Anda di halaman 1dari 5

Berikut adalah kutipan nasehat Habib Umar bin Hafidz saat mengisi khutbah Jumat di Masjid Jami` Nur

Muhammad Kemang, Jakarta Selatan, pada 21 Muharram 1436 H/ 14 November 2014:


Jangan jadikan waktu yang kita miliki, umur yang kita miliki, kehidupan kita miliki dari yang sangat sedikit
ini kita jadikan sebagai halaman untuk permainan orang-orang yang berbuat dholim kepada Allah
subhanallahu wata`ala. Orang-orang yang berbuat kejahatan, orang-orang tersebut ingin menjadikan diri
kita, dzat kita, waktu kita, hidup kita sebagai tempat permainan mereka, tempat mereka membuang
kotoran . Walyaudzubillahi min dzalik.
Allah subhanallahu wata`ala berfirman yang artinya: Seandainya kalian mengikuti kebanyakan orang yang
ada di muka bumi ini, niscaya mereka akan membuat engkau tersesat dari jalan Allah subhanallahu
wata`ala.
Beliau al-Habib Umar bin Hafidz menasehati untuk menjaga pandangan, pendengaran, dan lisan. Menjaga
pandangan dari hal-hal yang bukan urusannya, menjaga pendengaran dari hal-hal yang bukan urusannya,
menjaga hal-hal dari menyaksikan yang bukan urusannya, menjaga lisannya dari perkataan-perkataan
yang bukan urusannya, menjaga hal-hal yang fudhul yang bukan urusannya, apalagi dari hal yang
diharamkan oleh Allah subhanallahu wata`ala. Sebab dengan menjerumuskan matanya, pendengarannya,
lisannya dalam hal-hal yang bukan urusannya maka ia telah menodai kemanusiaan/ menghinakan
kemanusiaan. Walyaudzubillahi min dzalik.
Barang siapa yang istiqomah di dalam pandangannya, istiqomah di dalam pendengarannya, istiqomah di
dalam lisannya maka akan berujung pada istiqomahnya hati, berujung pada beristiqomah pada ketaqwaan
kepada Allah Subhanallahu wata`ala. Allah swt berfirman yang artinya: Sesungguhnya pendengaran kita,
peglihatankita kelak akan diintegorasi oleh Allah subhanallahu wata`ala.
Dengan menjaga pendengaran kita dari hal-hal yang tidak baik, menjaga penglihatan kita dari hal-hal
yang tidak baik, maka akan terjaga pula hati kita.Gunakanlah pandangan kita untuk memandang kaum
mukminin dengan kasih sayang, gunakan pandangan mata kita untuk melihat alam ini untuk bertafakkur.
Jangan sampai pandangan mata kita kelak akan menjadi penyesalan di hari kiamat. Jangan sampai musuhmusuh Allah, mereka berkuasa di mata kita. Jangan sampai musuh-musuh Allah, mereka menjadi
penguasa di mata kita, mereka berkuasa di pendengaran kita. Mereka musuh-musuh Allah merebut itu
semua bukan dengan kekuatannya akan tetapi karena lemahnya semangat kita, lemahnya semangat kita
terhadap syariat dan peneladan terhadap Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam.Sehingga mereka
(musuh-musuh Allah) menjadi penguasa di mata kita, di telinga kita dan mereka yang berkuasa di dalam
ucapan kita, di dalam rumah tangga kita. Mereka semua yang mengatur apa yang kita lihat, apa yang kita
dengar dan apa yang kita ucapkan yang sesungguhnya menyimpang dari ajaran Allah dan ajaran
Rasulullah shalallahu alaihi wasallam. Dan ini jikalau itu semua kita biarkan saja, kita cuekin saja, kita
anggap biasa saja, maka kelak di hari kiamat mata ini menjadi terharamkan melihat Allah Subhanallahu
wata`ala.
Sifat kaum mukminin mereka mendengar pada hal yang baik, dan mereka melihat pada hal yang baik.
Manakala diperdengarkan di hadapan mereka hal-hal yang tidak baik yang membuat lupa kepada Allah
subhanallahu wata`ala maka mereka (kaum mukminin) segera berpaling menjauh tidak mau
mendengarkan hal-hal yang tidak baik tersebut. Sehingga dikatakan di dalam firman Allah subhanallahu
wata`ala: Manakala kalian mendengarkan ucapan-ucapan orang tersebut mengatakan perkataanperkataan yang tidak baik maka jangan kalian duduk bareng bersama mereka, jika kalian duduk bareng
bersama mereka, mendengarkan perkataan-perkataan mereka, maka kalian sama saja dengan mereka,
kalian masuk ke dalam kelompok mereka, kalian masuk di dalam barisan mereka, walyaudzubillahi min
dzalik.
Kalau kita mau mendengar, dengarkan ucapan para Aulia, dengarkan ucapan para Anbiya, dengarkan
ucapan Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam. Sehingga hal itu menjadi bekal kita dalam persiapan
kita untuk mendengar ucapan khitob yaitu ucapan cinta dari Allah yang di tujukan kepada hamba-hambaNya kelak di hari Kiamat. Sebab di hari kiamat Allah subhanallahu wata`ala akan memanggil hamba-Nya,
berbicara kepada hamba-Nya, dan ada juga hamba-hamba tertentu yang di murkai oleh Allah
subhanallahu wata`ala tidak disapa, tidak ditegur oleh Allah subhanallahu wata`ala besok di hari kiamat.
Walyaudzubillahi min dzalik.
Karenanya, gunakanlah telinga kita untuk mendengar yang baik, gunakan mata kita untuk melihat yang
baik, yang bukan di haramkan oleh Allah subhanallahu wata`ala. Ketahuilah di manapun kita berada, bila
kita berempat yang kelimanya adalah Allah subhanallahu wata`ala, kita berenam yang ke tujuhnya adalah
Allah subhanallahu wata`ala. Allah subhanallahu wata`ala mengetahui diskusi yang terjadi diantara
mereka, Allah subhanallahu wata`ala mengetahui apa yang mereka ucapkan, dan Allah subhanallahu
wata`ala mengetahui apa yang mereka rahasiakan.
Sesungguhnya Allah subhanallahu wata`ala menciptakan diri kita mulia, dzat kita mulia, jangan kita kotori,
jangan kita hinakan diri kita, dzat kita, pada telinga kita, mata kita. Jangan kita jadikan diri kita dan dzat
kita menjadi tempat permainan dari musuh-musuh Allah subhanallahu wata`ala, sehingga kita menjadi
orang-orang yang tertipu di dalam diri kita, tertipu di dalam keluarga kita, tertipu oleh bujukan-bujukan
musuh-musuh Allah subhanallahu wata`ala.
Di hari jumat dan di malam jumat sudahkah kita membaca dan mendengarkan al Quran? Sudahkah kita
membaca surat al Kahfi? Sudah berapa banyak kita bersholawat kepada Nabi Muhammad shalallahu
alaihi wasallam?

Jadikan pendengaran, mata lidah untuk hal-hal yang diridhio Allah subhanallahu wata`ala sehingga
pendengaran kita, mata kita, dan lidah kita menjadi patut dan layak untuk berkhitob kepada Allah
subhanallahu wata`ala besok di hari kiamat. Semoga Allah memperbaiki keadaan kaum muslimin
(Penterjemah: Ad-Da`i Ilallah Habib Jindan bin Novel bin Salim Jindan Jakarta. Allahumma shalli wa sallim
ala Sayyidina Muhammad nuuri-kas saari wa madaadikal jaari wajmanii bihi fi kulli athwaari wa ala alihi
wa shahbihi yannuur/ Majelis Rasulullah Saw)

Beliau adalah Seorang Figur Ulama Mufti Dunia,yang sering dijadikan Rujukan Ulama Diseluruh
Dunia,Semoga ALLAH SWT Merahmatinya, juga bagi Kita sekalian, Amiin. Dan dalam Rangkaian Kegiatan
Beliau dalam Kunjungannya ke Indonesia, yang dihadiri juga oleh Para Ulama dari berbagai Golongan.
Diantara yang diwasiatkannya adalah:
Segala sesuatu sangatlah mudah bagi Allah SWT,sekalipun menghimpun manusia di hari kiamat yang
telah dipastikan. Aku bersaksi tiada tuhan selain Allah SWT, satu-satunya, yang tiada sekutu bagi-Nya.
Dialah yang bakal meletakkan seluruh manusia di hadapan-Nya, guna diberi pahala atau siksa.

Ketika itu, beruntunglah manusia-manusia beriman yang pandai memanfaatkan waktu


hidupnya dengan menghadiri majelis kebajikan, ketaatan dan dzikir, dan menyesallah mereka
yang telah menghabiskan umurnya untuk berbuat maksiat.
Aku bersaksi bahwa sang panutan, Nabi Muhammad SAW adalah rasul yang diutus oleh-Nya untuk
menabur hidayah di muka bumi.
Ya Allah limpahkanlah salawat dan salam kepada Baginda Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan
orang-orang yang patuh kepada beliau hingga hari akhir nanti.

Wahai hamba Allah


Dalam majelis ini, aku berwasiat kepada Anda samua, sekaligus kepada diri sendiri agar senantiasa
bertakwa kepada Allah SWT. Ketahuilah, barangsiapa bertakwa kepada Allah SWT, ia akan hidup penuh
kekuatan dan berjalan di bumi-Nya dengan rasa aman dan tentram

Wahai hamba Allah


Ada dua perkara yang menyebabkan umat Rasulullah SAW ini kerap kali dilanda musibah dan bencana,
dan sayang sekali, mereka tidak menyadari, atau bahkan tidak mempedulikanya sama sekali, sekalipun
beliau SAW dan para Ulama telah sering mengingatkan.
Dua perkara itu adalah, pertama, tiadanya penghargaan akan waktu, kesempatan dan umur yang telah
dianugerahkan Allah Subhanahu Wataala. Sekarang ini, umumnya umat telah menyia-nyiakan waktu dan
membuangnya untuk hal-hal yang kosong. Sebagian lagi menghabiskan waktu dalam perbuatan makruh,
dan, bahkan kemaksiatan. Perbuatan ini setianya memancing amarah Allah SWT. Namun mereka abaikan
serta tak mengindahkan. Maka tidaklah mengherankan apabila bencana demi bencana mulai merebak di
negeri muslimin.

Kedua, pergaulan dan persaudaraan yang tidak lagi dilandasi itikad baik. Ketika umur dan waktu
terbengkalai, ketika perkawanan tidak lagi dilandasi niat baik, maka kerusakan merajalela, fitnah dan
cobaan bakal mendera umat, tak peduli di desa maupun di kota. Baginda Nabi SAW, dalam sabdasabdanya, telah banyak mengingatkan umat agar memanfaatkan waktu dengan maksimal dan mendasari
pergaulannya dengan niat soleh. Semua itu demi kebaikan umat sendiri. Akan tetapi sayang, orang-orang
sudah menutup telinga dan mata.
Mereka tak lagi berminat mendengarkan seruan beliau SAW.

Sadarlah wahai muslimin/wahai hamba Allah. Waktu adalah esensi kehidupanmu.


Umur adalah peluang yang diberikan kepadamu. Berharga atau tidaknya hidupmu bergantung pada
bagaimana kau memanfaatkan usiamu itu.
Rasulullah SAW bersabda, Di hari pembalasan nanti, dua telapak kaki seorang hamba akan
tertahan di jembatan sirat. Takkan beranjak sampai ia ditanya mengenai empat hal. untuk
apakah seluruh umur hidupnya? Dikemanakan usia mudanya? Dari mana ia mendapatkan
harta dan digunakan untuk apakah harta itu? Sudahkah ilmunya diamalkan?

Wahai hamba Allah


Kita wajib kembali ke jalur yang telah digariskan Rasulullah SAW. Beliau adalah insan yang selalu berkata
jujur. Beliau adalah sang petunjuk, penyeru kebenaran, suluh umat, dan pemberi kabar-kabar dari Ilahi.
Beliau sangat cinta kepada umatnya. Kasih beliau kepada kita lebih besar dari kasih orang tua kita sendiri
kepada kita.

Allah SWT berfirman, Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri
mereka sendiri
Kembali ke dua hal di atas. Beliau SAW pernah mengabarkan, Di dalam surga, para penghuninya
masih merasakan suatu kerugian besar, yakni mengenai waktu yang telah berlaludi
kehidupan duniayang tidak mereka gunakan untuk berdzikir kepada Allah SWT.
Beliau juga mewanti-wanti, Ketika suatu kaum duduk bersama-sama, akan tetapi tidak
mengingat Allah SWT sama sekali, maka mereka bakal merasakan penyesalan di hari kiamat
nanti.

Pergunakanlah waktu dengan aktifitas yang baik. Ikatlah persaudaraan dengan asas yang bagus serta
tujuan yang penuh manfaat.
Ketika seseorang menjalin kawan, meskipun sejenak di siang hari, kelak ia akan ditanya mengenai
perkawanan itu: telahkan ia melaksanakan hak-hak Allah SWT atau meng-alpakannya? begitulah yang
dinarasikan Rasulullah SAW.
Saling ber-wasiatlah di jalan Allah dengan baik dan bersabarlah dengannya[pen]

Wahai hamba Allah


Kita sudah sering membuang-buang waktu. Di antara kita bahkan ada yang lebih banyak mengisi waktu
untuk maksiat. Marilah kita renung-kan bersama.
Ke manakah malam-malam kita?
Untuk apakah umur-umur kita?
Apa yang kita kerjakan antara Maghrib dan Isyak?
Bagaimana kabar majelis muslimin, pasar-pasar dan warung-warung? Tempat-tempat itu telah
menjadi ajang melupakan Allah SWT dan Rasul-Nya.

Ingatlah, bagaimana Baginda Rasul senantiasa dzikir kepada Allah di setiap waktunya. Dulu, kaum
muslimin tak pernah lalai untuk berdzikir, di mana saja, siang dan malam. Akan tetapi kini, umat Islam,
baik yang muda maupun yang tua, sudah menganggap remeh dzikir. Mereka malas mengingat Allah dan
lebih suka membicarakan yang lain.
Ketika di dalam masjid sekalipun, mereka menganggap membaca Al-Quran tidak lebih nimat daripada
bicara omong kosong. Hingga kita kerap menyaksikan mereka bicara tak tentu arah di dalam rumah Allah.
Bahkan tak segan mereka meletakkan Al-Quran yang tengah dibaca hanya demi bisa mengobrol bersama
rekan-rekan mereka. Sungguh, Betapa genting keadaan muslimin.
Tak hanya itu, umat Islam sekarang cenderung menjauhi majelis talim. Ketika majelis pengajian diadakan
di suatu tempat, pesertanya selalu tak banyak. Orang-orang enggan datang dan lebih memilih kumpulankumpulan yang kurang baik. Mereka adalah manusia yang rugi. Mereka bakal menyesal. Keberadaan
mereka sudah dinubuatkan Rasulullah SAW, Manusia yang paling besar penyesalannya di akhirat
kelak adalah mereka yang punya kesempatan untuk mengaji akan tetapi mereka sia-siakan
kesempatan itu.
Masa keemasan telah berlalu, yakni masa sahabat, tabiin, dan tabiut-tabiin. Masa ketika dzikir, baca AlQuran dan hadis menjadi kebiasaan, baik ketika makan, minum, tidur, dan segala rutinitas.

Wahai hamba Allah


Ketahuilah, suatu majelis yang dilandasi niatan baik dan tujuan yang mulia, yakni ridha Allah dan
Rasulullah, akan membuahkan kebajikan-kebajikan. Di antaranya menangguhkan musibah, meredam
permusuhan, dan mencegah perbuatan munkar, Semua itu lantaran sikap saling membantu di antara
sesama Muslim. Dan mereka semua pasti memperoleh pahala-pahala dan anugerah yang tak kecil nilainya
dari Allah SWT. Sebab itulah Allah SWT dan Rasul-Nya memberikan perhatian yang agung kepada majelis
dzikir dan majelis talim.
Ya Allah, bimbinglah kami kepada kebaikan. Tambahkanlah rahmat-Mu untuk kami. Siramkan anugerahanugerah-Mu kepada kami. Elokkanlah dhahir dan bathin kami, serta niat dan tujuan kami. Sirnakan
kesulitan dari kaum muslimin. Dengan kasih-Mu, wahai Yang Maha Kasih Sayang.
(Sumber : Habib Ahmad)

Anda mungkin juga menyukai