Anda di halaman 1dari 32

1

AKUNTABILITAS PENGELOLAAN DANA DESA DI DESA


JENETALLASA KECAMATAN PALLANGGA KABUPATEN
GOWA

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Rangka Penelitian untuk Penyusunan Skripsi/Tugas Akhir

pada Program Studi Akuntansi S-1

KHAERUNNISA H H

NIM 1992142107

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
TAHUN 2022-2023
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia, desa

sebagai unsur pemerintah daerah memiliki peranan penting dalam pelaksanaan

proses pembangunan. Desa adalah satuan hukum yang mempunyai kekuasaan

untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan sebagaimana diatur dalam

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.

Pembangunan desa merupakan kebijakan nasional yang dilaksanakan

secara merata di seluruh Indonesia dengan tujuan untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat pedesaan (Nain, 2019). Dalam upaya pemerintah

untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat pedesaan, maka pemerintah

desa perlu merumuskan rencana pembangunan desa dengan menetapkan

prioritas, program dan kegiatan, dan/atau kabupaten/kota harus dibiayai oleh

APBD. Dalam menyusun rencana pembangunan desa, harus menggunakan

kemungkinan atau sumber daya yang ada dalam wilayah hukumnya terkait

dengan rencana pembangunan kabupaten/kota berdasarkan kebutuhan dan

keinginan masyarakat.

Landasan pemerintahan desa adalah keberagaman, partisipasi, otonomi

sejati, demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat. Dalam rangka

penyelenggaraan pemerintahan desa, semua lembaga dan masyarakat desa

harus mengetahui bagaimana hak dan kewajiban desa terkait dengan Anggaran
2

Pendapatan dan Belanja daerah (APBD).

Dengan kewenangan yang dilimpahkan kepada pemerintah desa, desa

diharapkan dapat berkembang menjadi daerah yang maju, kuat, mandiri, dan

demokratis. Untuk mencapai harapan tersebut diperlukan anggaran untuk

pengembangan dan pemberdayaan masyarakat pedesaan. Anggaran tersebut

ditetapkan dalam keputusan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang bersumber dari Anggaran Pendapatan

dan Belanja Daerah (APBN) yang ditujukan kepada desa serta dibiayai oleh

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten. dilakukan melalui

transfer kota. (APBD) digunakan untuk mendanai operasional pemerintahan,

pelaksanaan pembangunan, pengembangan dan pemberdayaan masyarakat.

Pengelolaan dana desa, mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan,

pengelolaan, pelaporan dan pertanggungjawaban, telah dijelaskan dalam

Peraturan Menteri Dalam Negeri Indonesia Nomor 113 Tahun 2014 tentang

Pengelolaan Keuangan Desa. Semua proses pengelolaan dana desa harus

didasarkan pada prinsip transparansi, akuntabel, dan partisipasi.

Pengelolaan dana desa harus memberikan pembinaan dan pengawasan

kepada pemerintah desa untuk menjamin akuntabilitas pengelolaan keuangan

desa. Desa diharapkan dapat bekerja dengan sebaik-baiknya, tentunya dalam

batas-batas peraturan perundang-undangan, dan berharap semua pihak yang

terlibat mengikuti prinsip dan menghindari duplikasi upaya seperti korupsi dan

manipulasi.

Pengelolaan dana desa dalam pemerintahan desa sangat penting untuk


3

menerapkan prinsip akuntabilitas agar pengelolaannya dapat ditelusuri.

Akuntabilitas dalam pengelolaan pemerintahan daerah. Bertanggung jawab

atas pengelolaan dan pelaksanaannya dalam kerangka pemerintahan daerah

guna mencapai tujuan yang lebih baik. Pembangunan Pedesaan bertanggung

jawab atas pembangunan daerah pedesaan tersebut dan diharapkan dapat

meningkatkan kualitas kinerja yang diamanatkan dan semua pemangku

kepentingan yang terkena dampak.

Akuntabilitas dapat diukur dengan kualitas dan kuantitas. Namun,

penelitian (Liando et al., 1474) menyampaikan bahwa baik secara kuantitatif

maupun kualitatif, peran dan tanggung jawab desa tidak selaras dengan Sumber

Daya Manusia (SDM) yang memadai.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

menganalisis Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa di Desa Jenetallasa

Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa tahun 2021.

Pemilihan objek peenlitian ini yang dilakukan di Desa Jenetallasa

Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa adalah salah satu desa penerima dana

desa dari pendapatan pemerintah. Karena jumlah dana desa yang diberikan

kepada Desa Jenetallasa besar, dana desa harus dipantau dan dievaluasi dengan

baik. Besarnya dana desa yang dialokasikan pada setiap desa tidak lepas dari

pentingnya akuntabilitas yang diperlukan atas dana desa.

Menurut salah satu kaur keuangan Desa Jenetallasa, pengelolaan dana

desa pada saat penyusunan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dimana faktor

utamanya adalah antara kebutuhan dan kemampuan dana yang dikelola oleh

desa. Pada pemulihan ekonomi yang menyebabkan disetiap pembangunan


4

yang disusun berdasarkan dalam Rencana Kerja Pemerintah tidak bisa di

realisasikan untuk menganggarkan pekerjaan sarana prasarana berhubung

karena alokasi dana desa lebih banyak untuk dipergunakan untuk

penanggulangan COVID-19 dan pemulihan ekonomi. Pada saat pembahasan

usulan melibatkan pemerintah bersama Badan Permusyawaratan Desa dan

seluruh masyarakat melakukan musyawarah untuk memutuskan bidang-bidang

mana yang sesuai dengan kebutuhan dan pemanfaatannya.

Sistem perencanaan pembangunan desa tidak dapat dipisahkan dari

rencana pembangunan kabupaten/kota sehingga rencana yang dihasilkan tepat

dan sengaja dikoordinasikan dan dilaksanakan. Oleh karena itu, pelaksanaan

pembangunan desa harus sesuai dengan rencana tim pelaksana, dan pemerintah

kota berhak mengetahui dan memantau kegiatan pembangunan desa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dapat

ditarik dalam penelitian ini adalah bagaimana penerapan akuntabilitas

pengelolaan Dana Desa dari tahap perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan,

pelaporan dan pertanggungjawaban di Desa Jenetallasa Kecamatan Pallangga

Kabupaten Gowa pada Tahun 2021?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah untuk menganalisis akuntabilitas pengelolaan dana desa mulai dari

perencanaan, pelaksanaan, pengelolaan, pelaporan dan pertanggungjawaban di

Desa Jenetallasa Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa Tahun 2021.


5

D. Manfaat Hasil Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang bermanfaat

bagi berbagai pihak yang membutuhkan, baik peneliti itu sendiri maupun orang

lain. Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Manfaat Praktis

a. Bagi Pemerintah

Diharapkan penelitian ini dapat langsung dan tidak langsung,

manfaat langsung menjadi bahan referensi sekaligus

mempublikasikan kepada masyarakat bahwa desa tersebut

mengelola dana secara transparan, akuntabel, partisipatif.

b. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi untuk

memperluas pengetahuan kepada masyarakat pedesaan mengenai

penerapan prinsip akuntabilitas dalam pengelolaan dana desa

khususnya bagi masyarakat Desa Jenetallasa Kecamatan Pallangga

Kabupaten Gowa. Membuka keruang publik bahwa pengaturan

belanja desa bukan menjadi dokumen rahasia karna tujuan utamanya

adalah bagaimana masyarakat bisa mengkritisi memberikan

sumbang saran mengenai penyelenggaraan pemerintahan khususnya

lingkup pemerintahan desa bahwa penyusunan RKP dan APBDes

bukan menjadi kewenangan kepala desa semata.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dan


6

referensi bagi penelitian selanjutnya untuk mengembangkan

pengetahuan dalam menganalisis hasil penelitian tentang

akuntabilitas pengelolaan dana desa.

d. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan

dan pengetahuan, serta memberikan ide-ide konsep untuk mencapai

tujuan tertentu.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika yang digunakan dalam proposal penelitian tentang

akuntabilitas pengelolaan dana desa ini dibagi menjadi tiga bab.

1. BAB I Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika

penulisan.

2. BAB II Tinjauan Pustaka, terdiri dari tinjauan pustaka, kerangka

konseptual, dan penelitian sebelumnya.

3. BAB III Metode Penelitian, terdiri dari variabel dan desain penelitian;

definisi operasional dan pengukuran variable; populasi dan

sampel/subjek dan focus; serta teknik pengumpulan data.


7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEPTUAL

A. Tinjauan Pustaka

1. Desa dan Dana Desa

a. Pengertian Desa

Di dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

menjelaskan bahwa:

“Desa adalah kesatuan hukum yang mempunyai kekuasaan untuk


mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan prakarsa masyarakat desa, hak asal usul dan/atau
hak tradisional sesuai dengan kehidupan bermasyarakat yang diakui dan
dihormati oleh satu sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.”

Desa adalah unit pemerintahan terendah di bawah kecamatan. Adanya

Undang-Undang Desa Nomor 6 Tahun 2014 bertujuan untuk mengatur,

mengurus dan menyelesaikan berbagai permasalahan dan kebutuhan

pemerintahan desa, sehingga mempercepat kemajuan dan pembangunan desa

dengan segala perkembangan dan dinamikanya. dari desa itu sendiri.

Tentang keberadaan desa memiliki kekuasaan untuk mengatur dan

mengurus kepentingan masyarakat. Kewenangan desa dalam penyelenggaraan

pemerintahan desa adalah terselenggaranya prakarsa masyarakat, hak asal usul,

pembangunan desa berdasarkan adat desa, pembinaan masyarakat desa dan

penguatan masyarakat desa. Berdasarkan Undang-Undang Kewenangan Desa

Nomor 6 Tahun 2014, Kewenangan Desa dinyatakan meliputi:

1) Hak asal usul.


8

2) Pemerintahan bersama di tingkat desa.

3) Wewenang yang diberikan oleh Pemerintah, Pemerintah Negara

Bagian atau Pemerintah Kabupaten/Kota.

4) Kewenangan lain yang diberikan oleh Pemerintah, Pemerintah

Negara Bagian atau Pemerintah Kabupaten/Kota sebagaimana

diatur dalam peraturan perundang-undangan.

b. Pengertian Dana Desa

Peraturan Pemerintah Negeri Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2014

Pasal 1 Ayat 2 menjelaskan bahwa:

“Dana Desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota dan
digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan,
pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan
pemberdayaan masyarakat.”

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60

Tahun 2014 tentang Pengalokasian dana desa dialokasikan untuk setiap

kabupaten/kota berdasarkan hasil perkalian antara jumlah desa di setiap

kabupaten/kota dan rata-rata dana desa. Berdasarkan besaran dana desa, setiap

kabupaten/kota akan memberikan besaran dana desa untuk setiap desa di

wilayahnya, dihitung berdasarkan jumlah penduduk desa, luas desa, tingkat

kemiskinan desa, dan kesulitan geografis.

Dana desa berdasarkan Peraturan Pemerintahan Negeri Republik

Indonesia Nomor 60 Tahun 2015 tentang Penggunaan menjelaskan bahwa dana

desa digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan,

pembangunan, pemberdayaan masyarakat, dan kemasyarakatan.


9

Tujuan dana desa yang ditujukan kepada masyarakat adalah untuk

meningkatkan pelayanan publik desa, mengembangkan perekonomian desa,

menjembatani kesenjangan pembangunan antar desa, dan memberdayakan

masyarakat desa sebagai pelaku pembangunan.Meningkatkan kesejahteraan

dan pemerataan pembangunan (Hanafie et al., 2019).

2. Penggunaan Dana Desa

Peraturan Menteri Desa tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa

menyatakan bahwa tidak membatasi prakarsa daerah dalam merancang

program/kegiatan pembangunan prioritas, sebagaimana tertuang dalam

dokumen RKPDesa dan APBDes. Desa masih memiliki ruang untuk berkreasi

dalam merancang program/kegiatan desa sesuai kewenangannya, analisis

kebutuhan prioritas dan sumber dayanya.

Sebagaimana yang tertuang dalam dokumen RKPDesa dan APBDes,

peraturan menteri desa tentang prioritas penggunaan dana desa tidak membatasi

inisiatif lokal dalam merancang program/kegiatan pembangunan prioritas. Desa

masih memiliki ruang untuk berkreativitas dalam merancang program/kegiatan

desa sesuai amanat dan analisis kebutuhan dan sumber daya prioritasnya.

Prioritas penggunaan dana desa antara lain:

a. Identifikasi program dan kegiatan yang didanai oleh dana desa untuk

melaksanakan hak asal usul dan otoritas lokal di tingkat desa.

b. Menjadi acuan bagi pemerintah kabupaten/kota dalam menyusun

petunjuk teknis penggunaan dana desa.

c. Menjadi acuan bagi pemerintah untuk memantau dan mengevaluasi


10

pelaksanaan penggunaan dana desa.

Pembangunan desa diamanatkan untuk fokus pada peningkatan

kesejahteraan masyarakat pedesaan dan kualitas hidup masyarakat, serta

pengentasan kemiskinan. Prioritas penggunaan dana desa adalah terhadap

pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan desa, antara lain:

a. Prasarana kehidupan, meliputi pembangunan, pengembangan dan

pemeliharaan prasarana atau sarana fisik, serta ketahanan pangan dan

permukiman.

b. Pembangunan, pengembangan dan pemeliharaan sarana dan prasarana

Kesehatan masyarakat.

c. Pembangunan, pengembangan dan pemeliharaan sarana dan prasarana

pendidikan, sosial dan budaya.

d. Pembangunan ekonomi daerah, termasuk pembangunan dan

pemeliharaan infrastruktur produksi dan distribusi.

Selain itu, pemerintah desa dan sektor pembangunan desa diharapkan

berperan dalam merumuskan prioritas di atas sesuai dengan daftar kewenangan

dengan hak asal usul dan pemerintah daerah desa yang diatur dalam peraturan

desa. Selain itu, pemerintah kabupaten/kota dapat membantu desa dalam

menetapkan prioritas berdasarkan daftar kewenangan yang ditetapkan oleh

kabupaten/walikota berdasarkan hak asal usul dan pemerintah desa setempat.

Pembangunan desa bertugas untuk memberikan fokus perhatian untuk

peningkatan kesejahteraan masyarakat desa dan kualitas hidup manusia serta

penanggulangan kemiskinan, prioritas penggunaan dana desa diarahkan untuk


11

pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan desa yang meliputi:

a. Dana desa disalurkan dari pemerintah ke kabupaten/kota melalui

pembukuan dari RKUN ke RKUD kemudian dari RKUD ke RKD.

b. Dana Desa disalurkan dari kabupaten/kota ke Desa dengan cara

pemindahbukuan dari RKUD ke Rekening Kas Desa. Dana desa akan

disalurkan dari RKUD ke RKD dalam waktu 7 hari kerja setelah

RKUD menerima dana desa.

3. Pengelolaan Keuangan Desa

Pengelolaan berasal dari kata kelola ini berarti serangkaian proses

perencanaan, pengorganisasian, pengendalian dan pengawasan. Sesuai dengan

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 113 Tahun 2014

tentang Pengelolaan Keuangan Desa, Keuangan Desa mengacu pada hak dan

kewajiban setiap desa yang dinilai dengan uang, dan yang berkaitan dengan

uang dan uang. .ditetapkan untuk menjadi segala sesuatu. Menegakkan hak dan

kewajiban Desa Komoditi. Pengelolaan keuangan desa meliputi seluruh

kegiatan yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengelolaan, pelaporan

dan pertanggungjawaban keuangan desa. Masing-masing kegiatan dalam

tahapan pengelolaan keuangan desa sebagaimana diatur dalam Peraturan

Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 113 Tahun 2014 tentang

Pengelolaan diuraikan di bawah ini .

a. Tahap Perencanaan

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia

Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa, mekanisme


12

perencanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) diuraikan

sebagai berikut:

1) Sekretaris Desa menyusun rancangan peraturan desa tentang

Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) berdasarkan

RKPDes tahun berkenan. Kemudian Sekretaris Desa

menyampaikan kepada Kepala Desa.

2) Rancangan Peraturan Desa tentang APBDes disampaikan oleh

Kepala Desa kepada Badan Permusyawaratan Desa untuk dibahas

dan disepakati bersama.

3) Rancangan Peraturan Desa tentang APBDes disepakati Bersama

paling lambat bulan Oktober tahun berjalan.

4) Rancangan Peraturan Desa tentang APBDes yang telah disepakati

Bersama disampaikan oleh Kepala Desa kepada Bupati/Walikota

melalui Camat, paling lambat tiga hari sejak disepakati untuk

dievaluasi.

5) Bupati/Walikota menetapkan hasil evaluasi rancangan APBDes

paling lama 20 (dua puluh) hari kerja sejak diterimanya Rancangan

Peraturan Desa tentang APBDesa.

6) Bupati/Walikota menyatakan hasil hasil evaluasi Rancangan

Peraturan Desa tentang APBDesa tidak sesuai dengan kepentingan

umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi,

Kepala Desa melakukan penyempurnaan paling lama 7 (tujuh) hari

kerja terhitung sejak diterimanya hasil evaluasi.


13

b. Tahap Pelaksanaan

Pembangunan desa dilaksanakan sesuai dengan RKPDes.

Pembangunan desa dilaksanakan sesuai yang Peraturan Menteri Dalam

Negeri Republik Indonesia Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan

Keuangan Desa, mekanisme pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Desa (APBDesa) diuraikan sebagai berikut:

1) Semua penerimaan dan pengeluaran dana dalam rangka pelaksanaan

kewenangan desa dilaksanakan melalui rekening kas desa.

2) Semua penerimaan dan pengeluaran desa harus didukung oleh bukti

yang lengkap dan sah.

3) Pemerintah desa dilarang melakukan pungutan sebagai penerimaan

desa selain yang telah ditetapkan dalam peraturan desa.

4) Bendahara dapat menyimpan uang dalam kas desa sebagaimana

ditetapkan dengan peraturan Bupati/Walikota.

5) Penggunaan biaya tak terduga terlebih dahulu harus dibuat rincian

anggaran biaya yang telah disahkan oleh Kepala Desa.

6) Pelaksanaan kegiatan mengajukan pendanaan untuk melaksanakan

kegiatan harus disertai dengan dokumen antara lain rencana

anggaran biaya. Rancangan anggaran biaya diverifikasi oleh

Sekretaris Desa dan disahkan oleh Kepala Desa.

7) Pelaksanaan kegiatan bertanggungjawab terhadap tindakan

pengeluaran yang menyebabkan atas beban anggaran belanja

kegiatan dengan mempergunakan buku pembantu kas kegiatan


14

sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan di desa.

8) Dalam pengajuan pelaksanaan pembayaran, Sekretaris Desa

berkewajiban untuk: a. meneliti kelengkapan permintaan

pembayaran di ajukan oleh pelaksana kegiatan; b. menguji

kebenaran perhitungan tagihan atas beban APBDes yang tercantum

dalam permintaan pembayaran; c. menguji ketersedian dana untuk

kegiatan dimaksud; dan d. menolak pengajuan permintaan

pembayaran oleh pelaksana kegiatan apabila tidak memenuhi

persyaratan yang ditetapkan.

c. Tahap Penatausahaan

Dalam penatausahaan keuangan desa, mekanisme penatausahaan

sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indinesia Nomor

113 Tahun 2014 Pengelolaan keuangan desa diuraikan sebagai berikut:

1) Penatausahaan dilakukan oleh Bendahara Desa dengan

menggunakan: a. buku kas umum, digunakan Bendahara Desa untuk

melakukan pencatatan atas seluruh penerimaan dan pengeluaran

dalam buku kas umum untuk yang bersifat tunai, b. buku kas

pembantu pajak, digunakan untuk mencatat penerimaan uang yang

berasal dari pungutan pajak dan mencatat pengeluaran berupa

penyetoran pajak ke kas negara, c. buku bank, digunakan dalam

mencatat transaksi penerimaan dan pengeluaran yang melalui

bank/transfer.

2) Bendahara Desa wajib melakukan pencatatan setiap penerimaan dan


15

pengeluaran serta melakukan tutup buku setiap akhit bulan secara

tertib.

3) Bendahara Desa wajib mempertanggungjawabkan uang melalui

laporan pertanggungjawaban.

4) Laporan pertanggungjawaban disampaikan setiap bulan kepada

Kepala Desa paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.

d. Tahap Pelaporan dan Pertanggungjawaban

Dalam melaksanakan tugas, wewenang, hak dan kewajibannya

dalam pengelolaan keuangan desa, Kepala Desa memiliki kewenangan

untuk menyampaikan laporan. Laporan tersebut bersifat periodik

semesteran dan tahunan yang disampaikan ke Bupati/Walikota. Mekanisme

pelaporan dan pertanggungjawaban diuraikan sebagai berikut:

1) Kepala Desa menyampaikan laporan kepada Bupati/Walikota

melalui Camat yang terdiri atas laporan realisasi pelaksanaan

APBDes semester pertama dan semester akhir tahun.

2) Laporan pertanggungjawaban realisasi Pelaksanaan APBDes

disampaikan setiap akhir tahun anggaran yang terdiri atas

pendapatan, belanja, dan pembiayaan yang ditetapkan dengan

peraturan desa.

3) Lampiran format laporan terdiri atas:

a) Pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDes tahun

anggaran berjalan.

b) Kekayaan milik desa per 31 Desember tahun anggaran berjalan.


16

c) Program pemerintah dan pemerintah daerah yang masuk ke desa

4. Asas Pengelolaan Keuangan Desa

Keuangan desa diatur dengan praktik administrasi yang baik. Prinsip

pengelolaan keuangan desa yang diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri

Republik Indonesia Nomor 113 Tahun 2014 adalah transparan, akuntabel,

partisipatif dan dilaksanakan secara tertib dan disiplin. Keuangan desa dikelola

dalam satu tahun anggaran, yang berlangsung dari 1 Januari hingga 31

Desember. Prinsip-prinsip pengelolaan keuangan desa dijelaskan sebagai

berikut:

1) Transparansi adalah prinsip keterbukaan artinya anggota masyarakat

memiliki hak dan akses yang sama untuk mengetahui proses

penganggaran. Hal ini karena mempengaruhi aspirasi dan kepentingan

masyarakat, terutama untuk memenuhi kebutuhan hajat hidup orang

banyak. Menurut Krina (dalam Astuti et al., 2021) menyatakan bahwa

transparansi berarti kebebasan semua orang untuk mengakses atau

menerima informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan: kebijakan,

proses perumusan dan pelaksanaannya, serta hasil yang dicapai

2) Akuntabel adalah prinsip yang dilaksanakan menurut peraturan yang

ada agar dapat dipertanggungjawabkan dengan baik. Dalam praktiknya,

prinsip akuntabel adalah seluruh proses perencanaan, mulai dari

pelaksanaan hingga pelaporan tata kelola, yang dapat

dipertanggungjawabkan oleh pemangku kepentingan. Inti dari prinsip

akuntabilitas adalah bahwa laporan akhir dapat dijelaskan secara


17

memadai dengan bukti-bukti yang konkrit. Prinsip akuntabel tidak

hanya melekat pada proses akhir, tetapi harus diterapkan dari proses

perencanaan dan pelaksanaannya.

3) Partisipatif yaitu setiap tindakan yang dilaksankan oleh pemerintahan

desa haruslah mengikut sertakan partisipasi masyarakat secara langsung

maupun tidak langsung yang bisa disalurkan oleh lembaga yang

mengawasinya, adalah Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Jika

partisipasi ini sudah dilaksankan sejak awal pelaksanaan, maka semua

kebutuhan masyarakat dapat ditetapkan berdasarkan jumlah

kepentingan, bukan dari keinginan pemerinthan desa bersama pejabat-

pejabat desa. Dalam hal ini hak masyarakat banyak dapat berjalan sesuai

kebutuhan. Adapun bentuk dari partisipasi masyarakat dan perangkat

desa dapat dilihat dari tahap-tahap berikut: a. fase pengambilan

keputusan dalam perencanaan, b. fase pengerjaan infrastruktur, c. fase

manfaat untuk masyarakat. d. fase pengawasan.

5. Akuntabilitas

a. Pengertian Akuntabilitas

Akuntabilitas merupakan salah satu prinsip good governance yang

berarti mencapai tata pemerintahan yang baik. Pencantuman transparansi

dan rasa keadilan dalam menegakkan akuntabilitas melalui penerapan

prinsip-prinsip tata kelola yang baik sangat penting dalam setiap organisasi

(Tambuwun et al., 2018). Menurut Machfiroh (2019) Akuntabilitas adalah


18

tugas atau kewajiban yang sesuai, untuk mempertanggungjawabkan kinerja

dan tindakan seseorang/pengelola suatu unit organisasi kepada pihak yang

berhak atau berhak untuk dipertanggungjawabkan. Sementara menurut

Mahmudi (2007:143) mengatakan akuntabilitas adalah sebagai berikut,

akuntabilitas berarti kewajiban untuk mempertanggungjawabkan apa yang

telah dilakukan atau tidak dilakukan oleh seseorang. Akuntabilitas

pemerintah di negara yang berpegang teguh pada gagasan demokrasi tidak

terlepas dari prinsip dasar demokrasi bahwa kedaulatan sesungguhnya ada

di tangan rakyat. Pemerintahan yang demokratis menciptakan seperangkat

aturan dan mengumpulkan serta menggunakan dana publik untuk mengelola

dan mengatur kehidupan rakyat bangsa. Pemerintah memiliki kewajiban

untuk mempertanggungjawabkan segala kegiatan masyarakat.

(Dr.Winantuningtyas Titi Swasanany, 2019).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa akuntabilitas sebagai

bentuk pertanggungjawaban pemerintah desa kepada masyarakat

merupakan tugas setiap individu atau kelompok dalam unit organisasi untuk

melaksanakan, mengelola, mewakili, melaporkan dan mengkomunikasikan.

Ini memediasi semua kegiatan yang dilakukan.

Pembukuan itu sendiri menjadi sangat rumit karena pemerintah desa

wajib mempertanggungjawabkan anggaran yang ada. Masyarakat tidak

hanya harus disadarkan tentang keberadaan anggaran desa, tetapi juga harus

diberi tahu tentang pelaksanaan anggaran tersebut.


19

b. Manfaat Akuntabilitas

Akuntabilitas dalam organisasi perusahaan berarti bahwa setiap

karyawan memiliki tingkat akuntabilitas yang tinggi atas tindakan mereka

dan dampaknya terhadap keberhasilan perusahaan secara keseluruhan.

Dengan mempertahankan kebiasaan tersebut, perusahaan dapat

mewujudkan banyak manfaat, antara lain:

1) Membangun Kepercayaan

Dengan meminta pertanggungjawaban setiap karyawan atas apa

yang mereka lakukan, kepercayaan dibina antara individu dan tim. Hal

ini memungkinkan karyawan untuk saling percaya.

2) Memperkuat Kepatuhan Anggota Perusahaan.

Akuntabilitas sangat penting dalam hal kepatuhan karyawan

terhadap peraturan, undang-undang, dan standar perusahaan yang ada

dan yang baru. Memegang tanggung jawab karyawan atas tindakan

mereka menciptakan lingkungan kerja yang lebih sehat, lebih nyaman

dan lebih aman. Berdayakan setiap anggota perusahaan Anda untuk

fokus pada pekerjaan mereka tanpa harus berurusan dengan perilaku

tidak pantas dari rekan kerja.

3) Meningkatkan Laba.

Akuntabilitas membantu meningkatkan keuntungan perusahaan.

Daripada membuang waktu untuk mengidentifikasi akar penyebab

masalah dan membuat keputusan, Anda dapat memfokuskan lebih

banyak energi pada aktivitas yang memajukan bisnis Anda. Selain itu,
20

akuntabilitas dalam bisnis dapat menginspirasi setiap orang untuk

mencapai tujuan dan meningkatkan kinerjanya.

c. Penelitian Terdahulu

Tabel 2. 1

Penelitian Terdahulu
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa

No Nama Judul Metode Hasil Penelitian


Peneliti Penelitian Penelitian
1. Nurul Akuntabilitas Kualitatif Menunjukkan bahwa
Hidayah Pengelolaan prinsip partisipasi dalam
dan Iin Dana Desa pemerintahan desa
Wijayanti (DD) Studi Wonodadi dilaksanakan
(2017) Kasus Pada pada tahap perencanaan
Desa pendanaan desa.
Wonodadi Pemerintah desa tidak
Kecamatan siap memberikan
Ngrayun informasi dan data
Kabupaten keuangan desa, sehingga
Ponorogo tidak menerapkan prinsip
transparansi pada tahap
pelaksanaan dana desa. Di
sisi lain, masih diperlukan
pembenahan dalam hal
akuntabilitas fisik, seperti
papan informasi
masyarakat, yang harus
menggunakan bahan tahan
lama yang bisa bertahan
minimal satu tahun.
Akuntabilitas administrasi
juga perlu ditingkatkan
untuk meningkatkan
disiplin administrasi.
2. Astri Akuntabilitas Kualitatif Menunjukkan bahwa
Juainita Pengelolaan akuntabilitas pengelolan
Makalalagi, Dana Desa di dana desa pada
Grace B Kecamatan Kecamatan Kotamobagu
Nangoi, dan Kotamobagu Selatan Kota Kotamobagu
Herman Selatan Kota sudah dilaksanakan
Karamoy Kotamobagu menurut prinsip
(2017) transparan, akuntabel &
21

partisipatif.
Perihal pelaporan dan
pertanggungjawaban,
meskipun masih ada
beberapa kelalaian dari
aparat desa dan pelaksana
teknis kegiatan, hal itu
dilaksanakan sesuai
dengan mekanisme
regulasi. Dukungan
pemerintah daerah masih
diperlukan karena
kapasitas sumber daya
administrasi masih
menjadi kendala utama.
Untuk meningkatkan
akuntabilitas dalam
pengelolaan dana desa di
Kecamatan Selatan Kota
Kotamobagu, Kota
Kotamobagu memerlukan
pembinaan, pelatihan,
monitoring dan evaluasi
yang berkelanjutan
terhadap perangkat desa.
3. Nasir, Akuntabilitas Kualitatif Menunjukkan bahwa
Sulaiman Pengelolaan akuntabilitas pengelolaan
Asang, Dana Desa: dana desa dalam hal
Hamsinah, Studi Kasus di transparansi, komitmen,
dan Desa kontrol, akuntabilitas dan
Muhammad Bulusuka daya tanggap belum
Rusdi Kabupaten sepenuhnya dikelola
(2020) Jeneponto secara bertanggung jawab.
Memberikan nasihat
tentang realisasi anggaran
dan pelaksanaan program
pembangunan melalui
proses pengelolaan dana
desa yang bertanggung
jawab dan transparan
melalui rawa dan rawa
proposal anggaran dan
program pembangunan,
dan dengan menempatkan
informasi dan baliho di
tempat umum.proses yang
22

harus dilakukan. Anda


dapat mempelajari proses
pengelolaan universal dari
dana desa.
4. Andi Akuntabilitas Kualitatif menunjukkan bahwa
Setiawan, Pengelolaan akuntabilitas dalam
Muhtar Dana Desa di pengelolaan ADD
Haboddin, Desa mengikuti prosedur yang
dan Nila Budugsidorejo telah ditetapkan dan dapat
Febri Kabupaten dicapai melalui
Wilujeng Jombang pengawasan internal dan
(2015) Tahun 2015 eksternal. Pemantauan ini
mengakui bahwa
program-program yang
didanai oleh ADD harus
dipertanggungjawabkan
dengan baik.
5. Haniah Akuntabilitas Kualitatif Menunjukkan bahwa
Hanafie, Dana Desa Akuntabilitas dana desa di
Agus (Kajian kabupaten Masalembu
Nugraha, Tentang menunjukkan bahwa
dan Masrul Akuntabilitas penerapan prinsip
Huda Dana Desa Di akuntabilitas terkait
(2019) Kecamatan akuntabilitas keuangan,
Masalembu, filantropi dan prosedural
Kabupaten masih lemah. Situasi ini
Sumenep) muncul karena kapasitas
aparat pemerintah desa
yang rendah dan peran
pendampingan oleh
mediator desa belum
maksimal.

B. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual penelitian adalah keterkaitan atau hubungan

antara satu konsep dengan konsep lainnya dari masalah yang diteliti.

Kerangka konseptual muncul dari suatu konsep ilmiah/teoritis yang

digunakan sebagai dasar penelitian.


23

Peraturan Menteri Dalam Negeri


Republik Indonesia Nomor 113 Tahun
2014

Undang-Undang Republik Indonesia


Nomor 6 Tahun 2014

Pengelolaan Dana Desa

1. Perencanaan
2. Pelaksanaan
3. Penatausahaan
4. Pelaporan
5. Pertanggungjawaban

Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa

1. Transparansi
2. Akuntabel
3. Partisipasi

Good Governance

Gambar 2. 1
Kerangka Konseptual Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa
24

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Variabel dan Desain Penelitian

1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah subjek penelitian atau fokus

penelitian. Variabel dalam penelitian ini adalah Akuntabilitas dan

Pengelolaan Dana Desa.

2. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah rencana yang memandu peneliti dalam

mengumpulkan, menganalisis, dan menafsirkan pengamatan dalam

membentuk seluruh proses perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Ini

adalah model bukti logis yang memungkinkan peneliti untuk menarik

kesimpulan tentang hubungan kausal antara variabel dalam sebuah

penelitian.

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

desain penelitian deskriptif kualitatif karena peneliti ingin menemukan

fakta dan menganalisis tentang “Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa

di Desa Jenetallasa Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa” untuk

memahami dan menjelaskan akuntabilitas pengelolaan dana desa.

B. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

1. Definisi Operasional
25

Agar tidak terjadi kesalahan penafsiran terhadap istilah dalam

peneltian ini maka perlu adanya penjelasan permasalahan yang ada

dalam pembahasan skripsi ini, sehingga topik yang disajikan dapat

dibahas secara jelas, sehingga mudah dipahami dan dimengerti. Istilah-

istilah tersebut adalah:

Akuntabilitas adalah kewajiban untuk memberikan

pertanggungjawaban atau menjawab dan menerangkan kinerja serta

tindakan seseorang/pimpinan suatu unit organisasi kepada pihak yang

memiliki hak atau yang berwenang meminta pertanggungjawaban

(Machfiroh, 2019).

Pengelolaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

yaitu:

a. Pengelolaan adalah proses, cara, perbuatan mengelola.

b. Pengelolaan adalah proses melakukan kegiatan tertentu dengan

menggerakan tenaga orang lain.

c. Pengelolaan adalah proses yang membantu merumuskan

kebijaksanaan dan pencapaian tujuan.

d. Pengelolaan adalah proses yang memberikan pengawasan pada

semua hal yang berkaitan dengan pelaksanaan kebijakan dan

pencapaian tujuan.

Penyelenggaraan yang dimaksud oleh penulis adalah proses

pelaksanaan dan pencapaian tujuan Program Dana Desa dalam

pembangunan masyarakat dan perekonomian.


26

Peraturan Pemerintah Negeri Republik Indonesia Nomor 60

Tahun 2014 Pasal 1(2) menjelaskan bahwa “Dana Desa adalah dana

yang bersumber dari APBN yang diperuntukkan bagi Desa yang

ditransfer melalui APBD kabupaten/kota dan digunakan untuk

membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan,

pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat.”

C. Populasi dan Sampel/Subjek dan Fokus

1. Populasi

Populasi merupakan yang terdiri atas objek yang memiliki

kualitas dan ciri eksklusif yang ditetapkan sang peneliti buat dipelajari

dan lalu ditarik kesimpulanya. Populasi tidak hanya ditujukan untuk

orang, tetapi juga objek dan karakteristik atau sifat yang dimiliki objek

itu.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin diteliti oleh

peneliti. Sampel adalah bagian dari populasi yang dianggap mewakili

populasi karena memiliki sifat atau karakteristik yang sama ingin di teliti

oleh peneliti.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah wawancara, dokumentasi, dan observasi langsung terhadap informan

yang tertarik dengan pengelolaan dana desa. Wawancara dilakukan dengan


27

menggunakan pertanyaan terbuka dan tape recorder. Informan terdiri dari

orang-orang yang dipilih karena diyakini memiliki pengetahuan yang cukup

untuk mengelola dana desa. Survei tersebut mengidentifikasi empat

informan: kepala desa, sekretaris desa, kepala bagian keuangan (Kaur) atau

bendahara desa, dan staf administrasi. Pendokumentasian dilakukan melalui

pengumpulan, analisis, dan pengelolaan data untuk membuat kumpulan

dokumen yang berisi informasi tentang hal-hal yang mendukung

berlangsungnya kegiatan Pengelolaan Dana Desa. Observasi dilakukan

dengan mengamati secara langsung keadaan objek.

E. Teknik Analisis Data


Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

analisis deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif kualitatif berarti

menganalisis Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa di Desa Jenetallasa,

Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa, dengan mengumpulkan data

berupa wawancara dan mengamati permasalahan dalam berbagai situasi

yang muncul. Hal ini terjadi di lapangan dan menjadi bahan penelitian bagi

peneliti.

Analisis data dapat diartikan sebagai suatu cara mengolah data

menjadi informasi dan menganalisis data untuk tujuan pemecahan masalah

dalam kegiatan penelitian. (Makalalag et al., 2017). Analisis data adalah

tentang data yang Anda cari, asumsi yang Anda periksa, pertanyaan yang

Anda jawab, dan metode yang Anda gunakan untuk mendapatkan informasi

baru. Hal ini dimaksudkan untuk menunjukkan kesalahan mana yang harus
28

diperbaiki. Selain itu, analisis data juga bertujuan untuk mendeskripsikan

data sedemikian rupa sehingga dapat dipahami karakteristiknya. Juga,

kesimpulan dibuat berdasarkan asumsi atau perkiraan.


29

DAFTAR PUSTAKA

Astri Juainita Makalalag, G. B. (2017). Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa di

Kecamatan Kotamobagu Selatan Kota Kotamobagu. JURNAL RISET

AKUNTANSI DAN AUDITING "GOODWILL".

Nain, U. (2019). PEMBANGUNAN DESA DALAM PERSPEKTIF SOSIOHISTRORIS. (M.

Dr. Muhammad Faisal, Ed.) Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia: GARIS

KHATULISTIWA (Anggota IKAPI Sulsel).

Pramudianti, M. (2020, 10 28). PARTISIPASI, TRANSPARANSI, DAN

AKUNTABILITASPERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DANA DESA.

(E. Hendrawati, Ed.) Jurnal Riset Akuntansi Kontemporer, 12, 100-108.

R, M. M. (2020). MEMAHAMI DESA DARI SUMBERNYA. Jakarta Pusat: Bukupedia

Indonesia.

Astuti, P., Widayanti, R., & Damayanti, R. (2021). Tranparansi dan Akuntabilitas

Pengelolaan Dana Desa dalam Pencapaian Good Governance: Studi Kasus

Desa Cepogo, Kabupaten Boyolali. Jurnal Maksipreneur: Manajemen,

Koperasi, Dan Entrepreneurship, 10(2), 164.

https://doi.org/10.30588/jmp.v10i2.628

Dr.Winantuningtyas Titi Swasanany. (2019). Akuntabilitas Kinerja. Lan Ri, 53(9),

1689–1699.

Hanafie, H., Nugraha, A., & Huda, M. (2019). Akuntabilitas Dana Desa (Kajian

Tentang Akuntabilitas Dana Desa Di Kecamatan Masalembu, Kabupaten

Sumenep). JIP (Jurnal Ilmu Pemerintahan) : Kajian Ilmu Pemerintahan Dan

Politik Daerah, 4(1), 39–46. https://doi.org/10.24905/jip.4.1.2019.39-46


30

Liando, L. Y., Lambey, L., & Wokas, H. R. N. (1474). Analisis Pengelolaan dan

Pertanggung………. Jurnal EMBA, 5(2), 1474–1483.

Machfiroh, I. S. (2019). Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa Di Desa

Benua Tengah. Jurnal Riset Akuntansi Politala, 1(1), 14–21.

https://doi.org/10.34128/jra.v1i1.5

Makalalag, A. J., Nangoi, G. B., & Karamoy, H. (2017). Akuntabilitas

Pengelolaan Dana Desa di Kecamatan Kotamobagu Selatan Kota

Kotamobagu. Jurnal Riset Akuntansi Dan Auditing “Goodwill,” 8(1).

https://doi.org/10.35800/jjs.v8i1.15334

Tambuwun, F. V., Sabijono, H., & Alexander, S. W. (2018). Analisis

Transparansi Dan Akuntabilitas Otonomi Desa Dalam Pengelolaan Dan

Pertanggungjawaban Alokasi Dana Desa Di Desa Kauneran Satu Kecamatan

Sonder Kabupaten Minahasa. Going Concern : Jurnal Riset Akuntansi, 14(1),

76–84. https://doi.org/10.32400/gc.13.04.20904.2018
31

Anda mungkin juga menyukai