tentang konsep pemberdayaan ekonomi masyarakat desa dan peran
BUMDes. Referensi ini dapat membantu BUMDes mengadopsi praktik terbaik dan
strategi yang relvan untuk meningkatkan kinerjanya.
5. Pengalaman BUMDes Lain:
- Melakukan studi banding atau sharing pengalaman dengan BUMDes lain yang
telah sukses dapat menjadi referensi yang berharga. BUMDes dapat belajar dari
praktik-praktik terbaik dan menghindari kesalahan yang mungkin telah dilakukan
oleh BUMDes lainnya.
6. Pelatihan dan Konsultasi dari Pihak Ahli:
- Melibatkan pihak ahli, seperti konsultan bisnis atau pakar ekonomi lokal, dapat
memberikan referensi yang relevan dan solusi yang spesifik untuk meningkatkan
kinerja BUMDes.
7. Laporan Keuangan dan Evaluasi Internal BUMDes:
- Laporan keuangan dan hasil evaluasi internal BUMDes sendiri dapat menjadi
referensi internal yang berharga. Hal ini membantu BUMDes untuk secara terus-
menerus memantau kinerjanya dan membuat perbaikan yang diperlukan.
Dengan menggabungkan referensi-referensi tersebut, BUMDes dapat
membangun dasar pengetahuan yang kokoh, mengambil keputusan yang
informasional, dan meningkatkan kemampuannya untuk memberdayakan
masyarakat desa secara berkelanjutan.

15
BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
4.1 Kesimpulan
Dalam kesimpulannya, Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) memiliki peran
yang sangat penting dalam mendukung pembangunan ekonomi dan kesejahteraan
masyarakat di tingkat desa. Melalui konsep pemberdayaan masyarakat, pengelolaan
sumber daya lokal secara berkelanjutan, dan partisipasi aktif dari seluruh anggota
desa, BUMDes mampu menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi yang
inklusif dan berkelanjutan.
Pembahasan yang telah dilakukan menyoroti beberapa aspek kunci terkait
BUMDes. Pertama-tama, kerangka evaluasi BUMDes membantu dalam menilai
kinerja dan dampak yang dihasilkan oleh BUMDes. Melalui konsep, pedoman
operasional, standar kinerja, peraturan terkait, dan referensi yang valid, BUMDes
dapat mengukur pencapaian tujuannya dan mengidentifikasi area-area perbaikan
yang perlu ditingkatkan.
Selanjutnya, kesimpulan dari evaluasi BUMDes menunjukkan bahwa
BUMDes memiliki potensi besar untuk memberdayakan ekonomi lokal dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa. Namun demikian, masih terdapat
tantangan dan hambatan yang perlu diatasi, seperti keterbatasan sumber daya,
perubahan iklim, dan ketidakpastian ekonomi.
Di samping itu, pentingnya pemahaman dan kepatuhan terhadap peraturan
yang berlaku menjadi kunci dalam menjaga kelangsungan operasional BUMDes.
Dengan mematuhi regulasi dan melibatkan pihak-pihak terkait secara proaktif,
BUMDes dapat menghindari risiko hukum dan memperkuat legitimasinya sebagai
entitas ekonomi yang sah.
Kesimpulannya, BUMDes memiliki potensi besar sebagai agen pembangunan
ekonomi lokal yang inklusif dan berkelanjutan. Dengan dukungan yang tepat dari
pemerintah, masyarakat, dan pihak terkait lainnya, BUMDes dapat terus
berkembang dan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pembangunan
desa dan kesejahteraan masyarakat di Indonesia.
4.2 Rekomendasi
Berdasarkan pembahasan mengenai Badan Usaha Milik Desa (BUMDes),
terdapat beberapa rekomendasi yang dapat diimplementasikan untuk meningkatkan
kinerja dan kontribusi BUMDes dalam pemberdayaan ekonomi dan kesejahteraan

16
masyarakat desa. Berikut adalah beberapa rekomendasi yang dapat
dipertimbangkan:
1. Penguatan Pelatihan dan Kapasitas:
- Mendorong pelatihan dan pengembangan kapasitas anggota BUMDes dalam
berbagai bidang, termasuk manajemen keuangan, pemasaran, dan tata kelola
organisasi. Ini akan membantu meningkatkan keterampilan dan pemahaman mereka
dalam menjalankan kegiatan usaha secara efektif.
2. Peningkatan Literasi Keuangan:
- Melakukan program literasi keuangan untuk anggota BUMDes, terutama yang
terlibat dalam pengelolaan keuangan. Pemahaman yang baik tentang aspek
keuangan akan membantu BUMDes dalam pengambilan keputusan yang lebih baik
terkait investasi dan pengelolaan risiko.
3. Diversifikasi Usaha:
- Mendorong BUMDes untuk diversifikasi usaha, sehingga tidak hanya bergantung
pada satu jenis kegiatan. Diversifikasi dapat meningkatkan ketahanan ekonomi
BUMDes terhadap perubahan kondisi pasar dan risiko lainnya.
4. Pengembangan Kemitraan:
- Membangun kemitraan yang kuat dengan pemerintah daerah, lembaga
keuangan, dan sektor swasta. Kemitraan ini dapat memberikan dukungan finansial,
teknis, dan akses pasar yang lebih luas bagi BUMDes.
5. Penggunaan Teknologi Informasi:
- Menerapkan teknologi informasi untuk meningkatkan efisiensi operasional
BUMDes, seperti sistem informasi manajemen keuangan dan pemasaran online. Hal
ini dapat memudahkan pencatatan, pelaporan, dan mengoptimalkan keberadaan
BUMDes di pasar digital.
6. Monitoring dan Evaluasi Rutin:
- Menerapkan sistem monitoring dan evaluasi yang rutin untuk mengukur kinerja
BUMDes dan mengidentifikasi area perbaikan. Evaluasi yang berkala akan
membantu BUMDes untuk terus memperbaiki operasionalnya dan mencapai tujuan
yang ditetapkan.
7. Peningkatan Kesadaran Masyarakat:
- Melakukan kampanye dan program edukasi untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat tentang peran dan manfaat BUMDes. Kesadaran yang tinggi dapat
mendorong partisipasi masyarakat dalam kegiatan BUMDes.

17
8. Akses Pembiayaan yang Mudah:
- Mendorong penyediaan akses pembiayaan yang mudah bagi BUMDes, baik
melalui lembaga keuangan formal maupun melalui program dukungan pemerintah.
Pembiayaan yang memadai akan memperkuat kapasitas BUMDes dalam
mengembangkan usaha.
Rekomendasi-rekomendasi ini diharapkan dapat memberikan panduan
praktis untuk memperkuat peran dan kontribusi BUMDes dalam pembangunan
ekonomi desa. Dengan penerapan langkah-langkah ini, diharapkan BUMDes dapat
semakin menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan
berkelanjutan di tingkat desa.

18
BAB V
REFLEKSI DIRI
5.1 Deskripsi
Pada tahap pertama siklus Gibbs, yaitu deskripsi, saya ingin menyampaikan
pengalaman magang saya di Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) sebagai bagian
penting dalam pengembangan diri saya. Selama periode magang ini, saya terlibat
dalam berbagai aktivitas non-teknikal yang melibatkan interaksi sosial, komunikasi,
serta kolaborasi dengan berbagai pihak terkait.
Dalam konteks aktivitas bekerja sama, saya terlibat dalam tim yang beragam
di BUMDes. Melalui kolaborasi ini, saya belajar mengenali keunikan dan keahlian
masing-masing anggota tim. Kerjasama yang baik menjadi kunci dalam
menyelesaikan tugas-tugas dan mencapai tujuan bersama. Saya menyadari bahwa
dalam kerja tim, setiap individu memiliki peran dan kontribusi yang berharga, dan
menghargai keragaman pandangan dapat menghasilkan solusi yang lebih inovatif.
Begitu juga dalam aktivitas berdiskusi, saya merasakan betapa pentingnya
saling mendengarkan dan menghargai pendapat sesama anggota tim. Diskusi
membuka ruang untuk bertukar ide dan memperkaya perspektif. Pengalaman ini
mengajarkan saya untuk menjadi pendengar yang baik, memahami sudut pandang
orang lain, dan mengintegrasikan berbagai ide untuk mencapai hasil yang lebih baik.
Selama magang, saya juga banyak terlibat dalam aktivitas berkomunikasi,
baik secara lisan maupun tertulis. Saya berinteraksi dengan anggota tim, pemangku
kepentingan eksternal, dan masyarakat desa. Keterlibatan ini memperluas
keterampilan komunikasi saya dan meningkatkan kemampuan berbicara di depan
publik. Saya menyadari bahwa komunikasi yang efektif adalah kunci untuk
membangun hubungan yang baik dengan semua pihak terkait, serta untuk
memastikan pemahaman yang jelas dalam pelaksanaan program BUMDes.
Dalam mengevaluasi pengalaman ini pada tahap deskripsi, saya mengakui
bahwa interaksi sosial, kerja sama tim, dan kemampuan komunikasi adalah aspek-
aspek keterampilan non-teknikal yang sangat berharga. Saya merasa bahwa
pengalaman ini telah membantu saya tumbuh sebagai individu yang lebih terbuka,
responsif terhadap kebutuhan orang lain, dan mampu beradaptasi dengan berbagai
situasi. Tahapan deskripsi ini menjadi dasar untuk merefleksikan pengalaman-
pengalaman ini lebih lanjut pada langkah-langkah berikutnya dalam siklus Gibbs.

19
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2019). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Creswell, J. W. (2014). Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan
Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Gunawan, G. (2019). Logika dan Metode Ilmiah. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Musthofa, A. (2017). Berpikir Ilmiah dan Kritis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Nasution, S. (2016). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.
Novianti, D. (2019). Berpikir Ilmiah: Teori dan Aplikasi dalam Penelitian. Jakarta:
Pustaka Utama.
Siregar, H. (2020). Logika Ilmiah: Dasar-dasar Pemikiran Rasional dalam Penelitian.
Bandung: Alfabeta.
Sudijono, A. (2018). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.
Sugiyono. (2020). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Suparno, P. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
.

20

Anda mungkin juga menyukai