PENDAHULUAN
Indikator dari kemajuan suatu bangsa atau negara salah satunya dapat dilihat dari kemajuan
pola pikir dan kinerja dari Aparatur negaranya khusunya Aparatur Sipil Negara. Negara Indonesia
merupakan salah satu negara yang memilki program pelayanan kepada masyarakat yang
dilakukan oleh aparatur sipil negara atau sering disingkat dengan ASN.
Calon Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat CPNS yaitu warga negara Indonesia
yang lolos seleksi pengadaan PNS, diangkat dan ditetapkan oleh PPK, serta telah mendapatkan
persetujuan teknis dan penetapan nomor induk pegawai. Dan sebelum dinyatakan menjadi PNS
100% maka harus mengikuti beberapa tahapan. Yang pertama yaitu Masa Prajabatan adalah masa
percobaan selama 1 (satu) tahun yang wajib dijalani oleh CPNS melalui proses pendidikan dan
pelatihan. Lalu yang kedua yaitu Pelatihan Dasar CPNS adalah pendidikan dan pelatihan dalam
Masa Prajabatan yang dilakukan secara terintegrasi untuk membangun integritas moral, kejujuran,
semangat dan motivasi nasionalisme dan kebangsaan, karakter kepribadian yang unggul dan
bertanggung jawab, dan memperkuat profesionalisme serta kompetensi bidang.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (UU ASN)
dan merujuk pada ketentuan Pasal 63 ayat (3) dan ayat (4) UU ASN, Calon Pegawai Negeri Sipil
wajib menjalani masa percobaan yang dilaksanakan melalui proses pelatihan terintegrasi untuk
membangun integritas moral, kejujuran, semangat dan motivasi nasionalisme dan kebangsaan,
karakter kepribadian yang unggul dan bertanggung jawab, dan memperkuat profesionalisme serta
kompetensi bidang. Selain itu, Pemerintah sudah menetapkan nilai-nilai dasar (core values)
BerAKHLAK sebagai dasar penguatan budaya kerja di instansi pemerintah untuk mendukung
pencapaian kerja individu/ instansi. Pelatihan Dasar CPNS sebagai pelatihan terintegrasi bagi
CPNS bertujuan menginternalisasikan dan mengimplementasikan core values ASN BerAKHLAK
(Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif)
dalam mendukung employer branding ASN “Bangga Melayani Bangsa”.
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2019 Tentang
Pusat Kesehatan Masyarakat, Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat
pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif di wilayah kerjanya. Selain
itu Puskesmas juga perlu melakukan pengelolaan rekam medis agar mutu dan kualitas pelayanan
Asisten Apoteker adalah jabatan yang mempunyai ruang lingkup tugas, tanggung jawab, dan
wewenang untuk melaksanakan penyiapan pekerjaan kefarmasian pada unit pelayanan kesehatan
yang diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil dengan hak dan kewajiban yang diberikan secara penuh
oleh pejabat yang berwenang. Penyiapan pekerjaan kefarmasian adalah penyiapan rencana kerja
kefarmasian, penyiapan pengelolaan perbekalan farmasi, dan penyiapan pelayanan farmasi klinik.
Stigma masyarakat terkait pelayanan kesehatan di puskesmas hingga saat ini masih belum
berubah yaitu lambat dan tidak profesional. Maka dari itu sangat diperlukan pembenahan dari
segala aspek dalam pelayanan publik di puskesmas agar stigma tersebut menjadi hilang seiring
dengan meningkatkan kualitas pelayanan di puskesmas sehingga tugas utama puskesmas tercapai,
yaitu sebagai penyelenggara usaha kesehatan masyarakat yang menyeluruh sesuai dengan
Permenkes No. 43 Tahun 2019. Masalah yang harus di perhatikan sekarang ini adalah kurang
optimalnya pelayanan kefarmasian di UPTD Puskesmas Sogaeadu, Kabupaten Nias.
Untuk mengimplementasikan core value ASN BerAKHLAK, maka calon ASN harus
mengaktualisasikan nilai-nilai dasar profesi ASN yaitu (BerAKHLAK) serta kedudukan dan peran
ASN dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Melalui pembelajaran aktualisasi ini, seluruh
atau beberapa nilai dasar, kedudukan dan peran ASN akan melandasi pelaksanaan setiap kegiatan
Penulis latihan dasar di instansi yang bertugas di UPTD Puskesmas Sogaeadu, Kabupaten Nias.
Berikut 5 (lima) permasalahan yang ditemukan penulis selama bekerja di UPTD Puskesmas
Sogaeadu Kabupaten Nias. Permasalahan 1 : Belum Optimalnya Pelayanan Kefarmasian di
UPTD Puskesmas Sogaeadu. Sebagai ASN Asisten Apoteker yang profesional, Asisten
Apoteker harus menjalankan praktik sesuai standar dan mampu menyadari kemungkinan
terjadinya kesalahan pengobatan (medication error) dalam proses pelayanan Kefarmasian.
Medication error adalah kejadian yang merugikan pasien akibat pemakaian obat selama dalam
penanganan tenaga kesehatan yang sebetulnya dapat dicegah.
2. MISI
Desa terakses, ibukota terurus
Kesehatan, pendidikan, dan sumber daya manusia beranjak; dan
Petani, peternak, dan nelayan produktif
a) VISI
“Terwujudnya pelayanan yang optimal, merata dan berkualitas dengan keterlibatan
aktif masyarakat menuju masyarakat sehat dan sejahtera”
b) MISI
Menciptakan lingkungan kerja yang aman dan nyaman
Meningkatkan sumber daya manusia yang professional kepda seluruh lapisan
masyarakat.
Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan professional kepada
seluruh lapisan masyarakat
Meningkatkan peran serta aktif masyarakat dengan menjalin kerja sama linta sector
dan kemitraan.
3. Tata Nilai
“HEBAT”
H : Humanis
E : Energik
B : Berpotensi
A : Akuntabel
T : Terpercaya
4. Motto
“ Masyarakatku Sehat Kecamatanku Maju “
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 74 tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas meliputi:
1.3 TUJUAN
a. Tujuan Umum
Peserta Latsar mampu mengaktualisasikan nilai nilai dasar ASN yaitu BERAKHLAK
(Berorientasi Pelayanan, Akuntbel, Kompeten, Harmonis, Loyal, adaptif dan Kolaboratif) dan
mengetahui kedudukan dan peran profesi ASN dalam NKRI (manajemen ASN dan Smast ASN)
sebagai asisten apoteker di wilayah kerja UPTD Puskesmas Sogaeadu.
b. Tujuan Khusus
Mengoptimalkan pelayanan kefarmasian yang sesuai dengan standar pelayanan di unit kerja
UPTD Puskesmas Sogaeadu Kabupaten Nias.
1.4 MANFAAT
a. Untuk Penulis
Penerapan core values ASN Ber AKHLAK (Berorientasi Pelayanan, Akuntabel,
Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif)
Menjadi pengalaman belajar bagi ASN untuk mengembangkan tanggung jawab
penuhnya sebagai abdi Negara dan pelayan masyarakat.
Menjadi ASN yang dapat merubah mindset didalam dirinya untuk menjadi lebih
profesional,berkomitmen, beretika, dan berintegritas.
Menjadi tenaga fungsional yang mampu menjalankan fungsinya sebagai pelaksana
kebijakan, pelayanan public, dan perekat pemersatu bangsa yang memiliki integritas dan
professional.
b. Untuk Organisasi
Sebagai bahan evaluasi kebijakan dan kegiatan pelayanan publik yang dilakukan oleh
unit kerja.
Sebagai stimulus dalam penyelenggaraan pelayanan publik kedepan.
Meningkatkan kepercayaan masyarakat pada petugas kesehatan dan pelayanan kesehatan
di Puskesmas.
Sebelum penetapan judul rancangan aktualisasi terlebih dahulu dilakukan identifikasi dan
penetapan isu berdasarkan observasi penulis selama bertugas di UPTD Puskesmas Sogaeadu
Kabupaten Nias. Setelah menemukan isu-isu, tahap selanjutnya adalah mengidentifikasi isu
tersebut terkait kondisi saat ini dan kondisi yang diharapkan penulis. Dari hasil identifikasi isu
tersebut akan menghasilkan isu yang layak dan dijadikan rancangan aktualisasi.
Beberapa isu berikut ditemukan oleh penulis dalam menjalankan tugas dan fungsi sebagai
apoteker ahli pertama yang melaksanakan pelayanan kefarmasian di Puskesmas. Ada lima isu
yang akan diangkat oleh penulis, yaitu :
Tabel 2.1 Identifikasi isu terkait kondisi saat ini dan kondisi yang diharapkan
Untuk mengambil isu prioritas yang akan diangkat di Ruang Farmasi UPTD Puskesmas
Sogaeadu, maka hal yang terlebih dahulu dilakukan adanya penilaian isu dari segi aktualnya isu
tersebut,selanjutnya apakah isu tersebut memiliki dimensi masalah yang kompleks,serta
menyangkut masalah hidup orang banyak, hingga akhirnya isu tersebut masuk akal serta realistis
dan relevan untuk dimunculkan inisiatif pemecahan masalah.
Berdasarkan isu-isu yang diangkat di Ruang Farmasi UPTD Puskesmas Sogaeadu, maka
akan dinilai dengan menggunakan konsep APKL ( kriteria isu) yaitu :
Berdasarkan hasil analisis teknik APKL diatas, dari 5 (lima) isu permasalahan yang ada,
dapat dikatakan bahwa isu atau permasalahan kedua dan kelima tidak memenuhi kriteria APKL.
Hal ini dikarenakan permasalahan yang terjadi hanya sebatas internal ruangan farmasi yaitu
tentang keidaksesuaian jumlah barang di kartu stok dan tentang Belum Optimalnya Penyusunan
Obat dan BMHP yang Tidak Berdasarkan FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired First
Out).
Berdasarkan hasil dari kedua analisa APKL dan USG, maka prioritas isu yang akan di cari
penyelesainya yaitu “Belum Optimalnya Pelayanan Kefarmasian di UPTD Puskesmas Sogaeadu”.
Pasien tidak tepat cara penggunaan obat dan tidak tepat cara minum obat karena
pemberian informasi obat yang tidak jelas. Penggunaan obat yang tidak rasional
Pelayanan tidak efektif dan efisien, Karena penyimpanan obat tidak dilakukan menurut
system tertentu.
Pasien tidak memahami apa yang seharusnya dipertanyakan mengenai obat yang akan
digunakannya
Role model adalah seseorang yang berperilaku dan sikapnya dijadikan panutan dalam
menjalankan tugas dan kewajiban. Dalam kegiatan aktualisasi ini, yang menjadi role model adalah
Ibu Setiani Waruwu, A.Md. Keb
Ibu Setiani Waruwu, A.Md.Keb selaku Kepala UPTD Puskesmas Sogaeadu Kabupaten Nias
dapat menjadi panutan, inspirasi, dan teladan bagi peserta karena menerapkan nilai-nilai
BerAKHLAK ketika bekerja. Berikut ini merupakan nilai-nilai yang beliau terapkan sehingga
menginspirasi penulis.
Selanjutnya isu prioritas akan di analisa menggunakan metode fishbone. Analisa fishbone
atau tulang ikan adalah salah satu metode yang digunakan untuk menganalisis penyebab dari
suatu masalah atau kondisi. Fishbone diagram akan mengidentifikasi berbagai sebab potensial dari
satu efek atau masalah dan menganalisis masalah tersebut melalui sesi brainstorming.
Dari hasil USG isu permasalahan yang akan dicari permasalahan yaitu “Belum Optimalnya
Pelayanan Kefarmasian di UPTD Puskesmas Sogaeadu”.
METODE MANUSIA
SARANA LINGKUNGAN
3.4 RELEVANSI RENCANA KEGIATAN DENGAN SMART ASN DAN MANAJEMEN ASN
Tabel 3.2 Relevansi Rencana Kegiatan dengan Smart ASN dan Manajemen ASN
3. Membuat buku pio 1. Membuat buku pio Buku PIO Berorientasi Pelaksanaan edukasi
(pelayanan informasi 2. menulis buku pio (Pelayanan pelayanan pemberian informasi obat
obat) dan melakukan 3. melaksanakan pio kepada Informasi Akuntabel dapat menguatkannilai
pio di unit puskesmas pasien Obat) Kompeten organisasi yaitu “tolong
Adaptif menolong dan memberikan
Kolaboratif yang terbaik”.
Pada kegiatan ini pimpinan menyarankan saya agar membuat etiket supaya dapat
digunakan dengan baik dan memberitahukan kepada petugas farmasi agar pemberian obat
sekaarang sudah menggunakan etiket.
Setelah berkonsultasi kepada pimpianan maka saya membuat rancangan yang sesuai
mengenai blanko resep. Saya merancang/mendesain blanko resep. Saya mengambil laptop
kemudian memulai membuat desain blanko resep.
3. mencetak resep
Seteah merancang blanko resep maka saya pergi ke percetakan untuk mencetak blanko
resep.
Saya merancang/mendesain lembar checklist PIO yang sesuai standar dan memenuhi
informasi yakni nama, umur, alamat, dan informasi yang diberikan kepada pasien. Saya
mengambil buku double folio lalu menuliskan dibuku terkait lembar checklist PIO.
Setelah merancang dan menggaris bukunya lalu saya menuliskan sesuai dengan yang ada
di resep dan mencheklist tentang pelyanan informasi obat kepada pasien tersebut.
Kegiatan 4 :Membuat label obat berdasarkan waktu kadaluarsa dan Menyusun obat berdsarkan
abjad, FIFO dan FEFO
1. Merangcang label warna obat
Saya merancang label warna obat sesuai dengan waktu kadaluarsa dan berdasarkan FIFO
(First In First Out) menggunakan aplikasi canva.
Setelah merancang bentuk label obat saya pergi ke percetakan untuk mencetak label obat
tersebut sehingga menghasilkan stiker obat.
Setelah obat disusun berdasarkan bentuk sediaannya lalu saya menyusun lagi obat
berdasarkan urutan alphabet untuk memudahkan pada saat pengambilan obat, kemudian obat
yang mendekati tanggal kadaluarsa saya susun paling depan agar obat kadaluarsa tidak
menumpuk.
Kegiatan 5 : Pembuatan Poster Edukasi tentang Penggunaan Obat Tepat Waktu dan Beyond Use
Date
1. Berkonsultasi kepada pimpinan dalam pembuatan poster
2. Menyiapkan materi tentang pembuatan poster Edukasi tentang Penggunaan Obat Tepat
Waktu dan Beyond Use Date
3. Membuat desain dan mencetak poster tentang Edukasi tentang Penggunaan Obat Tepat
Waktu dan Beyond Use Date
Setelah menyiapkan materinya lalu saya siap untuk mendisain dan setelah itu
kepercetakan untuk mencetak poster tersebut.
Kegiatan 6 : Sosialisasi tentang Penggunaan Obat Tepat Waktu dan Beyond Use Date
1. Berkonsultasi kepada pimpinan terkait Sosialisasi tentang Penggunaan Obat Tepat
Waktu dan Beyond Use Date
Saya meakukan konsultasi kepada pimpinan terkait rancangan dari sosialisasi mengenai
penggunaan obat tepat waktu dan tentang beyond use date.
2. Menyiapkan materi Sosialisasi tentang Penggunaan Obat Tepat Waktu dan Beyond Use
Date
Setelah melakukan konsultasi dengan pimpinan maka saya menyusun materi dan
persiapan terkait sosialisasi.
3. Melaksanakan Sosialisasi tentang Penggunaan Obat Tepat Waktu dan Beyond Use
Date
Setelah materi dan persiapan telah selesai saya melakukan sosialisasi di 2 tempat karena
tidak banyaknya pasien yg hadir di puskesmas untuk berobat maka sekali lagi saya membuat di
salah satu desa yang ada di wilayah kerja Puskesmas Sogaeadu tepatnya di Desa Saitagaramba
Kecamatan Sogaeadu.
2. Merencang resep
baru yang sesuai
Dan tiap-tiap kegiatan merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh penulis dalam rangka
penyelesaian isu.
5.2 Rekomendasi
Penulis merekomendasikan beberapa hal yang telah penulis rangkum selama melaksanakan
kegiatan aktualisasi, yaitu :
a. BPSDM Provinsi Sumatera Utara
Sebagai Lembaga Diklat, penulis menyarankan sebaiknya kedepannya waktu
pelaksanaan kegiatan off campus dapat diperpanjang menjadi minimal 60 hari kerja
agar kegiatan aktualisasi dapat dikerjakan dengan lebih sistematis dan tidak terburu-
buru dalam pelaksanaannya.