Penulis : Marfuah
NIM : 11620020
Semester : VI
Prodi : AS
Fakultas : Syariah
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM WALISEMBILAN SEMARANG
Kelas : Demak 1
I. PENDAHULUAN
Proses penegakan hukum sebagai suatu wacana dalam masyarakat kembali menjadi topik
yang sangat hangat dibicarakan. Berbagai komentar dan pendapat baik yang berbentuk
pandangan ataupun penilaian dari berbagai kalangan masyarakat selalu menghiasi media massa
yang ada di negeri ini.
Beberapa hal yang selalu menjadi topik utama sehubungan dengan proses penegakan
hukum tersebut adalah masalah tidak memuaskan atau bahkan bias dikatakan buruknya kinerja
sistem dan pelayanan peradilan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum, yang disebabkan
oleh karena kurangnya pengetahuan dan kemampuan, atau bahkan kurangnya ketulusan dari
mereka yang terlibat dalam sistem peradilan, baik hakim, pengacara, maupun masyarakat
pencari keadilan, selain tentunya disebabkan karenya adanya korupsi, kolusi, dan nepotisme
dalam proses beracara dilembaga peradilan. Semua hal tersebut akhirnya melahirkan pesimisme
masyarakat untuk tetap menyelesaikan sengketa melalui lembaga peradilan, sehingga yang
terjadi adalah main hakim sendiri .
Sistem yang sudah diatur sedemikian rupa hendaknya dijalankan dengan baik oleh
aparatur Negara, terlebih dari kaki tangan pemerintah dibidang penegakan hukum setidaknya
dimulai dari suatu yang sederhana seperti pola administrasi perkara peradilan. Dalam makalah
ini kami akan mencoba menjelaskan Register Perkara dan Keuangan Perkara untuk lebih
mengetahui bagaimana pola serta sistem peradilan yang belaku di Negara ini yang merupakan
tonggak keberhasilan Negara mencapai sebuah cita-cita bangsa dibidang hukum.
1
Berdasarkan ulasan diatas, maka dapat dirumuskan beberapa pokok permasalahan
sebagai berikut :
III. PEMBAHASAN
Register berasal dari kata registrum, yang berarti buku daftar yang memuat secara
lengkap dan terinci mengenai suatu hal atau perkara, baik yang bersifat pribadi maupun register
umum, seperti register perkara, register catatan sipil atau lain-lain. Menurut Bryan A. Games,
register diartikan a book in which all docket entries are kept for the varions cases pending in a
court yaitu sebuah buku yang di dalamnya memuat catatan-catatan mengenai berbagai perkara
atau kasus yang ditangani di suatu pengadilan:1
Sebelum undang-undang Nomor 7 tahun 1989 tentang peradilan agama, pola tentang
register sangat sederhana tugas-tugas kepaniteraan saat itu masih terbatas pada fungsi panitera
sebagai pembantu hakim dalam persidangan. Pola register yang digunakan antara lain :
c. Pola register berdasarkan Instruksi Direktorat Jendral Binbaga Islam Departemen Agama
No. 45/E/1988/ tanggal 17 Oktober 1998, yang terdiri dari 49 kolom, namun masih belum
mencerminkan kegiatan peradilan dalam memeriksa, mengadili, dan menyelesaikan
perkara
1
Musthofa. 2005. Kepaniteraan Peradilan Agama. Jakarta : Prenada Media. Hlm : 68
2
Setelah berlaku nya undang-undang no 7 tahun 1989 tentang peradilan agama, pola
register sebelumnya dipandang sudah tidak sesuai dengan jiwa undang-undang tersebut,
sehingga harus diubah disempurnakan. Pola register yang baru di atur dalam surat ketua
mahkamah agung RI No. KMA/001/SK/1991 tanggal 24 Januari 1991.
A. Fungsi
Register perkara berisi tentang uraian keadaan perkara sejak perkara didaftarkan sampai
dengan diputus serta pelaksanaan putusan. Berdasarkan isi register perkara yang demikian, maka
fungsi register perkara adalah :2
b. Gambaran tentang kegiatan hakim dan panitera yang pada akhirnya dapat diketahui
data-data pribadi yang jelas dan ini dapat digunakan sebagai penilaian dalam hal
mutasi para hakim dan panitera.
c. Gambaran tentang formasi hakim dan panitera, sehingga dapat diketahui kebutuhan
tenaga hakim dan panitera yang harus dipenuhi pada setiap pengadilan agama
B. Jenis-Jenis Register
2
http://fauzurr.blogspot.com/2012/11/administrasi-perkara-perdata-peradilan.html
3
Ahmad Mujahidin. 2012. Pembaharuan Hukum Acara Peradilan Agama. Bogor Ghalia
Indonesia. Hlm : 73
3
e. Register Permohonan Peninjauan Kembali
i. Register Eksekusi
m. Register Mediasi
n. Register Mediator
b. Pengisian di lakukan tepat waktu dengan mengambil data dari instrumen kegiatan
persidangan
c. Di isi dengan tulisan yang baik dan menghindari pemakaian tinta yang berbeda
d. Tidak menggunakan re-type (type-ex) untuk tulisan yang salah tetapi dengan cara
renvoi
a. Pendaftaran perkara dalam buku register harus dilakukan dengan tertib dan cermat
4
b. Buku register diberi nomor halaman, halaman pertama dan terakhir ditandatangani
oleh Ketua Pengadilan Agama dan halaman lainnya diparaf.
c. Banyaknya halaman pada setiap buku register dinyatakan pada halaman awal dan
keterangan tersebut ditandatangani oleh Ketua Pengadilan Agama. Apabila penuh,
maka halaman awal ditulis: buku register ini merupakan lanjutan dari buku
sebelumnya terdiri dari……….halaman.
d. Buku register induk perkara memuat seluruh data perkara dalam tingkat pertama,
banding, kasasi, peninjauan kembali, dan eksekusi.
e. Buku register harus diganti setiap tahun dan tidak boleh digabung dengan tahun
sebelumnya.
f. Buku Register Induk Perkara Gugatan dan Buku Register Induk Perkara Permohonan
ditutup setiap bulan dimulai dari nomor 1, sedangkan nomor perkara berlanjut untuk
satu tahun.
g. Penutupan buku register setiap akhir bulan ditandatangani oleh petugas register,
dengan perincian sebagai berikut :
h. Penutupan buku register setiap akhir tahun ditandatangani oleh Panitera dan diketahui
oleh Ketua Pengadilan Agama, dengan perincian sebagai berikut:
5
Sisa tahun ini …………………………. Perkara.
Disimpan dalam lemari khusus agar terhindar dari kerusakan dan terjaga keaslianya,
sehingga sehingga data -data yang ada dalam register dapat terus terpelihara
2. Keuangan Perkara
A. Dasar Hukum
Dasar hukum pola tentang keuangan perkara adalah pasal 121 ayat (4) HIR dan pasal 145
ayat (4) RBg., yaitu biaya perkara yang besarnya ditentukan oleh ketua pengadilan.4
Asas yang dianut oleh ketentuan tersebut adalah tidak ada biaya tidak ada perkara,
kecuali perkara prodeo sebagaimana ditentukan pasal 237 HIR dan pasal 273 RBg.
4
Musthofa. 2005. Kepaniteraan Peradilan Agama. Jakarta : Prenada Media. Hlm : 70
6
Agama seluruh Indonesia menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan biaya perkara menurut
pasal 121 HIR dan Pasal 145 RBg. adalah biaya kepaniteraan dan biaya proses.
Buku Jurnal keuangan perkara mencatat tentang kegiatan penerimaan dan pengeluaran
uang perkara untuk setiap perkara, sehingga jurnal untuk setiap perkara itu merupakan rekening
Koran bagi pembayar panjar perkara untuk tingkat pertama, banding, kasasi, dan peninjauan
kembali.
Jurnal keuangan perkara merupakan pertanggungjawaban panitera terhadap pihak ketiga sebagai
pembayar panjar perkara.
Semua kegiatan yang terjadi dalam buku jurnal keuangan perkara, harus disalin dalam
Buku Induk Keuangan Perkara yang berupa buku tabelaris. Buku tabelaris ini mencatat semua
kegiatan penerimaan dan pengeluaran biaya perkara untuk semua perkara yang masuk di
Pengadilan dan dicatat setiap hari.
Buku induk yang berkaitan dengan keuangan perkara di Pengadilan Agama adalah buku
Induk Keuangan Perkara, Buku Keuangan Eksekusi, dan Buku Penerimaan Hak-hak
Kepaniteraan. Sedangkan di Pengadilan Tinggi Agama hanya ada dua buku induk keuangan,
yaitu buku induk keuangan perkara dan Buku Penerimaan Hak-hak Kepaniteraan.
5
Ibid
7
Buku Tabelaris Induk Keuangan Perkara merupakan pertanggungjawaban Panitera
mengenai uang perkara yang ada dalam pengawasannya berdasarkan pasal 101 Ayat (1) Undang-
Undang Nomor 7 tahun 1989 yang menyatakan bahwa Panitera bertanggung jawab terhadap
pengurusan semua biaya perkara.
IV. KESIMPULAN
Register perkara berisi tentang uraian keadaan perkara sejak perkara didaftarkan sampai
dengan diputus serta pelaksanaan putusan.
DAFTAR PUSTAKA
8
Situs website:
http://fauzurr.blogspot.com/2012/11/administrasi-perkara-perdata-peradilan.html
http://pn-sleman.go.id/index.php/pelayanan-perkara-prosedur-kerja-217/16-
pelayanan-di-kepaniteraan-perdata
Nama : Marfu’ah
Pekerjaan : Pelajar/Mahasiswa
2. Ibu : Ndariyah
Email : fuahjaksa099@gmail.com