Jadikan pendengaran, mata lidah untuk hal-hal yang diridhio Allah subhanallahu wata`ala sehingga
pendengaran kita, mata kita, dan lidah kita menjadi patut dan layak untuk berkhitob kepada Allah
subhanallahu wata`ala besok di hari kiamat. Semoga Allah memperbaiki keadaan kaum muslimin
(Penterjemah: Ad-Da`i Ilallah Habib Jindan bin Novel bin Salim Jindan Jakarta. Allahumma shalli wa sallim
ala Sayyidina Muhammad nuuri-kas saari wa madaadikal jaari wajmanii bihi fi kulli athwaari wa ala alihi
wa shahbihi yannuur/ Majelis Rasulullah Saw)
Beliau adalah Seorang Figur Ulama Mufti Dunia,yang sering dijadikan Rujukan Ulama Diseluruh
Dunia,Semoga ALLAH SWT Merahmatinya, juga bagi Kita sekalian, Amiin. Dan dalam Rangkaian Kegiatan
Beliau dalam Kunjungannya ke Indonesia, yang dihadiri juga oleh Para Ulama dari berbagai Golongan.
Diantara yang diwasiatkannya adalah:
Segala sesuatu sangatlah mudah bagi Allah SWT,sekalipun menghimpun manusia di hari kiamat yang
telah dipastikan. Aku bersaksi tiada tuhan selain Allah SWT, satu-satunya, yang tiada sekutu bagi-Nya.
Dialah yang bakal meletakkan seluruh manusia di hadapan-Nya, guna diberi pahala atau siksa.
Kedua, pergaulan dan persaudaraan yang tidak lagi dilandasi itikad baik. Ketika umur dan waktu
terbengkalai, ketika perkawanan tidak lagi dilandasi niat baik, maka kerusakan merajalela, fitnah dan
cobaan bakal mendera umat, tak peduli di desa maupun di kota. Baginda Nabi SAW, dalam sabdasabdanya, telah banyak mengingatkan umat agar memanfaatkan waktu dengan maksimal dan mendasari
pergaulannya dengan niat soleh. Semua itu demi kebaikan umat sendiri. Akan tetapi sayang, orang-orang
sudah menutup telinga dan mata.
Mereka tak lagi berminat mendengarkan seruan beliau SAW.
Allah SWT berfirman, Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri
mereka sendiri
Kembali ke dua hal di atas. Beliau SAW pernah mengabarkan, Di dalam surga, para penghuninya
masih merasakan suatu kerugian besar, yakni mengenai waktu yang telah berlaludi
kehidupan duniayang tidak mereka gunakan untuk berdzikir kepada Allah SWT.
Beliau juga mewanti-wanti, Ketika suatu kaum duduk bersama-sama, akan tetapi tidak
mengingat Allah SWT sama sekali, maka mereka bakal merasakan penyesalan di hari kiamat
nanti.
Pergunakanlah waktu dengan aktifitas yang baik. Ikatlah persaudaraan dengan asas yang bagus serta
tujuan yang penuh manfaat.
Ketika seseorang menjalin kawan, meskipun sejenak di siang hari, kelak ia akan ditanya mengenai
perkawanan itu: telahkan ia melaksanakan hak-hak Allah SWT atau meng-alpakannya? begitulah yang
dinarasikan Rasulullah SAW.
Saling ber-wasiatlah di jalan Allah dengan baik dan bersabarlah dengannya[pen]
Ingatlah, bagaimana Baginda Rasul senantiasa dzikir kepada Allah di setiap waktunya. Dulu, kaum
muslimin tak pernah lalai untuk berdzikir, di mana saja, siang dan malam. Akan tetapi kini, umat Islam,
baik yang muda maupun yang tua, sudah menganggap remeh dzikir. Mereka malas mengingat Allah dan
lebih suka membicarakan yang lain.
Ketika di dalam masjid sekalipun, mereka menganggap membaca Al-Quran tidak lebih nimat daripada
bicara omong kosong. Hingga kita kerap menyaksikan mereka bicara tak tentu arah di dalam rumah Allah.
Bahkan tak segan mereka meletakkan Al-Quran yang tengah dibaca hanya demi bisa mengobrol bersama
rekan-rekan mereka. Sungguh, Betapa genting keadaan muslimin.
Tak hanya itu, umat Islam sekarang cenderung menjauhi majelis talim. Ketika majelis pengajian diadakan
di suatu tempat, pesertanya selalu tak banyak. Orang-orang enggan datang dan lebih memilih kumpulankumpulan yang kurang baik. Mereka adalah manusia yang rugi. Mereka bakal menyesal. Keberadaan
mereka sudah dinubuatkan Rasulullah SAW, Manusia yang paling besar penyesalannya di akhirat
kelak adalah mereka yang punya kesempatan untuk mengaji akan tetapi mereka sia-siakan
kesempatan itu.
Masa keemasan telah berlalu, yakni masa sahabat, tabiin, dan tabiut-tabiin. Masa ketika dzikir, baca AlQuran dan hadis menjadi kebiasaan, baik ketika makan, minum, tidur, dan segala rutinitas.