Anda di halaman 1dari 25

PERANAN PENGHULU DAN P3N

DALAM MENINGKATKAN KUALITAS


PELAYANAN NIKAH DAN RUJUK

Oleh :
Drs. Darlan

Disampaikan pada kegiatan FGD Kelembagaan


KUA Dilingkungan Kantor Kementerian Agama
Kabupaten Pulang Pisau Tahun 2021
Muqaddimah
Tugas pokok Kementerian Agama adalah menyelenggarakan

sebagian tugas Pemerintah di bidang keagamaan, sebagian dari tugas tersebut

adalah menjalankan kebijakan di bidang ibadah yang salah satunya seperti

tertuang di dalam Undang-Undang Nomor 22 tahun 1946 tentang Pencatatan

Nikah, Talak dan Rujuk, untuk menjalankan tugas tersebut telah ditetapkan

bahwa pencatatan perkawinan bagi umat Islam dilaksanakan oleh Pegawai


Oleh karenanya untuk meningkatkan pelayanan tersebut melalui Peraturan Pemerintah Nomor 16 tahun

1994, tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (PNS), penghulu termasuk ke dalam ragam Jabatan

Fungsional di bidang keagamaan. Penetapan Penghulu sebagai Jabatan Fungsional tertuang dalam Peraturan

Materi Pendayagunaan Aparatur Negara (MENPAN) Nomor : PEN/62/M.PAN/6/2005, dan telah

ditindaklanjuti dengan peraturan bersama Menteri Agama dan Kepala Badan Kepegawaian Negara (BKN)

Nomor : 20 dan 14 A tentang petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Penghulu dan Angka Kreditnya.
Pelaksanaan Jabatan Fungsional Penghulu dan Angka Kreditnya. Dalam hal

ini sudah jelas bahwa penghulu sebagai jabatan terdepan dan ujung tombak

Kementerian Agama di Kecamatan dalam tugas pelayanan, pengawasan dan

pembinaan keagamaan khususnya pelaksanaan pernikahan dan rujuk.

Keberadaan penghulu sebagai pejabat dalam pemerintahan telah ada sejak adanya

kerajaan Islam, baik di Jawa maupun daerah luar Jawa, termasuk pada

Pemerintahan Kolonial Belanda dengan struktur sebagai berikut :


1. Tingkat Pusat disebut dengan Penghulu Agung
2. Tingkat Kabupaten disebut dengan Penghulu Kepala (Bahasa Belanda Hoofd
Penghulu)
3. Tingkat Kecamatan disebut dengan Penghulu/Naib.Demikian secara historis
keberadaan penghulu tidak dapat dipisahkan dari dinamika kehidupan masyarakat
dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses pembangunan secara
menyeluruh.
Kemudian,berdasarkan Keputusan Menteri Agama Nomor
477 Tahun 2004 tentang Pencatatan Nikah yang
didalamnya memuat beberapa hal tentang pembantu
penghulu, maka dalam produk hukum tersebut pembantu
penghulu diberi pengertian pemuka agama Islam di
Desa/Kelurahan yang ditunjuk dan diberhentikan oleh
Kepala Kantor Departemen Agama Kab/Kota atas nama
Kepala Kantor Wilayah Dep. Agama Propinsi atas usul
Kepala Seksi Urusan Agama Islam / Kepala Seksi yang
sejenis pada Kantor Dep. Agama Kab/Kota.
Tugas Pokok,Fungsi dan Rincian Kegiatan Penghulu

Berdasarkan buku pedoman penghulu, dijelaskan bahwa tugas pokok


penghulu berdasarkan Bab III Pasal 4 Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara Nomor : PER/62/M.PAN/6/2005 tentang jabatan
fungsional penghulu dan angka kreditnya adalah melakukan perencanaan
kegiatan kepenghuluan, pengawasan pencatatan nikah/rujuk,
penasehatan dan konsultasi nikah/rujuk, pemantauan pelanggaran
ketentuan nikah/rujuk, pelayanan fatwa hukum munakahat dan
bimbingan muamalah, pembinaan keluarga sakinah, serta pemantauan
dan evaluasi kegiatan kepenghuluan dan pengembangan kepenghuluan.

Dalam tugas pokok tersebut terlihat jelas bagaimana penghulu


dipersiapkan antara lain untuk melakukan pelayanan dengan rincian
kegiatan penghulu sesuai dengan jenjang jabatannya.
Untuk mampu melaksanakan tugas seperti yang diuraikan di atas maka
seorang penghulu sebagai suatu jabatan fungsional harus memiliki
kompetensi sebagai berikut :
1. Unsur utama
2. Unsur penunjang
Unsur utama terdiri dari :
a. Pendidikan
b. Pelayanan dan konsultasi nikah/rujuk
c. Pengembangan kepenghuluan
d. Pengembangan profesi penghulu

Unsur penunjang merupakan kegiatan yang mendukung pelaksanaan tugas


penghulu sebagaimana dimaksud pada pasal 6 angka 5 sebagai berikut :
1. Pembelajaran dan atau pelatihan di bidang kepenghuluan dan hukum Islam
2. Keikutsertaan dalam seminar, lokakarya, atau konferensi
3. Keanggotaan dalam organisasi profesi penghulu
4. Keanggotaan dalam tim penilai jabatan fungsional penghulu
5. Keikutsertaan dalam kegiatan pengabdian masyarakat
6. Keanggotaan dalam delegasi keagamaan
7. Perolehan penghargaan/tanda jasa
8. Perolehan gelar kesarjanaan lainnya.
Dari uraian di atas betapa pentingnya keberadaan
penghulu sebagai jabatan fungsional yang diangkat oleh
Menteri Agama yang mempunyai tugas yang amat berat
dan mulia, dapat berfungsi dan peran aktif memberikan
pelayanan kepada masyarakat terutama berkaitan
pelayanan nikah/rujuk secara profesional.
Adapun rincian kegiatan penghulu sesuai dengan
jenjang jabatannya sebagai berikut :
a. Penghulu Pertama (pangkat III/a dan
1. Menyusun rencana kerja tahunan kepenghuluan.
2. Menyusun rencana kerja operasional kegiatan kepenghuluan.
3. Melakukan pendaftaran dan meneliti kelengkapan administrasi
pendaftaran kehendak NR.
4. Mengolah dan memverifikasi data calon pengantin.
5. Menyiapkan bukti pendaftaran NR.
6. Membuat materi pengumuman peristiwa NR dan mempublikasikan
melalui media.
7. Mengolah dan menganalisis tanggapan masyarakat terhadap
pengumuman peristiwa NR.
8. Memimpin pelaksanaan akad NR melalui proses menguji kebenaran
syarat dan rukun NR dan legalitas akad NR.
9. Menerima dan melaksanakan taukil wali nikah/ tauliyah wali hakim.
10. Memberikan khutbah/nasehat/do’a NR.
11. Memandu pembacaan sighat taklik thalak.
12. Mengumpulkan data kasus pernikahan.
13. Memberikan penasehatan dan konsultasi NR.
14. Mengidentifikasi kondisi keluarga pra sakinah
15. Mengidentifikasi kondisi keluarga sakinah
16. Membentuk kader pembina keluarga sakinah.
17. Melatih kader Pembina keluarga sakinah.
18. Melakukan konseling kepada kelompok keluarga sakinah.
19. Memantau dan mengevaluasi kegiatan kepenghuluan.
20. Melakukan koordinasi kegiatan lintas sektoral di bidang kepenghuluan.
b.Penghulu Muda (pangkat III/c dan III/d)
1. Menyusun rencana kerja tahunan kepenghuluan.
2. Menyusun rencana kerja operasional kegiatan kepenghuluan.
3. Meneliti data kebenaran data catin, wali nikah dan saksi di Balai Nikah.
4. Meneliti data kebenaran data catin, wali nikah dan saksi di luar Balai Nikah.
5. Meneliti kebenaran data pasangan rujuk dan saksi.
6. Melakukan penetapan dan atau penolakan kehendak NR dan
menyampaikannya.
7. Menganalisis kebutuhan konseling/ penasehatan catin.
8. Menyusun materi dan desain pelaksanaan konseling/ penasehatan catin.
9. Mengarahkan/ memberikan materi konseling penasehatan catin.
10. Mengevaluasi rangkaian kegiatan konseling penasehatan catin.
11. Memimpin pelaksanaan akad NR melalui proses menguji kebenaran syarat
dan rukun NR dan legalitas akad NR.
12. Menerima dan melaksanakan taukil wali nikah/ tauliyah wali hakim.
13. Memberikan khutbah/nasehat/do’a NR.
14. Memandu pembacaan sighat taklik thalak.
15. Mengidentifikasi, memverifikasi, dan memberikan solusi terhadap
pelanggaran ketentuan NR.
16. Menyusun monografi kasus.
17. Menyusun jadwal penasehatan dan konsultasi NR.
18. Memberikan penasehatan dan konsultasi NR.
19. Mengidentifikasi permasalahan hokum munakahat.
20. Menyusun materi bimbingan mu’amalah.
21 Membentuk kader pembimbing mu’amalah.
22 Mengidentifikasi kondisi keluarga sakinah II.
23 Mengidentifikasi keluarga sakinah III.
24 Menyusun materi pembinaan keluarga sakinah.
25 Membentuk kader Pembina keluarga sakinah.
26 Melatih kader Pembina keluarga sakinah.
27 Memantau dan mengevaluasi kegiatan kepenghuluan.
28 Melakukan konseling kepada kelompok keluarga sakinah.
29 Menyusun materi bahsul masail munakahat dan ahwal as syakhsiyah.
30 Melakukan uji coba hasil pengembangan metode penasehatan, konseling
dan pelaksanaan NR.
31 Melakukan uji coba hasil pengembangan perangkat dan standar
pelayanan NR.
32 Melakukan koordinasi kegiatan lintas sektoral di bidang kepenghuluan.
c.Penghulu Madya (pangkat IV/a, IV/b, dan IV/c)1
1. Menyusun rencana kerja tahunan kepenghuluan.
2. Menyusun rencana kerja operasional kegiatan kepenghuluan.
3. Memimpin pelaksanaan akad NR melalui proses menguji kebenaran
syarat dan rukun NR dan legalitas akad NR.
4. Menerima dan melaksanakan taukil wali nikah/ tauliyah wali hakim.
5. Memberikan khutbah/nasehat/do’a NR.
6. Memandu pembacaan sighat taklik thalak.
7. Menganalisis kasus dan problematika rumah tangga.
8. Menyusun materi dan metode penasehatan dan konsultasi.
9. Memberikan penasehatan dan konsultasi NR.10.Mengidentifikasi
pelanggaran peraturan perundangang NR.
10. Mengidentifikasi pelanggaran peraturan perundangang NR.
11. Melakukan verifikasi pelanggaran ketentuan NR.
12. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan NR.
13. Mengamankan dokumen NR.
14. Melakukan telaahan dan pemecahan masalah pelanggaran ketentuan
NR.
15. Melaporkan pelanggaran kepada pihak yang berwenang.
16. Menganalisis dan menetapkan fatwahukum.
17. .Melatih kader pembimbing mu’amalah.
18. Mengidentifikasi kondisi keluarga sakinah III plus.
19. Menganalisis bahan/ data pembinaan keluarga sakinah..
20. Membentuk kader Pembina keluarga sakinah.
21 Melatih kader Pembina keluarga sakinah.
22 Melakukan konseling kepada kelompok keluarga sakinah.
23 Memantau dan mengevaluasi kepenghuluan.
24 Melaksanakan bahsul masail dan ahwal as syakhsiyah.
25 Mengembangkan metode penasehatan, konseling, dan pelaksanaan
NR.
26 Merekomendasi hasil pengembangan metode penasehatan, konseling
pelaksanaan NR.
27 Mengembangkan perangkat dan standar pelayanan NR.
28 Merekomendasi hasil pengembangan perangkat dan standar pelayanan
NR.
29 Mengembangkan system pelayanan NR.
30 Mengembangkan instrument pelayanan NR.
31 Menyusun kompilasi fatwa hokum munakahat.
32 Melakukan koordinasi kegiatan lintas sektoral di bidang
kepenghuluan.
Pengertian, Tugas Pokok dan Fungsi Pembantu
Penghulu
Adapun tugas pokok dan fungsi pembantu penghulu dalam KMA 477/2004 tersebut diuraikan bahwa

pembantu penghulu dapat membantu mengantar anggota masyarakat di wilayahnya yang berkepentingan

dengan KUA Kecamatan yang mewilayahi dalam hal pemeriksaan nikah dan atau rujuk serta mencatat

kehendak nikah dan atau rujuk tersebut dalam buku administrasinya. Oleh karena itu berdasarkan tugas

pokok tersebut, maka fungsi pembantu penghulu dalam pengertian sempit hanya berfungsi sebagai

pengantar warga masyarakat yang berkepentingan dengan KUA Kecamatan, namun tentu saja fungsi

tersebut bila dilihat dari sudut kepentingan masyarakat sebagai pengguna jasa pelayanan KUA Kecamatan.

Akan tetapi bagi KUA pembantu penghulu juga difungsikan untuk membantu KUA Kecamatan dalam

melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, diantaranya adalah dalam pembangunan di bidang agama,

pembinaan kehidupan beragama, penyuluhan agama, pembinaan keluarga sakinah, pembinaan ibadah

sosial, pembinaan kemitraan ummat, pembinaan zakat, wakaf, haji dll. Oleh karena itu dalam perspektif

KUA Kecamatan pembantu penghulu mempunyai fungsi yang sangat strategis dalam membantu

mengoperasionalkan berbagai program kerja KUA Kecamatan sehingga dapat berjalan dengan mudah dan

lancar.
Peranan Penghulu Dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan
Nikah dan Rujuk

Sesuai dengan instruksi Menteri Agama Nomor 3 tahun 1998, tanggal 12


Juli 1998, salah satu yang dianggap urgen dalam rangka reformasi di lingkungan
Departemen Agama pada waktu itu adalah meningkatkan kinerja inisiatif dan
proaktif diiringi dengan upaya mengefektifkan pengawasan sehingga dapat
diwujudkan aparatur yang mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat
dan mampu mendorong masyarakat berpartisipasi penuh dalam
pembangunan.
Seperti yang telah disinggung di atas, bahwa peranan penghulu
fungsional dalam memberikan pelayanan terutama dalam bidang pelayanan
nikah dan rujuk di Kantor Urusan Agama Kecamatan sangat dibutuhkan mulai
dari mempersiapkan kebutuhan blangko NTCR (nikah, talak, cerai, dan rujuk).
Sampai kepada mendistribusikannya sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Dalam hal ini ada 3 (tiga) fungsi yang harus ada pada setiap penghulu di setiap
jenjangnya dalam kaitannya dengan upaya meningkatkan kualitas pelayanan
nikah/rujuk yakni :
1. Fungsi Administrasi
Berdasarkan buku petunjuk teknis pelaksanaan tugas, yang diterbitkan
Departemen Agama RI, penghulu untuk jenjang pertama mempunyai 20 butir
kegiatan terkait dengan pelayanan nikah dan rujuk.
Seiring dengan ditetapkannya Instruksi Menteri Agama RI Nomor 3 tahun 1998
tentang pelaksanaan reformasi di lingkungan Departemen Agama, penghulu
berupaya seoptimal mungkin mengaplikasikan hal-hal yang tertuang dalam
instruksi Menteri Agama tersebut, salah satunya berkaitan dengan pelayan prima.
Dalam peningkatan pelayanan prima seorang penghulu mampu menganalisis
kebutuhan yang diperlukan untuk melakukan sebuah pelayanan kepada masyarakat,
mulai dari pengadaan ruangan, penataan ruangan, alat mobiler sampai kepada alat
tulis kantor sehingga dapat memberikan kepuasan layanan konsumen (masyarakat).
Adapun fungsi pelayanan nikah dan rujuk secara administrasi adalah agar dapat
tercatat dan tersimpan dengan baik dan rapi, dan mudah di data secara statistik, dan
dapat dilaporkan secara berkala, serta dipertanggung jawabkan kapan saja dimana
saja.
2. Fungsi Pelayanan
Berkaitan dengan masalah pelayanan, sebenarnya telah diatur
dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
: 18 Tahun 1993, tentang Pedoman Tata Laksana Pelayanan Umum,
sesuai dengan keputusan tersebut, antara lain ada 3 hal pokok yang
perlu dipaparkan :
A. Hakekat Pelayanan Umum yaitu :
1. Meningkatkan mutu dan produktivitas pelaksanaan tugas dan
fungsi instansi pemerintah di bidang pelayanan umum.
2. Mendorong upaya mengaktifkan sistem dan tata laksana
pelayanan, sehingga pelayanan umum dapat diselenggarakan
secara lebih berdayaguna dan berhasil guna.
3. Mendorong tumbuhnya kreatifitas, prakarsa dan peran serta
masyarakat dalam pembangunan serta meningkatkan
kesejahteraan masyarakat luas.
B. Asas Pelayanan yaitu :
Bersifat sederhana, terbuka, lancar, tepat, lengkap, wajar dan terjangkau,
untuk itu dalam aplikasinya harus mengandung unsur dasar.
1. Hak kewajiban pemberi maupun penerima pelayanan harus jelas dan
diketahui secara pasti oleh masing-masing pihak.
2. Pengaturan setiap bentuk pelayanan harus disesuaikan dengan kondisi
kebutuhan dan kemampuan masyarakat.
3. Mutu proses dan hasil pelayanan harus diupayakan agar dapat memberikan
keamanan, kelancaran dan kepastian hukum yang dapat
dipertanggungjawabkan.

C. Tata Laksana Pelayanan meliputi :


1. Pelayanan harus diatur dalam suatu tata laksana yang mengandung sendi-
sendi : kesederhanaan, kejelasan, dan kepastian, keamanan, keterbukaan,
efisiensi, ekonomis, keadilan yang merata dan ketepatan waktu.
2. Pola penyelenggaraan pelayanan sesuai dengan bentuk dan sifatnya
Peran Pembantu Penghulu dalam Sistem
Standarisasi Pelayanan Publik
Pelayanan yang cepat, mudah, terarah dan transparan
merupakan layanan yang sangat diharapkan oleh para pengguna
pelayanan publik. Oleh karena itu suatu institusi publik harus
menerapkan sistem yang mampu mengakomodir keinginan para
pengguna layanannya sehingga ia tidak akan ditinggalkan oleh
pengguna layanan dimaksud.
Kantor Urusan Agama (KUA) sebagai sebuah institusi publik yang
dikelola oleh pemerintah juga harus menerapkan sistem pelayanan
dengan standart pelayanan dimaksud. Oleh karena itu guna
memudahkan masyarakat dalam menikmati pelayanan tersebut,
maka KUA membentuk suatu fasililator yang mempunyai tugas
mengantarkan dan memberikan keterangan seputar berbagai hal
yang berkaitan dengan pelayanan yang diberikan oleh KUA.
Penghulu Antara Harapan dan Kenyataan
Kementerian Agama memangku tugas pokok yang amat berat dan mulia,
yaitu menyelenggarakan sebagian tugas pemerintahan di bidang keagamaan
yang salah satu tugasnya adalah pelayanan pencatatan perkawinan bagi umat
Islam sebagaimana diamanatkan oleh Undang-undang Nomor 22 Tahun 1946
tentang Pencatatan Nikah, Talak, dan Rujuk; dan Undang-undang Nomor 32
Tahun 1954 tentang Pemberlakuan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1946
secara menyeluruh di seluruh wilayah kesatuan Republik Indonesia , serta
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.

Untuk dapat melaksanakan pelayanan pencatatan perkawinan tersebut


ditetapkan adanya Pegawai Pencatat Nikah (PPN), Penghulu Fungsional, dan
Pembantu PPN. Agar tidak terjadi tumpang tindih dalam pelaksanaan
pelayanan pencatatan perkawinan maka secara teknis pengaturannya
diamanahkan kepada PPN yang jabatan tersebut melekat pada kepala KUA,
artinya tugas tersebut dilaksanakan atas mandat yang diberikan oleh PPN
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia
Nomor 11 Tahun 2007 pasal 1 sampai dengan pasal 4.
Khatimah
Kepada rekan-rekan penghulu mari kita laksanakan tugas yang
diamanahkan oleh pemerintah dengan penuh rasa tanggung
jawab. Setiap melayani masyarakat mari kita layani sesuai
dengan maksud dan tujuannya, serta mempedomani kepada
peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Kepada
penghulu di setiap tingkatan, mari kita giatkan Program
Kelompok Kerja Penghulu (Pokja Hulu) serta kita aktifkan
kegiatan Bahsul Masail, dalam upaya untuk meningkatkan
pemahaman dan Khazanah intelektual seorang penghulu
dalam melaksanakan tugas, agar kita mampu hadir di tengah-
tengah masyarakat sebagai seorang ulama, tokoh dan seorang
profesional serta ahli di bidangnya.
Sekian & Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai