Anda di halaman 1dari 14

BAB II

GAMBARAN UMUM ORGANISASI DAN KONSEPSI NILAI-NILAI DASAR,


KEDUDUKAN DAN PERAN ASN

A. Gambaran Umum Organisasi


UPTD Puskesmas parangia merupakan salah satu puskesmas di wilayah
kecamatan bontomatene kabupaten kepulauan selayar yang dibangun diatas
tanah seluas 2.555 m2. Wilayah kerja UPTD Puskesmas Parangia mencakup
lima desa yaitu desa tanete, desa kayu bauk, desa pamatata, desa
barugaiya dan desa Menara indah.

1. Visi
Mewujudkan pelayanan Kesehatan yang professional dan berkualitas
untuk mencapai masyarakat sehat yang mandiri.

2. Misi
Untuk mencapai Visi tersebut, UPTD Puskesmas Parangia mempunyai
rangkaian misi yang dapat menunjang sebagai berikut :
1. Memberikan pelayanan Kesehatan yang bermutu, produktif, dan
paripurna terintegritas.
2. Meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas dan
berkomitmen tinggi
3. Mendorong kemandirian masyarakat dan berperilaku hidup sehat
dalam upaya Kesehatan secara komprehensip.
3. Motto
Melayani dengan sepenuh hati
4. Nilai Organisasi
P: Profesionalisme A: Akuntabel
A: Amanah
R: Ramah
A: Aman
N: Nyaman
G: Giat
I: Inisiatif

5
5. Kedudukan
a. Unit Pelaksanaan Teknis Dinas Puskesmas Parangia yang selanjutnya
disingkat UPTD Puskesmas Parangia adalah UPTD pada Dinas
Kesehatan Daerah Kabupaten Kepulauan Selayar.
b. UPTD Puskesmas Parangia merupakan suatu Kesatuan organisasi
kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan
masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping
memberian pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada
masyarakat di wilayah kerjanya dalaam bentuk pokok dan kegiatan
penunjang.
c. UPTD Puskesmas paarangia adalah unit pelaksana teknis untuk
menunjang operasional Dinas Kesehatan kabupaten Kepulauan Selayar
dalam bidang pelayanan kesehatan Masyarakat yang dipimpin oleh
Kepala yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala
Dinas Kabupaten Kepulauan Selayar. Dengan kata lain UPTD
Puskesmas Parangia Mempunyai wewenang dan Tanggung Jawab atas
pemeliharaan kesehatan Masyarakat.
d. Wilayah kerja UPTD Puskesmmas parangia meliputi sebagian dari
Kecamatan Bontomatene. Factor kepadatan penduduk, luas daerah,
keadaan geografik dan keadaan infrastruktrur lainnya merupakan bahan
pertimbangkan dalam menentukan wilayah kerja Puskesma.
e. UPTD Puskesmas Parangia sebagai badan Pelayanan Kesehatan
masyarakat memiliki kedudukan secara administrative dan kedudukan
dalam hirarki pelayanan kesehatan. Kedudukan secara administrative
yang berarti UPTD Puskesmas Parangia merupakan perangkat
pemerintah daerah Kabupaten dan bertanggung jawab langsung baik
teknis maupun adminstratif kepada Kepala Dinas kesehatan kabupaten
Kepulauan Selayar. Puskesmas Parangia berkedudukan pada tingkat
fasilitas pelayanan kesehatan pertama sesuai ASN.

6. fungsi
 UPTD Puskesmas Parangia mempunyai Fungsi pelayanan Kesehatan
strata pertama, pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan dan
penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, membina peran
serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan

6
kemampuan untuk hidup sehat, memberikan pelayanan kesehatan
secara menyeluruh dan terpadu.
 Fungsi- fungsi tersebut dilaksanakan dengan cara sebagai berikut :
a. Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan
kegiatan dalam rangka menolong dirinya sendiri.
b. Memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana
menggali dan menggunakan sumber daya yang ada secara efektif
dan efisien.
c. Memberi bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan
rujukan medis maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat
dengan bantuan tidak menimbulkan ketergantungan.
d. Member pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat.
e. Bekerjasama dengan sector – sector yang bersangkutan dalam
melaksanakan Program Puskesmas.
7. Tugas
Untuk melaksanakan fungsi – fungsi tersebut diatas, UPTD Pukesmas
Parangia mempunyai Tugas – Tugas sebagai berikut :
a. Mengumpulkan, mengolah data dan informasi, mengintvertarisasi
permasalahan serta melaksanakan pemecahan permasalahan yang
berkaitan dengan pelayanan kesehatan masyarakat.
b. Merencanakan, melaksanakan, mengendalikan, mengevaluasi dan
melaporkan kegiatan Puskesmas.
c. Menyiapkan bahan kebijakan, bimbingan dan pembinaan serta
petunjuk teknis sesuai Bidang tugasnya.
d. Melaksanakan upaya kesehatan masyarakat dan perorangan.
e. Melaksanakan upaya Kesehatan kerja, kesehatan usia lanjut, upaya
kesehatan jiwa, kesehatan mata dan kesehatan khusus lainnya serta
pembinaan pengobatan tradisional.
f. Melaksanaan pembinaan upaya kesehatan, peran serta masyarakat,
koordinasi semua upaya kesehatan, sarana pelayanan kesehatan,
pelaksanaan rujukan medic, pembantuan sarana dan pembinaan
teknis kepada Puskesmas Pembantu dan Poskesdes serta kader
pembangunan kesehatan.

7
g. Melaksanakan pengembangan upaya kesehatan dalam hal
pengembangan kader pembangunan di bidang kesehatan dan
pengembangan kegiatan swadaya masyarakat di wilayah kerjanya.
h. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan dalam rangka system
informasi kesehatan.
i. Melaksanakan ketatausahaan dan urusan rumah tangga UPTD.
j. Melaksanakan analisis dan pengembangan kinerja UPTD
k. Melaksanakan pelayanan upaya kesehatan/ kesejahteraan Ibu dan
Anak, keluarga berencana, perbaikan gizi, perawatan kesehatan
masyarakat, pencegahan dan pemberantasan penyakit. Pembinaan
kesehatan lingkungan, Penyuluhan Kesehatan Lingkungan,
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat, Usaha Kesehatan Sekolah,
Pengobatan termasuk Pelayanan Darurat Karena Kecelakaan,
laboratorium.

B. Konsep Nilai-Nilai Dasar PNS


Berdasarkan Surat Edaran Menteri PANRB Nomor 20 Tahun 2021
Tentang Implementasi Core Values dan Employer Branding ASN kurikulum
baru yang telah diberlakukan dal latihan dasar Golongan III terdapat 5 (Tujuh)
nilai dasar profesi ASN yaitu ; Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten,
Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif yang disingkat menjadi Nilai
BerAKHLAK. Berikut akan dijelaskan masing-masing nilai-nilai dasar profesi
PNS.

1. Berorientasi Pelayanan
Berorientasi Pelayanan yaitu komitmen memberikan pelayanan prima
demi kepuasaan masyarakat. Berorientasi Pelayanan sebagai nilai dan
menjadi dasar pembentukan budaya pelayanan tentu tidak akan mudah
dapat dilaksanakan tanpa dilandasi oleh perubahan pola pikir ASN,
dengan ini diharapkan kita mampu meningkatkan responsitivitas, kualitas,
dan kepuasan pasien terhadap pelayanan .
Kami berkomitmen memberikan pelayanan prima demi kepuasan
masyarakat dengan mengaktualisasikan perilaku/kode etik dari nilai
Berorientasi Pelayanan sebagai pedoman bagi para ASN dalam
melaksanakan tugas sehari-hari, yaitu:

8
a. Memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat
Adapun nilai dasar yang dapat diwujudkan dengan panduan perilaku
Berorientasi Pelayanan yang pertama ini, diantaranya:
1) Mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia;
2) Menjalankan tugas secara professional dan tidak berpihak;
3) Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian; dan
4) Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja sama.
b. Ramah, cekatan, solutif, dan dapat diandalkan
Adapun nilai dasar yang dapat diwujudkan dengan panduan perilaku
Berorientasi Pelayanan yang kedua ini, diantaranya:
1) Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yag luhur;
2) Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan program
pemerintah; dan
3) Memberikan pelayanan kepada public secara jujur, tanggap,
cepat, tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun.
c. Melakukan perbaikan tiada henti
Nilai dasar ASN yang dapat diwujudkan dengan panduan perilaku
Berorientasi Pelayanan yang ketiga ini, diantaranya:
1) Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada
publik; dan
2) Mengutamakan kepentingan hasil dan mendorong kinerja pegawai

2. Akuntabel
Akuntabilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab kepada
seseorang/organisasi yang memberikan amanat. Dalam konteks ASN
Akuntabilitas adalah kewajiban untuk mempertanggungjawabkan segala
tindak dan tanduknya sebagai pelayan publik kepada atasan, lembaga
pembina, dan lebih luasnya kepada publik (Matsiliza dan Zonke, 2017).

Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok


atau institusi untuk memenuhi tanggung jawab dari amanah yang
dipercayakan kepadanya. Amanah seorang ASN menurut SE Meneteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20
Tahun 2021 adalah menjamin terwujudnya perilaku yang sesuai dengan
Core Values ASN BerAKHLAK. Adapun panduan perilaku (kode etik)
dalam nilai akuntabel adalah:

9
1) Kemampuan melaksanaan tugas dengan jujur, bertanggung jawab,
cermat, disiplin dan berintegritas tinggi
2) Kemampuan menggunakan kekayaan dan barang milik
negara secara bertanggung jawab, efektif, dan efisien
3) Kemampuan menggunakan Kewenangan jabatannya
dengan berintegritas tinggi.

Aspek-aspek Akuntabilitas yaitu:

1) Akuntabilitas adalah sebuah hubungan


2) Akuntabilitas berorientasi pada hasil
3) Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan
4) Akuntabilitas memerlukan konsekuensi
5) Akuntabilitas memerlukan kinerja.

Sikap Akuntabilitas dapat ditunjukkan dengan perlaku:

1) Integritas
2) Konsisten
3) Dapat dipercaya
4) Transparan

3. Kompeten
Kompetensi menurut Kamus Kompetensi Loma (1998) dan
standar kompetensi dari International Labol Organization (ILO), memiliki
tiga aspek penting berkaitan dengan perilaku kompetensi meliputi
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan dalam
pelaksanaan pekerjaan. Kompetensi merupakan perpaduan aspek
pengetahuan (cnowledge), keterampilan (skill), dan sifap (attitude) yang
terindikasikan dalam kemampuan dan perilaku seseorang sesuai tuntutan
pekerjaan.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 2017, Pasal
210 sampai dengan pasal 212, Pengembangan kompetensi dapat
dilaksanakan sebagai berikut:
a. Mandiri oleh internal instansi pemerintah yang bersangkutan.
b. Bersama dengan instansi pemerintah lain yang memiliki akreditasi
untuk melaksanakan pengembangan kompetensi tertentu.

10
c. Bersama dengan lembaga pengembangan kompetensi yang
independen.
Dalam konteks Kompeten, perilaku/kode etik dari nilai kompeten
sebagai pedoman bagi para ASN dalam pelaksanaan tugas sehari-hari,
yaitu:
a. Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang yang
selalu berubah
b. Membantu orang lain belajar
c. Melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik
Mempunyai kemampuan untuk terus-menerus belajar dan
mengembangkan kapabilitas dengan mengaktualisasikan perilaku dan
kode etik dari Kompeten sebagai pedoman bagi ASN dalam
melaksanakan tugas sehari-hari.

4. Harmonis
Harmonis dapat didefenisikan sebagai sikap saling peduli
dan menghargai perbedaan.

Pola harmoni merupakan sebuah usaha untuk


mempertemukan berbagai pertentangan dalam masyarakat.
Suasana harmoni dalam lingkungan bekerja akan membuat kita
secara individu tenang, menciptakan kondisi yang memungkinkan
untuk saling kolaborasi dan bekerja sama, meningkatkan
produktifitas bekerja dan kualitas layanan kepada pelanggan.

Dalam mewujudkan suasana harmoni maka ASN harus


memiliki pengetahuan tentang historisitas ke-Indonesia-an sejak
awal Indonesia berdiri, sejarah proses perjuangan dalam
mewujudkan persatuan bangsa termasuk pula berbagai macam
gerakan gerakan separatism dan berbagai potensi yang
menimbulkan perpecahaan dan menjadi ancaman bagi persatuan
bangsa. Secara umum, menurut Undang-Undang No. 5 Tahun 2014
Pasal 11

Dengan demikian seorang ASN diharapkan mampu


mengaktualisasikan perilaku/kode etik dari nilai harmonis yaitu :

11
a. Menghargai setiap orang apapun latar belakngnya
b. Suka menolong orang lain
c. Membangun lingkungan
5. Loyal
Secara etimologis, istilah "loyal" diadaptasi dari bahasa Prancis
yaitu “Loial" yang artinya mutu dari sikap setia. Secara harfiah loyal
berarti setia, atau suatu kesetiaan. Kesetiaan ini timbul tanpa adanya
paksaan, tetapi timbul dari kesadaran sendiri pada masa lalu. Loyal
adalah suatu kemampuan yang memiliki sifat berdedikasi dan
mengutamakan kepentingan bangsa dan negara. Sedangkan beberapa
ahli mendefinisikan makna "loyalitas” sebagai berikut:
a) Kepatuhan atau kesetiaan.
b) Tindakan menunjukkan dukungan dan kepatuhan yang konstan
kepada organisasi tempatnya bekerja.
c) Kualitas kesetiaan atau kepatuhan seseorang kepada orang lain atau
sesuatu (misalnya organisasi) yang ditunjukkan melalui sikap dan
tindakan orang tersebut.
d) Mutu dari kesetiaan seseorang terhadap pihak lain yang ditunjukkan
dengan memberikan dukungan dan kepatuhan yang teguh dan
konstan kepada sseorang atau sesuatu.
e) Merupakan sesuatu yang berhubungan dengan emosional manusia,
sehingga untuk mendapatkan kesetiaan seseorang maka kita harus
dapat mempengaruhi sisi emosional orang tersebut.
f) Suatu manifestasi dari kebutuhan fundamental manusia untuk
memiliki, mendukung, merasa aman, membangun keterikatan, dan
menciptakan keterikatan emosional.
g) Merupakan kondisi internal dalam bentuk komitmen dari pekerjaan
untuk mengikuti pihak mempekerjakannya.
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi (PANRB) menyelenggarakan Peluncuran Core Values dan
Employer Branding Aparatur Sipil Negara (ASN), di Kantor Kementerian
PANRB, Jakarta pada hari Selasa tanggal 27 Juli Tahun 2021. Pada
kesempatan tersebut Presiden Joko Widodo meluncurkan Core Values
dan Employer Branding ASN. Peluncuran ini bertepatan dengan Hari Jadi
Kementerian PANRB ke-62. Core Values ASN yang diluncurkan yaitu

12
ASN BerAKHLAK yang merupakan akronim dari Berorientasi Pelayanan,
Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif. Core Values
tersebut harus diimplementasikan oleh seluruh ASN di Instansi
Pemerintah sebagaimana diamanatkan dalam Surat Edaran Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20
Tahun 2021 tentang Implementasi Core Values dan Employer Branding
Aparatus Sipil Negara.
Adapun nilai-nilai perilaku dan kode etik yang dapat digunakan
untuk mengaktualisasikan panduan perilaku loyal tersebut di atas
diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Memengang teguh ideologi Pancasila, UUD 1995, setia pada NKRI,
serta pemerintah yang sah
b. Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan, instansi, dan negara
c. Menjaga rahasia jabatan dan negara
Mendedikasikan dan mengutamakan kepentingan Bangsa dan
Negara dengan mengaktualisasikan perilaku dan kode etik dari Loyal
sebagai pedoman bagi ASN dalam melaksanakan tugas sehari-hari.

6. Adaptif
Adaptif adalah suatu tindakan untuk terus berinovasi dan antusias
dalam menggerakkan ataupun menghadapi perubahan. Terhadapat
alasan mengapa nilai-nilai adaptif perlu diaktualisasikan dalam
pelaksanaan tugas-tugas jabatan di sektor publik, seperti di antaranya
perubahan lingkungan strategis, kompetisi yang terjadi antara instansi
pemerintahan, perubahan iklim, perkembangan teknologi dan lain
sebagainya. Dengan demikian adaptasi merupakan kemampuan
mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan tetapi juga mengubah
lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan diri).
Kebutuhan kemampuan beradaptasi ini juga berlaku juga bagi
individu dan organisasi dalam menjalankan fungsinya. Dalam hal ini
organisasi maupun individu mengahdapi permasalahan yang sama, yaitu
perubahan lingkungan yang konstan, sehingga karakteristik adaptif
dibutuhkan, baik sebagai bentuk mentalitas kolektif maupun individual.
Salah satu praktik perilaku adaptif adalah dalam hal menyikapi
lingkungan yang bercirikan ancaman VUCA. Johansen (2012)

13
mengusulkan karangka kerja yang dapat digunakan untuk menanggapi
ancaman VUCA.
Di sektor publik, budaya adaptif dalam pemerintahan ini dapat
diaplikasikan dengan tujuan untuk memastikan serta meningkatkan
kinerja pelayanan publik. Adapun ciri-ciri perilaku/kode etik penerapan
budaya adaptif antara lain sebagai berikut :
a. Cepat menyesuaikan diri menghadapi perubahan
b. Terus berinovasi dan mengembangkan kreativitas
c. Bertindak proaktif
Terus berinovasi dan antusias dalam menggerakkan ataupun
menghadapi perubahan dengan mengaktualisasikan perilaku dan kode
etik dari Adaptif sebagai pedoman bagi ASN dalam melaksanakan tugas
sehari-hari.

7. Kolaboratif
Selain diskursus tentang definisi kolaborasi, terdapat istilah lainnya
yang juga perlu dijelaskan yaitu collaborative governance. Irawan (2017 P
6) mengungkapkan bahwa “ Collaborative governance “sebagai sebuah
proses yang melibatkan norma bersama dan interaksi saling
menguntungkan antar aktor governance.
Collaborative governance (Kolaborasi Pemerintahan) dalam artian
sempit merupakan kelompok aktor dan fungsi. Ansell dan Gash A
(2007:559), menyatakan Collaborative governance mencakup kemitraan
institusi pemerintah untuk pelayanan publik. Sebuah pendekatan
pengambilan keputusan, tata kelola kolaboratif, serangkaian aktivitas
bersama di mana mitra saling menghasilkan tujuan dan strategi dan
berbagi tanggung jawab dan sumber daya (Davies Althea L Rehema M.
White, 2012).
Kolaborasi juga sering dikatakan meliputi segala aspek
pengambilan keputusan, implementasi sampai evaluasi. Berbeda dengan
bentuk kolaborasi lainnya atau interaksi stakeholders bahwa organisasi
lain dan individu berperan sebagai bagian strategi kebijakan, collaborative
governance menekankan semua aspek yang memiliki kepentingan dalam
kebijakan membuat persetujuan.

14
Ansen dan gash (2012 p 550) mengungkapkan beberapa proses
yang harus dilalui dalam menjalin kolaborasi yaitu :
a. Memberi kesempatan kepada berbagai pihak untuk berkontribusi
b. Terbuka dalam bekerja sama untuk menghasilkan nilai tambah
c. Mengerakkan pemanfaatan berbagai sumber daya untuk tujuan
bersama
Membagun kerjasama yang sinergis dalam mengaktualisasikan
perilaku dan kode etik dari Kolaboratif sebagai pedoman bagi ASN dalam
melaksanakan tugas sehari-hari.

C. Kedudukan dan Peran ASN Menuju Smart Governance


1. Managemen ASN
Managemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan
Pegawai ASN yang professional, memiliki nilai dasar, etika prolesi, bebas
dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Manajemen ASN lebih menekankan kepada pengaturan profesi pegawai
sehingga diharapkan agar selalu tersedia sumber daya aparatur sipil
Negara yang unggul selaras dengan perkembangan jaman.
Kedudukan atau status jabatan PNS dalam system birokrasi selama
ini dianggap belum sempurna untuk menciptakan birokrasi yang
prolessional, Untuk dapat membangun profesionalitas birokrasi, maka
konsep yang dibangun dalam UU ASN tersebut harus jslas, Berikut
beberapa konsep yang ada dalam UU No. 5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara. Berdasarkan jenisnya, Pegawai ASN terdiri atas:
a. Pegawai Negeri Sipil (PNS); dan
b. Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK)
Sedangkan kewajiban adalah suatu beban atau tanggungan yang
bersifat kontraktual. Dengan kata lain kewajiban adalah sesuatu yang
sepatutnya diberikan . Kewajiban pegawai ASN yang disebutkan dalam
UU ASN adalah:
a. Setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik
Indonesia, dan pemerintah yang sah;
b. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;

15
c. Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang
berwenang;
d. Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan;
e. Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran,
kesadaran, dan tanggung jawab;
f. Menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku,
ucapan dan tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun di
luar kedinasan;
Monitoring, Penilaian dan Pengembangan Disatu sisi, kegiatan
monitoring pegawai didasarkan sepenuhnya untuk memastikan bahwa
pegawai digunakan secara efektif dan efisien untuk memenuhi kebutuhan
organisasi (pegawai memberikan kontribusi pada kinerja dan
produktivitas organisasi). Disisi lain pegawai dijamin keberadaan dan
kariernya berdasarkan kontribusi yang diberikan.
Jaminan merit sistem dalam monitoring dan penilaian antara lain
dapat diwujudkan dengan:
a. Pangkat dan jabatan dalam ASN diberikan berdasarkan kompetensi,
kuaifikasi dan persyaratan jabatan.
b. Pengembangan karier ASN dilakukan berdasarkan kualifikasi,
kompetensi, penilaian kinerja yang mencerminkan kebutuhan instansi
masing-masing.
c. Mutasi pegawai dilakukan dengan mempertimbangkan kualifikasi,
kompetensi dan kebutuhan isntansi.
d. Penilaian kinerja dilakukan dengan dasar kinerja sesungguhnya dari
seorang pegawai. Sistem penilaian kienrja yang digunakan harus bisa
membedakan pegawai berkinerja dan tidak berkinerja. Penilaian
kinerja memberikan kesempatan kepada pegawai yang tidak
berkinerja baik untuk diperbaiki, dan juga mengapresiasi pegawai
yang berkinerja tinggi (sebagai wujud pengakuan organisasi terhadap
orang berkinerja tinggi/reward).
e. Promosi pegawai dilakukan dengan berdasarkan pada kinerja
pegawai dan bukan pada pertimbangan subyektif.
2. Smart ASN
Smart ASN merupakan pegawai dengan kompetensi, kinerja, serta
profesionalisme yang tinggi sehingga mampu beradaptasi dan semakin

16
responsif terhadap perubahan dan pencapaian tujuan organisasi. Materi
Kompetensi literasi digital diperlukan agar seluruh masyarakat digital
dapat menggunakan media digital secara bertanggung jawab. Hal Ini
termasuk dalam visi misi Prosiden Jokowi untuk meningkatkan Sumber
Daya Manusia (SDM). Penilalannya dapat ditinjau dari etis dalam
mengakses media digital (digital ethics), budaya menggunakan digital
(digital culture), menggunakan media digital dengan aman (digital safety),
dan kecakapan menggunakan media digital (digital skills).
Berdasarkan arahan Presiden pada poin pembangunan SDM dan
persiapan bebutaham SDM talenta digital, literasi digital berperan penting
untuk meningkatkan kemampuan kognitif sumber daya manusia di
indonesia agar keterampilannya tidak sebatas mengoperasikan gawai.
Kerangka kerja literasi digital terdiri dari kurikulum digital skil, digital
safety, digital culture, dan digital ethics.
Kerangka kurikulum literasi Egital ini digunakan sebagai metode
pengukuran tingkat kompetensi kognitif dan afektif masyarakat dalam
menguasai teknologi digital.
a. Guna mendukung percepatan transformasi digital, ada 5 langkah
yang harus dijalankan, yaitu:
1) Perluasan akses dan peningkatan infrastruktur digital.
2) Persiapkan betul roadmap transportasi digital di sektor-sektor
strategis, baik di pemerintahan, layanan publik, bantuan sosial,
sektor pendidikan, sektor kesehatan, perdagangan, sektor industri,
sektor penyiaran.
3) Percepat integrasi Pusat Data Nasional sebagaimana sudah
dibicarakan.
4) Persiapkan kebutuhan SDM talenta digital.
5) Persiapan terkait dengan regulasi, skema-skema pendanaan dan
pembiayaan transformasi digittal dilakukan secepat-cepatnya
b. Literasi digital lebih dari sekadar masalah fungsional belajar
bagaimana menggunakan komputer dan keyboard, atau cara
melakukan pencarian online. Literasi digital juga mengacu pada
mengajukan pertanyaan tentang sumber informasi itu. kepentingan
produsennya, dan cara-cara di mana ia mewakili dunia; dan

17
memahami bagaimana perkembangan teknologi in terkait dengan
kekuatan sosial, politik dan ekonomi yang lebih luas.
c. Menurut UNESCO, literasi digital adalah kemampuan untuk
mengakses, mengelolah, memahami, mengintegrasikan,
mengkomunikasikan, mengevaluasi dan menciptakan informasi
secara aman dan tepat melalui teknologi digital untuk pekerjaan,
pekerjaan yang layak, dan kewirausahaan. Ini mencakup kompetensi
yang secara beragam disebut sebagai literasi komputer, literasi TIK,
literasi informasi dan literasi media.
d. Hasil survei indeksliterasi digital kominfo menunjukkan bahwa rata-
rata skor indeks Literasi Digital masyarakat Indonesia masih ada di
kisaran 3,3. Sehingga literasi digital terkait Indonesia dari kajian,
laporan, dan survei harus diperkuat. Penguatan literasi digital ini
sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo.
e. Roadmap Literasi Digital 2021-2024 yang disusun oleh Kominfo,
Siberkreasi, dan Deloitte pada tahun 2020 menjadi panduan
fundamental untuk mengatasi persoalan terkait percepatan
transformasi digital, dalam konteks literasi digital. Sehingga perlu
dirumuskan kurikulum literasi digital yang terbagi atas empat area
kompetensi yaitu:
1) kecakapan digital,
2) budaya digital,
3) etika digital dan
4) keamanan digital.

18

Anda mungkin juga menyukai