Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sumber Daya Manusia (SDM) adalah kunci keberhasilan suatu organisasi
karena kualitas produk organisasi dipengaruhi oleh kualitas dan produktivitas
SDM-nya (Siagian, 1996)idan hal yang kini harus
semakin disadari adalah bahwa SDM merupakan aset yang paling tinggi
pengaruhnya, karena tingkat manfaat dari sumberdaya-sumber daya lainnya baik
finansial maupun non finansial sangat bergantung pada tingkat efektifitas
pemanfaatan SDM. Penyelenggaraan pembangunan kesehatan mengacu kepada
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) dengan 6 (enam) subsistem, diantaranya adalah
subsistem sumberdaya manusia (SDM) kesehatan dengan tujuan agar tersedianya
SDM kesehatan yang kompeten sesuai kebutuhan, terdistribusi secara adil dan
merata serta didayagunakan secara optimal dalam mendukung penyelenggaraan
pembangunan kesehatan dan sebagai unsur utama yang mendukung subsistem-
subsistem kesehatan lainnya.
SDM kesehatan adalah seseorang yang aktif bekerja di bidang kesehatan baik
berpendidikan formal kesehatan maupun tidak dan dalam jenis tertentu
memerlukan kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan. SDM kesehatan
berperan sebagai perencana, penggerak dan sekaligus sebagai pelaksana
pembangunan kesehatan. Kondisi SDM kesehatan di Puskesmas Cisarua masih
menghadapi berbagai masalah terutama masalah jumlah, jenis, dan mutu SDM
kesehatan yang belum sepenuhnya memenuhi kebutuhan standar minimal SDM di
Puskesmas`

1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Sebagai pedoman Sumber Daya Manusia Kesehatan yang sesuai standar
untuk mencapai tujuan Puskesmas secara efektif dan efisien
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Sebagai bahan pedoman dalam perencanaan SDMK Puskesmas, baik
itu jumlah, jenis, dan kompetensinya
2. Sebagai bahan pedoman tentang penyusunan struktur organisasi
Puskesmas serta tata kerja puskesmas untuk menguraikan tugas dan
fungsi pegawai puskesmas
3. Sebagai bahan pedoman untuk penilaian Standar Penilaian Pegawai
4. Sebagai bahan pedoman tata aturan kepegawaian mulai cuti, disiplin,
serta kenaikan golongan/pangkat.

1.3. Ruang Lingkup


Pedoman Sumber Daya Manusia ini memuat standar minimal jumlah dan jenis
tenaga kesehatan, syarat kompetensi, struktur organisasi dan tata kerja, penilaian
standar kinerja pegawai, aturan cuti, sangsi, dan kenaikan pangkat/golongan
BAB II
VISI, MISI, STRATEGI DAN TATA NILAI
PUSKESMAS CISARUA

UPT Puskesmas Cisarua adalah salah satu Unit Pelayanan Teknis Daerah
dibidang kesehatan dimana UPT Puskesmas Cisarua merupakan perpanjangan
tangan Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor dalam upaya menjalankan kebijakan
pembangunan kesehatan di wilayah kerja Kecamatan Cisarua.
Agar Puskesmas dapat bekerja dengan baik, searah dan sesuai dengan kebijakan
baik yang ada di Dinas Kesehatan Kabupaten Cisarua maupun kebijakan dari
daerah Kabupaten, maka UPT Puskesmas Cisarua tahun 2017 ini memiliki visi
dan misi yang sesuai dengan visi misi Kabupaten Bogor dan Dinas Kesehatan :
2.1. VISI
“Terwujudkan Kecamatan Cisarua Sehat melalui Puskesmas yang PRIMA”
2.2. MISI
1. Misi Pertama:
“Menggerakkan pembangunan kecamatan Cisarua berwawasan kesehatan”
Misi ini mengandung makna bahwa setiap pembangunan yang
dilaksanakan di Kecamatan Cisarua harus berwawasan kesehatan
2. Misi Kedua
“Mendorong kemandirian masyarakat dan keluarga untuk hidup sehat”
Misi ini mengandung makna melalui promosi dan pembinaan yang
berjenjang dan rutin, masyarakat kecamatan Cisarua masyarakat dan
keluarga dapat mandiri untuk perencanaan kebutuhan kesehatan
3. Misi Ketiga
“Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu dan
terjangkau”.
Misi ini mengandung makna memaksimalkan pelayanan kesehatan dengan
sumber daya yang ada, sehingga pelayanan yang diberikan bermutu dan
terjangkau.
4. Misi Keempat
Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan
masyarakat beserta lingkungannya”`
Misi ini mengandung makna bahwa pelayanan dilaksanakan bukan hanya
dalam gedung, tapi luar gedung dengan melakukan penyuluhan dan
kunjungan rumah, agar kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat
optimal.

2.3. STRATEGI
1. Mengembangkan dan mengelola Puskesmas sebagai pelaksana upaya
kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat yang
bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan ditingkat
pertama
2. Meningkatkan akses pelayanan yang bermutu untuk memudahkan
jangkauan masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan
3. Menguatkan kerja sama lintas sektoral dan lintas pogram serta
menggerakan pemberdayaan masyarakat secara optimal dalam
meningkatkan program pembangunan dibidang kesehatan
4. Meningkatkan kompetensi dan mengoptimalkan tenaga kesehatan yang
ada untuk mewujudkan pelayanan kesehatan sesuai standar pelayanan
minimal.
5. Menyelenggarakan sistem rujukan yang efektif serta memantapkan sistem
jejaring dengan fasilitas kesehatan lanjutan dalam meningkatkan
pelayanan rujukan sesuai kebutuhan masyrarakat`
2.4. MOTTO DAN TATA NILAI

PRIMA Melayani

Profesional
P Terampil, handal dan bertanggung jawab dalam menjalankan
tugas sesuai dengan tupoksinya

Responsif

R Cepat, tanggap dan tepat waktu memberikan layanan kesehatan


sesuai

kebutuhan masyarakat

Inovatif

I Mendayagunakan pemikiran dan kemampuan dalam


mengembangkan program kesehatan menuju pelayanan
kesehatan yang bermutu

Motivasi

Keadaan sikap mental yang dapat mendorong perubahan positif


M terhadap perilaku dan lingkungan

Akuntabel

A Bentuk pertanggungjawaban hasil kegiatan layanan terhadap


Institusi didalam maupun diluar lingkup lingkungan pelayanan
kesehatan
BAB III

SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN DI PUSKESMAS

1.1. Standar Minimal Pegawai


Standar Ketenagaan Puskesmas Perkotaan non rawat nginap ini sesuai dengan
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat, adalah :
1. Dokter atau Dokter Layanan Primer : 1 Orang
2. Dokter Gigi : 1 Orang
3. Perawat : 5 Orang
4. Bidan : 4 Orang
5. Tenaga Kesehatan Masyarakat : 2 Orang
6. Tenaga Kesehatan Lingkungan : 1 Orang
7. Ahli Teknologi Laboratorium Medik : 1 Orang
8. Tenaga Gizi : 1 Orang
9. Tenaga Kefarmasian : 1 Orang
10. Tenaga Administrasi : 3 Orang
11. Pekarya : 2 Orang
12. Bidan Desa disesuaikan dengan jumlah desa binaan desa diwilayah
kerja

1.2. Struktur Organisasi dan Tata Kelola


Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten, sesuai
dengan ketentuan peraturan Perundang undangan Permenkes 75 Tahun 2014,
maka struktut organisasi dan tata kerja Puskesmas yaitu sebagai berikut :
12.1. Kepala Puskesmas
Kriteria Kepala Puskesmas yaitu tenaga kesehatan dengan tingkat
pendidikan paling rendah sarjana, memiliki kompetensi manajemen
kesehatan masyarakat, masa kerja di Puskesmas minimal 2 (dua) tahun,
dan telah mengikuti pelatihan manajemen Puskesmas.
1.2.2. Kasubag Tata Usaha
Membawahi beberapa kegiatan diantaranya Sistem Informasi Puskesmas,
kepegawaian,rumah tangga, dan keuangan.
1.2.3. Penanggungjawab UKM esensial dan keperawatan kesehatan
masyarakat yang membawahi:
a. Pelayanan promosi kesehatan termasuk UKS
1. Penyuluhan
 Peningkatan pengetahuan komprehensif masyarakat tentang
pencegahan penularan HIV-AIDS dan IMS.
 Peningkatan pengetahuan dan kepedulian masyarakat tentang
penyakit diare, tifoid dan hepatitis.
 Edukasi dan konseling Pemberian Makanan Bayi dan Anak
(PMBA) meliputi ASI dan MP-ASI untuk balita sehat,balita kurang
gizi, dan balita gizi buruk rawat jalan
 Edukasi dan konseling mengenai pola makan,perilaku makan dan
aktifitas fisik bagi anak usia sekolah
 Edukasi dan konseling mengenai pola makan, perilaku makan bagi
bumil KEK/Kurus
 Konseling Dietetik
 Kegiatan Edukasi dan Konseling tentang Swamedikasi
danPenggunaan Obat
2. Pemberdayaan Masyarakat
 Memotivasi tokoh masyarakat dalam pembentukan kader kesehatan
atau pembentukan kelompok yang peduli terhadap kesehatan
 Membentuk jejaring dalam pembentukan PHBS dimasyarakat
 Penggerakan kelompok masyarakat dalam pemanfaatan Posyandu
 Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat untuk peningkatan
Penggunaan Obat Rasional melalui Metode cara Belajar Insan
Aktif (CBIA)
3. Pelatihan
 Melatih kader kesehatan tentang perawatan diri dan
mempraktikkan PHBS
 Melatih kader kesehatan dalam menyampaikan informasi pada
kelompok atau masyarakat tentang perawatan diri dan
mempraktikkan PHBS didaerah binaan
 Melatih Kader tentang Swamedikasi dan Penggunaan Obat
melalui Metode Cara Belajar Insan Aktif (CBIA)
4. Advokasi
 Mengadvokasi masyarakat dan lintas terkait dalam praktik PHBS
dan
 penanggulangan masalah kesehatan tertentu
 Advokasi tokoh masyarakat dalam membentuk kelompok
swabantu terkait perawatan masalah gizi
b. Pelayanan kesehatan lingkungan
Pemantauan tempat tempat umum, pengelolaan makanan, dan sumber air
bersih
c. Pelayanan KIA-KB yang bersifat UKM
1. Pelayanan imunisasi di kelompok atau masyarakat
2. Skrining kesehatan siswa sekolah pendidikan dasar
3. Penyuluhan KB sesuai program pemerintah pada kelompok usia subur
atau masyarakat
d. pelayanan gizi yang bersifat UKM
1. Deteksi Dini
 Melakukan deteksi dini/penemuan kasus gizi dimasyarakat
 Melakukan asuhan keperawatan pada kasus gizi di kelompok atau
masyarakat
2. Pelayanan
Melakukan asuhan keperawatan pada kasus gizi di kelompok atau
masyarakat
e. pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit
1. Pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular
Posbindu PTM
2. Pencegahan dan pengendalian penyakit menular
 Pengendalian Filariasis
 Pengendalian cacingan
 Pengendalian infeksi Dengue/DBD
 Pengendalian Malaria
 Pengendalian Zoonosis
 Pengendalian HIV/Aids
 Pengendalian Infeksi Menular Seksual
 Pengendalian Penyakit yang dapat dicegah dengan
 imunisasi
f. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat
1.2.4. Penanggungjawab UKM Pengembangan
Membawahi upaya pengembangan yang dilakukan Puskesmas,
antara lain:
a. Pelayanan kesehatan jiwa
1. Konseling Narkoba
2. Wajib Lapor pencandu Narkotika
b. Pelayanan kesehatan gigi masyarakat
Pelayanan Kesehatan Gigi Masyarakat pada ibu hamil, Balita, PAUD,
Lansia
c. Pelayanan kesehatan tradisional komplementer
Pemanfaatan tanaman obat keluarga (TOGA
d. Pelayanan kesehatan olahraga dan Olah raga
Pembinaan Kelompok Kesehatan Olah Raga
e. Pelayanan kesehatan indera
Pelayanaan Kesehatan Indera
f. Pelayanan kesehatan lansia
Posyandu Lansia
g. Pelayanan kesehatan kerja
Pembinaan Pos Upaya Kesehatan Kerja (UKK)
1.2.5. Penanggungjawab UKP, kefarmasian, dan laboratorium
Membawahi beberapa kegiatan, yaitu:
a. pelayanan pemeriksaan umum
b. pelayanan kesehatan gigi dan mulut
c. pelayanan KIA-KB yang bersifat UKP
d. pelayanan gawat darurat
e. pelayanan gizi yang bersifat UKP
h. pelayanan kefarmasian
i. pelayanan laboratorium
1.2.6. Penanggungjawab jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring
fasilitas pelayanan kesehatan, yang membawahi:
a. Puskesmas Pembantu
b. Puskesmas Keliling
c. Bidan Desa
d. Jejaring fasilitas pelayanan kesehatan

1.3. Penyusunan dan Penilaian Sasaran Kinerja Pegawai


Diatur didalam pedoman tersendiri

1.4. Cuti
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor: 11 Tahun 2017 tentang Manajemen
Pegawai Negeri Sipil (PNS), yang ditandatangani oleh Presiden Joko Widodo
pada 30 Maret 2017, juga memuat aturan tentang cuti bagi Pegawai Negeri Sipil
(PNS). Menurut PP ini, cuti diberikan oleh PPK (Pejabat Pembina Kepegawaian),
yang  dapat didelegasikan sebagian wewenangnya kepada pejabat di
lingkungannya untuk memberikan cuti, kecuali ditentukan lain dalam Peraturan
Pemerintah ini atau peraturan perundang-undangan lainnya. Cuti bagi PNS yang
ditugaskan pada lembaga yang bukan bagian dari kementerian atau lembaga
diberikan oleh pimpinan lembaga yang bersangkutan kecuali cuti di luar
tanggungan negara,” bunyi Pasal 309 ayat (3) PP tersebut.
Dalam PP ini disebutkan, cuti terdiri atas: a. Cuti tahunan; b. Cuti besar; c. Cuti
sakit; d. Cuti melahirkan; e. Cuti karena alasan penting; f. Cuti bersama; dan g.
Cuti di luar tanggungan negara.
1. Cuti Tahunan
PP ini menyebutkan, PNS dan calon PNS yang telah bekerja paling kurang 1
(satu) tahun secara terus menerus berhak atas cuti tahunan. Lamanya hak atas cuti
tahunan sebagaimana dimaksud adalah 12 (dua belas) hari kerja.
Untuk menggunakan hak atas cuti tahunan sebagaimana dimaksud, PNS atau
calon PNS yang bersangkutan mengajukan permintaan secara tertulis kepada PPK
atau pejabat yang menerima delegasi wewenang untuk memberikan hak atas cuti
tahunan. “Hak atas cuti tahunan sebagaimana dimaksud diberikan secara tertulis
oleh PPK atau pejabat yang menerima delegasi wewenang untuk memberikan hak
atas cuti tahunan,” bunyi Pasal 312 ayat (4) PP ini.
Dalam hal hak atas cuti tahunan yang akan digunakan di tempat yang sulit
perhubungannya, menurut PP ini, jangka waktu cuti tahunan tersebut dapat
ditambah untuk paling lama 12 (dua belas) hari kalender.
Hak atas cuti tahunan yang tidak digunakan dalam tahun yang bersangkutan,
menurut PP ini, dapat digunakan dalam tahun berikutnya untuk paling lama 18
(delapan belas) hari kerja termasuk cuti tahunan dalam tahun berjalan.
“Hak atas cuti tahunan yang tidak digunakan 2 (dua) tahun atau lebih berturut-
turut, dapat digunakan dalam tahun berikutnya untuk paling lama 24 (dua puluh
empat) hari kerja termasuk hak atas cuti tahunan dalam tahun berjalan,” bunyi
Pasal 313 ayat (2) PP ini.
PNS yang menduduki Jabatan guru pada sekolah dan Jabatan dosen pada
perguruan tinggi yang mendapat liburan menurut peraturan perundang-undangan,
menurut PP ini, disamakan dengan PNS yang telah menggunakan hak cuti
tahunan.
2. Cuti Besar
PP ini juga menyebutkan, PNS yang telah bekerja paling singkat 5 (lima)
secara terus menerus, menurut PP ini. berhak lama 3 (tiga) bulan. Ketentuan
paling singkat 5 (lima) tahun secara terus menerus dikecualikan bagi PNS yang
masa kerjanya belum 5 (lima) tahun, untuk kepentingan agama. PNS yang
menggunakan hak atas cuti besar, menurut PP ini,  tidak berhak atas cuti tahunan
dalam tahun yang bersangkutan.
“Hak cuti besar diberikan secara tertulis oleh PPK atau pejabat yang menerima
delegasi wewenang untuk memberikan hak atas cuti besar. Namun hak cuti besar
dapat ditangguhkan penggunaannya oleh PPK atau pejabat yang menerima
delegasi wewenang untuk memberikan hak atas cuti besar untuk paling lama 1
(satu) tahun apabila kepentingan dinas mendesak, kecuali untuk kepentingan
agama,” bunyi Pasal 317 PP ini.
3. Cuti Sakit
Menurut PP ini, setiap PNS yang menderita sakit berhak atas cuti sakit. PNS
yang sakit lebih dari 1 (satu) hari sampai dengan 14 (empat belas) hari, menurut
PP ini, berhak atas cuti sakit, dengan ketentuan PNS yang bersangkutan harus
mengajukan permintaan secara tertulis kepada PPK atau pejabat yang menerima
delegasi wewenangng untuk memberikan hak atas cuti sakit dengan melampirkan
surat keterangan dokter.
PNS yang menderita sakit lebih dari 14 (empat belas) hari, menurut PP ini,
berhak atas cuti sakit, dengan ketentuan PNS yang bersangkutan harus
mengajukan permintaan secara tertulis kepada PPK atau pejabat yang menerima
delegasi wewenang untuk memberikan hak atas cuti sakit dengan melampirkan
surat keterangan dokter pemerintah.
Hak atas cuti sakit sebagaimana dimaksud  diberikan untuk waktu paling lama
I (satu) tahun. Jangka waktu cuti sakit sebagaimana dimaksud dapat ditambah
untuk paling lama 6 (enam) bulan apabila diperlukan, berdasarkan surat
keterangan tim penguji kesehatan yang ditetapkan oleh menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan.
PNS yang mengalami gugur kandungan, menurut PP ini, berhak atas cuti sakit
untuk paling lama 1 1/2 (satu setengah) bulan.
“Untuk mendapatkan hak atas cuti sakit sebagaimana dimaksud , PNS yang
bersangkutan mengajukan permintaan secara tertulis kepada PPK atau pejabat
yang menerima delegasi wewenang untuk memberikan hak atas cuti sakit dengan
melampirkan surat keterangan dokter atau bidan,” bunyi Pasal 321 ayat (2) PP ini.
4. Cuti Melahirkan
PP ini juga menyebutkan,  untuk kelahiran anak pertama sampai dengan
kelahiran anak ketiga pada saat menjadi PNS, berhak atas cuti melahirkan. Untuk
kelahiran anak keempat dan seterusnya, kepada PNS diberikan cuti besar.
Lamanya cuti melahirkan sebagaimana dimaksud adalah 3 (tiga) bulan.
Untuk dapat menggunakan hak atas cuti melahirkan sebagaimana dimaksud,
menurut PP ini, PNS yang bersangkutan mengajukan permintaan secara tertulis
kepada PPK atau pejabat yang menerima delegasi wewenang untuk memberikan
hak atas cuti melahirkan.
“Hak cuti melahirkan sebagaimana dimaksud diberikan secara tertulis oleh
PPK atau pejabat yang menerima delegasi wewenang untuk memberikan hak atas
cuti melahirkan,” bunyi Pasal 326 ayat (2) PP ini.
5. Cuti Karena Alasan Penting
Menurut PP ini, PNS berhak atas cuti karena alasan penting, apabila: a. ibu,
bapak, isteri atau suami, anak, adik, kakak, mertua, atau menantu salit keras atau
meninggal dunia; b. salah seorang anggota keluarga yang dimaksud pada huruf a
meninggal dunia, dan menurut peraturan perundang-undangan PNS yang
bersangkutan harus mengurus hak-hak dari anggota keluarganya yang meninggal
dunia; atau c. Melangsungkan perkawinan.
“Lamanya cuti karena alasan penting ditentukan oleh PPK atau pejabat yang
menerima delegasi wewenang untuk memberikan hak atas cuti karena alasan
penting paling lama 1 (satu) bulan,” bunyi Pasal 330 PP Nio. 11 Tahun 2017 itu.
6. Cuti Bersama
PP ini menegaskan, Presiden dapat menetapkan cuti bersama. Cuti bersama
sebagaimana dimaksud tidak mengurangi hak cuti tahunan.
PNS yang karena Jabatannya tidak diberikan hak atas cuti bersama, menurut PP
ini, hak cuti tahunannya ditambah sesuai dengan jumlah cuti bersama yang tidak
diberikan. Cuti bersama sebagaimana dimaksud ditetapkan dengan Keputusan
Presiden.
7. Cuti di Luar Tanggungan Negara
PP ini juga menyebutkan, PNS yang telah bekerja paling singkat 5 (lima)
tahun secara terus-menerus karena alasan pribadi dan mendesak dapat diberikan
cuti di luar tanggungan negara. Cuti di luar tanggungan negara itu dapat diberikan
untuk paling lama 3 (tiga) tahun.
Jangka waktu cuti di luar tanggungan negara sebagaimana dimaksud dapat
diperpanjang paling lama I (satu) tahun apabila ada alasan-alasan yang penting
memperpanjangnya,” bunyi Pasal 334 ayat (3) PP ini.
Menurut PP ini, cuti di luar tanggungan negara mengakibatkan PNS yang
bersangkutan diberhentikan dari Jabatannya. Jabatan yang menjadi lowong karena
pemberian cuti di luar tanggungan negara harus diisi.
Untuk mendapatkan cuti di luar tanggungan negara, menurut PP ini, PNS
yang bersangkutan mengajukan permintaan secara tertulis kepada PPK disertai
dengan alasan. “Cuti di luar tanggungan negara hanya dapat diberikan dengan
surat keputusan PPK setelah mendapat persetujuan dari Kepala BKN,” bunyi
Pasal 336 ayat (2) PP ini.
Menurut PP ini, selama menjalankan cuti di luar tanggungan negara, PNS
yang bersangkutan tidak menerima penghasilan PNS. Dan selama menjalankan
cuti di luar tanggungan negara tidak diperhitungkan sebagai masa kerja PNS.
Ditegaskan dalam PP ini, PNS yang sedang menggunakan hak atas cuti dapat
dipanggil kembali bekerja apabila kepentingan dinas mendesak. Dalam hal PNS
dipanggil kembali bekerja sebagaimana dimaksu, menurut PP ini, jangka waktu
cuti yang belum dijalankan tetap menjadi hak PNS yang bersangkutan.
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian cuti diatur dengan
Peraturan Kepala BKN (Badan Kepegawaian Negara)
1.5. Disiplin Pegawai
Bentuk Hukuman Disiplin :
1. hukuman disiplin ringan;
2. hukuman disiplin sedang; dan
3. hukuman disiplin berat.
Jenis Hukuman Disiplin
1. Jenis hukuman disiplin ringan terdiri dari:
a.teguran lisan;
b. teguran tertulis; dan
c. pernyataan tidak puas secara tertulis.
2. Jenis hukuman disiplin sedang terdiri dari:
a. penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 (satu) tahun;
b. penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu) tahun; dan
c. penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 (satu) tahun.
3. Jenis hukuman disiplin berat terdiri dari:
a. penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 (tiga) tahun;
b. pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah;
c. pembebasan dari jabatan;
d. pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai
PNS; dan
e. pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS.
Jenis hukuman Hukuman Disipling Untuk Pelanggaran Ketentuan Jam Kerja :
A. Hukuman Disipli Ringan ( pasal 8 )
1. Teguran Lisan : tidak masuk selama 5 hari kerja
2. Teguran Tertulis : tidak masuk selama 6 s.d 10 hari kerja
3. Pernyataan tidak puas scr tertulis : tidak masuk selama 11 s.d 15 hari kerja
B. Hukuman Disiplin Sedang ( pasal 9 )
1. Penundaan KGB selama 1 (satu ) tahun : tidak masuk selama 16 s.d 20
hari kerja
2. Penundaan kenaikan Pangkat selama 1 (satu ) tahun : tidak masuk selama
21 s.d 25 hari kerja
3. Penurunan Pangkat setingkat lebih rendah selama 1 (satu ) tahun : tidak
masuk selama 26 s.d 30 hari kerja
C. Hukuman Disipliln Berat ( pasal 10 )
1. Penurunan Pangkat setingkat lebih rendah selama 3 ( tiga ) tahun : tidak
masuk selama 31 s.d 35hari kerja
2. Pemindahan dalam rangka Penurunan jabata setingkat lebih rendah : tidak
masuk selama 36 s.d 40 hari kerja
3. Pembebasan dari jabatan Strktural atau JFT : tidak masuk selama 41 s.d 45
hari kerja
4. Pemberhentian dengan hormat dengan hormat tidak atas permintaan
sendiri atau Pemberhentian tidak dengan hormat : tidak masuk selama 46
hari kerja atau lebih Pasal 14 : Pelanggaran Pasal 8, 9 dan 10 dihitung
secara komulatif s.d akhir tahun berjalan
Penjelasan Pasal 3 angka 11 :
Keterlambatan masuk kerja dan/atau pulang cepat dihitung secara
kumulatif dan dikonversi 7 ½ (tujuh setengah) jam sama dengan 1 (satu)
hari tidak masuk kerja;

Jenis Hukuman Disipling Untuk Pelanggaran Kapanye


A. Bentuk pelanggaran kampanye :
1. ikut serta sebagai pelaksana kampanye;
2. menjadi peserta kampanye dengan menggunakan atribut partai atau atribut
PNS;
3. sebagai peserta kampanye dengan mengerahkan PNS lain; dan/atau
4. sebagai peserta kampanye dengan menggunakan fasilitas negara;
B. Hukuman Disiplin Sedang ( pasal 12 ) angka :
1. memberikan dukungan kepada capres/Cawapres, DPR, DPD, atau DPRD,
dg menjadi pelaksana/peserta kampanye dg gunakan atribut partai atau
atribut PNS, sebagai peserta kampanye dengan mengerahkan PNS lain;
2. memberikan dukungan kepada capres/Cawapres dg mengadakan kegiatan
yang mengarah kepada keberpihakan terhadap pasangan calon yang
menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa kampanye
meliputi pertemuan, ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian barang
kepada PNS dalam lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga, dan
masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 13 huruf b;
3. memberikan dukungan kepada calon anggota DPD atau calon Kepala
/Wakil Kepala Daerah dengan cara memberikan surat dukungan disertai
foto kopi Kartu Tanda Penduduk atau Surat Keterangan Tanda Penduduk
sesuai peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
4 angka 14; dan
4. memberikan dukungan kepada calon Kepala /Wakil Kepala Daerah
dengan cara terlibat dalam kegiatan kampanye untuk mendukung calon
Kepala/Wakil Kepala Daerah serta mengadakan kegiatan yang mengarah
kepada keberpihakan terhadap pasangan calon yang menjadi peserta
pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa kampanye meliputi pertemuan,
ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian barang kepada PNS dalam
lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 angka 15 huruf a dan huruf d.

C. Hukuman disiplin berat (Pasal 13) angka :


1. memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden, DPR, DPD
atau DPRDdengan menjadi peserta dg menggunakan fasilitas negara,
sebagaimana dimaksud dalamPasal 4 angka 12 huruf d;
2. memberikan dukungan kepada capres/cawapres dengan cara membuat
keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah
satu pasangan calon selama masa kampanye sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 angka 13 huruf a; dan
3. memberikan dukungan kepada calon Kepala Daerah/Wakil Kepala
Daerah, dengan cara menggunakan fasilitas yang terkait dengan jabatan
dalam kegiatan kampanye dan/atau membuat keputusan dan/atau tindakan
yang menguntungkan atau merugikan salah satu pasangan calon selama
masa kampanye sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 15 huruf b
dan huruf c.

1.6. Kenaikan Pangkat/Golongan


Pangkat adalah kedudukan yang M menunjukkan tingkatan seseorang Pegawai
Negeri Sipil berdasarkan jabatannya dalam rangkaian susunan kepegawaian dan
digunakan sebagai dasar penggajian. Kenaikan pangkat adalah penghargaan yang
diberikan atas prestasi kerja dan pengabdian Pegawai Negeri Sipil terhadap
Negara, serta sebagai dorongan kepada Pegawai Negeri Sipil untuk lebih
meningkatkan prestasi kerja dan pengabdiannya. Agar kenaikan pangkat dapat
dirasakan sebagai penghargaan, maka kenaikan pangkat harus diberikan tepat
pada waktunya dan tepat kepada orangnya. Susunan Pangkat dan Golongan
Ruang Pegawai Negeri Sipil Susunan pangkat serta golongan ruang Pegawai
Negeri Sipil sebagai berikut:
Pangkat,Golongan Ruang :
1. Juru Muda, Ia
2. Juru Muda Tingkat 1, Ib
3. Juru, Ic
4. Juru Tingkat 1, Id
5. Pengatur Muda, IIa
6. Pengatur Muda Tingkat 1, IIb
7. Pengatur, IIc
8. Pengatur Tingkat 1, IId
9. Penata Muda, IIIa
10. Penata Muda Tingkat 1, IIIb
11. Penata, IIIc
12. Penata Tingkat 1, IIId
13. Pembina, IVa
14. Pembina Tingkat 1, IVb
15. Pembina Utama Muda, IVc
16. Pembina Utama Madya, IVd
17. Pembina Utama, IVe
Setiap pegawai baru yang dilantik atau diputuskan sebagai Pegawai Negeri
Sipil / PNS baik di pemerintah pusat maupun daerah akan diberikan Nomor Induk
Pegawai atau NIP yang berjumlah 18 dijit angka, golongan dan pangkat sesuai
dengan tingkat pendidikan yang diakui sebagai mana berikut di bawah ini :
 Pegawai baru lulusan SD atau sederajat = I/a
 Pegawai baru lulusan SMP atau sederajat = I/b
 Pegawai baru lulusan SMA atau sederajat = II/a
 Pegawai baru lulusan D1/D2 atau sederajat = II/b
 Pegawai baru lulusan D3 atau sederajat = II/c
 Pegawai baru lulusan S1 atau sederajat = III/a
 Pegawai baru lulusan S2 sederajad/S1 Kedokteran/S1 Apoteker = III/b
 Pegawai baru lulusan S3 atau sederajat = III/c
Periode kenaikan pangkat Pegawai Negeri Sipil ditetapkan tanggal 1 April dan
1 Oktober setiap tahun, kecuali kenaikan pangkat anumerta dan kenaikan pangkat
pengabdian. Masa kerja untuk kenaikan pangkat pertama Pegawai Negeri Sipil
dihitung sejak pengangkatan sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil. Kenaikan
pangkat dilaksanakan berdasarkan sistem kenaikan pangkat reguler dan sistem
kenaikan pangkat pilihan. Kenaikan Pangkat Reguler Kenaikan pangkat reguler
diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang tidak menduduki jabatan struktural
atau jabatan fungsional tertentu dan diberikan sepanjang tidak melampaui pangkat
atasan langsungnya. Kenaikan pangkat reguler ini diberikan sekurang-kurangnya
telah 4 tahun dalam pangkat terakhir dan pangkat tertingginya ditentukan oleh
pendidikan tertinggi yang dimilikinya.
Kenaikan pangkat reguler juga diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang:
1. Melaksanakan tugas belajar dan sebelumnya tidak menduduki jabatan
struktural atau jabatan fungsional tertentu, dan
2. Dipekerjakan atau diperbantukan secara penuh di luar instansi induk dan
tidak menduduki jabatan pimpinan yang telah ditetapkan persamaan
eselonnya atau jabatan fungsional tertentu.
Kenaikan pangkat reguler tertinggi diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil
sampai dengan pangkat:
1. Pengatur Muda golongan ruang II/a, bagi yang memiliki Surat Tanda
Tamat Belajar Sekolah Dasar.
2. Pengatur golongan ruang II/c, bagi yang memiliki Surat Tanda Tamat
Belajar Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama.
3. Pengatur Tingkat I golongan ruang II/d, bagi yang memiliki Surat Tanda
Tamat Belajar Sekolah Lanjutan Kejuruan Tingkat Pertama.
4. Penata Muda Tingkat I golongan ruang III/b, bagi yang memiliki Surat
Tanda Tamat Belajar Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, Sekolah Lanjutan
Kejuruan Tingkat Atas 3 Tahun, Sekolah Lanjutan Kejuruan Tingkat Atas
4 Tahun, Ijazah Diploma I, atau Ijazah Diploma II.
5. Penata golongan ruang III/c, bagi yang memiliki Ijazah Sekolah Guru
Pendidikan Luar Biasa, Ijazah Diploma III, Ijazah Sarjana Muda, Ijazah
Akademi atau Ijazah Bakaloreat.
6. Penata Tingkat I golongan ruang III/d, bagi yang memiliki Ijazah Sarjana
(SI), atau Ijazah Diploma IV.
7. Pembina golongan ruang IV/a, bagi yang memiliki Ijazah Dokter, Ijazah
Apoteker, Ijazah Magister (S2), atau ijazah lain yang setara
8. Diangkat menjadi Pejabat Negara;
9. Memperoleh surat tanda tamat belajar atau ijazah;
10. Melaksanakan tugas belajar dan sebelumnya menduduki jabatan struktural
atau jabatan fungsional tertentu;
11. Telah selesai mengikuti dan lulus tugas belajar; dan
12. Dipekerjakan atau diperbantukan secara penuh di luar instansi induknya
yang diangkat dalam jabatan pimpinan yang telah ditetapkan persamaan
eselonnya atau jabatan fungsional tertentu.
Kenaikan pangkat pilihan bagi Pegawai Negeri Sipil yang menduduki jabatan
struktural, jabatan fungsional tertentu, atau jabatan tertentu yang pengangkatannya
ditetapkan dengan Keputusan Presiden, diberikan dalam batas jenjang pangkat
yang ditentukan untuk jabatan yang bersangkutan.
Kenaikan pangkat bagi Pegawai Negeri Sipil yang menduduki jabatan
struktural Pegawai Negeri Sipil yang menduduki jabatan struktural dapat
diberikan kenaikan pangkat pilihan apabila:
1. Telah 4 tahun dalam pangkat terakhir.
2. Daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan setiap unsurnya sekurang-
kurangnya bernilai baik dalam 2 tahun terakhir,
3. Lulus ujian dinas bagi kenaikan pangkat yang akan pindah golongan,
kecuali telah dibebaskan karena pendidikan/pendidikan dan pelatihan yang
telah diikuti,
4. Tidak akan melampaui pangkat atasannya,
5. Belum mencapai pangkat tertinggi yang ditetapkan bagi jabatannya.
Pegawai Negeri Sipil yang menduduki jabatan struktural dan pangkatnya
masih 1 tingkat dibawah jenjang pangkat terendah yang ditentukan untuk jabatan
itu, dapat dinaikkan pangkatnya setingkat lebih tinggi, apabila:
1. Telah 1 tahun dalam pangkat terakhir,
2. Sekurang-kurangnya telah 1 tahun dalam jabatan struktural yang
didudukinya; dan
3. Setiap unsur penilaian prestasi kerja/DP-3 sekurang-kurangnya bernilai
baik dalam 2 tahun terakhir. Ketentuan sekurang-kurangnya 1 tahun dalam
jabatan struktural yang didudukinya sebagaimana dimaksud yaitu :
a. Dihitung sejak yang bersangkutan dilantik dalam jabatan yang
definitif.
b. Bersifat kumulatif lebih dari 1 jabatan struktural tetapi tidak terputus
dalam tingkat jabatan struktural yang sama.
Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dalam jabatan struktural dan
pangkatnya masih satu tingkat di bawah janjang pangkat terendah yang ditetapkan
bagi jabatan yang didudukinya, tetapi telah 4 tahun atau lebih dalam pangkatnya
yang terakhir, dapat dipertimbangkan kenaikan pangkatnya setingkat lebih tinggi
pada periode kenaikan pangkat berikutnya setelah ia dilantik dalam jabatannya itu,
apabila setiap unsur penilaian prestasi kerja (DP-3) sekurang-kurangnya bernilai
baik dalam 2 tahun terakhir.
Kenaikan pangkat Pegawai Negeri Sipil yang menduduki jabatan fungsional
tertentu Pegawai Negeri Sipil yang menduduki jabatan fungsional tertentu dapat
dinaikkan pangkatnya setiap kali setingkat lebih tinggi apabila:
1. Sekurang-kurangnya telah 2 tahun dalam pangkat terakhir;
2. Telah memenuhi angka kredit yang ditentukan; dan Setiap unsur penilaian
prestasi kerja/DP-3 sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 2 tahun
terakhir.
Kenaikan pangkat bagi Pegawai Negeri Sipil yang menduduki jabatan tertentu
yang pengangkatannya ditetapkan dengan Keputusan Presiden diatur dengan
peraturan perundang-undangan tersendiri, misalnya jabatan hakim pengadilan.
Kenaikan pangkat Pegawai Negeri Sipil yang menunjukkan prestasi kerja luar
biasa baiknya Pegawai Negeri Sipil yang menunjukkan prestasi kerja luar biasa
baiknya selama 1 tahun terakhir, dapat dinaikkan pangkatnya setingkat lebih
tinggi apabila:
1. Sekurang-kurangnya telah 1 tahun dalam pangkat terakhir, dan
2. Setiap unsur penilaian prestasi kerja/DP-3 bernilai amat baik dalam 1
tahun terakhir.
Prestasi kerja luar biasa adalah prestasi kerja yang sangat menonjol yang
secara nyata diakui dalam lingkungan kerjanya, sehingga Pegawai Negeri Sipil
yang bersangkutan secara nyata menjadi teladan bagi pegawai lainnya. Penilaian
prestasi kerja luar biasa baiknya dilakukan oleh tim yang dibentuk oleh pejabat
pembina kepegawaian. Prestasi kerja luar biasa baiknya dinyatakan dalam surat
keputusan yang ditandatangani sendiri oleh Pejabat Pembina Kepegawaian.
Penetapan prestasi kerja luar biasa baiknya tidak dapat didelegasikan kepada
pejabat lain. Kenaikan pangkat karena Pegawai Negeri Sipil menunjukan prestasi
kerja luar biasa baiknya diberikan tanpa terikat jenjang pangkat dan/atau
ketentuan ujian dinas.
Bagi Pegawai Negeri Sipil yang menjadi pejabat negara tetapi diberhentikan
dari jabatan organiknya, tidak dapat diberikan kenaikan pangkat karena prestasi
kerja luar biasa baiknya berdasarkan jabatan organik yang didudukinya; dengan
ketentuan :
1. Bagi yang menduduki jabatan struktural/fungsional tertentu, kenaikan
pangkatnya dipertimbangkan berdasarkan ketentuan yang berlaku untuk
pemberian kenaikan pilihan;
2. Bagi yang tidak menduduki jabatan struktural/fungsional tertentu,
kenaikan pangkatnya dipertimbangkan berdasarkan ketentuan yang
berlaku untuk pemberian kenaikan pangkat reguler.
Kenaikan pangkat Pegawai Negeri Sipil yang memperoleh
STTB/ljazah/Diploma Pegawai Negeri Sipil yang memperoleh :
1. Surat Tanda Tamat Belajar/Ijazah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama atau
yang setingkat dan masih berpangkat Juru Muda Tingkat I golongan ruang
I/b ke bawah, dapat dinaikkan pangkatnya menjadi Juru golongan ruang
I/c,
2. Surat Tanda Tamat Belajar/Ijazah Sekolah Lanjutan Tingkat Atas,
Diploma I atau setingkat dan masih berpangkat Juru Tingkat I golongan
ruang I/d ke bawah, dapat dinaikkan pangkatnya menjadi Pengatur Muda,
golongan ruang II/a,
3. Surat Tanda Tamat Belajar/Ijazah Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa
atau Diploma II dan masih berpangkat Pengatur Muda, golongan ruang
II/a kebawah, dapat dinaikan pangkatnya menjadi Pengatur Muda Tingkat
I, golongan ruang II/b,
4. Ijazah Sarjana Muda, Ijazah Akademi, atau Ijazah Diploma III, dan masih
berpangkat Pengatur Muda Tingkat I, golongan ruang II/b ke bawah, dapat
dinaikkan pangkatnya menjadi Pengatur, golongan ruang II/c,
5. Ijazah Sarjana (SI), Atau Ijazah Diploma IV dan masih berpangkat
Pengatur Tingkat I, golongan ruang II/d ke bawah, dapat dinaikkan
pangkatnya menjadi Penata Muda, golongan ruang III/a,
6. Ijazah Dokter, Ijazah Apoteker, Ijazah Magister (S2) atau ijazah lain yang
setara, dan masih berpangkat Penata Muda, golongan ruang, III/a ke
bawah, dapat dinaikkan pangkatnya menjadi Penata Muda Tingkat I,
golongan ruang III/b,
7. Ijazah Doktor (S3), dan masih berpangkat Penata Muda Tingkat I
golongan ruang III/b kebawah, dapat dinaikkan pangkatnya menjadi
Penata, golongan ruang III/c.
Ijazah sebagaimana dimaksud adalah ijazah yang diperoleh dari sekolah atau
perguruan tinggi negeri dan/atau ijazah yang diperoleh dari sekolah atau
perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi dan/atau telah mendapat izin
penyelenggaraan dari Menteri yang bertanggung jawab dibidang pendidikan
nasional atau pejabat lain yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku berwenang menyelenggarakan pendidikan Ijazah yang diperoleh dari
sekolah atau perguruan tinggi di luar negeri hanya dapat dihargai apabila telah
diakui dan ditetapkan sederajat dengan ijazah dari sekolah atau perguruan tinggi
negeri yang ditetapkan oleh Menteri yang bertanggung jawab di bidang
pendidikan nasional atau pejabat lain berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku berwenang menyelenggarakan pendidikan.
Kenaikkan pangkat bagi Pegawai Negeri Sipil yang memperoleh Surat Tanda
Tamat Belajar/Ijazah/ Diploma dapat dipertimbangkan setelah memenuhi syarat
sebagai berikut:
1. Akan diangkat dalam jabatan/diberi tugas yang memerlukan
pengetahuan/keahlian yang sesuai dengan ijazah yang diperoleh;
2. Sekurang-kurangnya telah 1 tahun dalam pangkat terakhir;
3. Setiap unsur penilaian prestasi kerja sekurang-kurangnya bernilai baik
dalam 1 tahun terakhir;
4. Memenuhi jumlah angka kredit yang ditentukan bagi yang menduduki
jabatan fungsional tertentu; dan
5. Lulus ujian kenaikan pangkat penyesuaian ijazah.
Bagi Pegawai Negeri Sipil yang telah memiliki surat tanda tamat
belajar/ijazah yang diperoleh sebelum yang bersangkutan diangkat menjadi Calon
Pegawai Negeri Sipil, berlaku ketentuan mengenai kenaikan pangkat bagi
Pegawai Negeri Sipil yang memperoleh surat tanda tamat belajar/ijazah atau
diploma. Ujian penyesuaian ijazah bagi Pegawai Negeri Sipil yang memperoleh
STTB/ljazah/Diploma Ujian kenaikan pangkat penyesuaian ijazah berpedoman
kepada materi ujian penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil sesuai dengan tingkat
ijazah yang diperoleh dan substansi yang berhubungan dengan tugas pokoknya.
Pelaksanaan ujian kenaikan pangkat tersebut diatur lebih lanjut oleh instansi
masing-masing. Kenaikan pangkat Pegawai Negeri Sipil yang melaksanakan
tugas belajar Pegawai Negeri Sipil yang ditugaskan untuk mengikuti tugas belajar
merupakan tenaga terpilih yang dipandang cakap dan dapat dikembangkan untuk
menduduki suatu jabatan, oleh sebab itu selama mengikuti tugas belajar wajib
dibina kenaikan pangkatnya.
Pegawai Negeri Sipil yang sedang melaksanakan tugas belajar dan
sebelumnya menduduki jabatan struktural atau jabatan fungsional tertentu
diberikan kenaikan pangkat setiap kali setingkat lebih tinggi, apabila:
1. Sekurang-kurangnya telah 4 tahun dalam pangkat terakhir,
2. Setiap unsur penilaian prestasi kerja sekurang-kurangnya bernilai baik
dalam 2 tahun terakhir, dan Masih dalam batas jenjang pangkat bagi
jabatan yang diduduki sebelum tugas belajar. Pegawai Negeri Sipil yang
telah selesai melaksanakan tugas belajar dan memperoleh STTB/ ijazah/
diploma pendidikan yang diikutinya, dapat diberikan kenaikan pangkat
menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Kenaikkan pangkat bagi Pegawai Negeri Sipil yang melaksanakan tugas
belajar, baru dapat diberikan apabila:
1. Sekurang-kurang telah 1 tahun dalam pangkat terakhir; dan
2. Setiap unsur penilaian prestasi kerja sekurang-kurangnya bernilai baik
dalam 1 tahun terakhir.
Kenaikan pangkat Pegawai Negeri Sipil yang dipekerjakan/diperbantukan
secara penuh diluar instansi induknya. Yang dimaksud
dipekerjakan/diperbantukan secara penuh diluar instansi induknya dalam
ketentuan ini adalah dipekerjakan/diperbantukan secara penuh pada negara
sahabat atau badan internasional dan badan lain yang ditentukan pemerintah,
antara lain perusahaan jawatan, Palang Merah Indonesia, rumah sakit swasta,
badan-badan sosial, dan lembaga pendidikan.
Pegawai Negeri Sipil yang dipekerjakan atau diperbantukan di luar instansi
induknya dan diangkat dalam jabatan pimpinan yang ditetapkan persamaan
eselonnya, dapat diberikan kenaikan pangkat setiap kali setingkat lebih tinggi,
apabila :
1. Sekurang-kurangnya telah 4 tahun dalam pangkat terakhir,
2. Setiap unsur penilaian prestasi kerja/DP-3 sekurang-kurangnya bernilai
baik dalam 2 tahun terakhir, dan
3. Masih dalam pangkat yang ditetapkan untuk eselon jabatannya. Kenaikan
pangkat Pegawai Negeri Sipil yang dipekerjakan atau diperbantukan di
luar instansi mduk hanya dapat diberikan sebanyak-banyaknya 3 kali,
kecuali bagi yang dipekerjakan atau diperbantukan pada lembaga
kependidikan, sosial, kesehatan, dan perusahaan jawatan. Pegawai Negeri
Sipil yang dipekerjakan atau diperbantukan di luar instansi induknya dan
yang menduduki jabatan fungsional tertentu untuk kenaikan pangkatnya
harus memenuhi angka kredit, disamping syarat-syarat untuk kenaikan
pangkat berdasarkan ketentuan yang berlaku.
Kenaikan Pangkat Anumerta Pegawai Negeri Sipil yang dinyatakan tewas,
diberikan kenaikan pangkat anumerta setingkat lebih tinggi.
Dalam ketentuan ini yang dimaksud dengan tewas adalah:
1. Meninggal dunia dalam dan karena menjalankan tugas kewajibannya;
Meninggal dunia dalam keadaan lain yang ada hubungannya dengan
dinasnya, sehingga kematian itu disamakan dengan meninggal dunia
dalam dan karena menjalankan tugas kewajibannya;
2. Meninggal dunia yang langsung diakibatkan oleh luka atau cacat jasmani
atau cacat rohani yang didapat dalam dan karena menjalankan tugas
kewajibannya;
3. Meninggal dunia karena perbuatan anasir yang tidak bertanggung jawab
ataupun sebagai akibat tindakan terhadap anasir itu.
Kenaikan pangkat anumerta ditetapkan berlaku mulai tanggal, bulan dan tahun
Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan tewas. Pemberian kenaikan pangkat
anumerta harus diusahakan sebelum Pegawai Negeri Sipil yang tewas
dimakamkan dan surat keputusan kenaikan pangkat anumerta tersebut hendaknya
dibacakan pada waktu upacara pemakaman. Untuk menjamin agar pemberian
kenaikan pangkat anumerta dapat diberikan sebelum Pegawai Negeri Sipil yang
tewas itu dimakamkan, maka ditetapkan keputusan sementara. Pejabat yang
berwenang menetapkan keputusan sementara adalah Pejabat Pembina
Kepegawaian instansi masing-masing untuk Pegawai Negeri Sipil yang
dinyatakan tewas dalam pangkat Pembina Utama golongan ruang IV/e ke bawah.
Apabila tempat kedudukan Pejabat Pembina Kepegawaian tersebut jauh dari
instansi tempat bekerja Pegawai Negeri Sipil yang tewas sehingga tidak
memungkinkan diberikan kenaikan pangkat anumerta sebelum Pegawai Negeri
Sipil yang tewas itu dimakamkan, camat atau pejabat pemerintah setempat lainnya
misalnya kepolisian setempat atau kepala sekolah negeri, dapat menetapkan
keputusan sementara. Kepala kantor atau pimpinan unit kerja membuat laporan
tentang tewasnya Pegawai Negeri Sipil sebagai bahan penetapan keputusan
sementara oleh camat atau pejabat lainnya. Berdasarkan laporan tersebut camat
atau pejabat pemerintah setempat lainnya mempertimbangkan pemberian
kenaikan pangkat anumerta, dan apabila menurut pendapatnya memenuhi syarat
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka pejabat tersebut
menetapkan keputusan sementara tentang pemberian kenaikan pangkat anumerta.
Pejabat yang menetapkan keputusan sementara tersebut diatas, selambat-
lambatnya dalam waktu 7 hari kerja wajib melaporkan kepada Pejabat Pembina
Kepegawaian instansi Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan. Berdasarkan
bahan-bahan kelengkapan administrasi yang disampaikan oleh pejabat yang
menetapkan keputusan sementara tersebut, maka Pejabat Pembina Kepegawaian
mempertimbangkan penetapan keputusan sementara kenaikan pangkat anumerta
tersebut.
Apabila terdapat alasan yang cukup untuk pemberian kenaikan pangkat
anumerta maka Pejabat Pembina Kepegawaian menyampaikan usul kepada:
1. Presiden, bagi Pegawai Negeri Sipil yang diusulkan menjadi Pembina
Utama Muda golongan ruang IV/c ke atas dan tembusan disampaikan
kepada Kepala Badan Kepegawaian Negara sebagai bahan pertimbangan
teknis kepada Presiden.
2. Kepala Badan Kepegawaian Negara, bagi Pegawai Negeri Sipil yang
diusulkan menjadi Juru Muda Tingkat I golongan ruang I/b sampai dengan
Pembina Tingkat I golongan ruang IV/b.
Apabila almarhum/almarhumah Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan
dinyatakan tewas karena benar terbukti bahwa ia meninggal dunia dalam dan
karena dinas, maka keputusan sementara tentang pemberian kenaikan pangkat
anumerta ditetapkan menjadi keputusan definitif oleh pejabat yang berwenang
yaitu:
1. Presiden, bagi Pegawai Negeri Sipil yang dinaikan pangkatnya menjadi
Pembina Utama Muda golongan ruang IV/c ke atas setelah mendapat
pertimbangan teknis Kepala Badan Kepegawaian Negara.
2. Kepala Badan Kepegawaian Negara, bagi Pegawai Negeri Sipil Pusat yang
dinaikkan pangkatnya menjadi Juru Muda Tingkat I golongan ruang I/b
sampai dengan Pembina Tingkat I golongan ruang IV/b.
Apabila almarhum/almarhumah Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan
ternyata tidak memenuhi syarat untuk dinyatakan tewas, maka keputusan
sementara tentang pemberian kenaikan pangkat anumerta tersebut tidak dapat
ditetapkan menjadi keputusan definitif oleh pejabat yang berwenang, dan
keputusan sementara tersebut tidak berlaku untuk mengurus hak-hak
kepegawaiannya. Dalam hal yang bersangkutan tersebut di atas tidak memenuhi
syarat untuk mendapat kenaikan pangkat anumerta tetapi memenuhi syarat untuk
mendapat kenaikan pangkat pengabdian karena meninggal dunia, dapat diberikan
kenaikan pangkat pengabdian dengan keputusan pejabat yang berwenang sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Keputusan kenaikan pangkat
anumerta membawa akibat kenaikan gaji pokok, dengan demikian pensiun pokok
bagi janda/duda Pegawai Negeri Sipil yang tewas didasarkan kepada gaji pokok
dalam pangkat anumerta. Calon Pegawai Negeri Sipil yang tewas diangkat
menjadi Pegawai Negeri Sipil terhitung mulai awal bulan yang bersangkutan
tewas dan diberikan kenaikan pangkat anumerta serta diberikan hak-hak
kepegawaian sesuai ketentuan yang berlaku bagi Pegawai Negeri Sipil yang
dinyatakan tewas. Kenaikan Pangkat Pengabdian
Kenaikan pangkat pengabdian bagi Pegawai Negeri Sipil diberikan kepada:
1. Pegawai Negeri Sipil yang meninggal dunia,
2. Pegawai Negeri Sipil yang akan diberhentikan dengan hormat dengan hak
pensiun karena mencapai batas usia pensiun, dan
3. Pegawai Negeri Sipil yang oleh Tim Penguji Kesehatan dinyatakan cacat
karena dinas dan tidak dapat bekerja lagi dalam semua jabatan negeri.
Pegawai Negeri Sipil yang meninggal dunia atau akan diberhentikan dengan
hormat dengan hak pensiun karena mencapai batas usia pensiun dapat diberikan
kenaikan pangkat pengabdian setingkat lebih tinggi apabila:
1. memiliki masa bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil selama:
a. Sekurang-kurangnya 30 tahun secara terus menerus dan sekurang-
kurangnya telah 1 bulan dalam pangkat terakhir;
b. Sekurang-kurangnya 20 tahun secara terus menerus dan sekurang-
kurangnya telah 1 tahun dalam pangkat terakhir; atau
c. Sekurang-kurangnya 10 tahun secara terus menerus dan sekurang-
kurangnya telah 2 tahun dalam pangkat terakhir,
2. Setiap unsur penilaian DP-3 sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 1
tahun terakhir, dan
3. Tidak pernah dijatuhi hukuman disiplin tingkat sedang atau berat dalam 1
tahun terakhir.
Masa bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil secara terus menerus yang
dimaksud dalam ketentuan ini adalah masa kerja yang dihitung sejak diangkat
menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil/Pegawai Negeri Sipil sampai dengan yang
bersangkutan meninggal dunia atau mencapai batas usia pensiun dan tidak
terputus starusnya sebagai Pegawai Negeri Sipil.
Kenaikan pangkat pengabdian Pegawai Negeri Sipil yang meninggal dunia atau
mencapai batas usia pensiun tersebut ditetapkan dengan :
1. Keputusan Presiden, bagi Pegawai Negeri Sipil yang dinaikkan
pangkatnya menjadi Pembina Utama Muda golongan ruang IV/c ke atas
setelah mendapat pertimbangan teknis Kepala Badan Kepegawaian
Negara;
2. Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara, bagi Pegawai Negeri Sipil
yang dinaikkan pangkatnya menjadi Juru Muda Tingkat I golongan ruang
I/b sampai dengan Pembina Tingkat I golongan ruang IV/b.
Kenaikan pangkat pengabdian bagi Pegawai Negeri Sipil yang mencapai batas
usia pensiun yang ditetapkan dengan Keputusan Presiden, ditetapkan sekaligus
dalam keputusan pemberhentian dengan hak pensiun Pegawai Negeri Sipil
tersebut. Kenaikan pangkat pengabdian bagi Pegawai Negeri Sipil yang
meninggal dunia berlaku terhitung mulai tanggal Pegawai Negeri Sipil yang
bersangkutan meninggal dunia. Kenaikan pangkat pengabdian bagi Pegawai
Negeri Sipil yang mencapai batas usia pensiun berlaku terhitung mulai tanggal 1
pada bulan yang bersangkutan diberhentikan dengan hormat dengan hak pensiun.
Pegawai Negeri Sipil yang oleh tim penguji kesehatan dinyatakan cacat karena
dinas dan tidak dapat bekerja lagi dalam semua jabatan negeri, diberikan kenaikan
pangkat pengabdian setingkat lebih tinggi. Dalam ketentuan ini yang dimaksud
dengan cacat karena dinas adalah:
1. Cacat yang disebabkan oleh kecelakaan yang terjadi:
a. Dalam dan karena menjalankan tugas kewajibannya;
b. Dalam keadaan lain yang ada hubungannya dengan dinas, sehingga
kecelakaan itu disamakan dengan kecelakaan yang terjadi dalam dan
karena menjalankan tugas kewajibannya;
c. Karena perbuatan anasir yang tidak bertanggung jawab ataupun
sebagai akibat tindakan terhadap anasir itu.
2. Cacat yang disebabkan oleh sakit yang diderita sebagai akibat langsung
dari pelaksanaan tugas. Kenaikan pangkat pengabdian disebabkan cacat
karena dinas ditetapkan dengan :
a. Keputusan Presiden, bagi Pegawai Negeri Sipil untuk kenaikan
pangkat menjadi Pembina Utama Muda golongan ruang IV/c ke atas,
setelah mendapat pertimbangan teknis Kepala Badan Kepegawaian
Negara;
b. Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara, bagi Pegawai Negeri
Sipil untuk kenaikan pangkat menjadi Juru Muda Tingkat I golongan
ruang I/b sampai dengan Pembina Tingkat I golongan ruang IV/b.
Kenaikan pangkat pengabdian yang disebabkan cacat karena dinas,
berlaku mulai tanggal yang bersangkutan oleh tim penguji kesehatan dinyatakan
cacat karena dinas dan tidak dapat bekerja lagi dalam semua jabatan negeri. Calon
Pegawai Negeri Sipil yang oleh Tim Penguji Kesehatan dinyatakan cacat karena
dinas dan tidak dapat bekerja lagi dalam semua jabatan negeri, diangkat menjadi
Pegawai Negeri Sipil, diberikan kenaikan pangkat pengabdian berlaku terhitung
mulai tanggal 1 pada bulan yang bersangkutan dinyatakan cacat karena dinas dan
tidak dapat bekerja lagi dalam semua jabatan negeri, dan diberhentikan dengan
hormat dengan hak pensiun sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Kepala Badan Kepegawaian Negara atas usul Pejabat Pembina
Kepegawaian yang bersangkutan menetapkan pengangkatan Calon Pegawai
Negeri Sipil menjadi Pegawai Negeri Sipil sekaligus pemberian kenaikan pangkat
pengabdian dan pemberhentian dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil
dengan hak pensiun. Pegawai Negeri Sipil yang dinyatakan cacat dalam dan
karena dinas dan tidak dapat dipekerjakan lagi dalam semua jabatan negeri
diberikan pensiun sebesar yang tertinggi bagi PNS sebesar 75 % dari dasar
pensiun (gaji pokok) dan disamping itu diberikan tunjangan cacat menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Tunjangan cacat sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor
12 Tahun 1981 tiap bulan adalah :
1. 70% dari gaji pokok apabila kehilangan fungsi: penglihatan pada kedua
belah mata; atau pendengaran pada kedua belah telinga; atau kedua belah
kaki dari pangkal paha atau dari lutut kebawah.
2. 50% dari gaji pokok apabila kehilangan fungsi: lengan dari sendi bahu
kebawah; atau kedua belah kaki dari mata kaki kebawah.
3. 40% dari gaji pokok apabila kehilangan fungsi: lengan dari atau dari atas
siku kebawah; atau sebelah kaki dari pangkal paha.
4. 30% dari gaji pokok apabila kehilangan fungsi: penglihatan dari sebelah
mata; atau pendengaran dari sebelah telinga; atau tangan dari atau dari atas
pergelangan kebawah; atau sebelah kaki dari mata kaki kebawah.
Dalam hal terjadi beberapa cacat sebagaimana dimaksud maka besarnya
tunjangan cacat ditetapkan dengan menjumlahkan persentase dari tiap cacat,
dengan ketentuan paling tinggi 100% dari gaji pokok Ujian Dinas Pegawai Negeri
Sipil yang berpangkat Pengatur Tingkat I golongan ruang II/d dan Penata Tingkat
I golongan ruang III/d untuk dapat dinaikkan pangkatnya, disamping memenuhi
syarat yang ditentukan, harus lulus ujian dinas, kecuali ditentukan lain menurut
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ujian dinas tingkat I
untuk kenaikan pangkat dari Pengatur Tingkat I golongan ruang II/d menjadi
Penata Muda golongan ruang III/a. Ujian dinas tingkat II untuk kenaikan pangkat
dari Penata Tingkat I golongan ruang III/d menjadi Pembina golongan ruang IV/a.
Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat dan Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah
melaksanakan ujian dinas bagi Pegawai Negeri Sipil di lingkungan masing-
masing.
Pegawai Negeri Sipil yang dikecualikan dari ujian dinas untuk kenaikan
pangkat pindah golongan karena:
1. Telah menunjukkan prestasi kerja luar biasa baiknya;
2. Menemukan penemuan baru yang bermanfaatbagi negara;
3. Tewas atau meninggal dunia sehingga kepadanya dapat diberikan
kenaikan pangkat anumerta/pengabdian,
4. Telah mengikuti dan lulus pendidikan dan pelatihan kepemimpinan IV
yang setara dengan ujian dinas tingkat I atau pendidikan dan pelatihan
kepemimpinan III yang setara dengan ujian dinas tingkat II,
5. Memperoleh:
a. ijazah Sarjana (S1) atau Diploma IV untuk ujian dinas tingkat I;
b. ijazah dokter, ijazah apoteker, magister (S2) dan ijazah lain yang
setara atau doktor (S3), untuk ujian dinas tingkat I atau ujian dinas
tingkat II.
6. Menduduki jabatan fungsional tertentu
BAB IV
PENUTUP

Pedoman Sumber Daya Manusia Kesehatan ini sebagai acuan dalam


mencapai tujuan Puskesmas melalui visi dan misi Puskesmas Cisarua, sehinggga
seluruh kegiatan Puskesmas dapat berjalan efektif dan efesien`

Anda mungkin juga menyukai