Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Upaya mewujudkan birokrasi yang profesional dalam menghadapi
semangat demokrasi, pemerintah melalui UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara telah bertekad untuk mengelola Aparatur Sipil Negara
menjadi semakin profesional. Undang Undang ini merupakan dasar dalam
manajemen Aparatur Sipil Negara yang memiliki integritas, profesional dan
netral serta bebas dari intervensi politik, juga bebas dari praktek KKN, serta
mampu menyelenggarakan pelayanan publik yang berkualitas bagi masyarakat
ASN diharuskan memiliki kompetensi, profesional, berintegritas, dan
berkomitmen baik atas tugas dan fungsi yang di embannya. Untuk membentuk
pegawai negeri sipil yang professional dan mampu melaksanakan tugas serta
perannya sebagai pelayan masyarakat seperti pelayanan pada rumah sakit,
diperlukan pembentukan karakter yang didasarkan pada nilai-nilai dasar profesi
Pegawai Negeri Sipil sesuai dengan penjabaran Peraturan Lembaga
Administrasi Negara Nomor 12 Tahun 2018 tentang Pelatihan Dasar Calon
Pegawai Negeri Sipil.
Sesuai Permenkes No 75 tahun 2014 Puskesmas adalah fasilitas
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan
upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan
upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat
yang setingi-tingginya di wilayah kerjanya. Salah satu pelayanan di Puskesmas
adalah pelayanan kefarmasian. Pelayanan kefarmasian di puskesmas dituntut
melakukan pelayanan yang bermutu dengan mengharuskan adanya perubahan
pelayanan dari paradigma lama drug oriented ke paradigma baru patient
oriented dengan filosofi Pharmaceutical Care (pelayanan kefarmasian). Praktek
pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu dengan tujuan untuk
mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah obat dan masalah
yang berhubungan dengan kesehatan.

1
Resistensi antibiotik merupakan kemampuan bakteri untuk bertahan
hidup dari efek serangan antibiotik, sekarang ini hal tersebut telah menjadi
masalah global karena dalam beberapa tahun terakhir terdapat beberapa
insiden peningkatan resistensi antibiotik terhadap manusia. Pengobatan
infeksi dengan kombinasi berbagai antibiotik yang semula dipercaya mampu
memusnahkan bakteri penyebab infeksi ternyata menimbulkan permasalahan
baru, yaitu munculnya bakteri multiresisten.
Munculnya resistensi antibiotik merupakan akibat dari penggunaan
antibiotik yang tidak tepat. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat di
masyarakat sampai saat ini mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan oleh
kurangnya pemahaman masyarakat terhadap dampak buruk yang
ditimbulkan pemakaian antibiotik yang tidak tepat serta kurang efektifnya
dalam memberikan informasi penggunaan antibiotik kepada pasien.
Sehingga dilakukan upaya promotif dan preventif dalam mencegah
terjadinya resistensi antibiotik.
Saat ini masih banyak masyarakat yang belum memahami penggunaan
antibiotik khususnya di wilayah Puskesmas Empagae di Kecamatan Watang
Sidenreng karena dari hasil observasi beberapa pasien mengenai penggunaan
antibiotik, mereka menghentikan pemakaian obat termasuk antibiotik jika
gejala atau sakit yang dirasakan sudah hilang padahal penggunaan antibiotik
minimal 5 sampai 7 hari meskipun sakit yang dirasakan sudah hilang, hal ini
untuk mencegah tidak terjadinya resistensi antibiotik. Berdasarkan hal tersebut
penulis mengangkat isu “Kurangnya pemberian informasi penggunaan
antibiotik kepada pasien di Puskesmas Empagae”.

2
B. TUJUAN DAN MANFAAT
TUJUAN
Adapun tujuan dari kegiatan aktualisasi ini yaitu :
1. Membentuk PNS professional yang berkarakter sebagai pelayan masyarakat
melalui pengimplementasian nilai-nilai akuntabilitas, nasionalisme, etika
publik, komitmen mutu dan anti korupsi (ANEKA) yang diawali dengan
mengidentifikasi isu melalui prinsip pelayanan publik, whole of government,
dan manajemen ASN. Nilai dan prinsip tersebut diimplementasikan dalam
melaksanakan kegiatan pelayanan kefarmasian di Puskesmas Empagae.
2. Meningkatnya pemahaman dan wawasan masyarakat dibidang kesehatan
utamanya cara menggunakan obat khususnya antibiotik dengan
mengoptimalkan Pelayanan Informasi Obat dengan menggunakan labelling
khusus.
MANFAAT
1. Manfaat bagi peserta diklat
Adapun manfaat aktualisasi ini bagi peserta diklat yaitu diharapakan
dengan terlaksananya kegiatan ini dapat memberi manfaat bagi peserta
dalam mengaktualisasikan nilai-nilai dasar ASN (Akuntabilitas,
Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu dan Anti Korupsi) serta
kedudukan dan peran ASN dalam NKRI (Whole of Goverment,
Managemen ASN,dan Pelayanan Publik) yang mendasari kegiatan
bermanfaat bagi stakeholder dan/atau pimpinan
2. Manfaat bagi unit kerja
Manfaat bagi unit kerja yaitu meningkatkan kinerja menyangkut pada
kegiatan pelayan kefarmasian di Puskesmas Empagae dan menjadikan
kegiatan-kegiatan tersebut menjadi sebuah kebiasaan (habituasi);
3. Manfaat bagi organisasi
 Sebagai bahan evaluasi kebijakan dan kegiatan pelayanan publik yang
dilakukan oleh unit kerja
 Sebagai stimulus dalam penyelenggaraan pelayanan publik kedepan

3
4. Manfaat bagi stake holder
 Terciptanya pelayanan publik yang optimal dan terpercaya bagi
masyarakat
 Terwujudnya integrasi antar instansi dalam melaksanakan pelayanan
publik yang maksimal, efektif dan efisien.

C. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN


Pelaksanaan Pelatihan Dasar CPNS Golongan III Angkatan V Kabupaten
Sidrap bekerjasama dengan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Provinsi Sulawesi Selatan berlangsung selama 2 bulan mulai tanggal 13
Januari s/d 12 Maret 2020 dengan tahapan kegiatan sebagai berikut :
1. Tahapan internalisasi nilai-nilai dasar ANEKA serta peran dan kedudukan
ASN (On Campus), dilaksanakan selama 18 hari kerja, mulai tanggal 13
Januari s/d 03 Februari 2020 bertempat di kantor BPSDM II Provinsi
Sulawesi Selatan.
2. Tahapan aktualisasi dan habituasi akan dilaksanakan pada tanggal 04
Februari s/d 09 Maret 2020.
3. Tahapan Evaluasi akan dilaksanakan pada tanggal 10 Maret s/d 12 Maret
2020.

4
BAB II
GAMBARAN UMUM ORGANISASI DAN
NILAI-NILAI DASAR PROFESI ASN

A. GAMBARAN UMUM UNIT KERJA PUSKESMAS EMPAGE


Puskesmas Empagae adalah salah satu dari 14 Puskesmas dalam
Kabupaten Sidenreng rappang. Puskesmas Empagae berada di Kecamatan
Watang Sidenreng yang terletak kurang lebih 10 Km2 disebelah timur Kota
Pangkajene Sidenreng (Ibukota Kabupaten Sidenreng Rappang). Wilayah
Kecamatan Watang Sidenreng dengan Luas 112,81 Km2 terbagi dalam 3
Kelurahan dan 5 desa. Kondisi Topografi kecamatan Watang Sidenreng
dengan Keadaan tanah datar 100% dengan ketinggian permukaan laut <500.
Kelurahan / Desa tersebut adalah :
1. Kelurahan Empagae 5. Desa Mojong
2. Kelurahan Sidenreng 6. Desa Talumae
3. Kelurahan Kanyuara 7. Desa Damai
4. Desa Aka-akaE 8. Desa Talawe

1. Visi dan Misi


Visi :
“Terselenggaranya Pelayanan Kesehatan Yang Prima, dalam Rangka
Mewujudkan Kemandirian Masyarakat menuju Kecamatan Watang
Sidenreng Sehat 2020”
Misi :
1. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Dasar yang Paripurna dan
Bermutu
2. Mendorong Partisipasi Masyarakat dan Lembaga Terkait di Bidang
Kesehatan
3. Menggerakkan Pembangunan Kesehatan Masyarakat di Bidang
Kesehatan

5
4. Menyelenggarakan Manajemen dan Sistem Informasi Kesehatan
secara Profesional
2. Nilai-Nilai Organisasi
Adapun Nilai-Nilai Organisasi Puskesmas Empagae adalah :
1. Keramahan, Sifat ini menunjukkan bahwa mengakui dan
menghargai serta menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Dengan
bersikap ramah tamah maka orang lain akan merasa dihargai dan
diterima
2. Kebersihan, merupakan keadaan hygene dimana kebersihan harus
selalu dapat dijaga agar tetap sehat, mengingat kebersihan adalah
sebagian dari iman
3. Kerjasama, di defenisikan sebagai usaha yang dilakukan bersama-
sama atau saling membantu antara dua atau beberapa pihak nilai
dari kerjasama adalah kekompakan sehingga tujuan yang akan
dicapai berjalan dengan baik
4. Kedisiplin, Sifat atau kemampuan yang dimiliki seseorang untuk taat
dan bisa mengendalikan diri, agar tetap mematuhi aturan yang telah
dibuat atau disepakati.
5. Pemberdayaan Masyarakat, merupakan proses pembangunan
kerjasama dengan masyarakat untuk memperbaiki suatu sistem.
Karena dengan partisispasi masyarakat maka tujuan organisasi dapat
tercapai.

6
3. Struktur Organisasi Puskesmas Empagae
KEPALA PUSKESMAS

KASUBAG. TATA USAHA


SRI RAHAYU SULTAN, SKM., M.Kes

SISTEM INFORMASI KEPEGAWAIAN RUMAH TANGGA KEUANGAN


KESEHATAN
BUANATI, A.Md.PK HASRIYANI ROHAYU RUSTAN HL DAHRIAH GAZALI, SKM

USAHA KESEHATAN USAHA KESEHATAN USAHA KESEHATAN JARINGAN PELAYANAN KESEHATAN

MASYARAKAT ESSENSIAL POSBINDU PTM MASYARAKAT PENGEMBANGAN PERORANGAN, KEFARMASIAN DAN


LABORATORIUM
DAN JEJARING FASILITAS PELAYANAN
KESEHATAN
SURIANI, A.Md.Keb
PENCEGAHAN DAN KESEHATAN JIWA PEMERIKSAAN UMUM
PENGENDALIAN PENYAKIT PENGENDALIAN FILARIASIS PUSKESMAS KELILING
ASDAR, S.Kep dr. A. ASRINA AYU PERTAMASARI

HERLINA, SKM UKGS DAN UKGM

PROMOSI KESEHATAN
KESEHATAN GIGI & MULUT PUSTU
YULIANI RAHMAN, A.Md.KG
drg. KUSTIM, M.Sc
PENGENDALIAN KECACINGAN
SYAMSUDDIN KESEHATAN TRADISIONAL

YULIANA PASENO, A.Md.Keb


KIA
POSKESDES
HERLINA, SKM KESEHATAN OLAHRAGA ARMAWATI, A.Md.Keb
KESEHATAN LINGKUNGAN
PENGENDALIAN DBD KB
SELFIA, SKM SYABTIAR BAKRI,
KESEHATAN SKM
INDERA
SRI WAHYUNI, S.Kep FATIMAH RAHMAN, A.Md.Keb

KIA PENGENDALIAN MALARIA GAWAT DARURAT


EFFI NUR, S.Kep
BAHARIAH, A.Md.Kep
ARMAWATI, A.Md.Keb JUMAENI, AMK KESEHATAN LANSIA
PELAYANAN GIZI

KB HIV/AIDS NURAENI, A.Md.Keb


BUNGASA, AMG

HERLINA, SKM KESEHATAN KERJA


FATIMAH R, A.Md.Keb PERSALINAN
SYAMSUDDIN
IMF SURIANI, SKM

GIZI HERLINA, SKM UKS KEFARMASIAN

EFFI NUR, S.Kep


BUNGASA, A.MG PD3I
MAHMUDDIN, S.Si., M.Si., Apt

PKPR RAWAT INAP


NASIR, S.Kep
KEPERAWATAN KESMAS HATMAWATI, A.Md.Keb LABORATORIUM
7
A.SASTRIA, S.Kep., Ns
HASNAENI, S.Kep SRI HASTUTI S, S.ST
WAHIDIN, AMK
TB/KUSTA
B. NILAI-NILAI DASAR PROFESI ASN
Berdasarkan kurikulum baru yang telah diberlakukan dalam Latihan Dasar
Golongan II terdapat 5 (lima) nilai dasar profesi PNS yaitu Akuntabilitas,
Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi yang sering
disingkat menjadi Nilai ANEKA. Berikut ini akan dijelaskan masing-masing
nilai-nilai dasar profesi PNS.

1. AKUNTABILITAS
Akuntabilitas sering disamakan dengan responsibilitas atau tanggung
jawab. Namun pada dasarnya, kedua konsep itu memiliki makna yang
berbeda. Responsibilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab.
Akuntabilitas adalah suatu kewajiban pertanggungjawaban yang harus dicapai
sedangkan akuntabilitas adalah kewajiban pertanggungjawaban yang harus
dicapai.
Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau
institusi untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi amanahnya.
Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama ( Bovens, 2007), yaitu untuk
menyediakan kontrol demokratis ( peran demokratis ); untuk mencegah
korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional ); dan untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas ( peran belajar ).
Akuntabilitas publik terdiri dari dua macam, yaitu : akuntabilitas vertikal
( pertanggungjawaban kepada otoritas yang lebih tinggi ) dan akuntabilitas
horisontal (pertanggungjawaban pada masyarakat luas). Untuk memenuhi
terwujudnya organisasi sektor publik yang akuntabel, maka mekanisme
akuntabilitas harus mengandung dimensi akuntabilitas kejujuran dan hukum,
akuntabilitas proses, akuntabilitas program, dan akuntabilitas kebijakan.
Akuntabilitas tidak akan terwujud apabila tidak ada alat akuntabilitas berupa :
Perencanaan Strategis, Kontrak Kinerja, dan Laporan Kinerja.
Dalam menciptakan lingkungan kerja yang akuntabel, ada beberapa
indikator dari nilai-nilai dasar akuntabilitas yang harus diperhatikan, yaitu :

8
1) Kepemimpinan : Lingkungan yang akuntabel tercipta dari atas ke bawah
dimana pimpinan memainkan peranan yang penting dalam menciptakan
lingkungannya.
2) Transparansi : Keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan yang
dilakukan oleh individu maupun kelompok/instansi.
3) Integritas : adalah konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam
menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan.
4) Tanggung Jawab : adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau
perbuatannya yang di sengaja maupun yang tidak di sengaja.tanggung
jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban.
5) Keadilan : adalah kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai sesuatu
hal, baik menyangkut benda atau orang.
6) Kepercayaan : Rasa keadilan akan membawa pada sebuah kepercayaan.
Kepercayaan ini yang akan melahirkan akuntabilitas.
7) Keseimbangan : Untuk mencapai akuntabilitas dalam lingkungan kerja,
maka diperlukan keseimbangan antara akuntabilitas dan kewenangan, serta
harapan dan kapasitas.
8) Kejelasan : Pelaksanaan wewenang dan tanggungjawab harus memiliki
gambaran yang jelas tentang apa yang menjadi tujuan dan hasil yang
diharapkan.
9) Konsistensi : adalah sebuah usaha untuk terus dan terus melakukan
sesuatu sampai pada tercapai tujuan akhir.

2. NASIONALISME
Nasionalisme sangat penting dimiliki oleh setiap pegawai ASN. Bahkan
tidak hanya sekedar wawasan saja tetapi kemampuan mengaktualisasikan
nasionalisme dalam menjalankan fungsi dan tugasnya merupakan hal yang
lebih penting. Diharapkan dengan nasionalisme yang kuat, maka setiap
pegawai ASN memiliki orientasi berpikir mementingkan kepentingan publik,
bangsa, dan negara. Nilai-nilai yang berorientasi pada kepentingan publik
menjadi nilai dasar yang harus dimiliki oleh setiap pegawai ASN. Pegawai

9
ASN dapat mempelajari bagaimana aktualisasi sila demi sila dalam Pancasila
agar memiliki karakter yang kuat dengan nasionalisme dan wawasan
kebangsaannya.
Nasionalisme dalam arti sempit merupakan sikap yang meninggikan
bangsanya sendiri, sekaligus tidak menghargai bangsa lain sebagaimana
mestinya. Dalam arti luas, nasionalisme berarti pandangan tentang rasa cinta
yang wajar terhadap bangsa dan negara, sekaligus menghormati bangsa lain.
Nasionalisme Pancasila merupakan pandangan atau paham kecintaan manusia
Indonesia terhadap bangsa dan tanah airnya yang didasarkan pada nilai-nilai
Pancasila yaitu :
1) Sila pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa
2) Sila kedua : Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
3) Sila ketiga : Persatuan Indonesia
4) Sila keempat : Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan / Perwakilan
5) Sila kelima : Keadilan Sosial Bagi Seluruh rakyat Indonesia
Nasionalisme dalam tataran sebagai warga negara Indonesia,
diharapkan seluruh ASN mampu mengamalkan nilai-nilai Pancasila pada
setiap kebijakan yang diambil serta dijiwai semangat Bhineka Tunggal Ika
sebagai ruhnya.Adapun indikator dari nilai dasar nasionalisme dimana ASN
sebagai pelaksana kebijakan publik,ASN sebagai pelayan publik dan ASN
sebagai perekat dan pemersatu bangsa adalah :
a. Kerja keras
Kerja keras berarti pantang menyerah, gigih dan selalu mengerahkan
segala macam bentuk daya dan upaya dalam melakukan sesuatu.
b. Disiplin
Disiplin berarti taat atau patuh terhadap tata tertib atau peraturan yang
berlaku
c. Tidak diskriminatif
Tidak diskriminatif berarti setiap perilaku untuk tidak membatasi, tidak
melecehkan, atau tidak mengucilkan orang lain berdasarkan pada

10
perbedaan manusia atas dasar agama, suku, ras, etnik, kelompok,
golongan, status ekonomi, jenis kelamin, bahasa dan keyakinan politik.
d. Taqwa
Taqwa merupakan perwujudan sila pertama Pancasila yang
menitikberatkan pada ketaatan umat beragama dalam menjalankan segala
perintah dan menjauhi segala larangan dalam agamanya.
e. Gotong royong
Contoh kongkrit gotong royong adalah sebagai berikut:
 Kerja sama
 Dapat menyumbangkan pikiran dan tenaga
 Saling membantu demi kepentingan umum
 Bersama membantu orang lain
 Bersama membela kebenaran
 Bekerja giat dalam kelompok kerja
f. Demokratis
Suatu kondisi dimana individu memiliki kebebasan untuk mengutarakan
kehendak dan pendapat, serta menghormati adanya perbedaan pendapat.
g. Cinta tanah air
Perasaan yang kuat akan rasa memiliki tanah dan seluruh tumpah darah
Indonesia.
h. Rela berkorban
Sikap yang mencerminkan adanya kesediaan memberikan sesuatu yang
dimiliki untuk orang lain atau suatu kelompok kerja, walaupun akan
menimbulkan kehilangan atau penderitaan terhadap diri sendiri.

3. ETIKA PUBLIK
Etika dapat dipahami sebagai sistem penilaian perilaku serta keyakinan
untuk menentukan perbuatan yang pantas guna menjamin adanya
perlindungan hak-hak individu, mencakup cara-cara pengambilan keputusan
untuk membantu membedakan hal-hal yang baik dan buruk serta
mengarahkan apa yang seharusnya dilakukan sesuai nila-nilai yang dianut

11
(Catalano, 1991). Konsep etika sering disamakan dengan moral. Padahal ada
perbedaan antara keduanya. Etika lebih dipahami sebagai refleksi yang baik
atau benar. Sedangkan moral mengacu pada kewajiban untuk melakukan yang
baik atau apa yang seharusnya dilakukan. Etika juga dipandang sebagai
karakter atau etos individu/kelompokberdasarkan nilai-nilai dan norma-norma
luhur.
Nilai-nilai dasar etika publik sebagaimana tercantum dalam undang-
undang ASN, memiliki indikator sebagai berikut :
1) Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara Pancasila.
2) Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan
Republik Indonesia 1945.
3) Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak.
4) Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.
5) Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif.
6) Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur.
7) Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik.
8) Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program
pemerintah.
9) Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat,
akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun.
10) Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
11) Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama.
12) Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai.
13) Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.
14) Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai
perangkat sistem karir.

4. KOMITMEN MUTU
Komitmen mutu adalah janji pada diri kita sendiri atau pada orang lain
yang tercermin dalam tindakan kita untuk menjaga mutu kinerja pegawai.
Bidang apapun yang menjadi tanggung jawab pegawai negeri sipil semua

12
mesti dilaksanakan secara optimal agar dapat memberi kepuasan kepada
stakeholder. Komitmen mutu merupakan tindakan untuk menghargai
efektivitas, efisiensi, inovasi dan kinerja yang berorientasi mutu dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik.
Ada empat indikator dari nilai-nilai dasar komitmen mutu yang harus
diperhatikan, yaitu :
1) Efektif
Efektif adalah berhasil guna, dapat mencapai hasil sesuai dengan target.
Sedangkan efektivitas menunjukkan tingkat ketercapaian target yang telah
direncanakan, baik menyangkut jumlah maupun mutu hasil kerja. Efektifitas
organisasi tidak hanya diukur dari performans untuk mencapai target
(rencana) mutu, kuantitas, ketepatan waktu dan alokasi sumber daya,
melainkan juga diukur dari kepuasan dan terpenuhinya kebutuhan pelanggan.
2) Efisien
Efisien adalah berdaya guna, dapat menjalankan tugas dan mencapai
hasil tanpa menimbulkan keborosan. Sedangkan efisiensi merupakan tingkat
ketepatan realiasi penggunaan sumberdaya dan bagaimana pekerjaan
dilaksanakan sehingga dapat diketahui ada tidaknya pemborosan sumber
daya, penyalahgunaan alokasi, penyimpangan prosedur dan mekanisme yang
ke luar alur.
3) Inovasi
Inovasi Pelayanan Publik adalah hasil pemikiran baru yang konstruktif,
sehingga akan memotivasi setiap individu untuk membangun karakter sebagai
aparatur yang diwujudkan dalam bentuk profesionalisme layanan publik yang
berbeda dari sebelumnya, bukan sekedar menjalankan atau menggugurkan
tugas rutin.
4) Mutu
Mutu merupakan suatu kondisi dinamis berkaitan dengan produk, jasa,
manusia, proses dan lingkungan yang sesuai atau bahkan melebihi harapan
konsumen. Mutu mencerminkan nilai keunggulan produk/jasa yang diberikan
kepada pelanggan sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya, bahkan

13
melampaui harapannya. Mutu merupakan salah satu standar yang menjadi
dasar untuk mengukur capaian hasil kerja. Mutu menjadi salah satu alat vital
untuk mempertahankan keberlanjutan organisasi dan menjaga kredibilitas
institusi. Ada lima dimensi karakteristik yang digunakan pelanggan dalam
mengevaluasi kualitas pelayan (Berry dan Pasuraman dalam Zulian Zamit,
2010:11), yaitu :
a) Tangibles (bukti langsung), yaitu : meliputi fasilitas fisik, perlengkapan,
pegawai, dan sarana komunikasi;
b) Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan dalam memberikan pelayanan
dengan segera dan memuaskan serta sesuai dengan yang telah dijanjikan;
c) Responsiveness (daya tangkap), yaitu keinginan untuk memberikan
pelayanan dengan tanggap;
d) Assurance (jaminan), yaitu mencakup kemampuan, kesopanan, dan sifat
dapat dipercaya;
e) Empaty, yaitu kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang
baik, dan perhatian dengan tulus terhadap kebutuhan pelanggan.

5. ANTI KORUPSI
Kata korupsi berasal dari bahasa latin yaitu Corruptio yang artinya
kerusakan, kebobrokan dan kebusukan. Korupsi sering dikatakan sebagai
kejahatan luar biasa, karena dampaknya yang luar biasa, menyebabkan
kerusakan baik dalam ruang lingkup pribadi, keluarga, masyarakat dan
kehidupan yang lebih luas. Kerusakan tidak hanya terjadi dalam kurun waktu
yang pendek, namun dapat berdampak secara jangka panjang.
Ada 9 (sembilan) indikator dari nilai-nilai dasar anti korupsi yang harus
diperhatikan, yaitu :
1) Jujur
Kejujuran merupakan nilai dasar yang menjadi landasan utama bagi
penegakan integritas diri seseorang. Tanpa adanya kejujuran mustahil
seseorang bisa menjadi pribadi yang berintegritas. Seseorang dituntut untuk
bisa berkata jujur dan transparan serta tidak berdusta baik terhadap diri

14
sendiri maupun orang lain, sehingga dapat membentengi diri terhadap godaan
untuk berbuat curang.
2) Peduli
Kepedulian sosial kepada sesama menjadikan seseorang memiliki sifat
kasih sayang. Individu yang memiliki jiwa sosial tinggi akan memperhatikan
lingkungan sekelilingnya di mana masih terdapat banyak orang yang tidak
mampu, menderita, dan membutuhkan uluran tangan. Pribadi dengan jiwa
sosial tidak akan tergoda untuk memperkaya diri sendiri dengan cara yang
tidak benar tetapi ia malah berupaya untuk menyisihkan sebagian
penghasilannya untuk membantu sesama.
3) Mandiri
Kemandirian membentuk karakter yang kuat pada diri seseorang menjadi
tidak bergantung terlalu banyak pada orang lain. Mentalitas kemandirian yang
dimiliki seseorang memungkinkannya untuk mengoptimalkan daya pikirnya
guna bekerja secara efektif. Pribadi yang mandiri tidak akan menjalin
hubungan dengan pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab demi mencapai
keuntungan sesaat.
4) Disiplin
Disiplin adalah kunci keberhasilan semua orang. Ketekunan dan
konsistensi untuk terus mengembangkan potensi diri membuat seseorang
akan selalu mampu memberdayakan dirinya dalam menjalani tugasnya.
Kepatuhan pada prinsip kebaikan dan kebenaran menjadi pegangan utama
dalam bekerja. Seseorang yang mempunyai pegangan kuat terhadap nilai
kedisiplinan tidak akan terjerumus dalam kemalasan yang mendambakan
kekayaan dengan cara yang mudah.
5) Tanggung Jawab
Pribadi yang utuh dan mengenal diri dengan baik akan menyadari bahwa
keberadaan dirinya di muka bumi adalah untuk melakukan perbuatan baik
demi kemaslahatan sesama manusia. Segala tindak tanduk dan kegiatan yang
dilakukannya akan dipertanggungjawabkan sepenuhnya kepada Tuhan Yang
Maha Esa, masyarakat, negara, dan bangsanya. Dengan kesadaran seperti ini

15
maka seseorang tidak akan tergelincir dalam perbuatan tercela dan nista.
6) Kerja Keras
Individu beretos kerja akan selalu berupaya meningkatkan kualitas hasil
kerjanya demi terwujudnya kemanfaatan publik yang sebesar-besarnya. Ia
mencurahkan daya pikir dan kemampuannya untuk melaksanakan tugas dan
berkarya dengan sebaik-baiknya. Ia tidak akan mau memperoleh sesuatu
tanpa mengeluarkan keringat.
7) Sederhana
Pribadi yang berintegritas tinggi adalah seseorang yang menyadari
kebutuhannya dan berupaya memenuhi kebutuhannya dengan semestinya
tanpa berlebih-lebihan. Ia tidak tergoda untuk hidup dalam gelimang
kemewahan. Kekayaan utama yang menjadi modal kehidupannya adalah ilmu
pengetahuan. Ia sadar bahwa mengejar harta tidak akan pernah ada habisnya
karena hawa nafsu keserakahan akan selalu memacu untuk mencari harta
sebanyak-banyaknya.
8) Berani
Seseorang yang memiliki karakter kuat akan memiliki keberanian untuk
menyatakan kebenaran dan menolak kebathilan. Ia tidak akan mentolerir
adanya penyimpangan dan berani menyatakan penyangkalan secara tegas. Ia
juga berani berdiri sendirian dalam kebenaran walaupun semua kolega dan
teman-teman sejawatnya melakukan perbuatan yang menyimpang dari hal
yang semestinya. Ia tidak takut dimusuhi dan tidak memiliki teman kalau
ternyata mereka mengajak kepada hal-hal yang menyimpang.
9) Adil
Pribadi dengan karakter yang baik akan menyadari bahwa apa yang dia
terima sesuai dengan jerih payahnya. Ia tidak akan menuntut
untukmendapatkan lebih dari apa yang ia sudah upayakan. Bila ia seorang
pimpinan maka ia akan memberi kompensasi yang adil kepada bawahannya
sesuai dengan kinerjanya. Ia juga ingin mewujudkan keadilan dan
kemakmuran bagi masyarakat dan bangsanya.

16
C. PERAN DAN KEDUDUKAN ASN DALAM NKRI

1. Whole Of Government

Whole of government (WoG) adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan


pemerintahan yang menyatukan upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari
keseluruhan sektor dalam ruang lingkup koordinasi yang lebih luas guna
mencapai tujuan-tujuan pembangunan kebijakan, manajemen program dan
pelayanan publik (Yogi dan Tri, 2017:01). Pendekatan WoG dapat dilihat dan
dibedakan berdasarkan perbedaan kategori hubungan antara kelembagaan
yang terlibat (6, Perri, 2004:103–138) sebagai berikut:

a. Koordinasi, yang tipe hubungannya dapat dibagi lagi menjadi: 1)


Penyertaan, yaitu pengembangan strategi dengan mempertimbangkan
dampak; 2) Dialog atau pertukaran informasi; 3) Joint planning, yaitu
perencanaan bersama untuk kerjasama sementara.
b. Integrasi, yang tipe hubungannya dapat dibagi lagi menjadi: 1) Joint
working, atau kolaborasi sementara; 2) Joint ventrure, yaitu perencanaan
jangka panjang, kerjasama pada pekerjaan besar yang menjadi urusan
utama salah satu penulis kerjasama; 3) Satelit, yaitu entitas yang terpisah,
dimiliki bersama, dibentuk sebagai mekanisme integratif.
c. Kedekatan dan pelibatan, yang tipe hubungannya dapat dibagi lagi
menjadi: 1) Aliansi strategis, yaitu perencanaan jangka panjang, kerjasama
pada isu besar yang menjadi urusan utama salah satu penulis kerjasama; 2)
Union, berupa Unifikasi resmi, identitas masing-masing masih nampak;
merger, yaitu penggabungan ke dalam struktur baru. 3) Merger, berupa
penggabungan ke dalam struktur baru.

2. Pelayanan Publik
Pelayanan Publik menurut Lembaga Administrasi Negara adalah segala
bentuk pelayanan umum yang dilaksanakan oleh instansi Pemerintah di pusat
dan daerah dan dilingkungan BUMN/BUMD dalam bentuk barang atau jasa
baik dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat. Adapun prinsip pelayanan

17
publik yang baik untuk mewujudkan pelayanan prima (Erwan, dkk. 2017:35-
36) adalah:
a. Partisipatif, dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang dibutuhkan
masyarakat pemerintah perlu melibatkan masyarakat dalam merencanakan,
melaksanakan, dan mengevaluasi hasilnya.
b. Transparan, dalam penyelenggaraan pelayanan publik, pemerintah
sebagai penyelenggara pelayanan publik harus menyediakan akses bagi
warga negara untuk mengetahui segala hal yang terkait dengan pelayanan
publik yang diselenggarakan tersebut.
c. Responsif, dalam penyelenggaraan pelayanan publik pemerintah wajib
mendengar dan memenuhi tuntutan kebutuhan warga negaranya terkait
dengan bentuk dan jenis pelayanan publik yang mereka butuhkan,
mekanisme penyelenggaraan layanan, jam pelayanan, prosedur, dan biaya
penyelenggaraan pelayanan.
d. Tidak Diskriminatif, pelayanan publik yang diselenggarakan oleh
pemerintah tidak boleh dibedakan antara satu warga negara dengan warga
negara yang lain atas dasar perbedaan identitas warga negara.
e. Mudah dan Murah, penyelenggaraan pelayanan publik dimana
masyarakat harus memenuhi berbagai persyaratan dan membayar fee untuk
memperoleh layanan yang mereka butuhkan harus diterapkan prinsip
mudah dan murah. Hal ini perlu ditekankan karena pelayanan publik yang
diselenggarakan oleh pemerintah tidak dimaksudkan untuk mencari
keuntungan melainkan untuk memenuhi mandat konstitusi.
f. Efektif dan Efisien, penyelenggaraan pelayan publik harus mampu
mewujudkan tujuan-tujuan yang hendak dicapainya dan cara mewujudkan
tujuan tersebut dilakukan dengan prosedur yang sederhana, tenaga kerja
yang sedikit, dan biaya yang murah.
g. Aksesibel, pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah harus
dapat dijangkau oleh warga negara yang membutuhkan dalam arti fisik dan
dapat dijangkau dalam arti non-fisik yang terkait dengan biaya dan

18
persyaratan yang harus dipenuhi oleh masyarakat untuk mendapatkan
layanan tersebut.
h. Akuntabel, semua bentuk penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat
dipertanggungjawabkan secara terbuka kepada masyarakat.
Pertanggungjawaban di sini tidak hanya secara formal kepada atasan akan
tetapi yang lebih penting harus dipertanggungjawabkan secara terbuka
kepada masyarakat luas melalui media publik.
i. Berkeadilan, penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat dijadikan
sebagai alat melindungi kelompok rentan dan mampu menghadirkan rasa
keadilan bagi kelompok lemah ketika berhadapan dengan kelompok yang
kuat.

3. Manajemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai
ASN yang professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari
intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Manajemen ASN lebih menekankan kepada pengaturan profesi pegawai
sehingga diharapkan agar selalu tersedia sumber daya aparatur sipil Negara
yang unggul selaras dengan perkembangan jaman (Elly dan Erna, 2017:16).
Adapun asas-asas manajemen ASN, antara lain:
1. Kepastian hukum; 8. Efektif dan efisien
2. Profesionalitas; 9. Keterbukaan
3. Proporsionalitas; 10.Non diskriminatif
4. Keterpaduan; 11.Persatuan
5. Delegasi; 12.Kesetaraan;
6. Netralitas; 13.Keadilan
7. Akuntabilitas; 14.Kesejahteraan.

19
BAB III
RANCANGAN AKTUALISASI

A. IDENTIFIKASI ISU
Dalam rancangan aktualisasi ini, ada beberapa isu yang muncul di unit
kerja Puskesmas Empagae yaitu:
1. Kurangnya pemberian informasi penggunaan antibiotik kepada pasien di
Puskesmas Empagae
2. Rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai lama penyimpanan obat
yang telah dibuka dari kemasannya di wilayah Puskesmas Empagae
3. Belum terlaksananya visite pelayanan kefarmasian di Puskesmas
Empagae
4. Kekosongan obat vertigo di Puskesmas Empagae
5. Banyaknya obat ekspired date yang belum dimusnahkan di Puskesmas
Empagae

Kelima isu di atas dianggap penting namun hanya dipilih satu isu yang
dianggap sangat prioritas untuk segera ditangani. Oleh karena itu, diperlukan
analisis isu untuk menentukan isu mana yang harus diprioritaskan.

20
Berikut ini deskripsi keterkaitan isu terhadap teori Kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI (Whole of Government,Pelayanan
Publik,Manajemen ASN).
Tabel 3.1 Relevansi Isu terhadap Kedudukan dan peran ASN dalam NKRI
Kedudukan dan Peran ASN dalam NKRI
No Isu Whole of Government Pelayanan Publik Manajemen ASN
1 2 3 4 5
1 Kurangnya pemberian Dibutuhkan kerjasama lintas Masalah ini jika tidak Dibutuhkan sikap
informasi penggunaan profesi (dokter,bidan,perawat) diselesaikan akan berdampak profesionalisme,
antibiotik kepada pasien di untuk mencapai tujuan pada menurunnya kualitas integritas, akuntabilitas
Puskesmas Empagae pengobatan agar pelayanan pelayanan pada masyarakat yang tinggi sebagai
iniformasi obat tidak terputus dan seorang PNS khususnya
tetap berjalan meskipun pasien apoteker dalam memberi
tidak dilayani di ruang obat pelayanan kefarmasian
yang berkualitas kepada
pasien. Kurang
informatifnya instruksi
pada pasien akan
menyebabkan masalah
baru bagi pasien.

21
2 Rendahnya pengetahuan Dibutuhkan koordinasi lintas Untuk meningkatkan Setiap PNS seharusnya
masyarakat mengenai lama profesi untuk penyampaian pengetahuan pasien diperlukan memiliki akuntanbilitas,
penyimpanan obat yang informasi tentang penyimpanan peranan tenaga kesehatan yang kompetensi, dan
telah dibuka dari obat yang benar. responsive dalam memberikan profesionalisme yang baik
kemasannya di wilayah pelayanan berupa edukasi yang untuk menjalankan
Puskesmas Empagae informatif tentang aturan fungsinya.
penyimpanan obat dan tidak
diskriminatif dalam pemberian
layanan informasi.
3 Belum terlaksananya visite Dibutuhkan kerja sama antar Untuk mengoptimalkan Dibutuhkan sikap
pelayanan kefarmasian di profesi dalam menjalankan visite pengobatan diperlukan peranan profesionalisme,
Puskesmas Empagae bersama karena harus Apoteker untuk mengevaluasi integritas, akuntabilitas
berdampingan satu sama lain penggunaan obat-obatan yang yang tinggi sebagai
dalam monitoring penggunaan didapatkan pasien untuk seorang PNS khususnya
obat pasien. mendapatkan pengobatan yang apoteker dalam memberi
efisien dan efektif pelayanan kefarmasian
yang berkualitas kepada
pasien

22
4 Kekosongan obat vertigo di Dibutuhkan komunikasi dan Untuk meningkatkan tingkat Setiap PNS seharusnya
Puskesmas Empagae kerjasama dengan pihak dinas derajat kesehatan seharusnya memiliki akuntanbilitas,
khususnya gudang Instalasi setiap obat yang dibutuhkan kompetensi, dan
Farmasi Kesehatan (IFK) masyarakat disediakan di profesionalisme yang baik
pengadaan obat-obatan yang pelayanan kesehatan dan untuk menjalankan
kosong pengadaan obat-obatan fungsinya.
seharusnya secara akuntabel dan
transparan
5 Banyaknya obat ekspired Dibutuhkan komunikasi dan Masalah ini jika tidak Setiap PNS seharusnya
date yang belum kerjasama dengan pihak lain diselesaikan akan berdampak memiliki akuntanbilitas,
dimusnahkan di Puskesmas seperti dinas kesehatan ataupun pada kapasitas ruangan yang kompetensi, dan
Empagae pihak ketiga dalam pelaksanaan menjadi lebih sempit/berkurang profesionalisme yang baik
pemusnahan obat-obatan dan sehingga mengurangi ruang untuk menjalankan
BMHP (Bahan Medis Habis gerak petugas sehingga fungsinya.
Pakai) di kabupaten Sidrap pekerjaan tidak berjalan secara
khususnya Puskesmas Empagae efektif dan efisien.

23
B. ANALISA ISU
Analisis isu digunakan untuk menetapkan kriteria isu dan kualitas isu.
Analisis ini dilakukan untuk mendapatkan kualitas tertinggi. Disamping itu
tidak semua isu bisa dikategorikan menjadi isu aktual. Oleh karena itu, perlu
dilakukan analisis kriteria isu. Kriteria kualitas isu pertama yang dilakukan
dalam penulisan rancangan aktualisasi ini adalah alat analisis APKL
(Aktual,Problematika, Kekhalayakan, dan Layak). Aktual artinya benar-benar
terjadi dan sedang hangat dibicarakan masyarakat. Problematik artinya isu
memiliki dimensi masalah yang komplek, sehingga perlu dicarikan solusinya.
Kekhalayakan artinya isu yang menyangkut hajat hidup orang banyak.
Sedangkan Layak artinya isu yang masuk akal dan realistis serta relevan untuk
dimunculkan inisiatif pemecahan masalahnya.
Table 3.2. Analisis Kriteria Isu dengan Alat Analisis APKL

No ISU A P K L Jmlh Rank


1 Kurangnya pemberian informasi 5 5 4 5 19 I
penggunaan antibiotik kepada
pasien di Puskesmas Empagae
2 Rendahnya pengetahuan masyarakat 3 4 5 4 16 II
mengenai lama penyimpanan obat
yang telah dibuka dari kemasannya
di wilayah Puskesmas Empagae
3 Belum terlaksananya visite 4 3 2 3 12 III
pelayanan kefarmasian di Puskesmas
Empagae
4 Kekosongan obat vertigo di 2 2 3 2 9
Puskesmas Empagae
5 Banyaknya obat ekspired date yang 1 1 1 2 5
belum dimusnahkan di Puskesmas
Empagae

24
Berdasarkan metode APKL yang diterapkan, maka didapatkan isu yang
memenuhi seluruh kriteria Aktual, Problematika, Kekhalayakan, dan Kelayakan
yaitu:
1. Kurangnya pemberian informasi penggunaan antibiotik kepada pasien di
Puskesmas Empagae
Isu tersebut memenuhi standar kriteria APKL dengan penjabaran aktual
karena isu ini benar-benar terjadi dan menjadi salah satu kendala. Problematik
karena isu tersebut akan menyebabkan masalah jika tidak segera ditangani
penggunaan antibiotik yang tidak benar menimbulkan masalah yang sangat
berbahaya yaitu resistensi bakteri. Kekhalayakan karena isu ini menyangkut
banyak masyarakat yang diresepkan antibiotik. Kelayakan karena isu ini layak
dibahas secepatnya karena jika isu terpecahkan dengan baik, maka penggunaan
antibiotik yang benar dapat tercapai.
2. Rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai lama penyimpanan obat yang
telah dibuka dari kemasannya di wilayah Puskesmas Empagae
Isu tersebut juga memenuhi standar kriteria APKL dengan penjabaran aktual
karena isu ini benar terjadi. Problematik karena isu ini dapat menyebabkan
masalah dalam keefektifan dan keefisienan penggunaan obat. Kekhalayakan
karena isu ini dialami oleh seluruh masyarakat yang mendapatkan pengobatan di
Puskesmas. Kelayakan karena isu ini layak dibahas secepatnya agar pasien dapat
megetahui cara penyimpanan obat yang tepat
3. Belum terlaksananya pelayanan visite pelayanan kefarmasian di Puskesmas
Empagae
Isu ini juga memenuhi standar kriteria APKL dengan penjabaran aktual
karena isu ini benar terjadi di Puskesmas. Problematik karena isu tersebut jika
tidak dilaksanakan maka tidak ada monitoring penggunaan obat-obatan yang
didapatkan oleh pasien. Kekhalayakan karena isu ini dialami oleh pasien yang
mendapatkan pengobatan di Puskesmas. Kelayakan karena isu ini layak dibahas
secepatnya agar monitoring penggunaan obat pasien rawat inap dapat
dilaksanakan sehingga penggunaan obat tepat.

25
Sedangkan isu yang tidak memenuhi kriteria APKL (Aktual, Problematika,
Kekhalayakan, dan Kelayakan) yaitu:
1. Kekosongan obat vertigo di Puskesmas Empagae
Isu tersebut belum memenuhi kriteria APKL karena isu ini tidak
terlalu menjadi masalah di Puskesmas karena tidak semuanya pasien
mendapatkan obat vertigo dan kekosongan obat di Puskesmas dapat ditangani
dengan pemberian copy resep
2. Banyaknya obat ekspired date yang belum dimusnahkan di Puskesmas
Empagae
Isu tersebut belum memenuhi kriteria APKL karena tidak terlalu
berpengaruh bagi banyak orang hanya saja terjadinya penumpukan obat-obat
di Puskesmas sehingga kapasitas ruangan menjadi berkurang yang
menyebabkan ruang gerak staf terbatas .
Ketiga isu di atas yang yang menempati ranking I sampai III kemudian
dilakukan analisa untuk menetapkan prioritas isu. Metode yang dipakai untuk
menentukan isu mana yang paling dprioritaskan atau fundamental adalah dengan
menggunakan metode Urgency, Seriousness, Growth (USG). Dimana masing-
masing kata memiliki arti, urgency, seberapa mendesak suatu isu harus dibahas,
dianalisis dan ditindaklanjuti; seriousness, seberapa serius suatu isu harus
dibahas dan dikaitkan dengan akibat yang akan ditimbulkan; dan growth,
seberapa besar kemungkinan memburuknya isu tersebut jika tidak ditangani
segera. Metode ini adalah salah satu alat untuk menyusun urutan prioritas isu
yang harus diselesaikan. Caranya dengan menentukan tingkat urgensi, keseriusan
dan perkembangan isu menggunakan nilai skala skala 1 (Tidak Penting) hingga 5
(Sangat Penting). Isu yang memiliki total skor tertinggi merupakan isu prioritas
yang harus segera diselesaikan atau dicari solusinya dan dijadikan program
habituasi. Dari penjelasan metode USG tersebut, berikut penjabaran analisis
isunya pada Tabel 3.2:
Instrumen analisis isu menggunakan analisis usg (Urgency atau penting,
Seriousness atau serius, Growth atau berkembang). Analisis USG ini juga
diperlukan utnuk menentukan kualitas isu.

26
Berikut yang meliputi kriteria analisis USG:
1. Urgency : seberapa mendesak isu itu harus dibahas, dianalisis dan
ditindaklanjuti
2. Seriousness: seberapa besar isu itu harus dibahas dikaitkan dengan
akibat yang ditimbulkan
3. Growth : seberapa besar kemungkinan memburuknya isu tersebut jika tidak
ditangani sebagaimana mestinya.
Keterangan
Angka 5 : sangat gawat/mendesak/cepat
Angka 4 : gawat/mendesak/cepat
Angka 3 : cukup gawat/mendesak/cepat
Angka 2 : kurang gawat/mendesak/cepat
Angka 1 : tidak gawat/mendesak/cepat
Tabel 3.3 Analisis Kriteria Isu dengan Alat Analisis USG
No ISU U S G Jmlh Rank
1 Kurangnya pemberian informasi 5 5 5 15 I
penggunaan antibiotik kepada
pasien di Puskesmas Empagae
2 Rendahnya pengetahuan masyarakat 4 3 4 11
mengenai lama penyimpanan obat
yang telah dibuka dari kemasannya
di wilayah Puskesmas Empagae
3 Belum terlaksananya visite 3 4 3 10
pelayanan kefarmasian di Puskesmas
Empagae

Berdasarkan hasil analisis USG di atas dapat diketahui bahwa masalah


yang sangat mendesak untuk diselesaikan adalah “Kurangnya pemberian
informasi penggunaan antibiotik kepada pasien di Puskesmas Empagae”

27
C. RANCANGAN AKTUALISASI
Tabel 3.4 Rancangan aktualisasi
Unit Kerja : Puskesmas Empagae
Identifikasi Isu : 1. Kurangnya pemberian informasi penggunaan antibiotik kepada
pasien di Puskesmas Empagae
2. Rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai lama
penyimpanan obat yang telah dibuka dari kemasannya di
wilayah Puskesmas Empagae
3. Belum terlaksananya visite pelayanan kefarmasian di
Puskesmas Empagae
Isu yang Diangkat : Kurangnya pemberian informasi penggunaan antibiotik
kepada pasien di Puskesmas Empagae
Gagasan Pemecahan Isu : Optimalisasi pelayanan informasi penggunaan antibiotik
kepada pasien di Puskesmas Emapagae

28
Tabel 3.5 Matriks Laporan Aktualisasi

No Kegiatan Tahap Kegiatan Output/Hasil Keterkaitan substansi mata Kontribusi Kontribusi pencapaian
pelatihan kegiatan penguatan nilai-nilai
pencapaian visi dan organisasi
misi organisasi
1. Melakukan - Menyampaikan rencana - Catatan  Whole of Government Dengan Melakukan koordinasi
konsultasi dan tujuan kegiatan yang Bimbingan Koordinasi mengusulkan dituntut untuk profesional
dengan mentor akan dilaksanakan  Pelayanan Publik rancangan kegiatan dalam menyampaikan
mengenai - Lembar persetuju akuntabel aktualisasi kepada rancangan kegiatan yang
- Meminta arahan dan
pelaksanaan an kegiatan  Manajemen ASN pimpinan dan akan dilaksanakan sehingga
kegiatan bimbingan dari pimpinan profesionalisme dan sharing ide – ide dan diperlukan kerjasama
aktualisasi
akuntabilitas. inovasi dalam dengan mentor. Hal ini
- Meminta tanda tangan pembuatan mendukung terwujudnya
mentor pada lembar - Dokumentasi Akuntabilitas :
aktualisasi akan nilai-nilai Puskesmas
surat persetujuan (foto/video) Konsultasi dilaksanakan dengan
mendorong Empagae yaitu tata nilai
kegiatan aktualisasi penuh tanggung jawab dan
profesional. terwujudnya misi kebersamaan.
Puskesmas Empagae
Nasionalisme : yaitu
Hasil konsultasi merupakan “Terselenggaranya
hasil diskusi bersama mentor Pelayanan
yang disetujui melalui Kesehatan Yang
musyawarah bersama mentor. Prima, dalam
Rangka Mewujudkan
Etika Publik :
Kemandirian
Menjalin komunikasi dan kerja
sama yang baik dengan mentor. Masyarakat menuju

29
Kegiatan ini dilaksanakan Kec. Watang
dengan berkonsultasi secara Sidenreng Sehat
sopan dan santun. 2020”.
Komitmen mutu :
konsultasi ini bertujuan untuk
meningkatkan pelayanan
kesehatan yang prima secara
efektif dan efisien

Anti korupsi :
Bertemu dengan mentor sesuai
dengan waktu yang telah
ditentukan (disiplin) dan
menyampaikan secara
transparan kegiatan yang akan
dilaksanakan sebagai bentuk
kepedulian terhadap derajat
kesehatan masyarakat.
2. Membuat - Melakukan telaah - SK Pelayanan  Whole of Government Dengan adanya Standar Operasional
Standar terhadap regulasi SOP Kefarmasian Koordinasi Standar Operasional Prosedur ini berfungsi
Operasional sesuai standar  Pelayanan Publik Prosedur yang sebagai pedoman dalam
Prosedur (SOP) Permenkes - SOP Pemberian akuntabel diterapkan dalam melaksanakan pelayanan
pemberian dan obat dan  Manajemen ASN pelayanan kefarmasian untuk
pelabelan profesionalisme dan kefarmasian di menjamin terselenggaranya
- Membuat SK yang pelabelan
antibiotik akuntabilitas. puskesmas Empagae pelayanan prima. Oleh
menaungi SOP antibiotik
akan meningkatkan karena itu dibutuhkan SOP
- Menyusun draf - Dokumentasi Akuntabilitas
kualitas pelayanan agar dapat melakukan

30
rancangan SOP foto/video Dokumen yang disetujui kefarmasian secara kegiatan pelayanan dengan
menjadi bukti secara formal khusus, dan kualitas disiplin.
- Mengusulkan bahwa dokumen yang dibuat pelayanan
Persetujuan draf SOP telah legal dan dapat puskesmas secara
dipertanggungjawabkan umum.
- Mencetak SOP yang
telah disetujui Nasionalisme
Pembuatan SOP ini bertujuan
- Penandatanganan SK & untuk meningkatkan pelayanan
SOP oleh kepala kesehatan yang berorientasi
Puskesmas pada patient oriented
(kepentingan
pasien/masyarakat)

Etika Publik
Melakukan komunikasi dan
konsultasi kepada pimpinan
dengan bahasa yang santun

Komitmen Mutu
SOP ini dibuat agar ada standar
dalam pelayanan pemberian
antibiotik untuk menjaga
komitmen mutu dalam
pelayanan kefarmasian
Antikorupsi

31
Pembuatan SOP ini sebagai
wujud peduli terhadap
pelayanan kefarmasian kepada
masyarakat
3. Membuat etiket - Merancang draf etiket - Etiket antibiotik  Whole of Government Kegiatan ini Kegiatan ini menganut tata
khusus antibiotik Koordinasi merupakan salah nilai Puskesmas Empagae
penggunaan - Dokumentasi  Pelayanan Publik satu inovasi dalam yaitu kebersamaan dalam
antibiotik - Mencetak etiket foto/video akuntabel meningkatkan menentukan draf/rancangan
antibiotik  Manajemen ASN pemahaman pasien penandaan yang akan
profesionalisme dan dalam penggunaan digunakan.
akuntabilitas. antibiotik sehingga
- Memperbanyak etiket
antibiotik tujuan pengobatan
Akuntabilitas
dapat tercapai dan
Etiket antibiotik ini dibuat
tidak terjadi
dengan isi yang jelas sehingga
kesalahan dalam
pasien mudah memahaminya
penggunaan
antibiotik. Dengan
Nasionalisme
meningkatkan
Pembuatan etiket antibiotik
pemahaman pasien
dibuat dengan musyawarah
tentang hal tersebut
terlebih dahulu dengan dan staf
maka misi
di ruang farmasi
Puskesmas Empagae
“Menyelenggarakan
Komitmen mutu
pelayanan kesehatan
Etiket antibiotik yang dibuat
dasar yang
untuk penggunaan secara efektif
paripurna dan
dan efisien dalam penyampaian

32
informasi obat dan dibuat atau bermutu” dapat
dirancang semenarik mungkin terwujud
(kreatif)

Anti korupsi
Pembuatan etiket ini dibuat
sebagai wujud peduli terhadap
derajat kesehatan masyarakat
agar dapat menggunakan
antibiotik dengan benar
4. Melakukan -Merencanakan jadwal - Dokumentasi 1. Denga melakukan Kegiatan pertemuan dengan
koordinasi pertemuan dengan petugas foto/video  Whole of Government koordinasi antar staf staf merupakan nilai
dengan petugas Koordinasi akan menciptakan kebersamaan antar staf
farmasi, - Lembar  Pelayanan Publik sistem manajemen agar pelayanan dapat
-Menyiapkan etiket
perawat dan akuntabel yang bermutu sesuai berjalan dengan disiplin
antibiotik yang akan koordinasi
bidan mengenai  Manajemen ASN misi Puskesmas
diperlihatkan kepada dengan petugas Empagae yang ke
penggunaan profesionalisme dan
petugas akuntabilitas. empat yaitu
etiket khusus
Menyelenggarakan
antibiotik Akuntabilitas Manajemen dan
-Menjelaskan mengenai
penggunaan etiket Koordinasi dengan petugas Sistem Informasi
merupakan tanggung jawab Kesehatan secara
antibiotik
sebagai tugas pokok untuk profesional
menjamin berjalannya

penggunaan antibiotik yang


benar.

33
Nasionalisme
Koordinasi dengan petugas
mengenai penggunaan etiket
antibiotik dengan tujuan untuk
kepentingan masyarakat
dalam peningkatan
pemahaman/pengetahuan
mengenai penggunaan
antibiotik.

Etika Publik,
Pertemuan dengan petugas
menggunakan bahasa yang
sopan dan santun.

Komitmen Mutu
Dengan koordinasi dengan
petugas maka diharapakn
adanya komitmen mutu yang
baik dan kerjasama yang baik
untuk mencipatkan pelayanan
yang bermutu

Antikorupsi
Menunjukkan kepedulian
kepada masyarakat agar
mendapat informasi obat yang
tepat dan tercapainya cita-cita
mewujudkan masyarakat cerdas

34
menggunakan obat. Serta
memberikan informasi kepada
petugas secara transparan
5. Melaksanaan - Melakukan skrining resep - Ceklist telaah  Whole of Government Pengkajian resep Pendekatan komunikasi
pengkajian dan meliputi: kelengkapan resep Koordinasi dan pelayanan resep sesama petugas dalam
pelayanan resep administrasi dan  Pelayanan Publik merupakan menyelesaikan masalah
Akuntabel,tidak implementasi untuk dihubungkan dengan
farmasetik - Obat yang telah
diskriminatif,responsif mencapai sistem peningkatan keterampilan
diberi etiket pelayanan
 Manajemen ASN setiap petugas. Ketelitian
- Menyiapakan obat sesuai Profesionalisme dan Puskesmas Empagae
- Dokumentasi apoteker dalam melakukan
permintaan resep akuntabilitas. yang paripurna.
skrining resep merupakan
Foto/Video Kegiatan ini
memastikan setiap bentuk implementasi tata
- Memberi etiket sesuai Akuntabilitas
pasien mendapatkan nilai puskesmas yang
obat yang telah disiapkan Sebagai Apoteker melakukan
obat sesuai dengan disiplin. Disiplin dalam
pengkajian resep dengan penuh
indikasi dari Pencatatan pengobatan
tanggung jawab
penyakit yang pasien, sopan dan santun
Nasionalisme diderita, serta dalam memberikan edukasi
Menerima resep yang dibawa mencegah terjadinya kepada pasien merupakan
efek-efek merugikan bentuk konsistensi
pasien dan mengerjakan sesuai
saat menggunakan penerapan tata nilai
dengan urutan nomor antrian
obat. Komunikasi puskemas.
(tidak diskriminatif) terkait pemecahan
masalah antara
Etika publik sesama petugas
menggunakan bahasa dan kesehatan di
bersikap sopan santun ketika puskesmas
berkomunikasi langsung kepada berimplikasi pada

35
pasien peningkatan mutu
pelayanan, serta
Komitmen mutu meningkatkan dan
Kegiatan ini untuk mendayagunakan
meningkatkan pelayanan sumber daya
kesehatan yang bermutu
Supaya tidak terjadi kesalahan
pemberian obat

Anti Korupsi
Pengkajian resep ini dilakukan
dengan jujur

6. Melaksanaan - Memeriksa kembali - Obat pasien yang  Whole of Government - Terselenggaranya Pendekatan komunikasi
Pelayanan kesesuaian resep dengan telah diberi etiket Koordinasi pelayanan yang sopan, etika santun,
Informasi Obat obat yang telah  Pelayanan Publik berkualitas disertai serta sikap bertanggung
(PIO) disiapkan - Ceklist Informasi Akuntabel,tidak pemberian jawab dan handal dalam
dan edukasi diskriminatif,responsif informasi dilakukan menjalankan tugas tertuang
- Memberikan informasi penggunaan obat.  Manajemen ASN dengan komunikasi dalam tata nilai yang dianut
mengenai penggunaan Profesionalisme dan yang baik dan
Puskesmas Empagae yaitu
antibiotik kepada pasien/ - Dokumentasi akuntabilitas. menyentuh hati,
keramahan, kedisiplinan
keluarga pasien foto/video demi tercapainya
kepuasan pasien. dan kerjasama.
- Menyerahkan obat Akuntabilitas :
kepada pasien/ keluarga Pemberian edukasi merupakan - Kegiatan ini juga
pasien tanggung jawab profesi mendukung
apoteker dalam pelayanan terlaksananya misi
informasi obat. Puskesmas

36
Empagae yaitu
Nasionalisme : Menyelenggarakan
Memberikan edukasi kepada Pelayanan
semua pasien dengan tidak Kesehatan Dasar
memandang status sosialnya yang Paripurna dan
(tidak diskriminatif) Bermutu
Etika Publik :
Informasi penggunaan obat
meliputi nama obat, bentuk
sediaan, dosis obat, cara
penggunaan, interval
penggunaan, indikasi serta efek
samping disampaikan secara
sopan dan santun.

Komitmen mutu :
Kegiatan edukasi dilakukan
untuk meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan dalam hal
promosi dan preventif

Anti Korupsi :
Penyampaian informasi kepada
pasien secara terbuka, jujur
dan peduli.
7. Melaksanaan -Membuat design leaflet - Leaflet antibiotik  Whole of Government Kegiatan ini Kegiatan ini terjadi
Penyuluhan Koordinasi berkaitan dengan penguatan nilai kerja sama

37
Mengenai Cara -Mencetak Leaflet - Dokumentasi  Pelayanan Publik misi I puskesmas yang melibatkan kepala
Penggunaan Foto/video akuntabel yang pertama yaitu Puskesmas, Apoteker dan
Antibiotik -Merencanakan jadwal  Manajemen ASN Menyelenggarakan Masyarakat.
kegiatan penyuluhan - Hasil pre test dan profesionalisme dan Pelayanan
akuntabilitas. Kesehatan Dasar
post test
yang Paripurna dan
-Melakukan pembagian
Akuntabilitas, Bermutu
leaflet dan pretest
Pembuatan leaflet merupakan .
bentuk tanggungjawab terhadap
-Melakukan penyuluhan
kegiatan serta tersedianya leaflet
berisi informasi yang jelas
-Melakukan post test
mengenai cara menggunakan
antibiotik yang benar dengan
penuh rasa tanggung jawab.

Nasionalisme
Membuat brosur mewujudkan
nilai kemanusiaan karena dibuat
untuk kepentingan masyarakat
dalam meningkatkan
pengetahuan mengenai
penggunaan antibiotik yang
benar

Etika Publik,
Pembuatan brosur berisikan
informasi penggunaan antibiotik
yang bersifat edukatif dengan

38
menggunakan bahasa yang
santun. Serta komunikasi yang
dilakukan dengan masyarakat
secara sopan dan santun,

Komitmen Mutu,
Pembuatan leaflet dalam hal ini
merupakan langkah berpikir
kreatif(inovatif) yaitu danya
ide-ide dalam merancang atau
membuat leaflet obat

Anti korupsi :
Menunjukkan kepedulian
kepada masyarakat agar
mendapat informasi mengenai
penggunaan antibiotik yang
benar sehingga cita-cita
mewujudkan masyarakat cerdas
menggunakan obat dapat
tercapai.
8. Melakukan - Mendokumentasikan - Dokumentasi  Whole of Government Evaluasi kegiatan Tata nilai kedisiplinan,
evaluasi dan semua kegiatan yang telah seluruh rangkaian Koordinasi dan penyusunan tanggung jawab serta
Penyusunan dilaksanakan kegiatan  Pelayanan Publik laporan membantu terampil dapat terbentuk
Laporan Akuntabel memperbaiki serta melalui proses evaluasi
Kegiatan - Melakukan evaluasi - Laporan hasil  Manajemen ASN meningkatkan suatu kegiatan. Proses
Aktualisasi Profesionalisme dan evaluasi serta penyusunan
terhadap hasil pre dan kegiatan pelayanan
akuntabilitas.

39
post test kefarmasian laporan dapat memperbaiki
Akuntabillitas - sehingga memiliki permasalahan yang ada
- Menyusun laporan Bekerja dengan penuh kaitan dalam sehingga perbaikan sistem
kegiatan tanggung jawab pada setiap “Menyelenggarakan pelayanan puskesmas
rangkaian kegiatan berkelanjutan.
Pelayanan
Nasionalisme Kesehatan Dasar
Menggunakan bahasa Indonesia yang Paripurna dan
yang baik dan benar saat Bermutu” sesuai
penyususnan laporan. misi di Puskesmas
Empagae
Etika Publik
Menjalin komunikasi dengan
mentor dan coach dengan penuh
sopan dan santun

Komitmen mutu
Laporan kegiatan sebagai bahan
evaluasi dalam menilai mutu
Anti Korupsi
Menyajikan dokumentasi
berdasarkan fakta pada setiap
kegiatan dan berkomunikasi
dengan mentor dan coach selalu
tepat waktu sesuai dengan
waktu yang telah disepakati.

40
Tabel 3.6 Rencana Kegiatan Aktualisasi
Waktu Pelaksanaan

N Februari Maret
Nama Kegiatan
o
Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu
I II III IV I

1 Melakukan konsultasi dengan


pimpinan mengenai isu yang akan
diangkat

2 Merancang draf Standar


Operasional Prosedur (SOP)

3. Membuat label penandaan khusus


“Antibiotik harus dihabiskan”

4. Melakukan koordinasi dengan


petugas farmasi, perawat dan
bidan mengenai penggunaan
etiket khusus antibiotik

5. Melaksanaan pengkajian dan


pelayanan resep

6. Melaksanaan Pelayanan Informasi


Obat (PIO)

7. Melaksanaan Penyuluhan
Mengenai Cara Penggunaan
Antibiotik

8. Melakukan evaluasi dan


Penyusunan Laporan Kegiatan
Aktualisasi

41
42

Anda mungkin juga menyukai