Anda di halaman 1dari 18

PROPOSAL

ANALISIS IMPLEMENTASI KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK


DALAM PENGELOLAAN DANA DESA TAHUN 2022 DI DESA
SEMINAR SALIT KECAMATAN BRANG REA KABUPATEN
SUMBAWA BARAT

DISUSUN OLEH :
BOBY SAPUTRA
NIM : IPT201005

ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL POLITIK
UNIVERSITAS CORDOVA
2023
KATA PENGANTAR

Segala Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan segala rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal
dengan judul “Implementasi Keterbukaan Informasi Public Dalam Pengelolaan
Dana Desa Di Desa Seminar Salit Kecamatan Brang Rea Kabupaten Sumbawa
Barat”. Guna memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana
pada Program Ilmu Pemerintahan Universitas Cordova.
Adapun tujuan dari penyusuan proposal yang berjudul “Implementasi
Keterbukaan Informasi Public Dalam Pengelolaan Dana Desa Di Desa Seminar
Salit Kecamatan Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat” ini adalah sebagai
pemenuhan tugas yang diberikan demi tercapainya tujuan pembelajaran yang telah
direncanakan . Isi dari proposal ini diambil dari berbagai sumber yang ada dan
dikemas serta dikembangkan sedemikian rupa sehingga proposal ini bisa
terselesaikan dengan baik dan kami menyadari masih banyak kekurangan yang
terdaapat di dalam proposal ini.
Setitik harapan dari penulis, semoga proposal ini dapat bermanfaat serta
bisa menjadi wacana yang berguna. Penulis menyadari keterbatasan yang
penyusun miliki. Untuk itu, penulis mengharapkan dan menerima segala kritik
dan saran yang membangun demi perbaikan dan penyempurnaan proposal ini.

Penulis

Boby Saputra
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................3
1.1. Latar Belakang..........................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................4
1.3. Tujuan Penelitian.......................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................5
2.1. Landasan Teori..........................................................................................6
2.2. Penelitian Terdahulu..................................................................................9
BAB III METODOLOGI PENELITIAN..........................................................13
3.1. Tipe Penelitian.........................................................................................13
3.2. Lokasi penelitian.....................................................................................13
3.3. Waktu Penelitian.....................................................................................13
3.4. Sampel dan Populasi...............................................................................13
3.5. Sumber Data............................................................................................14
3.6. Tehnik pengumpulan data.......................................................................14
3.7. Tehnik analisis data.................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Diera transparansi publik informasi sangat dibutuhkan sehingga
Tingkat kebutuhan informasi akan meningkat jika informasi memberikan
sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat, seperti menyelesaikan masalah
atau memecahkan persoalan, memberikan ide-ide baru untuk sebuah
program baru, kebutuhan pada pengetahuan, atau melakukan pengawasan
pada sesuatu yang sedang berjalan. Kemampuan penyeleggara pemerintahan
menyiapkan sediaan informasi dengan berbagai infrastruktur dan konten
yang memadai, disertai dengan sikap keterbukaan dan mekanisme serta
prosedur yang memadai, akan memudahkan masyarakat memberikan
konstribusi atau partisipasi secara positif. Masyarakat tidak akan mudah
terpancing isu atau informasi yang simpang siur seandainya mereka mudah
mandapatkan iformasi yang memadai.
Dimensi transparansi telah ditemukan bahwa secara keseluruhan
segala aspek transparansi sudah berjalan dengan baik seperti kerjasama yang
terjalin sudah dan semua masyarakat serta aparatur pemerintah sudah
bekerja untuk saling mendukung, hanya saja terkadang permasalahan terjadi
karena biasanya tidak semua kegiatan dapat diinformasikan kepada
masyarakat sehingga terjadi pemberitaan yang membuat masyarakat
berpandang negatif. Secara umum Penerapan asas Keterbukaan informasi
publik dalam pengelolan dana desa merupakan aspek penting dalam
mencapai good governance dan merupakan salah satu proses evaluasi yang
dilakukan mulai dari tahap perencanaan sampai dengan laporan
pertanggungjawaban. Proses pelaksanaan evaluasi oleh Pemerintah pusat
dilakukan secara sinergis serta terpadu.
Sama halnya dengan pengguanaan anggaran Dana Desa. Hal itu
sangat diperlukan untuk memastikan penggunaan Dana Desa sesuai dengan
prioritas yang ditetapkan serta untuk memastikan bahwa ketercapaian output
bisa lebih maksimal. Isu tentang desa adalah salah satu isu pembangunan
yang menarik banyak pihak dalam beberapa tahun terakhir Presiden Jokowi
memposisikan desa sebagai target utama pembangunan yang tertuang
dengan Nawacita yakni membangun Indonesia dari pinggiran dengan
memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangkanegara kesatuan
sehingga desa menjadi salah satu bagian dari Kementerian desa,
transmigrasi dan daerah tertinggal (Sulistyowati, 2017).
Oleh karena itu penulis mengangkat judul “Implementasi Keterbukaan
Informasi Public Dalam Pengelolaan Dana Desa Di Desa Seminar Salit
Kecamatan Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat”

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana implementasi keterbukaan informasi publik terhadap
penggunaan dana desa di Desa Seminar Salit Kecamatan Brang Rea
Kabupaten Sumbawa Barat?
2. Apa dampak implementasi keterbukaan informasi publik terhadap
penggunaan dana desa di Desa Seminar Salit Kecamatan Brang Rea
Kabupaten Sumbawa Barat?

3. Apa saja faktor penghambat dan pendukung transparansi Kepala Desa


Seminar Salit Kecamatan Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat dalam
pengelolaan dana desa tahun 2022?

1.3. Tujuan Penelitian


1. Menganalisis implementasi keterbukaan informasi publik terhadap
penggunaan dana desa di Desa Seminar Salit Kecamatan Brang Rea
Kabupaten Sumbawa Barat.
2. Dampak implementasi keterbukaan informasi public terhadap
penggunaan dana desa di Desa Seminar Salit Kecamatan Brang Rea
Kabupaten Sumbawa Barat.
3. Untuk mengetahui faktor penghambat dan pendukung transparansi
Kepala Desa Seminar Salit Kecamatan Brang Rea Kabupaten Sumbawa
Barat dalam pengelolaan dana desa tahun 2022.
1.4. Manfaat Penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.5. Landasan Teori
Desa merupakan representasi dari kesatuan masyarakat hukum
terkecil yang tumbuh, berkembang, dan menjadi bagian dari tatanan
kehidupan bangsa Indonesia Dalam rangka memperjelas fungsi dan
kewenangan desa serta memperkuat kedudukan desa dan masyarakat desa,
diperlukan kebijakan penataan dan pengaturan mengenai desa yang
diwujudkan dengan dibuatnya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa (Indrawati, 2017).
Lahirnya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 menjadikan
kedudukan desa lebih kuat. Desa mendapat perlakuan yang sama dan
pemerintah pusat dalam hal mengurus wilayahnya sendiri. Desa diberikan
otonomi dan ruang gerak yang luas dalam menyelenggarakan pemerintahan
desa, melaksanakan pembangunan desa, serta mengakui kewenangan bagi
desa untuk dapat diberdayakan menjadi maju dan demokratis,
Kebijakan otonomi desa merupakan wujud darı desentralisası yang
diberikan pemerintah pusat kepada pemerintah desa. Salah satu substansi
kebayakan otonomi yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 yaitu mengenai keuangan desa Pemerintah desa diharapkan dapat
mengelola wilayahnya secara mandiri termasuk di dalamnya pengelolaan
asset, keuangan, dan pendapatan desa sehingga dapat meningkatkan kualitas
hidup dan kesejahteraan masyarakat (Firmanzah, 2014).
Pengelolaan keuangan desa diturunkan dalam bentuk kebijakan desa
berupa Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes). APBDes
merupakan peraturan desa yang memuat sumber-sumber penerimaan dan
alokasi pengeluaran desa dalam kurun waktu satu tahun (Yunianti, 2015).
Menurut Adiasmita (2011), istilah pengelolaan sama dengan
manajemen yaitu menggerakkan, mengorganisasikan, dan mengarahkan
usaha manusia untuk memanfaatkan secara efektif material dan fasilitas
untuk mencapai suatu tujuan. Pengelolaan bukan hanya melaksariakan suatu
kegiatan, akan tetapi merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi fungsi-
fungsi manajemen seperti perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan untuk
mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
Sesuai dengan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, efektivitas adalah
pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan dengan cara
membandingkan keluaran dengan hasil. Dalam hal ini, efektivitas berarti
bahwa penggunaan APBDes untuk kegiatan pemerintahan harus mencapai
target atau tujuan kepentingan publik (Rahum, 2015). Sedangkan definisi
efisiensi menurut Agoes (2000) dalam Cicilia (2015) yaitu sebagai tindakan
yang dapat meminimalisir kerugian atau pemborosan sumber daya dalam
melaksanakan atau menghasilkan sesuatu. Sehingga, proses kegiatan
operasional dalam APBDes dapat dikatakan efisien apabila produk atau
hasil pekerjaan tertentu dapat dicapai dengan penggunaan sumber daya dan
dana serendah mungkin.
Salah satu sumber penerimaan desa sebagaimana yang disebutkan
dalam Pasal 72 ayat 1 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 yaitu alokasi
yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau
dikenal dengan dana desa. Dana desa mulai diberikan kepada pemerintah
desa pada tahun 2015. Pemberian hak otonomi pengelolaan dana desa
memungkinkan keleluasaan dan kewenangan pemerintah desa untuk
mengatur penggunaan dana desa sesuai dengan kondisi sosial budaya
setempat.
Alokasi transfer dana desa seharusnya dikaitkan dengan kemampuan
desa dalam menyusun perencanaan program pembangunan, pelaksanaan,
sampai dengan pertangggungjawaban pelaksanaan kegiatan pembangunan di
desa (Bappenas, 2014 dalam Abıdın, 2015). Penggunaan dana desa juga
harus berorientasi pada efisiensi pelayanan serta produk- produk pemerintah
desa untuk kepentingan publik. Pelayanan publik yang paling efisien
seharusnya diselenggarakan oleh pemerintah desa karena lebih menghayati
dan sangat responsif terhadap kebutuhan masyarakatnya Pemberian dana
desa seharusnya dikelola dengan baik melalui penyusunan rencana
pembangunan desa yang berdasarkan prinsip perencanaan dari, oleh, dan
untuk masyarakat.
Namun, pencapaian dana desa selama ini masih memerlukan
penyempurnaan. Keberadaan dana desa yang telah diberlakukan sejak tahun
2015 masih belum dirasakan manfaatnya secara optimal. Penggunaan dana
desa dinilai belum efektif dan efisien untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat Kasus-kasus yang terjadi, banyak kepala desa yang tersangkut
kasus penyalahgunaan dana desa Pelaporan penggunaan dana desa yang
tidak sesuai, pemotongan dana desa untuk keperluan pribadi, dan terjadinya
tumpang tindih penggunaan dana desa (Aziz, 2016).
Sektor publik memang sering dinilai sebagai sarang inefisiensi,
sumber kebocoran dana, dan ristitusi yang selalu rugi (Manopo, Debby, dan
Sri, 2015). Kecenderungan yang tidak efisien pada dasarnya adalah suatu
pemborosan, dimana dalam memperhitungkan alokasi keuangan yang
digunakan untuk membiayai pembangunan dan aktivitas pemerintah desa
tidak cermat dalam mengkalkulası kapasitas keuangan desa serta tingkat
prioritas pendanaan, sehingga mencapai sasaran yang tidak optimal.
Agar Desa berdaya dalam menjalankan kewenangannya, maka
masyarakat butuh keterbukaan atau transparansi informasi public dalam
penggunaan dana desa. Informasi Publik Desa adalah informasi yang
dihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim dan/atau diterima oleh Pemerintah
Desa yang berkaitan dengan penyelenggaraan Pemerintahan Desa,
Pelaksanaan Pembangunan Desa, Pembinaan Kemasyarakatan Desa dan
Pemberdayaan Masyarakat Desa. Sebagaimana dicantumkan Mandat
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa yang telah mengatur
Keterbukaan Informasi Publik Desa, yaitu:
1. Pertama sebagaimana diatur dalam pasal 24, yang menyatakan bahwa
asas penyelenggaraan pemerintah desa salah satunya adalah keterbukaan.
Selanjutnya, dinyatakan pada bagian penjelasan bahwa yang dimaksud
dengan keterbukaan adalah asas yang membuka diri terhadap hak
masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak
diskriminatif tentang penyelenggaraan pemerintah desa dengan tetap
memperhatikan ketentuan perundang-undangan.
2. Kedua pada pasal 26 ayat (4) huruf (d) diatur bahwa dalam menjalankan
tugas kepala desa berkewajiban untuk melaksanakan prinsip tata
pemerintahan desa yang akuntabel, transparan, profesional, efektif dan
efisien, bersih, serta bebas dari kolusi, korupsi, dan nepotisme. Masih
dalam pasal dan ayat yang sama, pada huruf (p) diatur bahwa kepala desa
juga memiliki kewajiban untuk memberikan informasi kepada
masyarakat desa.
3. Ketiga pada pasal 27 huruf (d) diatur bahwa dalam menjalankan hak,
tugas, kewenangan, dan kewajiban kepala desa wajib memberikan
dan/atau menyebarkan informasi penyelenggaraan pemerintahan secara
tertulis kepada masyarakat desa setiap akhir tahun anggaran.
4. Keempat pasal 68 ayat (1) huruf (a) dinyatakan bahwa masyarakat desa
berhak meminta dan mendapatkan informasi dalam pemerintahan desa,
pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan
pemberdayaan masyarakat desa.
5. Kelima pada pasal yang mengatur tentang keterbukaan informasi publik
desa yaitu pasal 86 ayat (1) dan (5) yang menyatakan bahwa desa berhak
mendapatkan akses informasi melalui sistem informasi desa yang
dikembangkan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota dan sistem
informasi tersebut dikelola oleh pemerintah desa dan dapat diakses oleh
masyarakat desa dan semua pemangku kepentingan.
Dalam peraturan pelaksanaannya, pada pasal 127 ayat (2) huruf (e)
peraturan pemerintah tentang pelaksanaan UU Desa juga menyatakan bahwa
dalam upaya pemberdayaan masyarakat desa dilakukan dengan
mengembangkan sistem transparansi dan akuntabilitas dalam
penyelenggaraan pemerintah desa dan pembangunan desa.
1.6. Penelitian Terdahulu
Hasan Tamani & Alfiyah Agussalim (2019). hasil penelitian dan
pembahasan Makna dari transparansi dalam penyelenggaraan pemerintahan
daerah dapat dilihat dalam dua hal yaitu: (1) salah satu wujud pertanggung
jawaban pemerintah kepada rakyat, dan (2) upaya peningkatan manajemen
pengelolaan dan penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan mengurangi
kesempatan praktek kolusi, korupsi dan nepotisme (KKN). Transparansi
sebagai penyediaan informasi tentang pemerintahan bagi publik dan
dijaminnya kemudahan di dalam memperoleh informasi-informasi yang
akurat dan memadai. Dari pengertian tersebut dijelaskan bahwa transparansi
tidak hanya sekedar menyediakan informasi tentang penyelenggaraan
pemerintahan, namun harus disertai dengan kemudahan bagi masyarakat
untuk memperoleh informasi tersebut.
Siti Humaeroh1, Ipah Ema Jumiati, Delly Maulana (2022). Hasil
penelitian yaitu Guna mengukur transparansi termasuk pada lembaga
pemerintahan, seperti yang di kemukakan Kristianten (2006:73) bahwa
untuk mengukur suatu transparansi dapat ditelisik adanya kesediaan atau
aksebilitas dokumen yang dapat diakses. Kondisi tersebut mengisyaratkan
adanya keterbukaan dan kemudahan bagi pihak-pihak berkepentingan dalam
mengakses berbagai macam bentuk informasi yang dibutuhkan terkait
dengan desa sebagai ujung tombak pemerintahan terdekat dengan
masyarakat.
Menurut Notodiserjo (Rosidi dan Fajriani. 2013, h. 20), Transparansi
adalah “keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan yang diambil oleh
pemerintah. Prinsip transparansi menciptakan kepercayaan timbal-balik
antara pemerintah dan masyarakat melalui penyedian informasi dan
menjamin kemudahan di dalam memperoleh informasi yang akurat dan
memadai. Instrumen dasar dari transparansi adalah peraturan yang
menjamin hak untuk mendapatkan informasi, sedangkan instrumen-
instrumen yang pendukung adalah fasilitas database dan sarana informasi
dan informasi yang ada di penyelenggara pemerintah”. Berdasarkan prinsip
yang telah dijelaskan diatas oleh Notodiserjo, indicator transparansi dalam
penelitian ini adalah Keterbukan proses pengelolaan serta Kesediaan dan
aksebilitas dokumen.
Menurut hasil penelitian Aan Anugrah1, Abdul Mahsyar2,
Burhanuddin. Ketersediaan informasi pelayanan public yang selalu terbaru
dan transparan merupakan kebutuhan mutlak diperlukan. Pelayanan kepada
masyarakat berupa informasi mengenai data dan dokumen yang diperlukan
secara lengkap. Fungsi sesungguhnya informasi adalah untuk mengurangi
ketidakpastian dalam system komunikasi disuatu lembaga atau organisasi.
Pada bagian asas yang pertama diajukan 3 pertanyaan terkait ketersediaan
informasi yang memadai, diantaranya terkait: (1) Ketersediaan Informasi
pengelolaan dana desa, (2) Informasi Pengelolaan dana desa mudah
diperoleh, (3) Bentuk Informasi pengelolaan dana desa. Warga Negara
mempunyai hak untuk mengetahui rencana pembuatan kebijakan publik,
program kebijakan publik, dan program pengambilan keputusan publik,
serta alasan pengambilan keputusan publik tersebut, begitupun juga dengan
pengelolaan dana desa maka pemerintah desa perlu memberikan informasi
pelayanan yang bebas kepada semua masyarakat desa. Informasi yang
berkualitas membutuhkan data yang tepat waktu. Tepat waktu merujuk pada
ketersediaan data pada waktu yang diperlukan untuk dapat digunakan dalam
kebutuhan tertentu. Informasi yang berkualitas berasal dari data yang dapat
diolah dan dihasilkan secara cepat dan tepat agar pemanfaatannya tepat
guna.
Hillaliatun Febryani (2016) dengan judul Analisis Transparansi dan
Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa Pada Prinsip Habluminallah,
habluminannas dan Hablumminal’alam dalam pencapaian good Governance
(studi kasus di desa mamben daya Kecamatan wanasaba kabupaten lombok
timur). Transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan di Desa
Mamben Daya terbilang sudah bagus, sesuai dengan prinsip good
governance. Pengelolaan keuangan desa sudah menerapkan prinsip
partisipasi. Hal ini dibuktikan dengan kehadiran masyarakat dalam forum
musrenbangdes. Selain itu dalam proses musyawarah, pemerintah desa
terbuka untuk menerima usulan masyarakat untuk pembangunan di desa.
Dan pada tahap pertanggungjawaban yaitu adanya pertanggungjawaban
langsung kepada pihak-pihak yang berkepentingan dan adanya pelaporan
dalam bentuk bener informasi realisasi APBDes.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1.7. Tipe Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Yang dimaksukan
dengan metode kualitatif mengambarkan dan mendeskripsikan atau
menjelaskan peristiwa yang sebernarnya pada masa sekarang. Menurut
(Sanafia 1999): tujuan penelitian kualitatif untuk membuat pencandraan
secara sistematis , faktual dan akurat mengenai fakta fakta dan sifat sifat
populasi atau daerah tertentu.
Menurut Nasution (2001) dalam penelitian kualitatif, data dituangkan
secara deskriptif dalam bentuk laporan dan uraian. Penelitian deskriptif
bertujuan untuk mendapatkan dan menyampaikan fakta-fakta dengan jelas
dan teliti (Sugiyono,2009).

1.8. Lokasi penelitian


Lokasi yang di pilih dalam penelitian adalah Desa Seminar Salit
Kecamatan Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat.

1.9. Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Desa Seminar Salit Kecamatan Brang
Rea Kabupaten Sumbawa Barat selama empat bulan mulai …….. sampai
bulan ……...
NO WAKTU KETERANGAN
1 - -
2 - -
3 - -
4 - -

1.10. Sampel dan Populasi


Dalam penelitian ini sampel yang dimaksud adalah sebagian dari
populasi dalam hal jumlah dan karakteristiknya. Penelitian ini melibatkan
10 orang informan. Penentuan sampel dilakukan dengan metode random
sampling atau acak sederhana.
1.11. Sumber Data
Adapun sumber jenis dan sumber data yang penulis adakan dalam
penelitian ini adalah:
1. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari para responden
yang diperlukan dalam penelitian ini berupa hasil wawancara kepada
para informan terpilih yang berkaitan dengan transparansi Kepala Desa
Seminar Salit Kecamatan Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat dalam
pengelolaan dana desa tahun 2023. MENURUT SIAPA????K
2. Data sekunder adalah data yang diproleh dan sudah tertulis dalam bentuk
dokumentasi dan terkadang juga diproleh dari hasil penelitian
sebelumnya. Data ini merupakan data yang sudah dioleh oleh badan-
badan tertentu. Data yang dipergunakan sepanjang memiliki kaitan
dengan penelitian ini diantaranya sebagai berikut:
a. Data alokasi dana desa (ADD) dan APB Desa
b. Data tentang keadaan geografis Desa Seminar Salit Kecamatan
Brang Rea
c. Data tentang keadaan penduduk Desa Seminar Salit Kecamatan
Brang Rea
d. Data tentang keadaan ekonomi Desa Seminar Salit Kecamatan Brang
Rea

1.12. Tehnik pengumpulan data


Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Observasi adalah metode ilmiah yang bisa diartikan sebagai pengamatan
melalui pemusatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan
menggunakan alat indera (Margono, 2003).
2. Wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui proses tanya jawab
lisan yang berlangsung satu arah, artinya pertanyaan datang dari pihak
yang mewawancarai dan jawaban diberikan oleh yang diwawancarai.
Wawancara merupakan bentuk komunikasi langsung antara peneliti dan
responden (Gulo), pengumpulan data utama (primer) melalui pertanyaan
yang sistematis kepada responden.
3. Dokumentasi digunakan dalam memperoleh sejumlah data melalui
pencatatan dari sejumlah dokumen atau bukti tertulis seperti keadaan
populasi, struktur organisasi, data dan sebagainya. Adapun dokumen-
dokumen yang dihimpun dipilih yang sesuai dengan tujuan dan focus
masalah yang akan diteliti (Nana, 2008). Dokumentasi yang merupakan
pengumpulan data melalui pengambilan gambar atau foto di lokasi
penelitian.

1.13. Tehnik analisis data


Untuk melakukan analisis data yang diproleh penulis baik itu data
primer maupun data sekunder dalam penelitian ini dilakukan analisis sata
secara kualitatif. Miles dan hibermen (2005), mengemukakan bahwa
aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara intraktif dan
berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya
jenuh.Ukuran kejenuhan data yang ditandai dengan tidak diprolehnya lagi
data atau informasi baru. Adapun teknik penulisan data dalam penelitian ini
dilakukan dalam tiga tahap yaitu:
1. Reduksi data, diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian
pada penyederhanaan data, pengabstraksikan dan transpormasi data kasar
yang muncul dari wawancara, reduksi data merupakan suatu bentuk
analisis yang menajamkan, menggolokan, mengarahkan, membuang yang
tidak perlu dan mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa
sehingga kesimpulan dapat ditarik dan diverifikasi (miles dan Huberman,
2005:15). Setelah mengklafikasikan data atas dasartema kemudian
penelitian melakukan abstrak data kasar tersebut menjadi uraian singkat.
2. Tahap penyajian data (display), menurut Miles dan Hubberman
(2005;14) data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberikan
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Data yang diproleh dari hasil wawancara mendalam terhadap masyarakat
dikumpulkan untuk diambil kesimpulan sehingga bisa dijadikan dalam
bentuk narasi deskriptif. Menurut Iskandar (2008;223), dalam penyajian
data, peneliti harus mampu menyusun secara sistematis atau stimultan
sehingga data yang diproleh dapat menjelaskan atau menjawab masalah
yang diteliti, untuk itu penelitihrus tidak gegabah dalam mengabil
kesimpulan,
3. Tahap penarikan kesimpulan (verifikasi), merupakan analisis lanjutan
dari reduksi data, data display data sehingga data dapat disimpulkan dan
peneliti masih berpeluang untuk menerima masukan (Iskandar,
2008:223). Pada tahap ini data yang telah dihubungkan satu dengan yang
lain sesui dengan konfigurasi-konfigurasi lalu ditarik kesimpulan. Pada
tahap ini, peneliti selalu melakukan uji kebenaran setiap makna yang
muncul dari data. Setiapdata yang menunjang komponen uraian
diklarifikasi kembali dengan informan. Apabila hasil klafikasi
memperkuat simpulan atas data yang tidak valid, maka pengumpulan
siap dihentikan.
DAFTAR PUSTAKA

Setiaman, A., Sugiana, D., & Mahameruaji, J. N. (2013). Implementasi kebijakan


keterbukaan informasi publik. Jurnal kajian komunikasi, 1(2), 196-205.
Abidin. 2015. Tinjauan Atas Pelaksanaan Keuangan Desa Dalam Mendukung
Kebijakan Dana Desa. Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik, 6 (1), 61 – 76
Adisasmita, R. 2011, Pengelolaan Pendapatan dan Anggaran Daerah. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Agoes, Sukirno, 2000. Auditing, Edisi kedua, Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, Jilid I, Jakarta.
Aziz. 2016. Otonomi Desa dan Efektivitas Dana Desa. Jurnal Penelitian Politik |
13 (2), 193–211
Cicilia. 2015. “Analisis Efisiensi dan Efektivitas Serta Kemandirian Pengelolaan
Keuangan Daerah di Kabupaten Minahasa Utara.
Firmanzah. Pembangunan partisipatif melalui UU Desa. Diperoleh tanggal 27
November 2023, dari http://setkab.go.id/artikel-12385-.html.
Indrawati, S. M., 2017, Buku Pintar Dana Desa, Jakarta: Kementerian Keuangan
Republik Indonesia.
Iskandar. 2008. Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan
Kualitatif). Jakarta: GP press.
Rahum Abu. 2015. Pengelolaan Alokasi Dana Desa (Add) Dalam Pembangunan
Fisik Desa Krayan Makmur Kecamatan Long Ikis Kabupaten Paser.
eJournal Ilmu Pemerintahan, 2015 : 3 (4) 1623-1636.
Sulistiyowati Fadjarini, dkk. 2017. “Pelembagaan Partisipasi Masyarakat Sebagai
Upaya Implementasi Sistem Informasi Desa”. Jurnal ASPIKOM, 3 (2), 215-
224.
Yunianti umi. 2015. “Analisis Efisiensi dan Efektivitas Anggaran Pendapatan dan
Belanja Desa (APBDesa). ISBN 978-602-73690-3-0.

Anda mungkin juga menyukai