Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

DI UPT RUMAH SAKIT BERSALIN MALANG

1 MARET- 31 MARET 2016

DisusunOleh :

1. Laurensia Anama Lewoeleng ( 13.090 )

2. Siti Rauhun ( 13. 164)

AKADEMI FARMASI PUTRA INDONESIA MALANG

MARET 2016
2
3

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang MahaEsa yang telah

memberikan rahmat dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan

Praktek Kerja Lapangan (PKL) di UPT RSB, Malang, Jawa Timur.

Terlaksananya PKL dan penyusunan laporan ini tidak lepas dari peran berbagai

pihak. Terimakasih penyusun haturkan kepada:

1. Dr. Dyah Suryandari selaku kepala Rumah Sakit Bersalin Kota Malang.

2. Bambang Arief S.Si, Apt selaku Apoteker di Rumah Sakit Bersalin

Pemkot Malang.

3. Ibu Luluk dan Ibu Riska selaku pembimbing Praktek Kerja Lapangan di

Rumah Sakit Bersalin.

4. Mamik Wilastri, A.Md.,S.Pd selaku dosen pembimbing.

5. Semua pihak yang tidak kami sebutkan satu persatu yang telah membantu

sehingga kegiatan PKL dapat berjalan dengan lancar.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan. Semoga

laporan PKL ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan terutama bagi

penulis dan pembaca.

Malang, Maret 2016

BAB I
4

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Kesehatan merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan

masyarakat. Karena dengan hidup sehat, maka seseorang dapat menjalani dan

melakukan aktivitasnya dengan baik. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan

kesehatan dalam diri sendiri, dibutuhkan juga adanya upaya yang menunjang

pelayanan kesehatan seperti puskesmas.

Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang

merupakan pusat pengembangan kesehatan yang juga membina peran serta

masyarakat disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu

kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.

Kegiatan pelayanan masyarakat sangat dibutuhkan dan mengingat

kesehatan itu sangatlah penting, Sehingga dibutuhkan tenaga kesehatan yang

berkompeten di bidangnya terutama bidang farmasi. Apoteker/Asisten Apoteker

sebagai tenaga farmasi dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan

dan perilaku agar dapat berinteraksi langsung dengan pasien. Pelayanan

kefarmasian meliputi pengelolaan (SDM, sarana prasarana, sediaan farmasi dan

perbekalan kesehatan serta administrasi) dan pelayanan farmasi klinik

(penerimaan resep, peracikan obat, penyerahan obat, informasi obat dan

pencatatan/penyimpanan resep).

Tujuan dari program Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini memberi

kesempatan bagi para mahasiswa untuk mengembangkan keterampilan sekaligus

mempraktekkan langsung ilmu yang didapatkan dan mengaplikasikannya di dunia


5

kerja. Selain itu, untuk menambah wawasan dan pengetahuan serta mengenal

lebih jauh kegiatan kefarmasian. Tentunya mahasiswa juga akan mendapat

pengalaman berharga tentang dunia kerja yang sebenarnya.

Harapannya mahasiswa nantinya akan lebih berkompenten dalam dalam

dunia kerja.

1.2 Tujuan

1. Mengetahui dan memahami tentang kegiatan pelayanan resep di Rumah

Sakit Bersalin Kota Malang.

2. Mengetahui dan memahami tentang pengolahan obat di Rumah Sakit

Bersalin Kota Malang.

3. Mendapatkan pengalaman langsung tentang kegiatan pelayanan di Rumah

Sakit Bersalin Kota Malang dan mengaplikasikan ilmu yang telah

dipelajari selama perkuliahan melalui kegiatan pelayanan yang ada di

Rumah Sakit Bersalin Kota Malang.

4. Mengetahui peran dan fungsi ahli madya farmasi di Rumah Sakit Bersalin

Kota Malang.

1.3 Manfaat

1. Dapat mengetahui dan memahami tentang kegiatan pelayanan resep di

Rumah Sakit Bersalin Kota Malang.


6

2. Dapat Mengetahui dan memahami tentang pengolahan obat di Rumah

Sakit Bersalin Kota Malang

3. Mendapatkan pengalaman langsung tentang kegiatan pelayanan di

Rumah Sakit Bersalin Kota Malang dan mengaplikasikan ilmu yang

telah dipelajari selama perkuliahan melalui kegiatan pelayanan yang

ada di Rumah Sakit Bersalin Kota Malang.

4. Dapat Mengetahui peran dan fungsi ahli madya farmasi di Rumah

Sakit Bersalin Kota Malang.


7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Tentang Puskesmas

2.1.1 Pengertian Puskesmas

Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disingkat Puskesmas adalah

unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab

menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja

(PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

30 TAHUN 2014).

Adapun pelayanan yang diberikan puskesmas yakni : Pelayanan Rawat

Jalan, Kesehatan Ibu dan Anak, Keluarga Berencana, Usaha Kesehatan Gigi,

Usaha Kesehatan Gizi, Usaha Kesehatan Lingkungan, Perawatan Kesehatan

Masyarakat, Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular, Kesehatan Usia

Lanjut (lansia), Kesehatan Mata, Penyuluhan kesehatan masyarakat, Laboratorium

Sederhana, dan Pelayanan Obat Apoek.

Pusat kesehatan masyarakat disingkat dengan puskesmas, adalah

organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat

menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat,

dengan peran serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh

pemerintah dan masyarakat. Upaya kesehatan tersebut diselenggarakan dengan

menitikberatkan kepada pelayanan untuk masyarakat luas guna mencapai derajat

kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan.


8

Pengelolaan Puskesmas umumnya berada di bawah Dinas Kesehatan Kabupaten

atau Kota.

2.1.2 Visi dan Misi Puskesmas

2.1.2.1 Visi Puskesmas

Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas

adalah tercapainya kecamatan sehat menuju terwujudnya Indonesia sehat.

Kecamatan sehat adalah gambaran masyarakat kecamatan masa depan yang ingin

dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam

lingkungan dan dengan perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau

pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta derajat kesehatan

yang setinggi-tingginya.Indikator kecamatan sehat yang ingin dicapai mencakup 4

indikator utama,yakni :

1. Lingkungan sehat

2. Perilaku sehat

3. Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu, serta

4. Derajat kesehatan penduduk kecamatan

2.1.2.2 Misi Puskesmas

Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas

adalah mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional.

Misi tersebut adalah :

1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya

2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di

wilayah kerjanya
9

3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan

pelayanan kesehatan

4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan

masyarakat beserta lingkungannya.

2.1.3 Fungsi Puskesmas

Fungsi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas,

sebagai berikut :

1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan.

Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan

pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di

wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan

kesehatan, selain itu mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan

penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.

2. Pusat pemberdayaan masyarakat

Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat,

keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan

dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat,

berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk sumber

pembiayaannya serta ikut menetap, menyelenggarakan dan memantau

pelaksanaan program kesehatan.

3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama

Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat

pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan, meliputi :

1) Pelayanan kesehatan perorangan


10

Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi dengan

tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan

tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit.

2) Pelayanan kesehatan masyarakat

Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik dengan

tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah

penyakit tanpa mengabaikan penyakit dan pemulihan kesehatan.

2.2 Tinjauan Tentang Kefarmasian

Pelayanan Kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu dengan tujuan

untuk mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah Obat dan masalah

yang berhubungan dengan kesehatan. Tuntutan pasien dan masyarakat akan

peningkatan mutu Pelayanan Kefarmasian, mengharuskan adanya perluasan dari

paradigma lama yang berorientasi kepada produk (drug oriented) menjadi

paradigma baru yang berorientasi pada pasien (patient oriented) dengan filosofi

Pelayanan Kefarmasian (pharmaceutical care).(PERATURAN MENTERI

KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014).

2.2.1 Ruang Lingkup

Pelayanan kefarmasian di Puskesmas meliputi dua kegiatan, yaitu

kegiatan yang bersifat manajerial berupa pengelolaan Obat dan Bahan

Medis Habis Pakai dan kegiatan pelayanan farmasi klinik.Kegiatan

tersebut harus didukung oleh sumber daya manusia dan sarana dan

prasarana.

2.2.1.1 Pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai


11

Pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan salah

satu kegiatan pelayanan kefarmasian, yang dimulai dari perencanaan,

permintaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian,

pencatatan dan pelaporan serta pemantauan dan evaluasi. Tujuannya

adalah untuk menjamin kelangsungan ketersediaan dan keterjangkauan

Obat dan Bahan Medis Habis Pakai yang efisien, efektif dan rasional,

meningkatkan kompetensi/kemampuan tenaga kefarmasian, mewujudkan

sistem informasi manajemen, dan melaksanakan pengendalian mutu

pelayanan.

Kegiatan pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi :

1. Perencanaan kebutuhan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai.

Perencanaan merupakan proses kegiatan seleksi Obat dan Bahan

Medis Habis Pakai untuk menentukan jenis dan jumlah Obat dalam rangka

pemenuhan kebutuhan Puskesmas.Perencanaan kebutuhan Obat dan

Bahan Medis Habis Pakai di Puskesmas setiap periode dilaksanakan oleh

Ruang Farmasi di Puskesmas.

Proses seleksi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan

dengan mempertimbangkan pola penyakit, pola konsumsi Obat periode

sebelumnya, data mutasi Obat, dan rencana pengembangan. Proses seleksi

Obat dan Bahan Medis Habis Pakai juga harus mengacu pada Daftar Obat

Esensial Nasional (DOEN) dan Formularium Nasional. Proses seleksi ini

harus melibatkan tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas seperti dokter,

dokter gigi, bidan, dan perawat, serta pengelola program yang berkaitan

dengan pengobatan.
12

Proses perencanaan kebutuhan Obat per tahun dilakukan secara

berjenjang (bottom-up). Puskesmas diminta menyediakan data pemakaian

Obat dengan menggunakan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan

Obat (LPLPO).

2. Permintaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai

Tujuan permintaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai adalah

memenuhi kebutuhan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai di Puskesmas,

sesuai dengan perencanaan kebutuhan yang telah dibuat.Permintaan

diajukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan dan kebijakan pemerintah

daerah setempat.

3. Penerimaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai

Penerimaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai adalah suatu

kegiatan dalam menerima Obat dan Bahan Medis Habis Pakai dari

Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota sesuai dengan permintaan yang telah

diajukan.Tujuannya adalah agar Obat yang diterima sesuai dengan

kebutuhan berdasarkan permintaan yang diajukan oleh Puskesmas.

Petugas penerimaan wajib melakukan pengecekan terhadap Obat

dan Bahan Medis Habis Pakai yang diserahkan, mencakup jumlah

kemasan/peti, jenis dan jumlah Obat, bentuk Obat sesuai dengan isi

dokumen (LPLPO), ditandatangani oleh petugas penerima, dan diketahui

oleh Kepala Puskesmas. Bila tidak memenuhi syarat, maka petugas

penerima dapat mengajukan keberatan.Masa kedaluwarsa minimal dari


13

Obat yang diterima disesuaikan dengan periode pengelolaan di Puskesmas

ditambah satu bulan.

4. Penyimpanan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai

Penyimpanan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan suatu

kegiatan pengaturan terhadap Obat yang diterima agar aman (tidak hilang),

terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin,

sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.Tujuannya adalah agar mutu

obat yang tersedia di puskesmas dapat dipertahankan sesuai dengan

persyaratan yang ditetapkan.

5. Pendistribusian Obat dan Bahan Medis Habis Pakai

Pendistribusian Obat dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan

kegiatan pengeluaran dan penyerahan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai

secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub unit/satelit

farmasi Puskesmas dan jaringannya.

6. Pengendalian Obat dan Bahan Medis Habis Pakai

Pengendalian Obat dan Bahan Medis Habis Pakai adalah suatu

kegiatan untuk memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai

dengan strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi

kelebihan dan kekurangan/kekosongan Obat di unit pelayanan kesehatan

dasar.Tujuannya adalah agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan Obat

di unit pelayanan kesehatan dasar.

7. Pencatatan, pelaporan dan pengarsipan

Pencatatan, pelaporan, dan pengarsipan merupakan rangkaian

kegiatan dalam rangka penatalaksanaan Obat dan Bahan Medis Habis


14

Pakai secara tertib, baik Obat dan Bahan Medis Habis Pakai yang

diterima, disimpan, didistribusikan dan digunakan di Puskesmas atau unit

pelayanan lainnya.

Tujuan pencatatan, pelaporan dan pengarsipan adalah:

a. Bukti bahwa pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai telah

dilakukan;

b. Sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian; dan

c. Sumber data untuk pembuatan laporan.

8. Pemantauan dan evaluasi pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai.

Pemantauan dan evaluasi pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis

Pakai dilakukan secara periodik dengan tujuan untuk:

a. mengendalikan dan menghindari terjadinya kesalahan dalam pengelolaan

Obat dan Bahan Medis Habis Pakai sehingga dapat menjaga kualitas

maupun pemerataan pelayanan;

b. memperbaiki secara terus-menerus pengelolaan Obat dan Bahan Medis

Habis Pakai; dan

c. memberikan penilaian terhadap capaian kinerja pengelolaan.

2.2.1.2. Pelayanan Farmasi Klinik

Pelayanan farmasi klinik merupakan bagian dari Pelayanan

Kefarmasian yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien

berkaitan dengan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai dengan maksud

mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.

Pelayanan farmasi klinik meliputi:

1. Pengkajian Resep, Penyerahan Obat, dan Pemberian Informasi Obat


15

2. Pelayanan Informasi Obat (PIO)

3. Konseling

4. Ronde/Visite Pasien (khusus Puskesmas rawat inap)

5. Pemantauan dan Pelaporan Efek Samping Obat (ESO)

6. Pemantauan Terapi Obat (PTO)

7. Evaluasi Penggunaan Obat.

2.2.2 Sumber Daya Kefarmasian

2.2.2.1 Sumber Daya Manusia

Penyelengaraan Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas minimal

harusdilaksanakan oleh satu orang tenaga Apoteker sebagai penanggung

jawab, yang dapat dibantu oleh Tenaga Teknis Kefarmasian sesuai

kebutuhan.

Semua tenaga kefarmasian harus memiliki surat tanda registrasi

dan surat izin praktik untuk melaksanakan Pelayanan Kefarmasian di

fasilitas pelayanan kesehatan termasuk Puskesmas, sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Semua tenaga kefarmasian di Puskesmas melaksanakan Pelayanan

Kefarmasian berdasarkan Standar Prosedur Operasional (SPO) yang

dibuat secara tertulis, disusun oleh Kepala Ruang Farmasi, dan ditetapkan

oleh Kepala Puskesmas.SPO tersebut diletakkan di tempat yang mudah

dilihat. Jenis SPO dibuat sesuai dengan kebutuhan pelayanan yang

dilakukan pada Puskesmas yang bersangkutan.


16

Pimpinan dan tenaga kefarmasian di ruang farmasi Puskesmas berupaya

berkomunikasi efektif dengan semua pihak dalam rangka optimalisasi dan

pengembangan fungsi ruang farmasi Puskesmas.

2.2.2.2 Sarana dan Prasarana

Sarana yang diperlukan untuk menunjang pelayanan kefarmasian di

Puskesmas meliputi sarana yang memiliki fungsi :

1. Ruang penerimaan resep

2. Ruang pelayanan resep dan peracikan (produksi sediaan secara

terbatas)

3. Ruang penyerahan obat

4. Ruang konseling

5. Ruang penyimpanan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai

6. Ruang arsip.
17

BAB III

TINJAUAN INSTANSI PKL

3.1 Tinjauan Umum Puskesmas Rumah Bersalin

3.3.1 Sejarah Puskesmas

Rumah bersalin adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Rumah Bersalin pada

Dinas Kesehatan Kota Malang yang melaksanakan pelayanan kesehatan secara

paripurna kepada masyarakat di wilayah kerja tertentu.

RB Pemkot Malang sudah berdiri selama 21 tahun tepatnya pada tahun

1993 RB ini didirikan. Bangunan RB Pemkot Malang cukup luas dengan dinding

hijau dan suasana rindang karna banyak ditamani tumbuhan.

Selain melayani kamar bersalin RB Pemkot Malang melayani beberapa

poli antara lain poli umum, poli gigi, dan juga poli KIA (Kesehatan Ibu dan

Anak). Setiap hari senin dan rabu RB Pemkot Malang juga melayani imunisasi

untuk para balita.

3.3.2 Lokasi

RB Pemkot Malang terletak di Jl. Panji Suroso 9 malang. Lokasi tersebut

cukup strategis karena terletak di jalan raya besar, dekat terminal Arjosari Malang

dan juga dekat beberapa universitas dan pemukiman penduduk.

3.3.3 Ruang Pelayanan Di Rumah Sakit Bersalin Kota Malang

Sebagai unit pelayanan kesehatan masyarakat, tentunya Rumah Sakit

Bersalin Kota Malang mempunyai berbagai ruang pelayanan yang menunjang

peningkatan kesehatan masyarakat. Ruang pelayanan tersebut antara lain :

3.3.3.1 Unit Gawat darurat (UGD)


18

Unit gawat darurat bagian dari Rumah Sakit Bersalin Kota Malang yang

menyediakan penanganan awal bagi pasien yang menderita sakit dan cedera, yang

dapat mengancam kelangsungan hidupnya.

1. Ruang Laboatorium

Manejemen ruang laboratorium:

a. Koordinasi dan petugas laboratorium tentang prosedur tetap (protap)

b. Diharpkan ruangan tertata bersih

c. Tersedia tempat sampah

d. Adanya buku register laboratorium dan buku bantu harian

e. Kepala Rumah Sakit Bersalin Kota Malang memeriksa kelengkapan

laboratorium

f. Supervise kepala Rumah Sakit Bersalin Kota Malang, dalam kegiataan

pembinaan bimbingan dan pengawasan terhadap pelaksanaan program

g. Memotivasi bawahan untuk meningkatkan kinerja kerja.

2. Poli Umum

Poli Umum merupakan ruangan untuk melakukan pemeriksaan kepada

pasien yang dilakukan tenaga medis.

a. Kebijakan

Memberikan pengobatan dan perawatan pada tingkat yang setinggi-

tingginya kepada semua orang yang membutuhkan.

b. Tujuan

1. Dapat membuat diagnose yang dini, memberi pengobatan, membatasi

ketidakmampuan, mengadakan rehabilitasi dan meringankan penderiataan.


19

2. Merujuk penderita untuk pelayanan kesehatan lain sesuai dengan jenis

penyakitnya

c. Uraian tentang kegiatan di poli umum

1. Anamnesa

Wawancara terhadap pasien atau keluarga mengenai:

a. Keluhan utama

b. Keluhan tambahan

c. Riwayat penyakit terdahulu

d. Riwayat penyakit keluarga

e. Lamanya sakit

f. Pengobatan yang sudah dilakukan

g. Riwayat alergi obat

2. Pemeriksaan fisik

a. Inspeksi : keadaan umum pasien

b. Palpasi : perabaan kemungkinan adanya benjolan, konsistensi, hepar atau lien

c. Perkusi : untuk memntukan batas jantung, keadaan paru, hepar, kemungkinan

adanya ascites

d. Auskultasi : untuk mengetahui keadaan jantung, paru, dan peristaltic usus.

3. Poli gigi

Poli gigi merupakan ruang untuk memeriksa kesehatan gigi, melakukan

pengobatan atau tindakan pada gigi. Tindakan pada gigi meliputi tumpatan gigi,

cabut gigi, dan pembersihan karang gigi.

4. Ruang KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)

a. Tujuan
20

Menurunkan kematian dan kesakitan ibu, bayi dan anak dengan cara

meningkatkan kesehatan ibu setinggi-tingginya pada waktu mengandung,

bersalin, dan sesudahnya. Selain itu meningktakan kesehatan anak terutama dalam

hal gizi yang baik dan mencegah mereka dari penyakit menular.

b. Kegiatan-kegiatan :

1. Memberikan pemeliharaan kesehatan kepada para ibu yang mengandung,

bersalin, menyusui dan kepada anak-anak pra sekolah.

2. Mengamati perkembangan dan pertumbuhan anak-anak di bawah umur 5

tahun.

3. Memberikan nasehat tentang makanan untuk mencegah timbulnya gizi

buruk.

4. Memberikan vaksinasi untuk pengebalan

5. Memberikan pengobatan kepada ibu dan anak-anak pra sekolahdalam

kesakitan yang tidak berat.

6. Ruang Imunisasi

Ruang imunisasi merupakan ruang untuk melakukan imunisasi kepada

bayi dan balita. Imunisasi atau vaksinasi adalah prosedur untuk meningkatkan

derajat imun, memberikan imunitas, protektif dengan menginduksi respon memori

terhadap patogen tertentu atau toksin dengan menggunakan preparat antigen non

virulen/nontoksik. Lima jenis imunisasi pada anak dibwah 1 tahun yang harus

dilakukan, yakni BCG (Bacillus Calmette Guerin), DPT (Difteri Pertusis

Tetanus), polio, campak, dan hepatitis B.


21

7. Ruang Rawat Inap

Ruang rawat inap di Rumah Sakit Bersalin Malang ditujukan kepada

pasien ibu melahirkan.

8. Apotek

Apotek adalah tempat dikerjakan kefarmasian penyaluran perbekalan

farmasi kepada masyaraka

t. Pekerjaan kefarmasian di apotek Rumah Sakit Bersalin Kota Malang

adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamana

pengadaan, penyimpanan dan distribusi obat, pengelolaan obat, pelayanan obat

atas resep dokter dan pelayanan informasi obat. Perbekalan farmasi misalnya obat

dan alat kesehatan.

Bagian Pelayanan

Apotek
Bagian Gudang

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Sub Unit Apotek

3.3.4 Kegiatan di Rumah Sakit Bersalin Kota Malang

Kegiatan pelayanan di Rumah Sakit Bersalin Kota Malang dimulai sejak

pukul 08.00 WIB sampai pukul 14.00 WIB. Langkah-langkah kegiatan di Rumah

Sakit Bersalin Kota Malang sebagai berikut :

1. Pasien menuju ke loket pendaftaran terlebih dahulu untuk mengambil formulir

yang berisi tentang riwayat kesehatan


22

2. Pasien dari loket pendaftaran menuju ruang pengobatan, ruang KIA atau

ruangan lain yang akan di tuju untuk menyerahkan kartu rawat jalan yang

diterimanya di loket, kemudian menunggu di ruang tunggu sesuai antrian.

3. Petugas di ruang yang dituju memanggil pasien untuk masuk ke ruang periksa

sesuai nomor urut

4. Petugas mencocokkan identitas pasien dengan kartu rawat jalan

5. Petugas atau dokter melakukan anamnesa terhadap pasien sbb :

a. Keluhan utama

b. Reluhan tambahan

c. Riwayat penyakit terdahulu

d. Riwayat penyakit keluarga

e. Lamanya sakit

f. Pengobatan yang sudah dilakukan

g. Riwayat alergi obat

3.3.5 Sarana dan Prasarana Di Rumah Sakit Bersalin Kota Malang

Prasarana adalah tempat, fasilitas dan peralatan yang secara tidak langsung

mendukung pelayanan kefarmasian, sedangkan sarana adalah suatu tempat,

fasilitas dan peralatan yang secara langsung terkait dengan pelayanan

kefarmasian. Dalam upaya mendukung pelayanan kefarmasian di puskesmas

diperlukan prasarana dan sarana yang memadai disesuaikan dengan kebutuhan

masing-masing puskesmas dengan memperhatikan luas cakupan, jumlah

karyawan,angka kunjungan dan kepuasan pasien.

Prasarana dan sarana yang harus dimiliki puskesmas untuk meningkatkan

kualitas pelayanan kefarmasian adalah sebagai berikut :


23

1. Papan nama “apotek” atau “kamar obat” yang dapat terlihat jelas oleh pasien

2. Ruang tunggu yang nyaman bagi psien

3. Peralatan penunjang pelayanan kefarmasian, antara lain timbangan dan

miligram, mortir-stamper, gelas ukur, corong, rak alat-atat, dan lain-lain

4. Tersedia tempat dan alat untuk mendisplai informasi obat bebas dalam upaya

penyuluhan pasien, misalnya untk memasang poster, tempat brosur, leaflet,

booklet dan majalah kesehatan.

5. Tersedia sumber informasi dan leteratur obat yang memadai untuk pelayanan

informasi obat. Antara lain: Farmakope Indonesia edisi terakhir, Informasi

Obat Indonesia (ISO) dan Informasi Obat Nasional Indonesia (IONI).

6. Tersedia tempat dan alat untuk melakukan percikan obat yang memadai

7. Tempat penyimpanan obat khusus seperti lemari es untuk suppositoria, serum

dan vaksin, dan lemari terkunci untuk penyimpanan narkotika sesuai dengan

peaturan perundangan yang berlaku.

8. Tersedia kartu stok untukmasing-masing jenis obat atau komputer agar

pemusnahan dan pengeluaran obat, termasuk tanggal kadaluarsa obat, dapat

dipantau dengan baik

9. Tempat penyerahan obat yang memadai, yang memungkinkan untuk

melakukan pelayanan informasi obat.

3.3.6 Visi dan Misi Rumah Sakit Bersalin Kota Malang

1. VISI

Penyelenggaraan Pelayanan Persalinan Yang Beekualitas Dan Terjangkau

2. MISI
24

Mewujudkan Pelayanan Persalinan Rawat Inap Dan Rawat Jalan Yang

Responsif, Profesional, Humanis, Dan Akuntabel.

3.3 Pelaksanaan Kefarmasian

Tugas dan Kewajiban :

Mengerjakan sesuai dengan profesinya sebagai Asistent Apoteker, yaitu :

1. Melakukan pelayanan resep (mulai dari menerima resep sampai menyerahkan

obat kepada pasien dan pemberian KIE).

2. Mencatat dan membuat laporan CPCPO setiap bulan.

3. Mendistribusikan obat ke masing – masing poli dan pustu (puskesmas

pembantu)

4. Menyusun resep-resep menurut nomor urut dan tanggal lalu disimpan.

Memelihara kebersihan ruangan peracikan, dan lemari obat.

5. Melakukan pencatatan keluar masuknya obat ke dalam kartu stok.

6. Melakukan pemusnahan obat expaid atau rusak.

7. Membuat laporan obat narkotik dan psikotropik.

8. Membuat perencanaan obat selama satu tahun.

Tanggung jawab :

Asisten Apoteker (Pelaksana Kefarmasian) bertanggung jawab kepada

Kepala Puskesmas sesuai dengan tugas yang diberikan kepadanya, artinya

bertugas sesuai dengan profesinya dengan penuh rasa tanggung jawab, dan secara

profesional dengan mengedapankan pelayanan yang baik kepada pasien.

Wewenang :
25

Asisten Apoteker (Pelaksana Kefarmasian) berwewenang melaksanakan

pelayanan kefarmasian sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

3.4 Pengelolaan Apotek

Sistem pengelolaan Apotek di Puskesmas Rumah Bersalin sesuai dengan

fungsi dan tugas Apotek meliputi :

1. Membuat, mengelola, meracik, mengubah bentuk, mencampur obat dan bahan

obat untuk melayani, serta menyerahkan kepada pasien.

2. Menyediakan, menyimpan, dan menyerahkan perbekalan farmasi, meliputi

obat, bahan obat.

Pengembangan dan Peningkatan Pelayanan Apotek

Upaya pengembangan dan Peningkatan Pelayanan Apotek di puskesmas

perlu dilakukan dalam rangka mengoptimalkan pelaksanaan fungsi dan peranan

pelayanan kefarmsian yang meliputi :

1. Pelayanan obat yaitu meningkatkan jumlah dan ragam jenis obat yang

diperlukan agar dapat melayani semua permintaan obat dengan cepat dan tepat

sehingga penolakan resep tidak terjadi.

2. Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi yaitu pelayanan informasi

obat kepada masyarakat yang menginginkannya.

3.5 Pengelolaan Obat

Untuk mempermudah pengambilan, pengecekan barang dan mencegah

terjadinya kekeliruan, maka perbekalan farmasi di tata berdasarkan golongan obat,


26

dan bentuk sediaan misalnya sediaan obat yang berbentuk salep, sediaan

parenteral, sirup dan tablet, masing – masing golongan obat tersebut dipisahkan.

Penataan dan penyimpanan obat

Penataan letak obat di Puskesmas Rumah Bersalin disusun atau diurutkan

berdasarkan kombinasi yaitu: Penataan letak obat disini digolongkan menurut

bentuk sediaannya, misalnya sedian tablet/ kapsul/kaplet, salep (baik salep kulit

maupun salep mata), sediaan sirup (baik sirup yang berbentuk larutan/ sirup

kering), sediaan suspensi, emulsi, dan lain- lain.

3.6 Pelayanan Informasi Obat

Pelayanan informasi obat di Apotek Puskesmas Rumah Bersalin dilakukan

oleh Asisten Apoteker (Pelaksana Kefarmasian). Pelayanan informasi obat (KIE)

ini disampaikan pada saat penyerahan obat dan dilaksanakan dalam rangka

memberikan pelayanan kefarmasian yang lebih baik kepada pasien mengenai

fungsi / kegunaan obat, efek samping yang ditimbulkan akibat penggunaan obat,

cara pemakaian dan waktu pemakaiannya. Dalam memberikan pelayanan

informasi obat Asisten Apoteker memberikan informasi obat ini terbuka untuk

umum segala sesuatu mengenai obat dan ini tidak dipungut biaya.
27

BAB IV

PEMBAHASAN

Pelaksanaan kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilakukan di RSB

yang berlokasi di jalan panji suroso 9 malang. Kegiatan PKL ini dilaksanakan

mulai tanggal 1 Maret s/d 31 Maret 2016. Di RB melayani pasien rawat jalan dan

pasien rawat inap di mana pasien rawat inap adalah pasien bersalin. Didalam RSB

Pemkot Malang ada unit pelayanan yaitu apotek dimana apotek menyediakan

pelayanan obat serta konsultasi obat kepada pasien.

Apotek RSB Pemkot Malang memiliki sistem pengambilan obat secara

one way gate yaitu pengambilan obat yang dilakukan dari satu tempat saja yaitu

dari gudang farmasi. Sistem pengadaan obat tersebut meliputi:

a. Perencanaan : tujuannya melakukan proses kegiatan seleksi obat dan

perbekalan kesehatan untuk menentukan jumlah obat dalam rangka pemenuhan

kebutuhan Apotek RSB Kota Malang. Direncanakan berdasarkan kebutuhan

obat pasien atau resep yang dilayani tiap harinya dan pada buku acuan menteri

kesehatan tentang pengadaan obat di puskesmas. Adapun obat-obat yang

dipesan terdiri dari obat pelayanan dasar dan obat penunjang. Perencanaan

pengadaan obat di RSB Pemkot Malang berdasarkan obat konsumsi pasien

berdasarkan perhitungan dibuku lidi. Penulisan buku lidi dilakukan setiap hari,

dari perhari kemudian dijadikan perhitungan bulanan (LPLPO) dan selanjutnya

dimasukkan kedalam perencanaan tahunan. Untuk mempermudah dalam

pengerjaan buku lidi, input data obat dibuat dengan sistem program komputer

secara otomatis. Untuk menghindari kekurangan obat perhitungan perencanaan

obat dilebihkan 20% (10% perencanaan peningkatan pasien dan 10% untuk
28

cadangan) dan yang kedua perencanaan obat berdasarkan pola penyakit yang

dialami masyarakat sekitar. Perencanaan di RSB Pemkot Malang dilaksanakan

setiap setahun sekali pada bulan Juli.

b. Pengadaan : pengadaan obat tidak dilakukan oleh RSB Pemkot Malang

melainkan pengadaan obat dilakukan oleh Dinas Kesehatan. RSB Pemkot

Malang hanya membuat usulan kesehatan obat satu tahun kepada Dinas

Kesehatan.

a. Penerimaan : penerimaan obat di RSB Pemkot Malang terdiri dari dua yaitu

dari gudang farmasi yang terletak di Sawojajar. Dari gudang farmasi, RSB

Pemkot Malang memperoleh BBK (Bukti Barang Keluar) yang nantinya akan

disesuaikan dengan LPLPO dan bukti fisik yang diterima.

b. Penyimpanan : kegiatan pengamanan di RSB Kota Malang dilakukan dengan

cara menempatkan obat-obat pada tempat yang sesuai dan aman (tidak hilang),

sesuai dengan kelas terapi dengan sistem penyimpanan FIFO, FEFO, alfabetis

dan bentuk kemasan selanjutnya agar terhindar dari kerusakan fisik maupun

kimia dan mutunya tetap terjamin dengan tujuan agar obat yang tersedia di unit

pelayanan kesehatan mutunya dapat dipertahankan.

c. Distribusi : dilakukan pengeluaran dan penyerahan obat secara merata dan

teratur untuk memenuhi kebutuhan sub-sub unit pelayanan kesehatan yang

berada di RSB Kota Malang. Obat yang didapat dari gudang farmasi dinas

kesehatan akan distok di gudang farmasi RSB Pemkot Malang

d. Pengendalian : pengendalian obat di RSB Kota Malang dilakukan agar tidak

terjadi kelebihan dan kekosongan obat di unit pelayanan kesehatan dasar.


29

e. Pencatatan dan Pelaporan : Pencatatan obat dilakukan dengan mencatat jumlah

obat yang keluar sesuai dengan resep. Pencatatan tersebut ditulis di buku

rekapan tiap harinya. Pencatatan obat berfungsi untuk penulisan LPLPO bulan

berikutnya, kemudian diberikan ke bagian gudang farmasi dari gudang farmasi

akan merekap data LPLPO dari tiap-tiap puskesmas. Data rekapan diberikan ke

DINKES, dinas akan mengajukan anggaran ke pemerintah kota.

Jalur pelayanan pasien di RSB Pemkot Malang dimulai dari pasien

datang ke RSB kemudian masuk loket mengambil nomor antrian berobat dengan

syarat pasien memberikan kartu berobat ke RSB Pemkot Malang.

Kegiatan PKL yang dilakukan di RSB Pemkot Malang meliputi:

membuat dan menyiapkan obat sesuai dari resep dokter. Memberikan pelayanan

KIE pada pasien dan melakukan pencatatan pelaporan obat. Pencatatan obat

dilakukan dengan mencatat jumlah obat yang keluar sesuai dengan resep.

Pencatatan tersebut ditulis di buku rekapan tiap harinya. Pencatatan obat berfungsi

untuk penulisan LPLPO bulan berikutnya.

RSB Pemkot Malang juga memberikan pelayanan dalam bentuk yang

lain untuk menjamin kenyamanan pasien misalnya tempat parkir yang cukup luas,

fasilitas ruang tunggu yang baik. RSB Pemkot Malang sebagai salah satu tempat

penyaluran barang-barang farmasi kepada masyarakat yang tidak lepas dari

pengawasan pemerintah. Oleh sebab itu, Apotek wajib untuk melaporkan

penggunaan sediaan farmasi tertentu kepada instalasi yang berwenang.

Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan di RSB Pemkot Malang telah memberikan

Ilmu Pengetahuan dan pengalaman terhadap mahasiswa khususnya dalam

pelayanan obat seperti peracikan, selain itu juga melatih mahasiswa tentang
30

bagaimana melayani pasien dengan baik dan juga cara memberikan informasi

mengenai obat kepada pasien. Dengan pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan di

RSB Pemkot Malang ini dapat mempersiapkan calon Ahli Madya Farmasi dalam

menghadapi dunia kerja sehingga siap melaksanakan tugas dan tanggung

jawabnya di
31

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pelaksanaan kegiatan praktek kerja lapangan, maka

kami dapat menarik kesimpulan bahwa :

1. Tenaga kefarmasian memiliki peran yang cukup besar di puskesmas sebagai

pelaksana kefarmasian yang bertugas untuk pengelola obat dan melakukan

pelayanan kefarmasian kepada pasien.

2. Kegiatan Praktek Kerja Lapangan sangat berguna bagi praktikan untuk

menambah wawasan dan pengalaman dalam menghadapi pasien secara

langsung serta menambah pengetahuan tentang bagaimana memberikan

pelayanan yang baik kepada pasien.

5.2 Saran

Guna meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian maka kami memberikan

beberapa saran, yaitu :

Bagi Puskesmas :

1. Untuk penyimpanan sediaan supositoria dan ovula sebaiknya di simpan di

lemari es agar terhindar dari kerusakan fisik/kimia obat sehingga kualitas

mutu obat tetap terjamin

2. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa PKL agar dapat memberikan

KIE kepada pasien.


32

3. Menyiapkan ruang tunggu untuk pasien karena ruang tunggu yang ada di RB

berhadapan dengan kamar mandi/toilet.


33

Daftar Lampiran

UPT Rumah Bersalin


34

Resep untuk umum Resep untuk poli gigi

Resep untuk KIA


35

Alat pengepresan puyer Etiket biru dan putih

Gudang obat 1 di UPT Rumah bersalin


36
37

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2003. Pedoman Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan di

Puskesmas. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.

http://skripsikampus.blogspot.com/2009/07/analisis-kualitas-pelayanan-

dalam.html

Anonim. 2006. Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Jakarta :

Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Direktorat Jendral Bina

Kefarmasian dan Alat Kesehatan RI.

Hatmoko. 2006. Sistem Pelayanan Kesehatan Dasar Puskesmas. Samarinda :

Universitas Mulawarman.

Permenkes RI No 30. 2014. Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas.

Jakarta : Menteri Kesehatan RI.

Anda mungkin juga menyukai