Anda di halaman 1dari 57

1

USAHA POKOK KESEHATAN


PUSKESMAS PALARAN
PERIODE 25 FEBRUARI 2013 20 APRIL 2013











Disusun oleh:

Pembimbing :
Veronika Hinum, S. KM, MM
dr. Wawan
Dr. dr. Swandari Paramita, M.Kes


LABORATORIUM ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN
PUSKESMAS PALARAN
SAMARINDA
2013
Gina Magda Riana
Renny Tri Utami
Sri Wahyuni
Kristanti Andarini

2

DAFTAR ISI


Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1

BAB II PROFIL PUSKESMAS PALARAN ........................................................................... 4
2.1 Visi, Misi, Strategi, Nilai dan Motto .................................................................................... 4
2.2 Data Demografi dan Geografi .............................................................................................. 7
2.3 UPK Wajib Puskesmas Palaran ............................................................................................ 12
2.4 UPK Pengembangan Puskesmas Palaran ............................................................................. 43

3

BAB I
PENDAHULUAN


Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan unit pelaksana teknis Dinas
Kesehatan Kota yang bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah
kerjanya. Menurut Depkes RI tahun 1991, Puskesmas adalah organisasi kesehatan
fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga
membina peran serta masyarakat & memberikan pelayanan secara menyeluruh dan
terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Menurut
KEPMENKES RI No.128/Menkes/SK II/tahun 2004 tentang Kebijakan Dasar
Puskesmas,Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kota yang
bertanggungjawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. Puskesmas
diberikan kewenangan oleh Dinas Kesehatan kabupaten/kota guna melaksanakan tugas
operasional pembangunan kesehatan untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi
setiap penduduk.
Tujuan dari Puskesmas secara umum adalah mendukung tercapainya tujuan
pembangunan kesehatan nasional, yakni meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja
Puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi tingginya.
Puskesmas berfungsi sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan
kesehatan, pusat pemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam pembangunan
kesehatan dan pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama meliputi pelayanan medik
dasar individu dan keluarga, serta pelayanan kesehatan masyarakat yang mencakup
usaha pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Dari fungsi Puskesmas
ini, jelas peran Puskesmas bukan hanya persoalan teknis medis tetapi juga bagaimana
keterampilan sumber daya manusia untuk mampu mengorganisir modal sosial yang ada
di masyarakat. Fungsi dan peran Puskesmas sebagai lembaga kesehatan yang
menjangkau masyarakat di wilayah terkecil sekalipun, membutuhkan strategi dalam
mengorganisir masyarakat untuk terlibat dalam penyelenggaraan kesehatan secara
mandiri.
4

Ditinjau dari sistem pelayanan kesehatan di Indonesia, maka peranan dan
kedudukan Puskesmas adalah sebagai ujung tombak sistem pelayanan kesehatan di
Indonesia. Hal ini karena peranan dan kedudukan Puskesmas di Indonesia sangat unik.
Sebagai sarana pelayanan kesehatan terdepan di Indonesia, maka Puskesmas
bertanggung jawab dalam menyelenggarakan pelayanan kedokteran.
Dengan diberlakukannya UU Otonomi Daerah yang mengutamakan
desentralisasi, maka setiap daerah tingkat I dan II memiliki kesempatan
mengembangkan Puskesmas sesuai Rencana Strategis (Renstra) Kesehatan Daerah dan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Bidang Kesehatan sesuai
situasi dan kondisi daerah tingkat I dan II. Konsekuensi dari undang-undang tersebut
ialah terjadinya perubahan struktur organisasi kesehatan serta tugas pokok yang
menunjukkan kepentingan daerah tingkat I dan II yang lebih dominan, hal ini dapat
menimbulkan perbedaan penentuan skala prioritas upaya peningkatan pelayanan
kesehatan di tiap daerah, dengan catatan setiap kebijakan tetap mengacu pada Renstra
Kesehatan Nasional. Disamping itu daerah tingkat II dituntut untuk melakukan
akselerasi di semua sektor penunjanng upaya pelayanan kesehatan.
Puskesmas berfungsi sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan
kesehatan, pusat pemberdayaan keluarga dan masyarakat, serta pelayanan kesehatan
strata pertama meliputi pelayanan medik dasar individu dan keluarga. Pelayanan
kesehatan yang diberikan Puskesmas adalah pelayanan kesehatan menyeluruh, meliputi:
pelayanan promotif (upaya edukasi peningkatan kesehatan), pelayanan preventif
(pencegahan), kuratif (pengobatan), dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan). Keempat
jenis pelayanan dasar tersebut bersifat integratif, baik personal maupun program melalui
UPK (Upaya Pokok Kesehatan). Hal ini dimaksudkan agar pelaksanaan setiap kegiatan
tertata rapi dan memiliki kejelasan spesifikasi tugas dan sasaran serta hasil masing-
masing program.
Fungsi Puskesmas tersebut diwujudkan dalam upaya Puskesmas yang terdiri dari
Upaya Kesehatan Wajib dan Upaya Kesehatan Pengembangan. Upaya kesehatan wajib
puskesmas atau Unit Pelayanan Kesehatan (UPK) terdiri dari 6 kegiatan pokok/Basic
Sixyakni (1) Promosi Kesehatan, (2) Kesehatan Lingkungan, (3) Kesehatan Ibu dan
Anak dan Keluarga Berencana (KIA dan KB), (4) Peningkatan Gizi, (5)
Penanggulangan Penyakit Menular/P2M dan (6) Pengobatan Dasar. Sedangkan Upaya
5

Kesehatan Pengembangan yaitu upaya kesehatan yang dilaksanakan sesuai dengan
masalah kesehatan yang ada dan disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas. Upaya
kesehatan pengembangan ditetapkan bersama Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan
mempertimbangkan masukan dari masyarakat melalui perwakilan masyarakat dalam
bentuk Badan Penyantun Puskesmas/Konsil Kesehatan Kecamatan. Upaya laboratorium
(medis dan kesehatan masyarakat) dan upaya pencatatan-pelaporan tidak termasuk
pilihan karena merupakan pelayanan penunjang dari setiap Upaya Kesehatan Wajib dan
Upaya Kesehatan Pengembangan Puskesmas. Adapun perawatan kesehatan masyarakat
merupakan bagian integral dari berbagai upaya pelayanan yang ada, sehingga
diharapkan pelayanan Puskesmas bersifat menyeluruh.
Kecamatan Palaran merupakan salah satu kecamatan di Samarinda yang memiliki
sebuah puskesmas induk. Puskesmas Palaran ialah Puskesmas pertama yang didirikan di
Kalimantan Timur. Saat ini Puskesmas Palaran dilengkapi dengan fasilitas rawat inap
sebagai pengembangan Puskesmas Induk Palaran yang telah diresmikan sejak 21
Januari 2004. Puskesmas Palaran berhasil tidak hanya dalam pelaksanaan upaya
pelayanan kesehatan pokok tetapi juga dalam beberapa program pengembangan. UPK
sangat penting dalam menunjang keberhasilan peran Puskesmas bagi masyarakat. Oleh
karena itu UPK harus diketahui dan dipahami agar peran dan fungsi Puskesmas dapat
dilaksanakan dengan baik. Pembuatan makalah ini bertujuan memberikan informasi
mengenai UPK Puskesmas, khususnya UPK di Puskesmas Palaran.




6

BAB II
PROFIL PUSKESMAS PALARAN


2.1 Visi, Misi, Strategi, Nilai dan Motto

2.1.1 Visi
Mewujudkan kecamatan palaran sehat, mandiri dan sejahtera dengan
pelayanan kesehatan bermutu, terjangkau dan berkeadilan.

2.1.2 Misi
Dalam mencapai visinya, Puskesmas Palaran mempunyai misi, antara
lain:
a. Mewujudkan masyarakat kecamatan palaran hidup bersih sehat melalui
keluarga sehat mandiri.
b. Penyelenggaraan puskesmas perawatan melalui manajemen mutu dan
akuntanbilitas.
c. Memelihara mutu dan kesetaraan pelayanan.
d. Menggerakan pemberdayaan masyarakat dan kemitraan lintas sektor.

2.1.3 Strategi
Strategi yang dijalankan oleh Puskesmas Palaran adalah:
a. Meningkatkan promosi kesehatan.
b. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
c. Meningkatkan kesejahteraan pegawai.
d. Meningkatkan kerjasama lintas program dan lintas sektor.
e. Meningkatkan sarana dan prasarana.
f. Disiplin dan bekerja sama.
g. Meningkatkan kinerja pegawai.
h. Menjalin komunikasi yang baik.
i. Meningkatkan pelayanan kesehatan puskesmas
7

2.1.4 Nilai
Nilai-nilai Puskesmas Palaran adalah CINTA PALARAN, 5S dan
C+U:
a. CINTA PALARAN (Cermat, Iman, Norma, Transparan, Akurat,
Profesional, Amanah, Loyalitas, Adil, Ramah tamah, Aman, Nyaman)
b. 5 S (Senyum, Sapa, Salam, Sopan, dan Santun)
c. C+U = Care, Comitment, Consistent, Continous, Charity, Competence,
dan Unforgetable

2.1.5 Motto
Motto Puskesmas Palaran adalah Kesehatan Anda Tujuan Kami,
Kepuasan Anda Kebanggaan Kami.
Puskesmas Palaran juga mempunyai Kebijakan dan Kesepakatan,
yaitu :
a. Kebijakan
1. Pelayanan lansia diutamakan
a) Pendirian posyandu lansia.
b) Mendahulukan pasien lansia.
c) Pemeriksaan gula darah gratis satu kali per bulan bagi penderita
DM (puskesmas induk).
2. Pelayanan ibu hamil dan menyusui diutamakan
a) Pemeriksaan golongan darah gratis bagi setiap ibu hamil (ktp
palaran, punya kartu asmara).
b) Pemeriksaan hemoglobin (Hb) yang gratis bagi ibu hamil
(puskesmas induk dan rawat inap).
3. Laboratorium
a) Tidak boleh ikut posyandu.
b) Membuat register setiap pemeriksaan.
c) Register terpisah untuk lansia dan ibu hamil.
4. Minilokakarya per bulan dilakukan setelah awal bulan atau setelah
minggu I.
8

5. Minilokakarya triwulan : evaluasi data 3 bulan terakhir, diskusi
masalah yang dihadapi dan penentuan solusi.
6. Minilokakarya tahunan : evaluasi kegiatan tahunan, analisa
permasalahan, pemilihan strategi solusi.
7. Pembuatan SK petugas pelaksana kegiatan.
8. Setiap kelapangan harus selalu membawa surat tugas.
9. Setiap kegiatan,petugas mempersiapkan kelengkapan administrasi
dan menyerahkan kembali ke ruangan pk, map kegiatan terlaksana,
mengisi bukti serah terima laporan.
b. Kesepakatan
1. Kerjasama tim selalu dijunjung tinggi.
2. Konsisten terhadap keputusan bersama.
3. Reward bagi petugas dengan cakupan program baik dengan mutu
baik (absensi baik, tepat waktu, ijin tidak lebih dari 1 kali per bulan).
4. Ada kasus xeropthalmia, register pemberian vitamin A harus di
pantau.
5. Kantong bumil per wilayah kerja bidan, pusban, puskesmas induk
harus di mutahirkan datanya per bulan.
6. Komitmen terhadap peningkatan mutu melalui penerapan pasien
safety.
7. Rapat harus diselesaikan dan dituntaskan agar pekerjaan yang lain
dapat dilaksanakan.
8. KIA sibuk hari senin dan rabu
9. Rapat lebih efisiensi dalam artian tepat waktu.
10. Tanggal 1-3 dan 30 tidak boleh rapat karena pembuatan laporan.
11. Rapat tidak harus menunggu Kepala Puskesmas.
12. Jam kerja 7.30 - 14.30 wita.
13. Koordinator program gigi dari drg. Dame Rimaulli, S diganti dengan
drg. Komang Ayu Indah Ardhani
14. Koordinator Promkes dari Fauji Triyono diganti dr. Fitria Wulandari
kemudian digantikan oleh Nia Purwita SKM
15. Koordinator Malaria oleh Arif Rahman
9

16. Jam 08.00 sudah menuju ke lapangan dan tidak ada di Puskesmas.
17. Jadwal kepanitiaan rapat disusun dalam 1 bulan berturut-turut.
18. Ada yang kordinir pada pembagian jadwal penjaga poli.
19. Pergantian petugas diluar gedung dan di dalam gedung
20. Absen / ijin keluar dari jam kerja dikenakan sanksi / administrasi.
21. Waktu rapat harus serius
22. Kepanitian harus jelas (moderator, notulen, snack, pengingat waktu
dll)
23. Minimal rapat dalam 1 minggu dibacakan pada waktu apel
24. Koordinator kelas ibu diganti dari ibu Yunartin menjadi Indra
Wahyuni
25. Indra Wahyuni di tetapkan dari Lapangan ke Poli KIA
26. Notulen rapat terdiri dari :
Moderator
Notulen
Pemateri
Waktu pelaksanaan
Materi yang dibahas
Siapa yang diundang
resume
27. Apel hari senin diwajibkan SEMUA datang tepat waktu

2.2 KEADAAN UMUM

2.2.1 Gambaran Umum Demografi dan Geografi
Kecamatan Palaran adalah salah satu bagian dari wilayah Kota
Samarinda, yang berdasarkan PP No.21 Tahun 1987 terdiri atas 5 Kelurahan,
yaitu Kelurahan Rawa Makmur, Bukuan, Simpang Pasir, Bantuas dan Handil
Bakti.
Batas wilayah Kecamatan Palaran meliputi:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Sungai Mahakam.
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Sungai Mahakam.
10

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Sanga-Sanga Kabupaten
Kutai Kartanegara.
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Samarinda Seberang.
Luas wilayah kecamatan Palaran 15.572 Km
2
yang dihuni oleh sekitar
46.601 jiwa terdiri dari laki-laki 24.461 jiwa dan perempuan sebanyak
22.140 jiwa yang tersebar di lima kelurahan. Kepadatan penduduk 1.818
Jiwa/km
2
. Adapun jumlah kepala keluarga sebanyak 13.795 KK dengan
adanya peningkatan jumlah RT menjadi 162 RT(Sumber:Monografi Kecamatan Palaran
Tahun 2011).
Kecamatan Palaran merupakan salah satu daerah sentra industri yang
bergerak di bidang pertambangan dan industri lainnya. Di samping itu,
Palaran merupakan area pertanian dan perkebunan yang cukup potensial,
ditinjau dari luasnya areal pertanian dan perkebunan. Namun karena berbagai
kendala teknis dan kondisi alam, maka potensi tersebut belum tergarap secara
optimal. Untuk itu pada masa yang akan datang, diharapkan berbagai potensi
tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal. Di Palaran telah dibangun
pelabuhan Peti Kemas, kemudian dilanjutkan dengan Pembangunan Jembatan
Mahkota II yang sedang berlangsung. Diharapkan dengan pembangunan
sarana tersebut dapat meningkatkan perekonomian di Palaran.

11




















2.2.2 Sejarah Singkat berdirinya Palaran
Pada mulanya Palaran adalah daerah transmigrasi tahun 1953-1954
yang terpusat di kelurahan Rawa Makmur, kemudian disusul oleh
transmigrasi spontan di Kelurahan Bukuan dan Simpang Pasir pada tahun
1970-an kemudian transmigrasi ke daerah Bantuas.
Dengan berjalannya waktu dan berdirinya Industri, maka
berkembang pula jumlah penduduk dan menyebar ke seluruh wilayah
Palaran.
2.2.3 Sejarah Singkat berdirinya Puskesmas Palaran
Pada tahun 1968 di Kecamatan Palaran Kelurahan Rawa Makmur
sebelum berdirinya Puskesmas Palaran telah berdiri sebuah Balai
Pengobatan Transmigrasi yang terletak di depan Puskesmas Palaran yang
sekarang atau berlokasi di TK Kenari, dua tahun kemudian berdirilah
Gambar 1. Peta Wilayah Kecamatan Palaran
Ket : Skala 1 :
750.000
KEL. SEI
KELEDANG
KEL. KP BAQA
KEL. MASJID
KEL. RAPAK
DALAM
S
KEL. H. BARU
KEL. SENGKOTEK
KEL. RAWA
MAKMUR

KEL. SIMPANG TIGA
KEL.
SIMPANG
PASIR
KEL.
BUKUA
N

KEL. LOA JANAN ILIR
KEL. HANDIL
BAKTI

KEL.
BANTUAS

U
PKM
Palaran
12

Puskesmas Palaran yaitu pada tahun 1970 dan petugas pertama H.A. Sjahran
& Hj.Noor Anisah (1968). Pimpro bangunan Puskesmas Palaran adalah dr.
Helmi Jafar dan Pelaksana harian : dr. Widianto.
Bentuk awal bangunan Puskesmas Palaran kayu atap sirap dilengkapi
bangsal perawatan dengan 20 tempat tidur dan dibiayai oleh UNICEF
beroperasi sejak tahun 1972 dan beroperasi lagi sekitar awal tahun 1980-an
karena tidak ada biaya operasional. Pada tahun 1992 dilakukan renovasi
dibagian belakang menjadi bangunan tembok. Tahun 2002 dikembangkanlah
menjadi Puskesmas Unit Rawat Inap Palaran dan selesai dibangun pada
tahun 2003. Kemudian pada tahun 2004 rencana pembangunan Puskesmas
Unit Rawat Inap Palaran tahap 2 namun baru terealisasi pada tahun 2008.
Adapun Nama-nama Pimpinan Puskesmas yang pernah dan sedang
bertugas di Puskesmas Palaran adalah sebagai berikut :
a. dr. Tumpak Sinaga
b. dr. Aida
c. dr. Handoyo
d. dr. Bambang Indra Aschartca
e. dr. Taufik Chalsun
f. dr. Madi Heru L
g. dr. Hatmoko
h. dr. Yetty Semiarti
i. dr. Hatmoko
j. dr. Hj. Syarifah Rahimah, M.Kes
k. dr. Sri Asih
l. Veronika Hinum, SKM, MM

2.2.4 Gambaran Umum Sarana Kesehatan
Fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di Kecamatan Palaran saat ini terdiri
dari :
Puskesmas induk : 1 buah
Rawat inap : 1 unit
Puskesmas pembantu (pusban) : 7 unit
13

(Pusban Bukuan, Pusban Balik Buaya, Pusban Bantuas Kota, Pusban
Bantuas Darat, Pusban Handil Bakti, Pusban Gotong Royong dan Pusban
Simpang Pasir).


Gambar 2. Puskesmas Palaran

Gambar 3. Puskesmas Palaran (Tampak Depan)

14


Gambar 4. Puskesmas Palaran (Balai Pengobatan)

Gambar 5. Puskesmas Palaran (IGD & Unit Rawat Inap)
Jumlah posyandu anak yang ada di Kecamatan Palaran mencapai 38
posyandu yang tersebar di 5 kelurahan, yaitu:
1. Posyandu di Rawa Makmur : 16 buah.
2. Posyandu di Bukuan : 10 buah.
3. Posyandu di Simpang Pasir : 4 buah.
4. Posyandu di Handil Bakti : 5 buah.
5. Posyandu di Bantuas : 3 buah.
15

Selain itu, terdapat pula fasilitas kesehatan lainnya seperti klinik
swasta atau balai pengobatan swasta dan adanya desa siaga di setiap
kelurahan, serta Poskesdes (Pos Kesehatan Desa) di 3 kelurahan, yaitu
kelurahan Bantuas, Bukuan dan Handil Bakti.

2.2.3 Data Pegawai Puskesmas Palaran
Dokter umum : 8 orang.
Dokter gigi : 1 orang.
Ahli kesehatan masyarakat : 2 orang.
Sanitarian : 3 orang.
Perawat : 24 orang.
Bidan : 24 orang.
Perawat gigi : 2 orang.
Analis : 4 orang.
Ahli Gizi : 3 orang.
Apoteker : 2 orang.
Asisten apoteker : 3 orang.
Pembantu Apotik : 1 orang.
Tata usaha : 5 orang.
Pekarya Kesehatan : 3 orang.
Security : 1 orang.
Wakar : 1 orang.
Tukang Kebun : 2 orang.
Cleaning Service : 12 orang.
Loundry : 2 orang.
Supir : 1 orang.
Penjaga Koperasi : 1 orang.
Total tenaga kerja : 102 orang.

16

2.3 UPK WAJIB PUSKESMAS PALARAN
2.3.1 Promosi Kesehatan
Tujuan UPK promosi kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat akan pentingnya kesehatan dan merubah paradigma di masyarakat
yang semula berparadigma sakit menjadi paradigma sehat. Hasil dari pencapaian
kegiatan PENJAMAS bulan Januari Desember tahun 2012, pencapaian
komponen kegiatan upaya promosi kesehatan sekitar 72,67%.
Adapun pokok kegiatan UPK Promosi Kesehatan di Puskesmas Palaran :

2.3.1.1 Penyuluhan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
Sasaran dari kegiatan ini meliputi rumah tangga, institusi pendidikan
(sekolah), institusi sarana kesehatan, institusi TTU (Tempat-Tempat Umum,)
dan institusi tempat kerja.
Penyuluhan perilaku hidup bersih dan sehat dapat dilakukan secara
langsung maupun tidak langsung. Penyuluhan secara langsung dapat dilakukan
dengan mengumpulkan massa pada institusi masing-masing ataupun dilakukan
bersamaan dengan kegiatan lainnya, seperti pembinaan / penjaringan kesehatan
di institusi pendidikan, posyandu dan sebagainya. Penyuluhan secara tidak
langsung dilakukan melalui pembagian pamflet yang berisi tentang informasi
kesehatan.

2.3.1.1.1 PHBS rumah tangga
PHBS di rumah tangga merupakan upaya untuk memberdayakan
anggota rumah tangga agar dapat mengetahui, memiliki kemauan dan mampu
mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam
gerakan kesehatan di masyarakat. Rumah tangga sehat adalah rumah tangga
yang semua anggota keluarganya berperilaku hidup bersih dan sehat yaitu
merupakan komposit 7 dari 10 indikator :
1. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
Merupakan tindakan yang dilakukan bidan / nakes lainnya dalam proses
lahirnya janin dari kandungan ke dunia luar dimulai dari tanda-tanda
lahirnya bayi, pemotongan tali pusat dan keluarnya plasenta.
17

2. Balita diberi ASI eksklusif
Merupakan proporsi bayi usia 0-6 bulan yang hanya mendapat ASI saja
sejak lahir.
3. Mempunyai jaminan pemeliharaan kesehatan
Merupakan penduduk semua umur yang tercakup berbagai jenis
pembiayaan praupaya seperti ASKES, JAMSOSTEK, asuransi
perusahaan, dana sehat, kartu sehat dan lain-lain.
4. Tidak merokok adalah penduduk umur 10 tahun ke atas yang tidak
merokok selama 1 bulan terakhir.
5. Melakukan aktivitas fisik setiap hari adalah penduduk 10 tahun ke atas
dalam seminggu terakhir melakukan aktivitas fisik sedang atau berat
minimal 30 menit setiap hari.
6. Makan sayur dan buah setiap hari adalah penduduk 10 tahun keatas yang
mengkonsumsi minimal 2 porsi sayuran dan 2 porsi buah buahan dalam
seminggu terakhir.
7. Tersedia air bersih. Rumah tangga memiliki akses terhadap air bersih
adalah rumah tangga yang memakai sehari-hari kebutuhan air minum
yang, meliputi air dalam kemasan, ledeng, pompa, sumur terlindung, serta
mata air terlindung yang berjarak minimal 10 meter dari tempat
penampungan kotoran atau limbah.
8. Tersedianya jamban adalah rumah tangga menggunakan jamban dengan
septic tank atau lubang penampungan sebagai pembuangan akhir.
9. Kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni adalah lantai rumah yang
ditempati dan digunakan untuk keperluan sehari-hari dibagi dengan jumlah
penghuni rumah (2,5 m
2
/ orang).
10. Lantai rumah bukan dari tanah adalah bagian bawah / dasar / alas suatu
ruangan terbuat dari semen, papan dan ubin.
Berdasarkan data Puskesmas bulan Januari Desember 2012, untuk
program penyuluhan perilaku hidup bersih dan sehat pada rumah tangga
diperoleh hasil sebagai berikut :

18

Kriteria Bulan Januari Desember Tahun 2012
Sasaran 450 rumah
Target 293 rumah (65 %)
Pencapaian 317 rumah (70,44%)

Sejauh ini tidak ada kendala yang berarti dalam pelaksanaan program
tersebut, pada program ini telah mencapai 70,44 %. Adapun salah satu usaha
yang dapat dilakukan guna meningkatkan program ini adalah perlu adanya
inovasi dalam melakukan kegiatan tersebut, sehingga lebih meningkatkan
kesadaran masyarakat dalam membentuk perilaku sehat dan bersih. Contoh :
memberikan penghargaan pada rumah yang telah memenuhi kriteria rumah
tangga sehat.

2.3.1.1.2 PHBS institusi pendidikan
PHBS di sekolah merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikkan
oleh peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar
kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu
mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam
mewujudkan lingkungan sehat.
Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai
PHBS di sekolah, yaitu :
1. Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan sabun.
2. Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah.
3. Menggunakan jamban yang bersih dan sehat.
4. Olahraga yang teratur dan terukur.
5. Memberantas jentik nyamuk.
6. Tidak merokok di sekolah.
7. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap 6 bulan.
8. Membuang sampah pada tempatnya.
Merupakan penyuluhan kesehatan yang dilakukan di sekolah-sekolah,
juga dilakukan pembagian kuesioner pada tiap sekolah. Kemudian dari hasil
kuesioner tersebut bisa terlihat masalah tentang perilaku hidup bersih dan
sehat pada sekolah tersebut.
19

Berdasarkan data Puskesmas bulan Januari Desember 2012, untuk
program penyuluhan perilaku hidup bersih dan sehat pada institusi pendidikan
diperoleh hasil sebagai berikut :




Kendala dari program ini adalah waktu yang tidak sesuai dengan
pihak sekolah, jumlah petugas yang bertanggung jawab atas program ini
masih terbatas dan kurangnya koordinasi antara sesama petugas untuk
menjalankan program yang telah ditetapkan bersama.

2.3.1.1.3 PHBS institusi sarana kesehatan
PHBS di Institusi Kesehatan adalah upaya untuk memberdayakan
pasien, masyarakat pengunjung dan petugas agar tahu, mau dan mampu untuk
mempraktikkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dan berperan aktif dalam
mewujudkan Institusi Kesehatan Sehat dan mencegah penularan penyakit di
institusi kesehatan.
Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai
PHBS di institusi kesehatan, yaitu :
1. Menggunakan air bersih.
2. Menggunakan jamban.
3. Membuang sampah pada tempatnya.
4. Tidak merokok di institusi kesehatan.
5. Tidak meludah sembarangan.
6. Memberantas jentik nyamuk.
PHBS institusi sarana kesehatan ini dilakukan di 8 sarana kesehatan
yang terdiri dari 1 puskesmas induk dan 7 puskesmas pembantu. Kegiatan ini
dilakukan melalui pembagian kuesioner pada 8 sarana kesehatan. Kemudian
dari hasil kuesioner tersebut bisa terlihat masalah tentang perilaku hidup
bersih dan sehat pada sarana kesehatan tersebut.
Kriteria Bulan Januari Desember Tahun 2012
Sasaran 75 sekolah
Pencapaian 69 (92%)
20

Berdasarkan data Puskesmas Januari Desember 2012, untuk
program penyuluh perilaku hidup bersih dan sehat pada institusi sarana
kesehatan diperoleh hasil sebagai berikut:





2.3.1.1.4 PHBS tempat-tempat umum
PHBS di tempat-tempat umum merupakan upaya untuk
memberdayakan masyarakat pengunjung dan pengelola tempat-tempat umum
agar mengtahui, memiliki kemauan dan mampu untuk mempraktikkan PHBS
dan berperan aktif dalam mewujudkan tempat - tempat umum yang sehat.
Tempat-tempat umum adalah sarana yang diselenggarakan oleh
pemerintah / swasta atau perorangan yang digunakan untuk kegiatan bagi
masyarakat seperti sarana pariwisata, transportasi, sarana ibadah, sarana
perdagangan dan olahraga, rekreasi dan sarana sosial lainnya.
Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai
PHBS di tempat - tempat umum yaitu :
1. Menggunakan air bersih.
2. Menggunakan jamban.
3. Membuang sampah pada tempatnya.
4. Tidak merokok di tempat umum.
5. Tidak meludah sembarangan.
6. Memberantas jentik nyamuk.

Kegiatan ini dilakukan melalui pembagian kuesioner pada tempat-
tempat umum yang tersebar di 5 kelurahan. Kemudian dari hasil kuesioner
tersebut bisa terlihat masalah tentang perilaku hidup bersih dan sehat pada
tempat-tempat umum tersebut. PHBS institusi tempat-tempat umum ini
dilakukan di lima kelurahan. Tempat umum di Palaran terdiri dari 13 buah
masjid / langgar dan gereja, serta pasar sebanyak 3 buah.
Kriteria Bulan Januari Desember Tahun 2012
Sasaran 8 lokasi
Pencapaian 8 (100%)
21

Berdasarkan data Puskesmas bulan Januari Desember 2012, untuk
program penyuluh perilaku hidup bersih dan sehat pada tempat-tempat umum
diperoleh hasil sebagai berikut :




Kendala yang dihadapi pada program ini adalah sulitnya perijinan
untuk mengadakan kegiatan di institusi tersebut, sehingga diharapkan lebih
mampu untuk menjalin kerjasama yang baik dengan tempat-tempat umum
seperti pasar dan masjid.

2.3.1.1.5 PHBS tempat-tempat kerja
PHBS di tempat kerja adalah upaya untuk memberdayakan para
pekerja agar dapat mengetahui, memiliki kemauan dan mampu
mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam
mewujudkan tempat kerja sehat.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di tempat kerja, antara lain :
1. Tidak merokok di tempat kerja.
2. Membeli dan mengkonsumsi makanan dari tempat kerja.
3. Melakukan olahraga secara teratur / aktifitas fisik.
4. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun sebelum makan dan
sesudah buang air besar dan buang air kecil.
5. Memberantas jentik nyamuk di tempat kerja.
6. Menggunakan air bersih.
7. Menggunakan jamban saat buang air kecil dan besar.
8. Membuang sampah pada tempatnya.
9. Mempergunakan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai jenis pekerjaan.

PHBS institusi tempat kerja ditargetkan dilakukan di 10 tempat
institusi. Namun, berdasarkan data Puskesmas bulan Januari Desember
Kriteria Bulan Januari Desember Tahun 2012
Sasaran 5 lokasi
Pencapaian 5 lokasi (100%)
22

2012, untuk program penyuluh perilaku hidup bersih dan sehat pada tempat-
tempat kerja belum terlaksana.




Kendala yang dihadapi pada program ini adalah dikarenakan sulitnya
perijinan untuk mengadakan kegiatan di institusi tersebut, sehingga perlu
adanya kerjasama yang baik dengan tempat-tempat kerja.

2.3.1.2 Bayi mendapat ASI eksklusif
ASI eksklusif merupakan pemberian ASI sedini mungkin setelah
persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberikan makanan lain walaupun
hanya air putih sampai bayi berusia 6 bulan. Kegiatan ini bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya ASI eksklusif.
Berdasarkan data Januari Desember 2012, untuk program bayi mendapat ASI
eksklusif telah terlaksana dengan baik pada bulan Januari - Desember 2012.
Kriteria Bulan Januari Desember Tahun 2012
Sasaran 427 bayi
Target 342 bayi (80%)
Pencapaian 474 bayi (111%)
Kesadaran ibu untuk memberikan ASI kepada bayinya tergolong baik.
Adapun saran pada kegiatan ini antara lain: 1) Perlu dipertahankan keaktifan
tenaga kesehatan dan kader posyandu dalam mengisi tabel pemberian ASI
ekslusif yang terdapat pada Kartu Menuju Sehat (KMS). 2) Tetap memberikan
informasi tentang pentingnya ASI eksklusif, cara menyusui yang benar dan cara
menyimpan ASI baik berupa penyuluhan atau pamflet.


Kriteria Bulan Januari Desember Tahun 2012
Sasaran 10 institusi
Pencapaian 0 institusi (0%)
23

2.3.1.3 Mendorong Terbentuknya Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat
(UKBM)
Posyandu merupakan sistem pelayanan yang dipadukan antara satu
program dengan program lainnya yang merupakan forum komunikasi
pelayanan terpadu dan dinamis yang berkaitan dengan kegiatan masyarakat.
Posyandu adalah wadah kegiatan masyarakat, dimana masyarakat dapat
memperoleh pelayananan kesehatan, serta sebagai sarana komunikasi antara
masyarakat dan petugas kesehatan tentang masalah kesehatan. Pelayanan
terpadu bertujuan memberikan kemudahan dan keuntungan bagi masyarakat
karena bisa mendapatkan pelayanan lengkap pada waktu dan tempat yang
sama.
Posyandu memiliki beberapa tingkatan yaitu :
1. Posyandu pratama
Posyandu pratama adalah posyandu yang belum mantap, yang ditandai oleh
kegiatan bulanan posyandu belum terlaksana secara rutin, serta jumlah kader
sangat terbatas, yakni kurang 5 orang. Berdasarkan data Puskesmas bulan
Januari Desember 2012, target posyandu pratama sebanyak 6 posyandu
sedangkan jumlah posyandu yang memenuhi kriteria posyandu pratama
sebanyak 2 posyandu.
2. Posyandu madya
Posyandu madya adalah posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan
lebih dari 8 kali per tahun dengan rata-rata jumlah kader sebanyak 5 orang
atau lebih, tetapi cakupan kelima kegiatannya masih rendah yakni kurang
dari 50%. Berdasarkan data Puskesmas bulan JanuariDesember 2012, target
posyandu madya sebanyak 1 posyandu sedangkan jumlah posyandu yang
memenuhi kriteria posyandu madya sebanyak 1 posyandu.
3. Posyandu purnama
Posyandu purnama adalah posyandu yang sudah dapat melaksanakan lebih
dari 8 kali per tahun dengan jumlah kader 5 orang atau lebih dan cakupan
kegiatan lebih dari 50% kecuali cakupan dana sehat. Berdasarkan data
Puskesmas bulan Januari Desember 2012, target posyandu purnama
24

sebanyak 29 posyandu dan jumlah posyandu yang memenuhi kriteria
posyandu purnama juga sebanyak 29 posyandu.
4. Posyandu mandiri
Posyandu mandiri adalah posyandu yang sudah dapat melaksanakan lebih
dari 8 kali per tahun dengan jumlah kader sebanyak 5 atau lebih, cakupan
kelima kegiatan lebih dari 50%, mampu menyelenggarakan program
tambahan serta telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang
dikelola masyarakat yang pesertanya lebih dari 50 % KK. Posyandu mandiri
juga sudah memiliki bangunan tetap. Berdasarkan data Puskesmas bulan
Januari Desember 2012, target posyandu mandiri sebanyak 2 posyandu
sedangkan jumlah posyandu yang memenuhi kriteria posyandu mandiri
hanya 1 posyandu saja
Bentuk posyandu yaitu posyandu madya, purnama, mandiri dan
pratama. Indikator dari masing-masing posyandu ini adalah :

No Indikator Pratama Madya Purnama Mandiri
1. Frekuensi penimbangan < 8 > 8 > 8 > 8
2. Rerata kader tugas < 5 > 5 > 5 > 5
3. Cakupan D/S < 50 % < 50 % > 50 % > 50 %
4. Cakupan KK < 50 % < 50 % > 50 % >50 %
5. Cakupan KB < 50 % < 50 % > 50 % > 50 %
6. Cakupan imunisasi < 50 % < 50 % > 50 % > 50 %
7. Program tambahan - -ln + +
8. Cakupan dana sehat < 50 % < 50 % < 50 % > 50 %

Berdasarkan data Januari Desember 2012, untuk program UKBM
diperoleh hasil sebagai berikut :
Pratama Madya Purnama Mandiri
Sasaran 6 1 29 2
Pencapaian 2 (31,25%) 1 (100%) 28 (96,55%) 1(64,52%)


25

2.3.1.4 Penyuluhan Napza
Program ini dilaksanakan pada bulan Januari - Desember dan mengambil tempat
di tiga sekolah di Kecamatan Palaran, yaitu di lakukan di SMKN 11, SMKN 19, dan
SMAN 6 dengan diperoleh pencapaian sebesar 100%.

2.3.2 Kesehatan Lingkungan
Berdasarkan data PENJAMAS bulan Januari-Desember 2012 cakupannya
mencapai 98,18%.

Program Kesehatan Lingkungan adalah sebagai berikut :
2.3.2.1 Penyehatan Air
Kegiatan berupa inspeksi sanitasi sarana air bersih. Program ini
dilaksanakan 2 kali dalam setahun. Pelaksanaan program ini ialah dengan
melakukan peninjauan sarana air bersih yang dimiliki warga, lalu membagikan
kuisioner untuk menentukan tingkat pencemaran sarana air bersih yang dimiliki
warga dan kemudian ditindaklanjuti dengan melakukan penyuluhan. Selain itu
pada tempat-tempat yang berpotensial banyak digunakan oleh masyarakat
dilakukan pemeriksaan kimia berupa pH dan Fe, serta pemeriksaan bakteriologi
untuk mendukung ketercapaian dan ketersediaan sarana air bersih di masyarakat.
Pemeriksaan di PDAM dilakukan perbulan.
Berdasarkan data Puskesmas bulan Januari - Desember 2012 didapatkan
data inspeksi sanitasi sarana air bersih :
Kriteria Bulan Januari Desember Tahun 2012
Sasaran 165 sarana
Target 132 sarana (80%)
Pencapaian 143 sarana (86,67%)

Dari data tersebut, didapatkan pencapaian sebesar 86,67%. Sejauh ini tidak
ada hambatan dalam pelaksanaan program ini, yang perlu ditingkatkan ialah
kerja sama antar lintas sektor, seperti tim surveilence untuk mengetahui daerah
yang masyarakatnya banyak menderita penyakit yang disebabkan oleh keadaan
lingkungan yang tidak sehat terutama air yang tidak bersih, sehingga daerah
26

tersebut bisa menjadi prioritas untuk lebih diperhatikan dan dilakukan
pembinaan mengenai air bersih.

2.3.2.2 Higiene dan sanitasi makanan dan minuman.
Kegiatan ini dilakukan dengan mengadakan peninjauan tempat pengolahan
makanan diikuti pembagian kuisoner dan kemudian ditindak lanjuti dengan
melakukan penyuluhan agar tempat pengolahan makanan terjamin aman dan
sehat. Kegiatan ini dilakukan 2 kali dalam setahun. Masyarakat juga dianjurkan
untuk membuat surat izin layak sehat higiene sanitasi untuk rumah makan yang
dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Kota.
Berdasarkan data Puskesmas bulan Januari- Desember 2012 didapatkan data
inspeksi sanitasi tempat pengolahan makanan :
Kriteria Bulan Januari Desember Tahun 2012
Sasaran 40 sarana
Target 32 sarana (80%)
Pencapaian 46 sarana (115%)

Sejauh ini tidak ada kendala yang berarti dalam pelaksanaan program ini.
Adapun saran dari program ini adalah perlu evaluasi terhadap hasil yang
diperoleh dari pembagian kuesioner tersebut dengan pihak DKK, sehingga
program ini bisa berjalan semaksimal mungkin untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat palaran.
Data diatas menunjukkan bahwa program telah terlaksana. Saran untuk
kegiatan ini hendaknya pembinaan dilakukan diluar pelaksanaan inspeksi
sanitasi, sehingga tempat-tempat pengolahan makanan dapat berjalan dengan
memenuhi syarat higiene dan sanitasi.

2.3.2.3 Penyehatan tempat pembuangan sementara dan tempat pembuangan akhir
Kegiatan berupa inspeksi sanitasi sarana pembuangan sampah. Kegiatan
dilakukan 2 kali per tahun di 2 tempat yaitu Tempat Pembuangan Sementara
(TPS) dan Tempat Pembuangan Akhir.
Berdasarkan data Puskesmas bulan Januari-Desember 2012 diperoleh
sebagai berikut :
27

Kriteria Bulan Januari Desember Tahun 2012
Sasaran 2 sarana
Pencapaian 3 sarana (150%)

Sejauh ini tidak ada kendala yang berarti. Namun program yang telah ada
perlu dipertahankan dan perlunya kerjasama dengan beberapa bidang terkait
seperti Dinas Kebersihan daerah setempat untuk menunjang upaya kesehatan ini.

2.3.2.4 Penyehatan lingkungan pemukiman dan jamban keluarga
Program ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan perumahan yang
bersih dan sehat dengan kegiatan pemeriksaan kesehatan lingkungan dan
perumahan yang meliputi pengawasan terhadap jamban, tempat sampah,
kandang ternak, dan saluran limbah di setiap KK yang terdaftar.
Berdasarkan data Puskesmas bulan Januari-Desember 2012 diperoleh
sebagai berikut :
Kriteria Bulan Januari Desember Tahun 2012
Sasaran 380 sarana
Target 304 sarana (80%)
Pencapaian 339 sarana (89,21%)

Kegiatan ini dilaksanakan sekali dalam setahun dan sejauh ini tidak ditemui
adanya kendala yang berarti. Saran kami, perlu adanya pelatihan mengenai
pengolahan sampah dan limbah rumah tangga serta rumah produksi seperti
peternak serta melibatkan kerjasama dengan pihak yang dapat terkait dalam
pengolahan limbah ini seperti dinas pertanian guna memajukan upaya kesehatan
ini.
2.3.2.5 Pengawasan sanitasi tempat-tempat umum
Program ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat,
serta memenuhi akses sanitasi dasar, meliputi air, jamban, limbah dan sampah,
melaksanakan pengendalian vektor, higiene sanitasi makanan dan minuman,
pencahayaan dan ventilasi sesuai dengan kriteria persyaratan standar kesehatan.
Kegiatan dilakukan sebanyak 2 kali per tahun ditempat-tempat umum, seperti
28

pasar, salon, masjid dan hotel. Kegiatan ini berupa inspeksi sanitasi tempat-
tempat umum dan sanitasi tempat umum yang memenuhi syarat.
Berdasarkan data bulan Januari- Desember 2012, diperoleh hasil sebagai
berikut :

Inspeksi sanitasi tempat-tempat umum
Kriteria Bulan Januari Desember Tahun 2012
Sasaran 55 sarana
Target 39 sarana (70%)
Pencapaian 56 sarana (101,82%)

Sanitasi tempat umum yang memenuhi syarat
Kriteria Bulan Januari Desember Tahun 2012
Sasaran 55 sarana
Target 44 sarana (80%)
Pencapaian 50 sarana (90,91%)

Berdasarkan data Puskesmas bulan Januari - Desember 2012 diperoleh dari
55 sarana target, didapatkan pencapaian sebesar 101,82% dari target sasaran per
tahun pada inspeksi sanitasi tempat-tempat umum sedangkan sanitasi umum
yang memenuhi syarat dari 55 sarana target didapatkan pencapaian sebesar
90,91% dari target sasaran pertahun. Kendala yang dihadapi, antara lain luasnya
wilayah cakupan serta sulitnya sarana mencapai daerah-daerah yang jauh
sehingga evaluasi tidak berjalan dengan baik disarankan untuk melakukan
evaluasi dan kerjasama dengan bidang terkait seperti dinas kebersihan daerah
setempat untuk membantu pengawasan, serta pelaksanaan dari upaya tersebut.
Selain itu, untuk efisiensi kegiatan dalam pelaksanaan kegiatan ini dapat
dipertimbangkan untuk menggabungkan kegiatan dengan upaya kesehatan lain
seperti promosi kesehatan.

2.3.2.6 Pengamanan tempat pengelolaan pestisida
Program ini bertujuan untuk menciptakan tempat pengolahan pestisida yang
aman. Kegiatan ini dilaksanakan sekali dalam setahun dengan pada tempat dan
29

pemilik pengolahan pestisida setempat. Adapun kegiatannya, meliputi inspeksi
sanitasi tempat pengolahan pestisida dan pembinaan tempat pengolahan
pestisida
Dari data Puskesmas bulan Januari - Desember 2012 didapatkan pencapaian
sebesar 90% dari 10 sasaran per tahun. Namun dalam pelaksanaan program ini
disarankan melibatkan kegiatan promosi kesehatan serta pelaksanaannya
dilakukan bersamaan kegiatan penyehatan tempat pembuangan sampah dan
limbah.

2.3.2.7 Pengendalian vektor
Pengendalian vektor adalah kegiatan yang dilaksanakan mulai dari
pengukuran dan pengendalian populasi vektor. Pengukuran adalah mengukur
angka bebas jentik nyamuk penular (vektor) yang ditemukan di rumah,
bangunan, sekolah, kantor, tempat umum, gudang, dan tempat penampungan air
lainnya yaitu bak mandi, tempayan dan plastik-plastik, kaleng bekas, ban bekas,
dan tempat air lainnya. Pengendalian populasi adalah kegiatan operasional
pemberantasan vektor secara kimiawi ataupun biologi berdasarkan dengan data
pengukuran yang dilaksanakan.
Berdasarkan data Puskesmas bulan Januari- Desember 2012 diperoleh
pencapaian sebesar 60% dari 5 sasaran pertahun dengan target 95%. Kendala
utama yang ditemui dalam program ini ialah kurang lengkapnya data alamat
yang diperoleh dari data penyakit yang berkaitan sehingga sulit untuk pelacakan
tempat potensial secara tepat. Disarankan untuk lebih tersistematisnya pendataan
sumber informasi guna penentuan lokasi potensial serta perlunya kerjasama
kegiatan ini dilaksanakan bersama promosi kesehatan serta melibatkan tokoh-
tokoh terkemuka di masyarakat guna menunjang upaya kesehatan ini.


2.3.3 Kesehatan Ibu dan Anak termasuk Keluarga Berencana

2.3.3.1 Kesehatan Ibu
Salah satu program KK ini dilaksanakan melalui pelayanan, oleh petugas
kesehatan (bidan) di puskesmas dengan cara melakukan pemeriksaan kehamilan
secara berkala dan terjadwal sehingga dapat diketahui kesehatan ibu serta
30

perkembangan dan kesehatan janin dalam kandungan. Proses yang dilakukan
dapat berupa penjadwalan pemeriksaan dan mengevaluasi kunjungan dari ibu
hamil, mulai dari kunjungan pertama hingga kunjungan keempat (K1 hingga
K4), sehingga hasil yang didapatkan diupayakan sesuai dengan tujuan
Setiap data ibu hamil di dimasukkan sesuai dengan bulan taksiran
persalinan. Sedangkan pada ibu hamil dengan resiko tinggi dimasukkan pada
kantong resiko tinggi sehingga mendapat perhatian.
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pertolongan persalinan
oleh petugas kesehatan. Pertolongan persalinan dilakukan oleh dokter, bidan
atau petugas kesehatan lainnya yang telah memperoleh pelatihan tehnis
pertolongan kepada ibu bersalin yang dilakukan sesuai dengan pedoman dan
prosedur teknis yang telah ditetapkan.
Istilah K1 atau kunjungan pertama ibu hamil pada dasarnya satu paket
dengan istilah K4 atau kunjungan keempat ibu hamil. Kunjungan ibu hamil K4
adalah ibu hamil yang kontak dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan
pelayanan antenatal care (ANC) sesuai dengan standar 5T dengan frekuensi
kunjungan minimal 4 kali selama hamil, dengan syarat trimester I minimal 1
kali, trimester II minimal 1 kali dan trimester III minimal 2 kali. Standar 5 T
yang dimaksud adalah:
Pemeriksaan/pengukuran tinggi dan berat badan
Pemeriksaan/pengukuran tekanan darah
Pemeriksaan/pengukuran tinggi fundus
Pemberian imunisasi TT
Pemberian tablet besi
Adapun jenis kegiatannya, meliputi :


31

2.3.3.1.1 Pelayanan kesehatan Ibu Hamil (Bumil) sesuai standar untuk kunjungan
lengkap
Berdasarkan data Puskesmas bulan Januari Desember 2012, diperoleh
hasil sebagai berikut :
Sasaran 1174 bumil
Target 1116 bumil (95%)
Pencapaian 1198 bumil (102,04%)

Berdasarkan indikator pencapaian minimal bernilai 95% pertahun dan
pada tahun 2012 didapatkan hasil 102,4% maka program ini telah mencapai
target.

2.3.3.1.2 Kesenjangan K4-K1
Berdasarkan data Puskesmas bulan Januari - Desember 2012, diperoleh
hasil sebagai berikut :
Perkiraan 1174 bumil
Target <118 bumil (<10%)
Pencapaian 279 (23,76%)

Berdasarkan mutu pelayanan kesehatan Puskesmas, angka drop out
pelayanan ANC (K1-K4) sebesar 23,76%. Angka tersebut didapatkan dari
penurunan jumlah kunjungan bumil yakni pada K1 sebesar 1477 bumil
(125,8%) dibandingkan dengan kunjungan K4 sebesar 1198 bumil (102,04%).
Standar pelayanan minimal drop out K4-K1 dalam 1 tahun ialah <10%, jadi
angka pencapaian drop out K4-K1 dari Januari - Desember 2012 belum
mencapai standar pelayanan minimal..
Terdapat beberapa kendala yang menyebabkan hal ini, diantaranya; ibu
hamil yang tidak melanjutkan kembali kunjungan setelah kunjungan pertama
(dari data pelacakkan didapatkan keterangan bahwa ibu hamil tersebut telah
berpindah tempat tinggal), atau ibu hamil berpindah tempat dalam
melaksanakan ANC (ke dokter spesialis kebidanan dan kandungan atau ke
rumah sakit), beberapa bidan tidak aktif melaporkan sehingga data dari
32

kunjungan pertama hingga keempat kurang, dan beberapa ibu hamil tidak
terlacak dikarenakan sebagai pendatang sehingga tidak terdaftar sebagai
warga/ penduduk palaran.

2.3.3.1.3. Pelayanan persalinan oleh tenaga kesehatan sesuai standar
Berdasarkan data Puskesmas bulan Januari-Desember 2012, diperoleh
hasil sebagai berikut :




Berdasarkan standar pencapaian minimal pelayanan kesehatan
Puskesmas, persalinan oleh tenaga kesehatan dalam 1 tahun ialah 90 %,
sedangkan tiap triwulan adalah 22,5%. Sedangkan yang tercapai pada tahun
ini sebesar 84,58% maka untuk tahun 2012 masih belum mencapai target
yang diharapkan.

2.3.3.1.4 Pelayanan nifas lengkap (ibu dan neonatus) sesuai standar
Berdasarkan data Puskesmas bulan Januari - Desember 2012, diperoleh
hasil sebagai berikut:





Berdasarkan indikator pencapaian minimal, program ini bernilai 90%
per tahun, Sedangkan yang tercapai pada tahun ini sebesar 78,34% maka
untuk tahun 2012 masih belum mencapai target yang diharapkan.

2.3.3.1.5 Pelayanan dan atau rujukan ibu hamil risiko tinggi / komplikasi
Berdasarkan data Puskesmas bulan Januari-Desember 2012, diperoleh
hasil sebagai berikut :
Sasaran 1122 ibu bersalin
Target 1010 ibu bersalin (90%)
Pencapaian 949 ibu bersalin (84,58%)
Sasaran 1122 ibu bersalin
Target 1010 ibu bersalin (90%)
Pencapaian 879 (78,34%)
33





Hasil data diatas menunjukkan bahwa ibu hamil yang berisiko tinggi
pada tahun 2012 sebesar 89,01%. Jika dibandingkan angka cakupan
komplikasi kebidanan yang ditangani (dalam artian dilakukan rujukan pada
ibu hamil risti) secara nasional yaitu 80%. Hal ini menunjukkan bahwa kasus
ibu hamil risti yang diberikan rujukan untuk mendapatkan pelayanan lebih
lanjut telah mencapai target dan mungkin telah dideteksi lebih dini.
Besarnya angka ini juga menunjukkan tingginya angka ibu hamil
dengan risti di wilayah Palaran, sehingga perlu adanya pengawasan dan
evaluasi agar jumlah ibu hamil dengan risiko tinggi tidak bertambah. Juga
dibutuhkan kemampuan PONED (Pelayanan Obstetrik dan Neonatal
Emergensi Dasar) para tenaga kesehatan yang baik dalam mendeteksi,
penanganan awal, dan rujukan yang tepat pada ibu hamil, ibu bersalin dan ibu
dalam masa nifas yang berisiko tinggi.
2.3.3.2 Kesehatan Bayi
Tujuan dari program ini adalah mengurangi angka morbiditas dan mortalitas
neonatus resiko tinggi/ bayi dengan BBLR. Program ini dilaksanakan oleh
petugas kesehatan yang berkompeten, yang disampaikan melalui penyuluhan
kesehatan, PMT (Pemberian Makanan Tambahan) dan pemeriksaan rutin.
Penyuluhan kesehatan diberikan melalui kelas ibu, sedangkan pemeriksaan
kesehatan dilakukan pada saat setiap kali kunjungan ibu hamil (K1 hingga K4),
di mana pada saat itu dapat diberikan materi atau pengetahuan mengenai
manfaat menjaga dan memperhatikan asupan gizi pada ibu hamil untuk
mencegah terjadinya BBLR.

2.3.3.2.1 Penanganan dan atau rujukan neonatus risiko tinggi



Sasaran 235 bumil
Target 188 bumil (80%)
Pencapaian 209 bumil (89,01 %)
Sasaran 56 bayi
Target 45 bayi (80%)
Pencapaian 11 bayi (19,61 %)
34


2.3.3.2.2 Cakupan BBLR yang ditangani





2.3.3.3 Upaya Kesehatan Balita dan Anak Pra Sekolah
Tujuan dari program ini adalah meningkatkan kesehatan balita dan anak pra
sekolah. Jenis kegiatan yang dilakukan diantaranya : pelayanan deteksi dan
stimulasi dini tumbuh kembang balita dan (untuk kontak pertama) dan pelayanan
deteksi dan stimulasi dini tumbuh kembang anak pra sekolah (untuk kontak
pertama) di TK.

2.3.3.3.1 Pelayanan deteksi dan stimulasi dini tumbuh kembang balita (untuk
kontak pertama)





2.3.3.3.2 Pelayanan deteksi dan stimulasi dini tumbuh kembang Apras (untuk
kontak pertama) di TK





2.3.3.4 Upaya Kesehatan Anak Usia Sekolah dan Remaja
Hingga 2012, Upaya Kesehatan Anak Usia Sekolah dan Remaja masih terus
dilaksanakan oleh tenaga terlatih, guru UKS maupun dokter kecil. Tempat
dilaksanakannya adalah ruang UKS sekolah dengan sasaran adalah anak sekolah
Sasaran 56 bayi
Target 45 bayi (80%)
Pencapaian 26 bayi (46,35 %)
Sasaran 6579 balita
Target 5264 balita (90%)
Pencapaian 3320 balita (50,46 %)
Sasaran 732 anak
Target 659 anak (90%)
Pencapaian 638 (87,16 %)
35

dasar. Pelatihan dokter kecil dilakukan setiap satu tahun sekali pada bulan
Desember. Sampai saat ini pula tidak ada kendala yang didapatkan sehingga
tujuan dalam pelaksanaan program ini masih dapat dicapai.Tujuan dari program
ini adalah menyehatkan anak usia sekolah dan remaja.

2.3.3.4.1 Pelayanan kesehatan anak sekolah dasar oleh tenaga kesehatan



2.3.3.4.2 Cakupan pelayanan kesehatan remaja




2.3.3.5 Pelayanan Keluarga Berencana
Jenis kegiatan pada program ini antara lain: Akseptor KB aktif di puskesmas
(CU), akseptor aktif MKET, akseptor aktif MKET dengan komplikasi, akseptor
aktif MKET mengalami kegagalan.

2.3.3.5.1 Akseptor KB aktif di Puskesmas (CU)
Berdasarkan data Puskesmas bulan Januari- Desember 2012,
diperoleh hasil sebaga berikut :
Kriteria Bulan Januari Desember Tahun 2012
Sasaran 10508 PUS
Target 7356 PUS (70%)
Pencapaian 8442 (80,34%)

Pencapaian yang diperoleh dari 10508 pasangan usia subur yang
menggunakan KB aktif ialah sebesar 8442 (80,34%). Hal ini dikarenakan
adanya peningkatan mengenai pemahaman pasangan usia subur tentang
pentingnya KB bagi kesehatan obstetri dirinya sendiri maupun perekonomian
yang perlu dipersiapkan dalam membesarkan anak mereka.
Sasaran 1161 anak
Pencapaian 1147 (98,79 %)
Sasaran 2536 anak
Pencapaian 537 (21,18 %)
36

2.3.3.5.2 Akseptor aktif MKET
MKET mencakup AKDR, MOW dan MOP merupakan salah satu
metode kontrasepsi yang dapat dipilih oleh akseptor KB sesuai dengan
kebutuhan dan kondisinya.
Berdasarkan data bulan Januari- Desember 2012, diperoleh hasil
sebaga berikut :
Kriteria Bulan Januari Desember Tahun 2012
Sasaran 1330 orang
Pencapaian 1541 (115,86%)

2.3.3.5.3 Akseptor aktif MKET dengan komplikasi
Tidak ditemukan akseptor aktif dengan komplikasi.
2.3.3.5.4 Akseptor aktif MKET mengalami kegagalan
Tidak ditemukan akseptor aktif yang mengalami kegagalan.
2.3.4 Perbaikan Gizi Masyarakat
Upaya perbaikan gizi memiliki beberapa program kerja yang dilaksanakan
dalam wilayah kerjanya dengan koordinator yang bertanggung jawab dalam
pelaksanaan dan pelaporan program yang dijalankan.
Program yang dikerjakan merupakan program standar yang ada di tiap
puskesmas di Indonesia. Terdapat program unggulan yang dimiliki puskesmas
berdasarkan data yang ada di wilayah puskesmas tersebut, antara lain :

2.3.4.1 Pemberian kapsul vitamin A (dosis 200.000 SI) pada Balita 2 kali/Tahun
Program ini dilaksanakan dua kali dalam setahun yaitu pada bulan Februari
dan Agustus. Pemberian vitamin A untuk bayi (6 11 bulan) sebanyak 100.000 UI
sedangkan untuk balita (1 5 tahun) sebanyak 200.000 UI. Pemberian dilakukan
di Posyandu, TK dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Yang melaksanakan
program ini ialah petugas gizi puskesmas, tim posyandu dan kader.
37

Sasaran program ini yaitu bayi (6 11 bulan) dan balita (1 5 tahun)

Berdasarkan data Puskesmas tahun 2012 masih belum mencapai target yang
diharapkan. Pencapaian tersebut tidak mencapai target dikarenakan kesadaran
orang tua pasien yang masih belum maksimal mengenai pentingnya pemberian
vitamin A ini, walaupun sosialisasi yang dilakukan baik oleh pihak puskesmas
maupun posyandu sudah cukup maksimal. Selain itu, penempatan posyandu
yang sudah cukup menyebar lokasinya di palaran juga seharusnya dapat
membantu kelancaran pelaksanaan program ini. Walaupun begitu untuk
meningkatkan kesadaran para orangtua pasien bisa dilakukan sosialisa atau
penyuluhan untuk meningkatkan pemahaman tentang pentingnya pemberian
vitamin A dan bahaya-bahaya apa saja yang dapat muncul akibat kekurangan
vitamin A.

2.3.4.2 Pemberian tablet besi (Fe 90) pada ibu hamil
Tujuan program ini adalah untuk mencegah defisiensi zat besi pada ibu
hamil selama masa kehamilannya. Program ini dilaksanakan sepanjang tahun
dan dilakukan bagian KIA di puskesmas pada saat ibu hamil melakukan
pemeriksaan kehamilan (ANC).
Kegiatan ini selain dilaksanakan dipuskesmas, juga dilakukan di klinik
bidan atau bidan-bidan yang menolong persalinan. Puskesmas menyuplai tablet
besi kepada para bidan untuk membagikan kepada para ibu hamil yang
memeriksakan kandungannya pada mereka.
Sasaran 1174 ibu hamil
Target 1057 ibu hamil (90%)
Pencapaian 1119 ibu hamil (95,32%)
Kriteria Tahun 2012
Sasaran 7648 balita
Target 6884 balita (90%)
Pencapaian 5483 balita (71,69%)
Kriteria FE Bulan Januari Desember Tahun 2012
38



Berdasarkan data Puskesmas Januari-Desember 2012 pemberian FE
diperoleh pencapaian sebesar 95,32 %. Disarankan untuk lebih meningkatkan
penyuluhan-penyuluhan, dan perlunya dilakukan evaluasi terhadap data
pemberian tablet Fe baik yang diberikan di puskesmas maupun di luar
puskesmas, selain itu perlunya meningkatkan kerjasama dengan pelayan
kesehatan lainnya seperti dokter umum maupun bidan yang disertai pencatatan
yang baik.

2.3.4.3 Pemberian PMT pemulihan pada balita gizi buruk
Tujuan program ini adalah untuk meningkatkan gizi balita yang terdapat di
wilayah kerja Puskesmas Palaran. Program dilakukan sepanjang tahun selama
puskesmas dan posyandu dilaksanakan dimana ibu membawa anaknya ke
puskesmas maupun ke posyandu.

Berdasarkan data Puskesmas Januari-Desember 2012 diperoleh 7 anak yang
mendapatkan PMT. Program ini pernah dilaksanakan saat awal tahun 2012 oleh
PKM Palaran, hanya saja karena terkendala pengadaan bahan dan distribusi
PMT dari pemerintah, program ini tidak bisa dilanjutkan. Program ini juga
dilaksanakan oleh Dinas Ketahanan Pangan pada akhir tahun 2012 yang
diharapkan untuk mengatasi masalah balita gizi buruk. Selain itu, Disarankan
untuk memperluas penjaringan dengan melibatkan pelayan kesehatan lainnya
seperti dokter, bidan, dan ahli gizi serta pentingnya kerjasama dengan promosi
kesehatan guna memberi penyuluhan tentang pemberian makanan bergizi yang
sesuai kadar yang dibutuhkan anak selama tumbuh kembang. Selain itu perlu
perhatian lebih dari pemerintah guna kelancaran pengadaan dan distribusi bahan
untuk PMT.
Kriteria Bulan Januari Desember Tahun 2012

Sasaran 7 anak
Target 7 anak (100%)
Pencapaian 7 anak
39


2.3.4.4 Balita naik berat badannya
Program ini bertujan untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan
balita setiap bulannya melalui pengukuran BB balita. Kegiatan ini dilaksanakan
sepanjang tahun dimana penjaringan dilakukan selama posyandu. Dikatakan
bayi yang naik berat badannya (N) ialah balita yang ditimbang 2 (dua) bulan
berturut-turut naik berat badannya dan mengikuti garis pertumbuhan pada KMS.

Sasaran 6579 anak
Target 5264 anak (80%)
Pencapaian 9492 anak (144.28%)

Berdasarkan data Puskesmas Januari-Desember 2012 diperoleh pencapaian
sebesar 144,28%. Pencapaian sudah lebih dari target, hal ini bisa dikarenakan
bertambahnya jumlah pendatang dan tidak terdata dengan baik di Kecamatan
Palaran, sehingga perlunya kerjasama yang lebih luas dari pihak-pihak terkait
seperti pihak Kecamatan dalam mendata jumlah penduduk. Tidak didapatkan
kendala dalam pelaksanaan kegiatan ini, dan diharapkan untuk meningkatkan
kualitas pelayanan dengan pelatihan kader yang lebih baik lagi, dan kerjasama
yang baik antar pihak kecamatan, kesehatan, dan kadernya.

2.3.4.5 Balita bawah garis merah
Program ini bertujuan untuk meningkatkan Status gizi balita di wilayah
Palaran. Kegiatan ini dilaksanakan sepanjang tahun dan penjaringan dilakukan
selama kegiatan pelayanan kesehatan puskesmas dan posyandu.
Perkiraan 0 balita
Pencapaian 13 balita

Kriteria Bulan Januari Desember Tahun 2012
Kriteria Bulan Januari Desember Tahun 2012
40

Berdasarkan data Puskesmas Januari- Desember 2012 diperoleh 13 balita
yang ada di bawah garis merah dari target sasaran pertahun yaitu nol. Jumlah ini
didapatkan saat penjaringan dan posyandu bulan Februari, Mei, dan Agustus
lalu.
Balita Bawah Garis Merah adalah balita yang ditimbang berat badannya
berada pada garis merah atau di bawah garis merah pada KMS. Selain itu dapat
didefinisikan sebagai balita dengan berat badan menurut umur (BB/U) berada di
bawah garis merah pada KMS. Balita BGM tidak selalu berarti menderita gizi
buruk. Akan tetapi, itu dapat menjadi indikator awal bahwa balita tersebut
mengalami masalah gizi. Para orang tua, terutama ibu juga perlu diingatkan
bahwa pola asuh anak sangat berperan penting dalam menentukan status gizi
balita.
Adapun kendala yang dialami sejauh ini diakibatkan berulangnya pendataan
pada pasien yang sama dan terputusnya jalur penanganan kasus BGM akibat
tidak kontrolnya balita yang telah terdeteksi dengan permasalahan gizi.
Disarankan untuk bekerjasama dengan beberapa pihak terkait seperti ahli gizi
dan dokter dalam penanganan kasus permasalahan gizi. Dan pentingnya
pendataan yang lebih tersistematisasi untuk menghindari pendataan berulang
pada pasien yang sama serta perlunya informasi data identitas yang jelas untuk
menghindari terputusnya kontrol pada penanganan kasus gizi dan dapat diatasi
dengan kunjungan saat posyandu dilaksanakan.

2.3.4.6 Pelayanan konseling gizi di Puskesmas Induk Palaran
Program ini merupakan upaya perbaikan gizi, dan Puskesmas Palaran
menjalankannya dengan adanya klinik gizi. Klinik ini terbentuk bulan Mei tahun
2007 sebagai pengembangan program kerja Upaya Perbaikan Gizi PKM Palaran.
Klinik gizi PKM Palaran dilaksanakan setiap hari senin, rabu, dan jumat.
Sasaran klinik konseling gizi antara lain pasien Diabetes melitus, hipertensi,
peningkatan asam urat, peningkatan kolesterol, ibu hamil, bayi, balita, serta
kondisi lainnya yang memerlukan konseling gizi. Pendataan mencakup nama,
usia, alamat, kasus, konseling gizi/uraian/nasehat yang diberikan.

41


Sejauh ini masyarakat sudah mulai mengerti pentingnya konseling gizi
sehingga berdampak pada tingginya minat masyarakat. Sebagai sarana untuk
memperluas penjaringan kegiatan ini dapat dilaksanakan bersamaan dengan
kegiatan posyandu baik anak dan lansia selain itu perlu kerjasama pula dengan
promosi kesehatan guna menunjang upaya kesehatan ini.

2.3.5 Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular (P2M)
Program ini bertujuan untuk menurunkan kejadian penyakit menular sampai
pada tingkat terendah dan mencegah terjadinya epidemi. Kegiatan P2M di
puskesmas palaran meliputi menemukan penderita atau tersangka secara pasif
(seperti malaria, ISPA, DBD, Diare, TB, kusta). Selain itu, terdapat Pelayanan
Imunisasi dan Pencegahan serta Penanggulangan PMS dan HIV/AIDS, Rabies,
Filariasis dan Schistozomiasis. Epidemiologi surveilance melakukan
penyelidikan lanjutan kontak dari penderita malaria, TB, dan kusta dan
mengetahui peningkatan angka kesakitan terhadap penyakit yang mungkin
menimbulkan epidemi secara dini.

2.3.5.1 TB Paru
Untuk menilai kemajuan atau keberhasilan penanggulangan TB, diperlukan
beberapa indikator. Indikator penanggulangan TB secara nasional ada 2, yaitu:
angka penemuan pasien baru TB BTA positif (CDR Case Detection Rate) dan
angka keberhasilan pengobatan (SR Success Rate).



Kriteria Bulan Januari Desember Tahun 2012
Sasaran 134 kunjungan
Pencapaian 167 (124,62%)
42


Disamping itu ada beberapa indikator proses untuk mencapai indikator
nasional tersebut, yaitu: (1). Angka penjaringan suspek, (2). Proporsi pasien TB
paru BTA positif diantara suspek yang diperiksa dahaknya, (3). Proporsi pasien
TB paru BTA positif diantara seluruh pasien TB paru, (4). Proporsi pasien TB
anak di antara seluruh pasien TB, (5). Angka notifikasi kasus (CNR Case
Notification Rate), (6). Angka kesembuhan, (7). Angka konversi dan (8). Angka
kesalahan laboratorium.
Jenis kegiatan yang dilakukan antara lain pengobatan penderita TB paru
(DOTS) BTA positif dan pengobatan penderita TB paru (DOTS) BTA negatif
rontgen positif.
Berdasarkan data Puskesmas dengan kriteria pengobatan penderita TB paru
(DOTS) BTA positif pada bulan Januari-Desember 2012, diperoleh hasil sebagai
berikut :



B

Angka Penemuan Kasus (CDR)
33/123 x 100% = 26,82 %
Berdasarkan data PUSKESMAS untuk pasien TB BTA Positif yang sudah
menyelesaikan pengobatan pada bulan Januari-Desember 2012, diperoleh hasil
sebagai berikut :
Pasien TB BTA Positif
yang menyelesaikan
Pengobatan
Bulan Januari Desember Tahun 2012
Sembuh 12
DO 1
Pindah 1

Angka Keberhasilan Pengobatan (SR)
12/14 x 100% = 96%
Kriteria Pengobatan Penderita TB
Paru (DOTS) BTA Positif
Bulan Januari Desember Tahun 2012
Target Sasaran 123 orang
Pencapaian orang (26,82%)
43

Berdasarkan data PUSKESMAS untuk kriteria pengobatan penderita TB
paru (DOTS) BTA negatif rontgen positif pada bulan Januari-Desember 2012,
diperoleh hasil sebagai berikut :

Penemuan kasus TB ini masih dibawah angka standar karena proses
penjaringan dilakukan secara pasif artinya penjaringan tersangka dilaksanakan
hanya pada mereka yang datang berkunjung ke unit pelayanan kesehatan,
sehingga penemuan kasusnya masih sedikit.
Kendala: Kurangnya kesadaran anggota keluarga penderita untuk
memeriksakan diri akibat kontak dengan penderita TB, kurangnya peran serta
kader dalam masyarakat dalam sweeping kasus yang dicurigai TB berdasarkan
klinis.
Saran: Penyuluhan secara aktif kepada masyarakat untuk meningkatkan
cakupan penemuan tersangka penderita atau biasa dikenal dengan sebutan passive
promotive case finding. Para kader pemberantasan TB di lapangan lebih
menggalakkan kegiatan sweeping dan screening pada komunitas-komunitas yang
dicurigai berisiko tertular TB.

2.3.5.2 Malaria
Kegiatan yang dilakukan yaitu menemukan penderita tersangka malaria
yang dilakukan secara pasif melalui kegiatan rutin di unit pelayanan kesehatan
berdasarkan pemeriksaan secara klinis, kemudian dikonfirmasi secara
laboratorium untuk memeriksa Plasmodium dalam darah.
Target program pemberantasan malaria adalah seluruh penderita malaria
baik malaria klinis maupun malaria positif yang ditemukan di Puskesmas
Palaran dapat diobati sesuai standar, dimana semua kasus yang dikonfirmasi
dengan pemeriksaan laboratorium diberikan pegobatan sesuai standar dengan
Kriteria Pengobatan Penderita
TB Paru (DOTS) BTA Negatif
Rontgen Positif.
Bulan JanuariDesember Tahun 2012
Target 0 orang
Pencapaian 18
44

ACT (Artemisinin Combination Therapy) dan sehingga sebagai pengobatan dini
dan mencegah terjadinya komplikasi dan menurunkan angka pasien yang
dirujuk.
Data Penanggulangan penyakit malaria periode Januari Desember 2012
adalah:
No Kegiatan Perkiraan Pencapaian
1 Pemeriksaan Sediaan Darah (SD)
pada penderita malaria klinis
584 133 (22,78%)
2 Penderita malaria klinis yang diobati 0 0
3 Penderita malaria positif (+) yang
diobati sesuai dengan standar
133 20 (15,04%)
4 Penderita yang terdeteksi Malaria
berat di Puskesmas yang dirujuk ke
RS
0 0


2.3.5.3 Kusta
Kegiatan yang dilakukan pada program ini meliputi penemuan tersangka
penderita Kusta PB/MB, mengobati penderita kusta, dan pemeriksaan kontak
penderita.






Berdasarkan data Puskesmas Januari-Desember 2012 diperoleh pencapaian
temuan terhadap tersangka penderita Kusta sebanyak 2 kasus, sedangkan
targetnya adalah nol. Penemuan tersangka kusta ini didapatkan ketika pasien
berobat ke PKM Palaran pada bulan Juni. Pengobatan terhadap penderita kusta
berjumlah dua. Sampai saat ini pemeriksaan terhadap kontak penderita belum
bisa dilaksanakan karena kurangnya kesadaran anggota keluarga penderita untuk
No Kegiatan Target Pencapaian
1 Penemuan tersangka
penderita Kusta PB/MB
0 2
2 Pengobatan penderita kusta 1 2
3 Pemeriksaan kontak penderita 6 0
45

memeriksakan diri (sweeping dan screening), sehingga tidak diketahui jumlah
sebenarnya dari penduduk yang telah tertular TB dan kusta.
Saran bagi program ini, Meskipun kasus ini langka diharapkan para kader
pemberantasan TB dan kusta di lapangan tetap melakukan kegiatan sweeping dan
screening pada komunitas-komunitas yang dicurigai beresiko tertular TB dan
kusta.

2.3.5.4 Program Imunisasi
Program ini dilaksanakan seminggu tiap bulannya di puskesmas induk dan
juga dilaksanakan sekali dalam sebulan di tiap-tiap posyandu. Jika terlaksana
dengan baik diharapakan seluruh anak di Kecamatan Palaran mendapatkan
imunisasi lengkap.
Persiapan yang dilakukan meliputi mempersiapakan perlengkapan dan obat
untuk kegiatan vaksin. Selain itu, mempersiapkan materi dan leaflet untuk
diberikan pada saat sebelum dilakukan pemberian vaksin. Tujuannya untuk
memberikan vaksinasi serta pengetahuan akan pentingnya imunisasi yang
lengkap, sehingga diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
Palaran.
Tempat pelaksanaan kegiatan dilakukan di Posyandu setempat, sekolah dan
rumah kader desa. Dengan demikian tempat pelaksanaan kegiatan tidak lagi
menjadi hambatan dalam melaksanakan program ini. Hambatan yang
seringtimbul, terutama pada sasaran anak usia sekolah dasar adalah
ketidakhadiran pada saat pelaksanaan kegiatan. Namun hambatan ini dapat
diatasi, dengan dilakukan screening dan sweeping pada anak yang tidak hadir
pada kegiatan imunisasi berikutnya. Sehingga hasil yang dicapai diharapkan
dapat memuaskan.
Data pelayanan imunisasi periode Januari Desember 2012 adalah:
No Kegiatan Target Pencapaian
1. Imunisasi DPT 1 pada bayi 1068 1091
(102,2%)
2. Drop Out DPT 3 Campak 1068 35 (3,28%)
3. Imunisasi HB-1 <7 hari 1068 611 (57,2%)
46

4. Imunisasi Campak pada bayi 1068 1018 (95,3%)
5. Imunisasi DT pada anak kelas 1 SD 1223 1171
(95,7%)
6. Imunisasi TT pada anak SD kelas 2
dan 3
2252 2213
(98,2%)

Pelaksanaan Imunisasi DT dan TT pada Sekolah Dasar kelas 1, 2 dan 3
dilaksanakan pada Bulan Imunisasi Anak Sekolah yang jatuh pada bulan
November 2012. Selain imunisasi DT dan TT, juga dilaksanakan imunisasi
campak pada siswa Sekolah Dasar kelas 1.
Rendahnya cakupan angka imunisasi, misalnya imunisasi Hb-1 <7 hari yaitu
57,2% dikarenakan banyak hal. Adapun permasalahan yang mungkin terjadi
yaitu pelaksanaan imunisasi di puskesmas terjadwal 1 kali dalam seminggu dan
atau satu kali tiap bulan di masing-masing posyandu, sedangkan rentang waktu
yang dibutuhkan untuk vaksin Hb-1 hanya 7 hari, jika bayi divaksinasi minggu
depannya maka tidak tercatat dalam imunisasi vaksin Hb-1 < 7 hari.
Hal ini dikarenakan beberapa kendala seperti jarak yang jauh, jalanan yang
rusak, cuaca yang tidak menentu, ibu lupa jadwal imunisasi anaknya, ibu masih
dalam masa nifas ataupun dengan hambatan-hambatan lain juga menjadi kendala
bagi ibu-ibu untuk membawa anaknya ke Posyandu untuk imunisasi. Beberapa
ibu yang membawa anaknya vaksin di rumah sakit di luar Palaran atau ke
praktek swasta lainnya yang tidak tercatat sebagai data Puskesmas turut
mengurangi cakupan imunisasi. Selain itu, pendatang baru yang tidak tahu
mengenai posyandu dan puskesmas sehingga menurunkan angka cakupan
imunisasi.
Saran:Mengupayakan kerja sama antara puskesmas dengan pihak
kecamatan dan atau kelurahan dalam kelancaran pelaksanaan program yang
terutama bersifat nasional, yang merupakan tanggung jawab semua pihak
sehingga diharapkan terdapat pembagian tugas yang jelas dan peran serta semua
pihak dalam mensukseskan program tersebut. Meningkatkan koordinasi
antarposyandu, puskesmas, dengan Dinas Kesehatan, dan disiplin dalam
menjalankan program, sehingga memudahkan dalam menjalankan program.
47

Mengadakan kunjungan ke rumah ibu-ibu yang bermasalah dalam membawa
anaknya untuk mendapat imunisasi, melakukan pendataan kembali melalui kader
di Posyandu untuk menjaring anak yang belum terimunisasi, menanyakan
permasalahan yang dihadapinya kemudian berusaha mencari solusi bersama
untuk permasalahan tersebut.

2.3.5.5 Diare
Jenis kegiatan yang dilakukan, antara lain menemukan kasus diare di
puskesmas dan kader, kasus diare ditangani oleh puskesmas dan kader dengan
oral dehidrasi.
Data periode diare Januari Desember 2012 adalah :
No. Kegiatan Target
Sasaran
Pencapaian
1 Menemukan kasus diare di
puskesmas dan kader
2469 2515 (101,86%)
2 Kasus diare ditangani oleh
puskesmas dan kader dengan oral
dehidrasi
2389 1600 (66,97%)
3
3.
Kasus Diare ditangani dengan
rehidrasi intravena
126 142 (112,92%)

Tingginya angka diare ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan
perilaku masyarakat mengenai pentingnya hidup bersih dan sehat. Selain itu,
dapat pula disebabkan pendataan diare yang masih berdasarkan angka kunjungan
sehingga 1 pasien dapat terdata lebih dari 1 kali. Akan tetapi persentase ini
menurun dibandingkan dengan kejadian diare pada PENJAMAS tahun 2011.
Kurangnya pengetahuan masyarakat dan kader dalam pengenalan tanda
penanganan dehidrasi awal apabila terserang diare sebelum mendapatkan oralit,
seperti membuat sendiri cairan penganti yang diolah secara mandiri (mencampur
gula dan garam dalam larutan air mineral) tampak dari tingginya kasus diare
dengan rehidrasi intravena. Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi
masalah tersebut dengan penyuluhan dan peningkatan sumber daya.
48


2.3.5.6 ISPA
Kegiatannya meliputi menemukan kasus pneumonia dan pneumonia berat
oleh Puskesmas dan Kader, kemudian jumlah kasus pneumonia dan pneumonia
berat yang masih bisa ditangani serta jumlah kasus pneumonia berat atau dengan
tanda bahaya ditangani atau dirujuk.
Data penemuan kasus pneumonia dan pneumonia berat oleh petugas
Puskesmas :




Target sasaran: 10% dari jumlah balita sehingga ditemukan target 658
orang. Pada tahun 2012 selama bulan Januari Desember penemuan kasus
Pneumonia saja tanpa disertai pneumonia berat sebesar 8.51%. Sehingga hal ini
menunjukkan adanya kesadaran masyarakat untuk memeriksakan anaknya
dengan gejala gangguan saluran pernapasan sehingga tidak jatuh pada
penumonia berat.
2.3.5.7 Demam Berdarah Dengue
Kegiatan yang dilakukan adalah dengan menghitung angka bebas jentik.




Data cakupan angka bebas jentik, diperoleh hasil sebagai berikut :
Kriteria Bulan Januari Desember Tahun 2012
Sasaran 95 %
Pencapaian 79,52%

Angka Bebas Jentik =
2306/2900 x 100% = 79, 52%
Kriteria Bulan Januari Desember Tahun 2012
Target Sasaran 658 orang
Pencapaian 56 orang (8,51%)
49

Kendala yang dihadapi dalam pencegahan DBD antara lain lokasi yang sulit
dijangkau petugas, sulitnya perekrutan kader yang berjiwa sosial dan kurangnya
kerjasama antara pegawai yang bertanggung jawab dalam kegiatan ini.
Saran : sosialisasi program 3M+ dan PHBS rumah tangga

2.3.6. Upaya pengobatan dasar
Upaya pengobatan dasar bertujuan memberikan pengobatan dan
perawatan yang optimal dengan menentukan diagnosis dengan cepat dan tepat
(sedini mungkin) yang dilanjutkan dengan pemberian pengobatan yang tepat
sehingga dapat mengatasi ketidakmampuan maupun kelainan yang dihadapi serta
mengadakan rehabilitasi untuk memperingan penderitaan pasien.
a. Alur pelayanan Puskesmas Palaran
Alur pelayanan puskesmas Palaran dapat dilihat dari gambar berikut ini:

Gambar 2. Alur Pelayanan Kesehatan Puskesmas Palaran

b. Fasilitas
Puskesmas palaran memiliki fasilitas rawat jalan dan rawat inap
c. Sasaran
Semua pasien yang datang berobat ke Puskesmas Palaran baik yang
menggunakan jaminan kartu kesehatan maupun swasta
Klinis gizi
Klinis sanitasi
Pengunjung
pasien
LOKET
PENDAFTARAN
LAYANAN

Pengobatan umum
Kesehatan ibu dan
anak
Pengobatan gigi dan
mulut
Keluarga berencana

Pemeriksaan
laboratorium
UGD RAWAT INAP KASUS GAWAT
DARURAT
Rujuk ke RS
OPNAME






P
U
L
A
N
G
APOTIK
KASIR
Rujuk ke RS
50

d. Data kunjungan pengobatan
Data pemberian pengobatan berdasarkan laporan PENJAMAS Januari
Desember 2012 :
No Kriteria Perkiraan Pencapaian
1 Kunjungan rawat jalan umum 14741
58102
(394,16%)
2 Kunjungan rawat jalan
gigi/mulut
2335
3384
(144,92%)

Berdasarkan data diatas diperoleh pencapaian sebesar 394,16% pada
kunjungan rawat jalan umum dan 144,92% pada kunjungan rawat jalan gigi / mulut.
Oleh karena itu, untuk menunjang upaya kesehatan disarankan bagi tenaga
kesehatan untuk terus memperbaharui dan menambah ilmu kesehatan dalam bentuk
kegiatan ilmiah ataupun presentasi kasus.
Dari data kunjungan pengobatan banyak didapatkan jenis penyakit yang
diderita oleh pasien yang berkunjung ke Puskesmas Palaran. Di bawah ini adalah
tabel 10 penyakit terbanyak kunjungan pasien Januari Desember 2012 :
















JANUARI-DESEMBER 2012
NO PENYAKIT L P NILAI
1 ISPA 4207 5325 9532
2 Gastritis/ Sind. Dispepsia 1965 3613 5578
3 Hipertensi 1801 3509 5310
4 Mialgia 1802 3357 5159
5 Faringitis 2015 2838 4853
6 Non Generatif 1198 1830 3028
7 Diare non spesifik 1326 1318 2644
8 Dermatitis alergi 988 1327 2315
9 Diabetes Mellitus 596 1182 1778
10 Penyakit infektif 943 831 1774
TOTAL 41971
51

Data pemeriksaan laboratorium berdasarkan laporan PENJAMAS bulan Januari-
Desember 2012
JANUARI-AGUSTUS 2012
NO Kriteria Perkiraan Pencapaian
1 Pemeriksaan Hemoglobin pada ibu hamil 1174 1867 (159,03%)
2 Pemeriksaan darah trombosit tersangka DBD 1711 1711 (100%)
3 Pemeriksaan darah malaria 133 20 (15,04%)
4 Pemeriksaan test kehamilan 1174 136 (11,58%)
5 Pemeriksaan Sputum TB 1226 423 (34,5%)
6 Pemeriksaan Urine protein pada Ibu Hamil 117 40 (34,07%)
2.4 UPK PENGEMBANGAN PUSKESMAS PALARAN
Puskesmas Palaran merupakan puskesmas yang berbeda dengan puskesmas
lain yang ada di tiap kecamatan di Kota Samarinda karena Puskesmas Palaran
memiliki fasilitas rawat inap. Rawat inap merupakan upaya pengembangan
Puskesmas Induk Palaran yang dibangun pada tahun 2002 dan rampung pada
bulan Desember 2003. Rawat inap diresmikan pada tanggal 21 Januari 2004 dan
mulai beroperasi tanggal 23 Maret 2004. Hal ini menjadikan Puskesmas Palaran
menjadi Puskesmas plus. Saat ini Puskesmas dengan rawat inap ini memiliki
fasilitas UGD dan ruang rawat inap dengan jumlah tempat tidur masing-masing
adalah 4 tempat tidur dan 14 tempat tidur.
2.4.1 Puskesmas dengan Unit Rawat Inap
2.4.1.1 BOR puskesmas tempat tidur
Kinerja puskesmas rawat inap dinilai dari Bed Occupation Rate (BOR),
Average Long Of Stay (AvLOS), Turn Over Internal (TOI), dan Bed Turn Over
(BTO).

BOR = 88,38 %
BOR Ideal : 75 % s/d 85 %



Kriteria Bulan Januari Desember Tahun 2012
Sasaran 80%
Pencapaian 70,7 (88,38%)
52

2.4.1.1 Hari rawat rata-rata (AvLOS) di puskesmas tempat tidur
A
v
los (Average length of stay) : Rata-rata lama seorang pasien dirawat

O : rata-rata TT terisi dalam 1 tahun

D : Pasien dipindahkan (rujuk RS ) + pasien keluar hidup + pasien keluar mati D : 58 +
486 + 1 = 545

Angka A
v
los ideal 3-12 Hari




Pencapaian Avlos Puskesmas Rawat Inap Palaran belum memenuhi target yang
ditetapkan, akan tetapi angka tersebut sudah memenuhi kriteria Avlos ideal, yaitu 3 - 12
hari.
TOI (turn over interval ) : Angka rata-rata sebuah tempat tidur tidak terisi

Ideal = 1 3 hari
BTO ( bed turn over ) = tingkat penggunaan sebuah tempat tidur dalam satu tahun

Ideal > 30 kali
Pada bulan Januari sampai Desember 2011 jumlah BOR di Puskesmas Palaran
adalah 66,36%, Rata-rata lama seorang pasien dirawat adalah 3 hari, Angka rata-rata
sebuah tempat tidur tidak terisi adalah 1 hari, Tingkat penggunaan sebuah tempat tidur
dalam setahun adalah 97 kali.
Berdasarkan data tersebut, Tingkat penggunaan tempat tidur di Puskesmas Palaran
pada 2011 mendekati ideal dimana nilai BOR yang ideal adalah 75%, Rata-rata lama
seorang pasien dirawat ideal yaitu AvLOS ideal 3-12 hari, Angka rata-rata sebuah
tempat tidur tidak terisi sudah ideal yaitu TOI ideal 1-3 hari, Tingkat penggunaan
sebuah tempat tidur dalam setahun sudah ideal yaitu BTO ideal > 30 hari.
Kriteria Bulan Januari Desember Tahun 2011
Sasaran 4 hari
Pencapaian 3 hari (75,00%)
53

2.4.2 Upaya Kesehatan Usia Lanjut
Upaya kesehatan usia lanjut di lakukan dengan di jalankannya suatu program
posyandu lansia yang memiliki visi untuk menjaga atau bahkan meningkatkan keadaan
para lansia agar tetap sehat baik secara fisik maupun mental. Posyandu lansia ini juga
memiliki misi agar kinerja posyandu semakin meningkat diiringi oleh upaya
penganekaragaman kegiatan yang dilaksanakan. Posyandu lansia memiliki beberapa
program kerja diantaranya pemeriksaan kesehatan untuk menentukkan ada atau tidak
adanya kelainan pada lansia seperti gangguan mental emosional, indeks massa tubuh,
tekanan darah, maupun penyakit lainnya. Selain itu dilakukan penyuluhan dan
pengobatan dasar jika ditemukan kelainan pada lansia tersebut.

2.4.2.1 Pembinaan Kelompok Usia Lanjut sesuai standar
Kriteria Bulan Januari Desember Tahun 2012
Sasaran 5 kelompok
Pencapaian 5 kelompok (100%)

Pembinaan kelompok usia lanjut telah dilakukan pada 5 kelompok dimasing-
masing posyandu. Kelompok-kelompok tersebut diantaranya terdapat pada posyandu
lansia karya bakti (Kel.Handil Bakti), posyandu lansia melati putih (Kel.Simpang Pasir),
posyandu lansia harapan (Kel.Rawa Makmur), posyandu lansia nurul iman (Kel.Rawa
Makmur) yang berjalan setiap 1 bulan sekali, dan posyandu lansia gembira (Kel.
Bukuan dan Kel.Bantuas) yang berjalan setiap 3 bulan sekali akibat adanya keterbatasan
jarak dan waktu tempuh.

2.4.2.2 Pemantauan kesehatan anggota Kelompok Usia Lanjut yang dibina sesuai
standar

Kriteria Bulan Januari Desember Tahun 2012
Sasaran 316 orang
Pencapaian 316 (100%)

54

Pemantauan kesehatan pada anggota kelompok usia lanjut yang dibina sesuai
dengan standard adalah sebanyak 316 orang dari bulan Januari hingga Desember 2012.

2.4.3 Upaya Kesehatan Jiwa
Pelayanan gangguan jiwa yang dimaksud adalah pemberian pengobatan kepada
setiap pasien yang terdeteksi menderita gangguan jiwa. Gangguan jiwa meliputi
gangguan organik dan fungsional. Usaha peningkatan kesehatan jiwa puskesmas palaran
ditunjang dengan kegiatan seperti :
(1). Pemberdayaan kelompok masyarakat khusus dalam upaya penemuan dini dan
rujukan khusus gangguan jiwa.
(2). Penemuan dan penanganan kasus gangguan perilaku, gangguan jiwa, Napza dari
rujukan kader dan masyarakat.
(3). Penanganan kasus kesehatan jiwa melalui rujukan ke RS / dokter spesialis.
(4). Deteksi penanganan kasus jiwa yang datang berobat Pada bulan Januari Desember
2012 didapatkan tidak didapatkan kasus penanganan kesehatan jiwa melalui
rujukan ke RS / dokter spesialis.
Pihak Puskesmas memfasilitasi pelayanan dokter spesialis kesehatan jiwa yang
bekerjasama dengan RS. Atma Husada Samarinda. Layanan ini resmi dilaksanakan dari
pukul 09.00 WITA hingga pukul 12.00 WITA, dimana kunjungan dokter spesialis
kesehatan jiwa ini dilaksanakan sekali setiap bulan pada hari Sabtu minggu pertama.
Penjaringan pasien didapatkan dari pasien yang berobat ke balai pengobatan
Puskesmas Palaran yang terdiagnosa penyakit jiwa, kemudian pasien disarankan untuk
kembali berobat sebulan kemudian serta pasien lama RS. Atma Husada yang tinggal di
wilayah puskesmas palaran tidak perlu kontrol ke RS. Atma Husada.

2.4.4 Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Gigi dan Mulut
Upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit gigi dan mulut diwujudkan
dengan dilakukannya beberapa program, antara lain adalah
(1). Pembinaan kesehatan gigi di Taman Kanak-kanak (TK) dan PAUD.
(2). Pembinaan kesehatan gigi di Posyandu.
(3). Pembinaan dan bimbingan sikat gigi massal di SD/MI.
(4). Perawatan kesehatan gigi bagi murid SD/MI.
55

(5). Pencabutan gigi tetap.
(6). Penambalan/tumpatan permanen gigi tetap, dimana sebagian besar kegiatan tersebut
diatas telah berjalan hingga saat ini.

Data Januari - Desember 2012 untuk UPK ini adalah sebagai berikut :
Program Satuan Sasaran Pencapaian Cakupan
Pembinaan kesehatan gigi pada TK &
PAUD
TK/PAUD 12 5 41,67%
Pembinaan kesehatan gigi di Posyandu Posyandu 32 18 56,25%
Pembinaan dan bimbingan sikat gigi
massal
SD/MI 10 10 100%
Perawatan kesehatan gigi pada SD / MI SD/MI 26 21 80,77%
Murid SD/MI mendapat perawatan
kesehatan gigi
Orang 2027 282 13,91%
Murid SD/MI mendapat Pemeriksaan
kesehatan gigi
Orang 2027 957 47,21%
Gigi tetap yang dicabut Gigi 854 35 4,10%
Gigi tetap yang ditambal permanen Gigi 854 22 2,257%

Pada UPK pengembangan pencegahan dan penanggulangan penyakit gigi dan
mulut masih ditemukan beberapa kendala diantaranya adalah keterbatasaan jumlah
petugas pelaksana sehingga pada beberapa keadaan pencapaian tidak dapat memenuhi
target yang telah ditetapkan.









56


BAB III
KESIMPULAN

Puskesmas Palaran merupakan puskesmas induk dengan sasaran populasi yang
sangat luas yakni mencakup seluruh masyarakat di Kecamatan Palaran. Dalam
pelaksanaannya, puskesmas memiliki fungsi sebagai pusat penggerak pembangunan
berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat dan keluarga, pusat pelayanan
kesehatan tingkat pertama yang terdiri atas pelayanan medik dasar dengan pendekatan
individu dan keluarga, serta pelayanan kesehatan masyarakat yang meliputi pelayanan
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dalam rangka mewujudkan pelaksanaan
fungsi puskesmas, maka dibuatlah program puskesmas yaitu program dasar yang
tercermin dalam Unit Pelayanan Kesehatan (UPK) Wajib dan Pengembangan.
Puskesmas Palaran dalam menjalankan fungsinya sudah memenuhi enam kegiatan
pokok pelayanan kesehatan puskesmas dan memiliki beberapa UPK pengembangan
yang masih perlu adanya peningkatan program kerja melalui kerjasama dengan berbagai
sektor terkait.
Rencana pelaksanaan kegiatan (POA-Plan of Action) dari setiap UPK cukup jelas
dengan operasional kegiatan yang mencakup lintas program dan lintas sektoral. Setiap
UPK membuat program sesuai bidangnya untuk satu tahun kemudian dilakukan
evaluasi pelaksanaan program tiap triwulan sekali untuk mencari kendala yang ada
selama pelaksanaan dan menemukan solusi yang tepat untuk masalah tersebut. Pada
akhir tahun dilakukan evaluasi menyeluruh yaitu Penilaian Kinerja Puskesmas
(Penjamas).
Hasil evaluasi program kerja puskesmas semester awal tahun 2011 bulan Januari-
Juni menunjukkan persentase kemajuan pelaksanaan program kerja dari semua upaya
kesehatan sebesar 68,4% dengan persentase tertinggi pada upaya kesehatan lingkungan
(109,93%) dan persentase terendah pada upaya kesehatan ibu dan anak (KIA) termasuk
keluarga berencana (KB) (52,05%). Hasil ini menunjukkan bahwa secara umum
program kerja belum memenuhi target ideal pada semester awal tahun 2011 (50%).
Namun ada beberapa persentase yang mengalami penurunan dibandingkan dengan
tahun 2010 yaitu upaya pengobatan (58,83%) dan cakupan imunisasi
57

(20,97%).Sementara ini, ada beberapa program yang belum memiliki data lengkap
untuk semester berikutnya, sehingga pencapaian secara keseluruhan dalam kurun waktu
satu tahun belum dapat dilakukan penilaian.
Kendala umum yang dihadapi terutama pada cakupan wilayah kerja Puskesmas
Palaran yang sangat luas dengan keadaan geografis pada beberapa daerah yang masih
sukar dijangkau secara rutin dan berkesinambungan. Hal ini disiasati dengan
pemberdayaan kader-kader kesehatan lokal yang berasal dari masyarakat di wilayah
tersebut. Masalah lain yang kerap muncul adalah kurangnya pengetahuan dan kesadaran
masyarakat untuk berpartisipasi dalam mengikuti program. Untuk mengatasi hal
tersebut dapat dilakukan penyuluhan kader dan masyarakat setempat, pendekatan
terhadap tokoh masyarakat setempat, serta menggunakan media penyuluhan yang lebih
menarik misalnya penggunaan LCD dan proyektor, slide berwarna dan bergambar,
leaflet dan stiker, serta pembagian door prize ataupun reward bagi para kader yang
aktif.
Kendala khusus yang dihadapi adalah banyaknya program yang baru berjalan
tengah semester. Selain itu, kendala lain juga berasal dari kurangnya sumber daya
manusia untuk beberapa UPK, sumber daya manusia yang masih baru dan kurangnya
transfer informasi mengenai program yang dilaksanakan. Diperlukan kerjasama yang
lebih baik antara lintas UPK dalam hal pendataan dan bertukar pikiran mengenai
program kerja yang ada, sehingga kinerja Puskesmas dapat lebih baik lagi di masa yang
akan datang. Diharapkan pula adanya kerjasama antara puskesmas dengan pihak
kecamatan dan kelurahan untuk berpartisipasi pada kegiatan-kegiatan kesehatan yang
bersifat Nasional, misalnya PIN, sehingga terjalin hubungan yang baik dan terdapat
pembagian kerja yang jelas, sehingga dapat menunjang kelancaran program.

Anda mungkin juga menyukai