Anda di halaman 1dari 39

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Visi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga adalah menjadikan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga menjadi salah satu Fakultas Kedokteran terkemuka di kawasan regional ASEAN, pemuka dalam bidang pendidikan, pemuka dalam penelitian, dan pemuka dalam pengabdian kepada masyarakat. Untuk mencapai visi tersebut, misi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga yang sejalan dengan misi Universitas Airlangga tersebut adalah sebagai berikut: a. Menyelenggarakan pendidikan akademik, vokasional dan profesi, berbasis teknologi pembelajaran modern. b. Menyelenggarakan penelitian dasar, terapan dan penelitian kebijakan yang inovatif untuk menunjang pengembangan

pendidikan dan pengabdian kepada masyarakat. c. Mendharmabaktikan keahlian dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, humaniora, dan seni kepada masyarakat. d. Mengupayakan pengembangan kelembagaan manajemen modern yang berorientasi pada mutu dan kemampuan bersaing secara internasional.

Berdasarkan visi dan misi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga tersebut, maka diadakanlah kegiatan Clinical Posting Senior (CPS) yang salah satu kegiatannya berada di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) yang berada di wilayah Kota Surabaya. Dengan diadakannya CPS di Puskesmas tersebut peserta CPS diharapkan dapat mengetahui alur pelayanan primer di puskesmas, mengetahui pengelolaan program pelayanan kedokteran atau kesehatan di Puskesmas, mengetahui tata cara pemecahan suatu masalah kesehatan, mengetahui cara melakukan pendidikan kesehatan kepada

masyarakat serta menguasai sistim pelaporan Puskesmas demi tercapainya visi dan misi Fakultas kedokteran Universitas Airlangga. Puskesmas adalah unit pelaksanaan teknis daerah di bawah naungan Dinas Kesehatan yang bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat luas yang dilakukan secara meyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan yang meliputi pelayanan kesehatan

perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat di wilayah kerja. Terdapat 6 tugas pokok puskesmas dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat, antara lain: promosi kesehatan, upaya kesehatan lingkungan, upaya perbaikan gizi, kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana, pemberantesan penyakit menular, dan pengobatan. Selain itu, puskesmas juga memiliki tiga fungsi antara lain: menggerakkan masyarakat untuk berwawasan kesehatan, membina peran serta masyarakat dalam mewujudkan perilaku untuk bisa hidup bersih dan sehat serta sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat.

1.2 Tujuan 1.2.1 Tujuan Umum Memahami cara kerja Puskesmas dan masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas serta pengelolaannya sebagai unit organisasi fungsional yang melaksanakan usaha pokok kesehatan secara menyeluruh, terarah, dan terpadu kepada masyarakat. 1.2.2 Tujuan Khusus 1. Memahami keadaan wilayah kerja Puskesmas Balongsari. 2. Mempelajari struktur organisasi Puskesmas Balongsari. 3. Mengetahui manajemen dan sumber daya Puskesmas Balongsari. 4. Mengetahui program-program Puskesmas Balongsari dan

pelaksanaannya. 5. Mengetahui prioritas program di Puskesmas Balongsari.

1.3 Manfaat 1.3.1 Manfaat Untuk Puskesmas 1. Menjalin kerjasama antara pihak Puskesmas dengan CPS KBK. 2. Adanya masukan dari laporan dan saran yang diberikan oleh CPS KBK yang dapat digunakan untuk perbaikan serta peningkatan mutu pelayanan di tiap upaya kesehatan di wilayah Puskesmas Balongsari. 1.3.2 Manfaat Untuk CPS KBK 1. CPS KBK memperoleh banyak pengetahuan tentang struktur organisasi, fungsi maupun manajemen Puskesmas Balongsari 2. CPS KBK mendapat pengetahuan mengenai sarana dan lingkungan Puskesmas Balongsari 3. CPS KBK memperoleh kesempatan untuk dapat menerapkan ilmu yang didapat baik dalam bentuk promotif, preventif dan kuratif 4. CPS KBK memperoleh pengetahuan tentang 6 program pokok Puskesmas Balongsari berikut pelaksanaannya.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Tujuan bangsa Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea 4 adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mencapai tujuan tersebut diselenggarakan program pembangunan nasional secara berkelanjutan, terencana dan terarah. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari pembangunan nasional. Tujuan diselenggarakannya pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Keberhasilan pembangunan kesehatan berperan penting dalam meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia menuju Indonesia Sehat. Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut diselenggarakan berbagai upaya kesehatan secara menyeluruh, berjenjang, dan terpadu. Puskesmas adalah penanggung jawab penyelenggara upaya kesehatan untuk jenjang tingkat pertama dan sebagai ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia.

2.2 Konsep Dasar Puskesmas 2.2.1 Pengertian

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kota/kabupaten yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Konsep dasar Puskesmas terdiri dari: 1. Unit pelaksana teknis Sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (UPTD), puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan merupakan unit pelakssana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia.

2.

Pembangunan kesehatan Menyelenggarakan upaya pembangunan kesehatan Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

3.

Pertanggungjawaban penyelenggaraan Penanggungjawab utama penyelenggaraan seluruh upaya

pembangunan kesehatan di wilayah kabupaten/kota adalah Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, sedangkan puskesmas bertanggungjawab hanya sebagian upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota sesuai dengan kemampuannya. 4. Wilayah kerja Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan, tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu puskesmas, puskesmas maka dengan tanggungjawab memperhatikan wilayah kerja dibagi antar

keutuhan

konsep

wilayah

(desa/kelurahan atau RW). Masing-masing puskesmas tersebut secara operasional, puskesmas bertanggungjawab langsung kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota(Menkes, 2004). 2.2.2 Visi Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat. Indikator Kecamatan Sehat yang ingin dicapai mencakup 4 indikator utama yakni: 1. Lingkungan sehat 2. Perilaku sehat 3. Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu 4. Derajat kesehatan penduduk kecamatan (Menkes, 2004). 2.2.3 Misi Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional. Misi tersebut adalah :

1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya 2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya 3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan

keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan. 4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat berserta lingkungannya (Menkes, 2004). 2.2.4 Fungsi Puskesmas 1. 2. 3. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan. Pusat pemberdayaan masyarakat. Pusat pelayanan kesehatan masyarakat strata pertama. a. Pelayanan kesehatan perorangan b. Pelayanan kesehatan masyarakat

2.3 Kedudukan, Organisasi, dan Tata Kerja 2.3.1 Kedudukan Puskesmas Kedudukan puskesmas dibedakan menurut keterkaitannya dengan Sistem Kesehatan Nasional, Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota, dan Sistem Pemerintah Daerah. a. Kedudukan Puskesmas dalam sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah sebagai sarana pelayanan kesehatan strata pertama yang bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya. b. Kedudukan Puskesmas dalam sistem kesehatan kabupaten/kota sebagai UPT dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan sebagian tugas pembangunan kesehatan

kabupaten/kota di wilayah kerjanya. c. Kedudukan Puskesmas dalam sistem pemerintahan daerah sebagai unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang merupakan unit struktural pemerintah daerah kabupaten/kota bidang kesehatan di tingkat kecamatan.

d.

Kedudukan Puskesmas antar pelayanan kesehatan strata pertama adalah sebagai mitra dengan lembaga masyarakat dan swasta (praktek dokter, praktek dokter gigi, praktek bidan, poliklinik dan balai kesehatan masyarakat) dan di wilayah kerja Puskesmas sebagai pembina Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) seperti Posyandu Balita, Polindes, Pos Obat Desa (POD), Pos UKK (Upaya Kesehatan Kerja), dan Posyandu Lansia (Menkes, 2004).

2.3.2

Struktur organisasi Penyusunan organisasi Puskesmas di suatu kabupaten/kota dilakukan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota dan penetapannya dilakukan oleh peraturan daerah. Sebagai acuan digunakan pola struktur organisasi Puskesmas sebagai berikut: a. b. Kepala Puskesmas Unit Tata Usaha yang bertanggung jawab membantu kepala Puskesmas dalam pengelolaan data dan informasi, perencanaan dan penilaian, keuangan, umum, dan pengawasan. c. Unit Pelaksana Teknis Fungsional di Puskesmas: Upaya Kesehatan Masyarakat Perorangan. d. Jaringan pelayanan Puskesmas: Unit Puskesmas Pembantu, Unit Puskesmas Keliling, Unit Bidan di Desa/komunitas (Menkes, 2004). termasuk pembinaan UKBM, Upaya Kesehatan

2.3.3

Tata kerja Puskesmas a. Dengan kantor kecamatan, berkoordinasi melalui pertemuan

berkala.Koordinasi tersebut mencakup perencanaan, penggerakan pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian serta penilaian. b. Dengan dinas kesehatan kabupaten/kota sebagai unit pelaksana teknis yang bertanggung jawab kepada dinas kesehatan kabupaten/kota. Sebaliknya dinas kesehatan kabupaten/kota bertanggung jawab membina dan memberikan bantuan administratif dan teknis kepada Puskesmas. c. Dengan jaringan Yankes (Pelayanan Kesehatan) strata pertama sebagai mitra pelayanan kesehatan yang dikelola oleh lembaga

masyarakat dan swastapuskesmas menjalin kerjasama termasuk penyelenggaraan rujukan dan memantau kegiatan yang

diselenggarakan. Sedangkan sebagai pembina upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat, puskesmas melaksanakan bimbingan teknis, pemberdayaan dan rujukan sesuai kebutuhan. d. Dengan jaringan Yankes rujukan. Untuk upaya kesehatan perorangan bekerja sama dengan RS kabupaten/kota dan berbagai balai kesehatan masyarakat (balai pengobatan penyakit paru-paru, balai kesehatan mata masyarakat, balai kesehatan kerja masyarakat, balai kesehatan olahraga masyarakat, balai kesehatan jiwa masyarakat, balai kesehatan indra masyarakat). Sedangkan upaya kesehatan masyarakat bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Balai Teknik Kesehatan Lingkungan, Balai Laboratorium Kesehatan serta berbagai balai kesehatan masyarakat. e. Dengan lintas sektor, penyelenggaraan pembangunan kesehatan harus berkoordinasi dengan berbagai lintas sektor terkait yang ada di tingkat kecamatan. f. Dengan masyarakat, Puskesmas memerlukan dukungan masyarakat yang diwujudkan melalui pembentukan Badan Penyantun Puskesmas (BPP) yang menghimpun berbagai potensi masyarakat, seperti tokoh masyarakat, tokoh agama, LSM, orgasnisasi kemasyarakatan, serta dunia usaha (Menkes, 2004).

2.4 Upaya Kesehatan dan Asas Penyelenggaraan 2.4.1 Upaya kesehatan Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat yang keduannya jika ditinjau dari sistem kesehatan nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi dua yaitu :

a.

Upaya Kesehatan Wajib Upaya kesehatan wajib ini ditetapkan berdasarkan komitmen nasional, regional, dan global dan harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di wilayah Indonesia, upaya kesehatan wajib ini terdiri dari: 1. Upaya Promosi Kesehatan 2. Upaya Kesehatan Lingkungan 3. Upaya Kesehatan Ibu Anak serta Keluarga Berencana 4. Upaya Perbaikan Gizi 5. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular 6. Upaya Pengobatan

b.

Upaya Kesehatan Pengembangan Upaya kesehatan pengembangan ini ditetapkan berdasarkan

permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Dapat bersifat upaya inovasi maupun dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok puskesmas yang telah ada, yaitu : 1. Upaya Kesehatan Sekolah (UKS) 2. Upaya Kesehatan Olahraga 3. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) 4. Upaya Keselamatan Kerja (UKK) 5. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut 6. Upaya Kesehatan Jiwa 7. Upaya Kesehatan Mata 8. Upaya Kesehatan Lansia 9. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional c. Pelayanan Penunjang terdiri dari: 1. Upaya Masyarakat 2. Upaya Pencatatan Pelaporan (Menkes, 2004). Laboratorium Medis dan Laboratorium Kesehatan

2.4.2

Azas penyelenggaraan Azas penyelenggaraan puskesmas dikembangkan dari ketiga fungsi puskesmas. Azas penyelenggaraan puskesmas yang dimaksud adalah : 1. 2. 3. Asas pertanggungjawaban wilayah Asas pemberdayaan masyarakat Asas keterpaduan: keterpaduan lintas program dan keterpaduan lintas sektor 4. Asas rujukan: rujukan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat (Menkes, 2004).

2.4.3

Manajemen Puskesmas Manajemen Puskesmas adalah rangkaian kegiatan yang bekerja secara sistematik untuk menghasilkan luaran puskesmas yang efektif dan efisien. Rangkaian kegiatan sistematis yang dilaksanakan oleh puskesmas membentuk fungsi-fungsi managemen. Fungsi-fungsi managemen

puskesmas terdiri dari: a. P1 (Perencanaan) Membuat usulan kegiatan berupa Gantt Chart (RUK). Mengajukan usulan kegiatan. Menyusun Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) atau yang disebut Plan of Action (POA) dalam bentuk Gantt Chart. b. P2 (Pelaksanaan dan Pengendalian) Pengorganisasian: menyusun tim perencanaan Puskesmas Penyelenggaraan Pemantauan melalui mini lokakarya bulanan c. P3 (Pengawasan dan pertanggungjawaban) (Monitoring dan

Evaluasi/MONEV) diaplikasikan melalui P2Kpus.

2.5 Dasar Hukum Puskesmas 1. 2. 3. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 128/MENKES/SK/II/2004 Pedoman Lokakarya Mini Puskesmas 2006 Pedoman Perencanaan tingkat Puskesmas 2006.

10

BAB 3 METODE KEGIATAN

3.1 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan 3.1.1 Jenis Kegiatan Jenis kegiatan yang dilaksanakan di Puskesmas adalah dengan mengikuti program-program yang sedang berlangsung di Puskesmas, mempelajari orientasi setiap Usaha Kesehatan Wajib dan Usaha Kesehatan Pengembang Puskesmas, mempelajari administrasi kesehatan masyarakat di Puskesmas, mempelajari system managerial di Puskesmas, dan membantu memberikan pelayanan pengobatan dasar, sesuai jadwal yang telah ditentukan. 3.1.2 Waktu Kegiatan

Kegiatan kepaniteraan Clinical Posting Senior (CPS) KBK di Puskesmas Balongsari dilaksanakan tanggal 20 Januari 2014 hingga tanggal 30 Januari 2014. Kegiatan dilaksanakan mulai pukul 07.30 sampai dengan pukul 14.30 pada hari Senin sampai Kamis, pukul 07.30 sampai dengan pukul 11.30 pada hari Jumat dan pukul 07.30 sampai dengan pukul 13.00 pada hari Sabtu. 3.1.3 Tempat Kegiatan

Kegiatan kepaniteraan CPS KBK dilaksanakan di Puskesmas Balongsari, Surabaya.

3.2 Daftar Nama Pelindung, Pembimbing dan Peserta Clinical Posting Senior (CPS) KBK Pelindung : Djohar Nuswantoro, dr., MPH Ketua Departemen IKM-KP Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Pembimbing : Dr. Linda Dewanti, M.Kes., MHSc., PhD. Pelaksana : Eka Arum C.P Moh. Arif Hakim J. Sufiandika N. Ramadhanti Ega P. 010911122 010911123 010911124 010911125

11

3.3 Mekanisme Kegiatan Kegiatan CPS KBK di Puskesmas Balongsari dilaksanakan selama 10 hari, mulai tanggal 20 Januari 2014 hingga tanggal 30 Januari 2014. Kegiatan CPS KBK di Puskesmas Balongsari diikuti oleh 4 (empat) orang CPS KBK semester 9 dari Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga dengan bimbingan Kepala Puskesmas Balongsari selaku pembimbing operasional beserta dosen pembimbing dari Departemen IKM-KP Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. CPS KBK dibagi dalam unit pelayanan KIA-KB dan Poli Umum secara bergantian sesuai jadwal yang telah ditentukan. CPS KBK juga diberi pengarahan mengenai beberapa program, mengadakan penyuluhan kesehatan serta mengikuti kegiatan yang ada di luar puskesmas, misalnya posyandu balita dan lansia. CPS KBK diberi kesempatan untuk berdiskusi dengan masing-masing pengelola program dan kegiatan. Kepaniteraan ini dilakukan dengan metode praktik kerja secara langsung di lapangan yang dititik beratkan pada pengetahuan administrasi dan birokrasi puskesmas. Secara garis besar, kegiatan kepaniteraan CPS KBK di Puskesmas Balongsari meliputi: a) Pengumpulan data sekunder, b) Wawancara/diskusi dengan staf Puskesmas, c) Observasi situasi di Puskesmas dan cakupan wilayah kerjanya, d) Pembahasan tentang angka cakupan kegiatan dari data yang ada, e) Pelayanan kesehatan dasar di Balai Pengobatan, f) Pelayanan KIA dan KB, g) Kegiatan di luar Puskesmas (Posyandu Balita dan Posyandu Lansia) h) Melakukan kegiatan praktek kerja lapangan seperti kunjungan rumah (home visit) kepada pasien Puskesmas dan survei K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) di industri yang telah dipilih. i) Kegiatan Penyuluhan dalam rangka Promosi Kesehatan.

12

BAB 4 DATA PUSKESMAS

4.1.Gambaran Umum Profil Puskesmas Balongsari Sejarah Awalnya Puskesmas Balongsari merupakan Puskesmas pembantu dari Puskesmas Manukan Kulon yang berdiri sejak tahun 1985 terdiri dari dua poli (Poli umum dan KIA), ruang tunggu, gudang, dan toilet pasien. Pada pertengahan tahun 2004 dibangun gedung baru yang terdiri dari : 1. Bangunan induk, yang terdiri dari : kantor TU, kepala Puskesmas, BPG (Balai Pengobatan Gigi), BP (Balai Pengobatan), Apotek, EDP, ruang pendaftaran, ruang tunggu, dan 1 toilet). 2. Bangunan rumah bersalin. 3. Bangunan rumah jaga karyawan. Pada bulan Agustus 2009 Puskesmas Balongsari direnovasi menjadi 2 lantai yaitu : 1. Lantai 1 terdiri atas 2 bagian yaitu : a. Bagian kanan terdiri dari Unit Loket Pendaftaran, Unit Poli Umum, Unit Balai Pengobatan Gigi, Unit Sanitasi, Poli Spesialis (Poli Paliatif, Poli Kandungan, Poli Santun Lansia, Poli Mata, dan Poli TBC) serta kamar mandi pasien. b. Bagian kiri terdiri dari Unit Apotek, Unit KIA, Rumah Bersalin, UGD dan Laboratorium. 2. Lantai 2 terdiri dari Aula, ruang Sekretariat ISO dan Poli Psikologi, ruang Kepala Puskesmas, ruang TU, gudang, dan 1 kamar mandi.

13

Serah terima Puskesmas Balongsari dari dr. Maya Syahria Saleh (yang saat ini menjabat sebagai Direktur RSUD Bhakti Dharma Husada (BDH)) kepada dr. Sri Hawati (kepala Puskesmas Balongsari) oleh Dinas Kesehatan Kota Surabaya dan diresmikan oleh Bapak Walikota Surabaya Bambang DH pada tanggal 01 Desember 2010. Luas Wilayah Puskesmas Balongsari terletak di kelurahan Balongsari Kecamatan Tandes dengan luas wilayah Puskesmas yaitu 159.195 Ha yang terdiri dari 3 kelurahan : 1. Balongsari 2. Karang Poh 3. Tandes Wilayah kerja termasuk dataran rendah dengan ketinggian 2-3 meter diatas permukaan laut dengan curah hujan sedang. Dengan batasbatas wilayah berikut : 1. Utara 2. Timur 3. Selatan 4. Barat : wilayah kecamatan Asemworo. : wilayah kecamatan Sukomanunggal. : wilayah kecamatan Lontar. : wilayah kecamatan Manukan Wetan kecamatan Tandes.

14

Gambar 4.1 Peta wilayah kerja Puskesmas Balongsari Data Kependudukan 1. Jumlah penduduk keseluruhan Laki-laki Perempuan 2. Jumlah kepala keluarga 3. Jumlah keluarga miskin : 46.213 orang : 23.368 orang : 22.845 orang : 8.223 KK : 1.651 KK

Tabel 4.1. Distribusi penduduk berdasarkan kelompok umur di wilayah kerja Puskesmas Balongsari tahun 2013 UMUR 0-1 tahun 1-5 tahun 5-6 tahun 7-12 tahun < 15 tahun (usia belum produktif 15-64 tahun (usia produktif) 45-59 tahun (pra usia lanjut) > 60 tahun (usia lanjut) LAKI-LAKI (orang) PEREMPUAN (orang) TOTAL (orang) 417 2052 742 1765 392 1945 717 1669 809 3997 1459 3434

5114 17349 3447 1717

4857 17038 3870 1615

9971 34387 7317 3332

15

Data Sarana Pendidikan 1. PAUD 2. TK 3. SD/MI : 24 buah : 25 buah : 14 buah 4. SMP/MTs : 3 buah 5. SMA/MA : 3 buah

Sarana Puskesmas 1. Sarana Pelayanan Tabel 4.2. Data sarana pelayanan kesehatan Puskesmas Balongsari tahun 2013 SARANA PELAYANAN JUMLAH (buah) Puskesmas Induk Puskesmas Pembantu Puskesmas Keliling Puskeskel JUMLAH 1 0 1 3 5

2. Sarana Transportasi Tabel 4.3 Data sarana transportasi Puskesmas Balongsari sejak tahun 2010 SARANA TRANSPORTASI JUMLAH (buah) Mobil Puskesmas Keliling (Ambulance) Sepeda Motor JUMLAH 1 6 7

16

4.2. Puskesmas Balongsari Visi Dan Misi Visi Puskesmas Balongsari adalah Pelopor budaya hidup sehat menuju masyarakat mandiri. Misi Puskesmas Balongsari adalah: 1. Mendorong kemandirian hidup sehat berbasis perilaku masyarakat 2. Memberi inspirasi dalam pemberdayaan masyarakat 3. Memelihara, meningkatkan mutu, pemerataan, dan keterjangkauan pelayanan kesehatan 4. Memadukan pelayanan medis dan komplementer 5. Mewujudkan lingkungan. Kebijakan Mutu Dengan inovasi dan perbaikan yang berkelanjutan, kita berikan pelayanan yang terbaik kepada pelanggan. Strategi 1. Mengembangkan dan menerapkan sistem manajemen mutu 2. Mengusulkan dan mengikutsertakan SDM pada pendidikan dan pelatihan secara intensif dan sesuai kompetensinya 3. Penganekaragaman pelayanan dan kemitraan dengan pihak ketiga 4. Menjaga peralatan yang ada agar tetap standar dan terjaga akurasinya 5. Mengefektifkan program UKS dan UKBM lain Puskesmas inovatif, multi manfaat dan ramah

17

6. Berkoordinasi dengan lintas program dan lintas sektoral secara periodik dan kontinyu Motto Masyarakat sehat dambaan kami Budaya Kerja 1. Bertakwa 2. Disiplin 3. Tanggung jawab 4. Jujur 5. Ikhlas 6. Profesional 7. Kreatif dan inovatif 8. Ramah tamah 9. Peduli lingkungan 10. Sepenuh hati Upaya Kesehatan Wajib 1. Upaya Promosi Kesehatan 2. Upaya Kesehatan Lingkungan 3. Upaya Kesehatan Ibu Anak dan Keluarga Berencana 4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat 5. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular 6. Upaya Pengobatan Upaya Kesehatan Pengembangan 1. Upaya Kesehatan Sekolah

18

2. Upaya Kesehatan Olahraga 3. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat 4. Upaya Kesehatan Kerja 5. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut 6. Upaya Kesehatan Jiwa 7. Upaya Kesehatan Mata 8. Upaya Kesehatan Usia Lanjut 9. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional Upaya Kesehatan Inovatif 1. Poli Paliatif 2. Poli Spesialis Kandungan 3. Poli Santun Lansia 4. Poli Spesialis Anak 5. Poli Mata 6. Poli TB 7. Poli Psikologi 8. Ruang Bersalin 9. Program See and Treat 10. Posyandu Remaja Upaya Kesehatan Penunjang 1. Laboratorium medis, yaitu fotometer dan hematologi analisa 2. Pemeriksaan EKG 3. Pemeriksaan USG

19

Jenis Unit Pelayanan Puskesmas 1. Unit Pendaftaran dan Kasir 2. Poli Umum dan UGD 3. Poli Gigi 4. Poli KIA/KB 5. Ruang Bersalin 6. Laboratorium 7. Klinik Sanitasi 8. Pojok Gizi 9. Poli Paliatif

10. Poli Spesialis Kebidanan dan Kandungan 11. Poli Santun Lansia 12. Poli Spesialis Anak 13. Poli Mata 14. Poli TBC 15. Poli Psikologi 16. Apotek 17. Puskesmas Keliling 18. Posyandu Balita 19. Posyandu Remaja 20. Posyandu Lansia 21. Upaya Kesehatan Sekolah (UKS) 22. Community Health Nursing (CHN) 23. Pos Kesehatan Kelurahan (Poskeskel)

20

Jumlah Karyawan Tabel 4.4 Jumlah karyawan di Puskesmas Balongsari NO TENAGA PNS 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Dokter Dokter Gigi Sarjana Kesehatan Masyarakat Sarjana Psikologi Bidan Perawat Perawat Gigi Sanitarian Petugas Gizi Apoteker Asisten Apoteker Analisis Laboratorium Tenaga Administrasi Sopir IT Rekam Medis Petugas Kebersihan Linmas Bidan Kelurahan JUMLAH 17 2 1 5 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 3 28 3 2 1 1 8 3

Non-PNS 2

JUMLAH 5 orang 2 orang 1 orang 1 orang 9 orang 8 orang 1 orang 1 orang 1 orang 1 orang 1 orang 1 orang 4 orang 1 orang 1 orang 1 orang 1 orang 2 orang 3 orang 45 orang

21

BAB 5 HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN

5.1

Hasil Kegiatan Berikut ini adalah kegiatan yang dilakukan di Puskesmas Balongsari

berupa: a. Pelayanan kepada masyarakat melalui unit-unit Puskesmas yang ada. b. Melakukan observasi mengenai manajemen unit-unit Puskesmas yang meliputi : Unit Tata Usaha Di Unit Tata Usaha, CPS KBK mempelajari administrasi puskesmas dan laporan-laporan dari masing masing unit di Puskesmas. CPS KBK juga mempelajari laporan tentang Penilaian Kinerja Puskesmas (PKP) dan Planning of Action (POA). Unit Pengobatan Umum Di Unit Pengobatan Umum, CPS KBK membantu dokter umum memberikan pengobatan kepada pengunjung. Selain di Unit

Pengobatan Umum, CPS KBK juga membantu kegiatan pelayanan pengobatan di Puskesmas Pembantu. Selain itu, CPS KBK juga mempelajari program dan tata kerja di Unit Pengobatan Umum seperti alur pelayanan pasien, sistem pelaporan penyakit, dan mempelajari data kunjungan pasien. Unit KIA dan KB Di Unit KIA dan KB, CPS KBK membantu petugas memberi pelayanan kepada pengunjung seperti pemeriksaan ANC dan melakukan Imunisasi Dasar. CPS KBK juga mempelajari program serta tata kerja Unit KIA dan KB termasuk mempelajari data-data di Unit KIA dan KB. Unit Poli Gizi dan Gizi Masyarakat Di Unit Poli Gizi dan Gizi Masyarakat, CPS KBK ikut serta mempelajari program dan tata kerja Unit Poli Gizi dan Gizi Masyarakat.

22

Unit Kesehatan Lingkungan Di Unit Kesehatan Lingkungan, CPS KBK ikut serta mempelajari program dan tata kerja Unit Kesehatan Lingkungan.

Unit P2M Di Unit P2M, CPS KBK ikut serta mempelajari program dan tata kerja Unit P2M. CPS KBK juga diberi kesempatan mengikuti kegiatan fogging yang di laksanakan oleh Puskesmas Balongsari.

Unit Promosi Kesehatan Di Unit Promosi Kesehatan, CPS KBK ikut serta mempelajari program dan tata kerja unit Promosi Kesehatan. CPS KBK juga diberi kesempatan untuk mengadakan penyuluhan di Puskesmas Balongsari dibawah bimbingan petugas Puskesmas.

Unit Apotik Di Unit Apotik, mempelajari program penyimpanan obat di Unit Apotik serta obat-obat apa saja yang tersedia di Unit Apotik.

5.1.1 Hasil Kegiatan UPK Promosi Kesehatan

Tabel 5.1 Jumlah Kelurahan Siaga Aktif Tahun 2013 di wilayah kerja Puskesmas Balongsari. Jumlah Kelurahan Siaga Aktif 3 Target Sasaran Pencapaian 65% 100% Cakupan 100%

Puskesmas Balongsari memiliki tiga wilayah kerja yaitu kelurahan Balongsari, Manukan Wetan, dan Banjarsugihan. Berdasarkan data di atas, ketiga wilayah kerja Puskesmas Balongsari telah menjadi kelurahan siaga aktif dengan tahap siaga aktif madya. Target kelurahan siaga aktif untuk tahun 2013 adalah 65%. Dengan demikian, Puskesmas Balongsari telah memenuhi target tersebut karena ketiga kelurahannya telah menjadi kelurahan siaga aktif.

23

Tabel 5.2 Pencapaian PHBS Tahun 2013 di wilayah kerja Puskesmas Balongsari Pengkajian PHBS pada Tatanan Rumah Tangga Jenis Kegiatan Rumah Tangga Dikaji Rumah Tangga Sehat Target Sasaran Pencapaian Cakupan 10% 65% Intervensi PHBS Target Sasaran Pencapaian Cakupan Kelompok Rumah Tangga Institusi Pendidikan Institusi Sarana Kesehatan Institusi TTU Institusi Tempat Kerja 1496 19 9 57 13 1952 19 9 39 7 100% 100% 100% 68,42% 53,85% 20,34% 61% 100% 93,84%

Berdasarkan data diatas, pada tahun 2013 pencapaian rumah tangga yang mendapatkan pengkajian PHBS (20,34%) sudah memenuhi targetnya (10%), namun pencapaian rumah tangga sehat (61%) masih belum memenuhi target (65%). Untuk pencapaian intervensi PHBS pada kelompok rumah tangga, sarana kesehatan dan Institusi Pendidikan sudah memenuhi target, sedangkan pada tempat-tempat umum, dan tempat kerja masih belum memenuhi target.

Tabel 5.3 Hasil Kegiatan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat Tahun 2013 di wilayah kerja Puskesmas Balongsari Pentahapan Posyadu Strata Pratama Strata Madya Strata Purnama Strata Mandiri Total Posyandu Posyandu Purnama Mandiri Jumlah Satuan 0 8 21 0 29 21 Target Sasaran 100% Pencapaian 72%

24

Berdasarkan data diatas, Puskesmas Balongsari memiliki 21 Posyandu Balita. Target dari penyelenggaraan UKBM ini adalah berdirinya Posyandu strata Purnama dan Mandiri (PURI) sebesar 100% dari seluruh Posyandu yang ada. Dengan jumlah Posyandu Purnama 21 pos dan Posyandu Mandiri tidak ada, maka persentase Posyandu PURI yang telah terbentuk adalah sebesar 72%. Dengan persentasi Posyandu PURI sebesar 59% berarti Puskesmas Balongsari belum mencapai target terselenggaranya Posyandu PURI.

5.1.2 Hasil Kegiatan UPK Kesehatan Lingkungan Tabel 5.4 Akses Air Bersih Tahun 2013 di wilayah kerja Puskesmas Balongsari Jenis Kegiatan Pengawasan SAB SAB yang memenuhi syarat Jumlah KK yang memiliki akses terhadap SAB Keterangan : SAB = Sarana Air Bersih KK = Kepala Keluarga Berdasarkan data di atas, persentase jumlah KK yang memiliki akses terhadap sumber air bersih adalah sebesar 100% pada tahun 2013. Dengan demikian, target jumlah KK yang memiliki akses terhadap sumber air bersih untuk tahun 2013 yaitu sebesar 63% sudah terpenuhi. Target Sasaran 5611 4566 63,5% Pencapaian Cakupan 8531 8531 100% 100% 100% 100%

Tabel 5.5 Laporan Hasil Pembinaan dan Jumlah Tempat Pengelolaan Makanan (TPM), Perumahan dan Sanitasi Dasar, dan Tempattempat Umum (TTU) Tahun 2013 di Wilayah Kerja Puskesmas Balongsari

25

Lokasi Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) Perumahan dan Sanitasi Dasar

Penilaian Pembinaan Jumlah yang memenuhi syarat kesehatan Pembinaan Jumlah yang memenuhi syarat kesehatan Pembinaan Jumlah yang memenuhi syarat kesehatan

Target Sasaran 90% 70% 87% 82% 86% 82%

Pencapaian Cakupan 91,86% 75% 100% 98,06% 92% 82,81% 100% 100% 100% 100% 100% 100%

Tempat-tempat Umum (TTU)

Berdasarkan data di atas, persentase pencapaian pembinaan TPM, perumahan dan sanitasi dasar, dan TTU pada tahun 2013 masing-masing sebesar 50%, 91,6% dan 16% . Hanya pembinaan perumahan dan sanitasi dasar yang memenuhi target. Pencapaian TPM, perumahan dan sanitasi dasar, dan TTU yang memenuhi syarat kesehatan masing-masing sebesar 40%, 72% dan 90%. Hanya TTU yang memenuhi target untuk tahun 2013.

Tabel 5.6 Target, Pencapaian dan Cakupan Sanitasi Total Berbasis Masayarakat Tahun 2013 di Wilayah Kerja Puskesmas Balongsari Penilaian Jumlah Kepala Keluarga (KK) yang memiliki Akses terhadap jamban Jumlah Desa/Kelurahan yang sudah ODF Jumlah jamban Sehat Pelaksanaan Kegiatan STBM di Puskesmas Target Sasaran 89% 17% 78% 42% Pencapaian Cakup an 100% 100% 100% 100%

77,54% 33% 100% 100,00%

Berdasarkan data di atas, persentase pencapaian kepala keluarga yang memiliki akses terhadap jamban, jumlah desa/kelurahan yang sudah ODF, jumlah jamban sehat, pelaksanaan kegiatan STBM di Puskesmas

26

sudah memenuhi target di tahun 2013, dengan pencapaian masing-masing sebesar 100%, 100%, 100%.%, dan 100%.

5.1.3 Hasil Kegiatan UPK Pemberantasan Penyakit Menular

Tabel 5.12 Target, Pencapaian, dan Cakupan untuk Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) Tahun 2013 Puskesmas Balongsari Penilaian Insidens kasus DBD Prosentase Penderita DBD ditangani Case Fatality Rate Kasus (CDR) penyakit DBD Angka Bebas Jentik ( ABJ ) Jumlah wilayah KLB DBD Target Sasaran 46 46 0 95% 0 Pencapaian Cakupan 46 46 0 82,10% 0 100% 100% 0% 86,42% 0

Dari Penilaian Kinerja Puskesmas (PKP) Balongsari tahun 2013, persentase penderita DBD yang sudah ditangani pada tahun 2013 mencapai 100%, case fatality rate 0% dan Angka Bebas Jentik (ABJ) 82,10%. Jumlah penderita DBD yang ditangani dan case fatality rate sudah mencapai target, namun Angka Bebas Jentik (ABJ) belum mencapai target yaitu minimal 95%.

Tabel 5.13 Target, Pencapaian, dan Cakupan untuk Kasus Malaria Tahun 2013 di Wilayah Kerja Puskesmas Balongsari Penilaian Penderita klinis malaria yang dilakukan pemeriksaan Sediaan Darah (SD) Penderita positif malaria yang diobati sesuai standar (ACT) Target Sasaran Pencapaian Cakupan

100%

100%

27

Penderita positif yang di Follow up

malaria

100%

Berdasarkan data di atas, persentase pencapaian dan cakupan untuk kasus malaria belum memenuhi target di tahun 2013.

Tabel 5.9 Target, Pencapaian, dan Cakupan untuk Kasus Kusta Tahun 2013 di Wilayah Kerja Puskesmas Balongsari Penilaian Target Sasaran Pencapaian Cakupan

Penemuan Penderita Kusta Baru (Case 3 Detection Rate) Proporsi kasus kusta anak <5% Proporsi kasus kusta Tk II Prevalensi Kusta (PR) RFT Rate penderita PB RFT Rate penderita MB <5% < 1 / 10.000 95% 90%

3 0% 0% 0,0001% 100% 100%

100% 0% 0% 100% 100% 100%

Berdasarkan data di atas, persentase penemuan penderita kusta baru (Case Detection Rate) dan RFT rate penderita MB sudah memenuhi target di tahun 2013.

Tabel 5.14 Laporan Pencegahan dan Penangulangan Rabies Tahun 2013 di Wilayah Kerja Puskesmas Balongsari Penilaian Cuci luka terhadap kasus gigitan Hewan Perantara Rabies Vaksinasi terhadap kasus gigitan HPR yang berindikasi Target Sasaran 100% Pencapaian Cakupan

100%

28

Berdasarkan data di atas, persentase pencapaian dan cakupan untuk pencegahan dan penangulangan kasus rabies belum memenuhi target di tahun 2013.

5.1.4 Hasil Kegiatan UPK Perbaikan Gizi

5.1.5

Hasil Kegiatan UPK KIA dan KB

5.1.6

Hasil Kegiatan UPK Pengobatan

Tabel 5.24 Laporan Visite Rate dan Contact Rate Tahun 2013 di Wilayah Kerja Puskesmas Balongsari Penilaian Visite Rate Contact Rate Target Sasaran 15% 1,45 Pencapaian Cakupan 4% 1 86,67% 68,97%

Berdasarkan data di atas, persentase untuk visite rate dan contact rate belum mencapai target sasaran di tahun 2013.

5.2

Pemilihan Masalah Berdasarkan pengumpulan data dari 6 Upaya Kesehatan Wajib yaitu Upaya Promosi Kesehatan, Upaya Kesehatan Lingkungan, Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular (P2M), Upaya Kesehatan Perbaikan Gizi, Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta KB, dan Upaya Pengobatan telah dipilih 3 UPK dengan masing-masing 1 topik, yaitu: 1. UPK Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular, dengan topik Demam Berdarah Dengue,

29

2.

UPK Kesehatan Ibu dan Anak dan Keluarga Berencana, dengan topik drop out K1-K4,

3.

UPK Kesehatan Lingkungan, dengan topik kesehatan lingkungan.

30

BAB 6 ANALISIS MASALAH

6.1

Topik Demam Berdarah Dengue . Berbagai upaya telah dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit Demam Berdarah Dengue. Diantaranya program 3M ( Menguras, Menutup, dan Mengubur ), pengasapan ( fogging ) pada setiap daerah yang merupakan endemis DBD. Namun tetap saja masih ada korban, bahkan terus meningkat dari tahun tahun.

Tabel 6.1 Target, Pencapaian, dan Cakupan untuk Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) Tahun 2013 di Wilayah Kerja Puskesmas Balongsari Penilaian Insidens kasus DBD Prosentase Penderita DBD ditangani Case Fatality Rate Kasus (CDR) penyakit DBD Angka Bebas Jentik ( ABJ ) Jumlah wilayah KLB DBD Target Sasaran 46 46 0 95% 0 Pencapaian Cakupan 46 46 0 82,10% 0 100% 100% 0% 86,42% 0

Dari Penilaian Kinerja Puskesmas (PKP) Balongsari tahun 2013, persentase penderita DBD yang sudah ditangani pada tahun 2013 mencapai 100%, case fatality rate 0% dan Angka Bebas Jentik (ABJ) 82,10%. Jumlah penderita DBD yang ditangani dan case fatality rate sudah mencapai target, namun Angka Bebas Jentik (ABJ) belum mencapai target yaitu minimal 95%. Serangkaian kegiatan telah dilakukan untuk mencegah penularan DBD yaitu fogging sesegera mungkin setelah ada laporan kasus, penyuluhan mengenai pemberantasan sarang nyamuk (PSN), pemantauan

35

jentik berkala yang dilaporkan setiap 2 bulan, serta abatisasi pada tempattempat air tergenang, seperti bak mandi, jambangan bunga, dan selokan kecil yang dapat diulang setiap 2-3 bulan sekali.

Tabel 6.2 Jumlah Kasus Demam Berdarah Dengue, Fogging dan Penyuluhan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) Bulan Oktober - Desember Tahun 2013 Bulan Jumlah Kasus Oktober Nopember Desember 2 1 1 Jumlah fogging 2 1 1 Jumlah penyuluhan PSN 2 1 1

Tindakan fogging dan penyuluhan pemberantasan sarang nyamuk baru dilakukan setelah ada laporan kasus. Itu pun dilakukan dalam tenggang waktu yang cukup lama sehingga mungkin saja sudah terjadi penyebaran vektor (nyamuk) aedes aegypti. Hal inilah yang menjadi penyebab belum tercapainya target angka bebas jentik lebih dari 95%. Program pemberantasan penyakit menular, termasuk Demam Berdarah Dengue, tidak pernah lepas dari peranan sumber daya manusia yang terlibat di dalamnya. Dalam hal sumber daya manusia terdapat dua kelompok, yaitu sumber daya manusia/ketenagaan yang dimiliki oleh Puskesmas dan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas. Dalam manajemen, faktor manusia adalah yang paling menentukan karena manusia yang membuat tujuan dan manusia pula yang melakukan proses untuk mencapai tujuan. Masalah yang ditemukan dalam hal sumber daya manusia adalah kurangnya SDM dari Puskesmas dimana hanya ada 1 orang pemegang program P2M sekaligus merangkap sebagai aggota tim audit internal. Sumber daya manusia untuk bidang Promosi Kesehatan juga sangat terbatas yaitu hanya berjumlah 2 orang. Selain itu, kesadaran masyarakat untuk mengubah perilaku juga kurang karena untuk memberantas demam

32

berdarah dengue dari lingkungan sekitar tempat tinggal diperlukan kesadaran dan peran aktif semua lapisan masyarakat. Kelompok ke-2 yang termasuk Man adalah masyarakat di wilayah kerja Puskesmas. Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Balongsari sebanyak 46.213 jiwa yang terdiri dari 8.223 kepala keluarga. Jumlah ini merupakan angka yang besar dan memiliki kesulitan tersendiri untuk ditangani secara menyeluruh. Fasilitas pendidikan yang tersedia di wilayah kerja puskesmas (mulai Taman Kanak-kanak sampai dengan SMA dan pondok pesantren) sudah cukup baik dan seharusnya faktor tersebut dapat meningkatkan pemahaman warga sekitar terhadap masalah kesehatan. Dalam melakukan sosialisasi atau promosi kesehatan, bukan hanya peran tenaga kesehatan saja, tetapi juga diperlukan peran dari tokoh masyarakat, para kader yang ditunjuk, tokoh agama, kepala dusun, kepala desa, camat, guru, swasta dan pengusaha. Program-program yang telah dibuat diharapkan mendapat dukungan dari semua pihak. Target yang telah dibuat akan dapat dicapai jika seluruh lapisan masyarakat beserta pihak puskesmas bekerja sama dan bersama-sama menggiatkan PSN

(Pemberantasan Sarang Nyamuk) serta tindakan 3M Plus. Berdasarkan wawancara dengan petugas P2M, masalah yang ditemukan dalam manajemen adalah dalam hal kedisiplinan. Tindakan yang dilakukan terkendali dalam hal perencanaan dan persiapan, misalnya untuk fogging. Namun, fogging merupakan suatu tindakan yang harus selalu siap meskipun mendadak karena kejadian demam berdarah juga terjadi mendadak. Masalah lainnya adalah kurangnya evaluasi dan follow up baik dalam program maupun tindakan. Banyak tindakan yang telah dilakukan, namun tidak dievaluasi. Dari segi lingkungan, kepadatan penduduk di wilayah kerja puskesmas merupakan salah satu faktor resiko dalam terjadinya penularan virus penyebab DBD. Semakin padat jumlah penduduknya semakin mudah untuk terjadi penularan DBD, oleh karena jarak terbang nyamuk diperkirakan 50 meter sehingga bila di suatu rumah ada nyamuk

33

penularnya maka akan menularkan penyakit di orang yang tinggal di rumah tersebut, di rumah sekitarnya yang berada dalam jarak terbang nyamuk dan orang-orang yang berkunjung ke rumah itu. Mobilitas penduduk juga memegang peranan paling besar dalam penularan virus dengue dari suatu tempat ke tempat lain. Disamping itu, berdasarkan hasil observasi singkat ke lingkungan di wilayah kerja puskesmas, hal yang diduga menjadi penyebab belum tercapainya target ABJ adalah masih adanya tempat-tempat yang luput dari pemberantasan jentik seperti genangan air di vas bunga, di pot yang tidak terpelihara, dan tempat yang sulit dijangkau seperti tandon air.

6.2

Topik Ante Natal Care

6.3

Topik Kesehatan Lingkungan

Tabel 6.3 Cakupan Program Pembinaan dan Jumlah Institusi yang Memenuhi Syarat Kesehatan Lokasi Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) Perumahan dan Sanitasi Dasar Penilaian Pembinaan Jumlah yang memenuhi syarat kesehatan Pembinaan Jumlah yang memenuhi syarat kesehatan Pembinaan Jumlah yang memenuhi syarat kesehatan Target Sasaran 90% 70% 87% 82% 86% 82% Pencapaian Cakupan 91,86% 75% 100% 98,06% 92% 82,81% 100% 100% 100% 100% 100% 100%

Tempat-tempat Umum (TTU)

Data di atas menunjukkan bahwa persentase pembinaan tempat pengelolaan makanan mencapai 91,86%. Dengan pencapaian pembinaan

34

sebesar itu, didapatkan jumlah tempat pengelolaan makanan yang memenuhi syarat kesehatan sebesar 75%. Dari hasil wawancara dengan sejumlah masyarakat, target pembinaan terhadap tempat pengolahan makanan yang tercapai dikarenakan sebagian besar oleh bertambahnya pengetahuan masyarakat tentang bahan dan cara pengolahan makanan secara benar sehingga aman untuk dikonsumsi. Tim kesehatan lingkungan dari puskesmas telah memberikan penyuluhan kepada pedagang makanan yang menjadi target dalam program ini. Namun sebagian pedagang masih belum mengubah kebiasaannya oleh karena situasi ekonomi mereka yang memang kurang baik. Pembinaan perumahan dan sanitasi dasar mencapai persentase yang lebih tinggi, yaitu 100%. Dengan pencapaian pembinaan yang lebih besar, didapatkan pula jumlah yang memenuhi syarat lebih besar, yaitu 98,6%. Hasil wawancara dengan masyarakat menunjukkan bahwa masih adanya rumah yang belum memenuhi syarat kesehatan dapat diakibatkan oleh dua hal. Pertama adalah dari pemilik rumah, yang pada dasarnya memiliki materi dan mampu untuk memperbaiki rumah sesuai standar kesehatan, namun dikarenakan pengetahuan yang kurang maka mereka tidak membangun rumah mereka sesuai standar kesehatan. Yang kedua adalah kondisi sosial ekonomi masyarakat yang memang tidak memungkinkan untuk terciptanya rumah yang memenuhi standar kesehatan. Penyuluhan dari pihak puskesmas dapat meningkatkan target jumlah rumah yang memenuhi syarat kesehatan. Pada tempat-tempat umum, pencapaian pembinaannya sebesar 92% sedangkan jumlah tempat umum yang memenuhi syarat 82,81%. Hal ini mungkin dikarenakan tempat-tempat umum merupakan tempat yang dikelola oleh suatu instansi, yang memiliki unit kesehatan tersendiri. Namun, pembinaan terhadap sarana tempat-tempat umum masih perlu ditingkatkan. Hasil observasi menunjukkan bahwa hal ini dipengaruhi oleh dua hal. Yang pertama yaitu dari faktor ekonomi dan faktor kesadaran masyarakat yang masih kurang. Hal ini menjadi susah dipecahkan, dikarenakan meskipun sudah dilakukan pembinaan berupa penyuluhan,

35

ada beberapa dari masyarakat yang masih tidak mau menurut meskipun memiliki materi dan mampu untuk merubah bangunan sesuai standar kesehatan sanitasi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembinaan yang lebih besar, akan menghasilkan pencapaian yang lebih besar. Sehingga pencapaian tempat pengelolaan makanan yang rendah disebabkan oleh pembinaan yang kurang.

36

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan Puskesmas Balongsari merupakan salah satu UPT Dinas Kesehatan Kota Surabaya yang telah mendapatkan sertifikat ISO. Wilayah kerja Puskesmas Balongsari terdiri dari 3 kelurahan yaitu kelurahan Balongsari, Manukan Wetan dan Banjarsugihan. Puskesmas Balongsari mempunyai 6 program Upaya Kesehatan Wajib yang meliputi Upaya Promosi Kesehatan, Upaya Penyehatan Lingkungan, Upaya Perbaikan Gizi, Kesehatan Ibu dan Anak-Keluarga Pengobatan. Salah satu penyakit yang masuk dalam lingkup Upaya Berencana, Pemberantasan Penyakit Menular, dan

Pemberantasan Penyakit Menular adalah Demam Berdarah Dengue. Dalam hal Demam Berdarah Dengue, target pencapain angka bebas jentik yang belum tercapai dapat disebabkan oleh terlambatnya tindakan jika ada kasus laporan DBD. Dalam Upaya Kesehatan Ibu dan Anak-Keluarga Berencana, persentase drop out K1-K4 masih lebih tinggi dari target. Hal ini dikarenakan petugas kesehatan masih belum mampu memotivasi ibu hamil untuk terus melakukan pemeriksaan kehamilannya sampai minimal empat kali selama kehamilannnya (satu kali dalam trimester I, satu kali dalam trimester II dan dua kali dalam trimester III). Dalam Upaya Kesehatan Lingkungan, target insitusi yang memenuhi syarat kesehatan masih belum tercapai. Pencapaian insitusi yang memenuhi syarat kesehatan yang masih rendah disebabkan oleh pembinaan yang kurang. Pembinaan yang lebih besar, akan menghasilkan pencapaian yang lebih besar. 7.2 Saran Puskesmas Balongsari perlu meningkatkan pencapaian ABJ nya agar memenuhi target ABJ sebesar 95%. Hal ini dapat dilakukan dengan

37

melakukan tindakan pencegahan tidak hanya menunggu ada laporan kasus. Target dapat dicapai jika seluruh lapisan masyarakat beserta pihak puskesmas bersama-sama menggiatkan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) serta tindakan 3M Plus. Akan lebih baik jika pihak puskesmas juga menekankan pemberantasan sarang nyamuk pada tempat-tempat penampungan air yang sering luput dari pengawasan warga seperti genangan air di vas bunga, pot yang tidak terpelihara, dan tempat yang sulit dijangkau seperti tandon air. Di bidang Kesehatan Ibu dan Anak, petugas kesehatan memegang peranan penting untuk menggerakkan masyarat terutama yang berada di wilayah kerja puskesmas untuk memahami pentingnya ANC pada ibu hamil. Kegiatan yang dapat membantu meningkatkan pemahaman tersebut adalah dengan cara mengadakan pertemuan dengan para kader secara rutin dan berkualitas. Para kader mungkin dapat diajarkan untuk lebih mengenal dan memahami KSPR sehingga kader dapat membantu petugas kesehatan untuk mendeteksi dini resiko pada ibu hamil dan diharapkan kader dapat memotivasi para ibu hamil untuk mengunjungi fasilitas kesehatan sedini mungkin. Dalam hal kesehatan lingkungan, untuk mencapai target institusi yang memenuhi syarat kesehatan, petugas kesehatan perlu meningkatkan pembinaan kepada tempat pengelola makanan, rumah tangga dan tempattempat umum.

38

BAB 8 PENUTUP

Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, kami telah dapat melaksanakan tugas praktek lapangan di Puskesmas Balongsari Surabaya, mulai tanggal 20 Januari 2014 sampai dengan tanggal 3o Januari 2014, yang merupakan salah satu bentuk program kerja lapangan kami selama di Lab. IKM/KP Universitas Airlangga. Terimakasih sebesar-besarnya kami sampaikan IKM KP kepada Kepala Puskesmas Balongsari beserta staf dan dosen dosen pembimbing kami dari Laboratorium atas segala bimbingannya yang sangat membantu dalam

pelaksanaan tugas kepaniteraan ini. Laporan kepaniteraan puskesmas ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa pengetahuan tentang program-program kesehatan masyarakat, khususnya bagi CPS KBK yang nantinya akan bertugas di puskesmas dan instansi kesehatan di seluruh wilayah Indonesia. Banyak data yang tidak dapat disajikan dengan baik dalam laporan ini. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak sangat kami harapkan. Terakhir, kami ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu kelancaran tugas ini sampai dengan pelaporan.

39

Anda mungkin juga menyukai