Anda di halaman 1dari 12

PUASA SEBAGAI UPAYA MENGENDALIKAN HAWA NAFSU

 PENGERTIAN DAN DASAR HUKUM PUASA


 RUKUN PUASA
 KESUNAHAN DAN KEMAKRUHAN DALAM BERPUASA
 MACAM-MACAM PUASA
 HIKMAH PUASA

PENGERTIAN PUASA DAN DASAR HUKUM PUASA

Pengertian

Puasa menurut bahasa berarti menahan diri dari sesuatu serta meninggalkannya.

Menurut Ar-Raghib al Asfahani, puasa berarti menahan diri dari melakukan sesuatu baik
yang bersifat makan atau minum dan bicara

Sedangkan menurut syara', puasa adalah Menahan diri dari makan dan minum serta
berhubungan badan (jima') disertai dengan niat dari sejak terbit fajar sampai terbenamnya
matahari, dan kesempurnaannya dengan meninggalkan segala hal yang dilarang dan tidak
terperosok ke dalam hal-hal yang diharamkan

Dasar Hukum

Dasar hukum disyariatkannya ibadah puasa adalah, berdasarkan Al-Qur'an, hadits dan ijma'
ulama'. Dasar hukum dari Al-Qur'an adalah:

َ‫ب َعلَى ٱلَّ ِذينَ ِمن قَ ۡبلِڪُمۡ لَ َعلَّ ُكمۡ تَتَّقُون‬


َ ِ‫صيَا ُم َك َما ُكت‬ ْ ُ‫يَ ٰـٓأَيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءا َمن‬
َ ِ‫وا ُكت‬
ِّ ‫ب َعلَ ۡيڪُ ُم ٱل‬

"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas
orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (Al-Baqarah : 183)

Sabda Rasulullah Saw: "Abu Abdurrahman Abdullah bin Umar Bin Khaththab r.a berkata:
"Saya mendengar Rasulullah Saw bersabda : "Islam itu dibina atas lima perkara : 1. Bersaksi
bahwa tiada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya Nabi Muhammad adalah utusan Allah, 2.
Mendirikan shalat, 3. Mengeluarkan zakat, 4. Puasa Ramadhan, 5. Haji ke Baitullah" (H.R.
Bukhari-Muslim).
RUKUN PUASA

Puasa mempunyai dua rukun asasi yaitu:

1. Niat puasa.
2. Menahan diri dari perkara yang membatalkannya, bermula dari terbit fajar hingga
tenggelam matahari.

Penjelasannya adalah sebagai berikut:

1. Niat

Yaitu kehendak (qasad) melakukan puasa[1]. Tempatnya di hati, tidak cukup dengan
hanya melafazkannya dengan lidah dan tidak disyaratkan melafazkannya.[2] Dalil wajib niat
ialah sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

“Sesungguhnya setiap amalan itu bergantung dengan niat.” [Al-Bukhari dan Muslim (1907)].

2. Menahan Diri Dari Perkara Yang Membatalkan Puasa

Perkara-perkara yang membatalkan puasa ialah:

 Makan dan Minum


 Sampainya ‘ain (sesuatu) ke dalam al-jauf (rongga) melalui liang yang terbuka
 Muntah dengan sengaja
 Bersetubuh dengan sengaja walau tanpa keluar air mani
 Al Istimna’
 Haid dan nifas
 Gila dan Murtad
KESUNAHAN DAN KEMAKRUHAN DALAM BERPUASA

Sunah Puasa

Yang dimaksud dengan sunnah puasa adalah segala perbuatan yang dianjurkan oleh
Nabi Muhammad s.a.w (disunnahkan) ketika sedang melakukan ibadah puasa, diantaranya:

1. Menyegerakan Berbuka Puasa Ketika waktu magrib telah tiba atau waktu
diperbolehkannya untuk berbuka puasa bagi semua muslim yang menjalankannya,
maka dianjurkan untuk segera berbuka puasa didahulukan dari pada menjalankan
ibadah-ibadah yang lainnya, termasuk diantaranya menjalankan ibadah sholat
maghrib.
ْ ِ‫واالف‬
‫ط َر‬ ْ ُ‫ اَل يَزَ ا ُل النَّاسُ بِخَ ي ٍْر َما َع َّجل‬:‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
َ ِ‫ع َْن َس ْه ِل ْب ِن َس ْع ٍد قَا َل َرسُوْ ُل هللا‬.

Diceritakan dari Sahal Ibn Sa’ad, Rasulullah s.a.w, bersabda:”manusia


selamanya dalam kebaikan, selama ia menyegerakan berbuka puasa” (Hadits Shahih,
riwayat al-Bukhari dan Muslim)

2. Membaca Do’a Berbuka Puasa. Membaca do’a berbuka puasa sebelum membatalkan
puasa itu perbuatan yang dianjurkan oleh nabi Muhammad s.a.w, sebagai mana
sabdanya:

َ ‫ت َذه‬
‫َب‬ ُ ْ‫ك اَ ْفطَر‬َ ِ‫ت َو َعلَى ِر ْزق‬ ُ َ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم اِ َذا اَ ْفطَ َر قَا َل اَللَّهُ َّم لَك‬
ُ ‫ص ْم‬ َ ‫َع ِن ا ْب ِن َع ْم ٍر َكانَ النَّبِي‬
ُ‫ق َوثَبَتَ ااْل َجْ ُر اِ ْن َشا َء هللا‬ ْ
ُ ْ‫ت ال ُعرُو‬ َّ
ِ َّ‫الظ ْما ُء َوا ْبتَل‬

Diceritakan dari Ibnu Umar; Rasulullah s.a.w, apabila berbuka buasa, ia


berdo’a: “wahai Tuhanku, karena Engkau aku berpuasa, dan atas rizkimu aku
berbuka, maka sirnahlah rasa dahaga dan urat-uratku sekarang jadi basah, dan semoga
pahala puasanya tetap kalau Engakau menghendaki. (Hadits Shahihm riwayat al-
Bukhari dan Muslim)

3. Berbuka dengan Makan Buah Kurma atau Minum Air Putih. Berbuka puasa diawali
dengan memakan buah kurma, dan apabila tidak menemukan buah kurma atau tidak
memilikinya, maka dianjurkan untuk meminum air putih terlebih dahulu sebelum
memakan dan minum yang lainnya.

ٌ َ‫صلِّ َي فَا ِ ْن لَ ْم تَ ُك ْن ُرطَب‬


‫ات فَ َعلَى‬ ٍ ‫ يُ ْف ِط ُر َعلَى ُرطَبَا‬:‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
َ ُ‫ت قَب َْل اَ ْن ي‬ َ ‫س قَا َل َكانَ النَّبِي‬
ٍ َ‫ع َْن اَن‬
ٍ ‫ت فَا ِ ْن لَ ْم تَ ُك ْن َح َسا َح َس َوا‬
‫ت ِم ْن َما ٍء‬ ٍ ‫تَ ْم َرا‬

Dari Anas r.a; “Nabi s.a.w, apbila ia berbuka puasa denga kurma gemading,
sebelum Beliau shalat, apabila tidak ditemukannya, ia berbuka dengan kurma biasa,
kalau tidak ditemukannya, Beliau berbuka dengan beberapa teguk dari air putih”.
( Hadits Shahih, riwayat Abu Daud dan al-Tirmidzi)

4. Makan Sahur Sesudah Tengah Malam. Makan sahur sesudah tengah malam, dengan
maksud supaya menambah kekuatan ketika puasa.
ٌ‫ تَ َس َّحرُوا فَا ِ َّن فِى ال ُّسحُوْ ِر بَ َر َكة‬: ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬ ٍ َ‫ع َْن اَن‬
َ َ‫س ق‬
َ ِ‫ال َرسُو ُل هللا‬

Dari Anas r.a; Rasulullah s.a.w, bersabda: “makan sahurlah kalian, karena
sesungguhnya dalam sahur itu terkandung berkah”. (Hadits Shahih, riwayat al-
Bukhari dan Muslim)

5. Mengakhirkan Sahur. Sahur atau memakan sesuatu di malam hari dengan tujuan
memperkuat diri untuk dapat menjalankan ibadah puasa keesokan harinya, maka
dianjurkan mengakhirkannya sebelum waktu shubuh tiba.
ْ ِ‫ اَل تَ َزا ُل اُ َّمتِي بِخَ ي ٍْر َمااَ َّخرُوا ال َّسحُوْ َر َو َع َّجلُوْ ا اَ ْلف‬:‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
‫ط َر‬ َ َ‫ع َْن اَبِي َذرٍّ ق‬
َ ِ‫ال َرسُو ُل هللا‬

Dari Abu Dzar r.a: Rasulullah s.a.w, bersabda: tidak akan hilang sifat
kebaikan pada diri manusia, selama ia mengakhirkan sahur dan menyegerakan
berbuka puasa”. (Hadits Shahih, riwayat Ahmad)

Kemakruhan Puasa

1- Berkumur dengan sangat sambil mendongakkan kepala, tetapi jika terlanjur


kemasukan air maka batal puasanya

2- Mencicipi makanan tanpa ada keperluan dan tidak sampai masuk, jika terlanjur
masuk maka batal puasanya.

3- Canduk/Hijamah/Bekam yaitu pengobatan dengan mengeluarkan darah kotor,


makhruhkarena dapat melemahkan badan.

4- Memuntahkan air bekas berkumur saat berbuka, karena dapat emnghilangkan


keberkahan puasa

5- Mandi dengan berendam, meskipun mandi tersebut mandi wajib

6- Bersiwak/bersugi setelah waktu matahari tergelincir (wktu Dhuhur), karena dapat


menghilangkan bau pada mulut orang yang berpuasa

7- Terlalu banyak kenyang dan tidur

8- Menghabiskan waktu dengan perbuatan yang tidak bermanfaat (bergurau, dll)


9- Melampiaskan keinginan nafsu yang mubah, baik berupa wewangian,
pemandangan maupun pendengaran.

(Hal-hal yang membatalkan pahala puasa )

1. Ghibah / Membicarakan hal buruk orang lain

2. Namimah / adu domba

3. Kadzib / berbohong

4. Melihat sesuatu dengan syahwat ,baik hal itu haram atau tidak

5. Sumpah palsu
MACAM-MACAM PUASA

Macam Macam Puasa Berdasarkan Hukumnya

1) Puasa wajib

Yang Termasuk kedalam puasa wajib ini diantaranya :

a. Puasa Ramadhan

Puasa Ramadhan adalah puasa wajib yang dikerjakan bagi setiap muslim pada bulan
Ramadhan selama sebulan penuh.

Allah SWT berfirman:

Yang artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana


diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.” (Q.S. Al-Baqarah[2]: 183).

b. Puasa Nadzar

Nadzar secara bahasa berarti janji. Puasa nadzar adalah puasa yang disebabkan karena
janji seseorang untuk mengerjakan puasa. Misalkan, Rudi berjanji jika nanti naik kelas 9 ia
akan berpuasa 3 hari berturut-turut, maka apabila Rudi benar-benar naik kelas ia wajib
mengerjakan puasa 3 hari berturut-turut yang ia janjikan itu.

Berkaitan dengan puasa nadzar, Rasulullah saw pernah bersabda:

Barangsiapa bernadzar akan mentaati Allah (mengerjakan perintahnya), maka


hendaklah ia kerjakan. (H.R. Bukhari)

c. Puasa Kafarat

Kafarat berasal dari kata dasar kafara yang artinya menutupi sesuatu. Puasa kafarat
secara istilah artinya adalah puasa untuk mengganti denda yang wajib ditunaikan yang
disebabkan oleh suatu perbuatan dosa, yang bertujuan menutup dosa tersebut sehingga tidak
ada lagi pengaruh dosa yang diperbuat tersebut, baik di dunia maupun di akhirat.

2) Puasa Sunnah

a. Puasa enam hari di bulan Syawal.

Baik dilakukan secara berturutan ataupun tidak.

Rasulullah saw bersabda, yang artinya: Keutamaan puasa romadhon yang diiringi
puasa Syawal ialah seperti orang yang berpuasa selama setahun (HR. Muslim).
b. Puasa sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah

Yang dimaksud adalah puasa di sembilan hari yang pertama dari bulan ini, tidak
termasuk hari yang ke-10. Karena hari ke-10 adalah hari raya kurban dan diharamkan untuk
berpuasa.

c. Puasa hari Arafah

Yaitu puasa pada hari ke-9 bulan Dzuhijjah. Keutamaannya, akan dihapuskan dosa-
dosa pada tahun lalu dan dosa-dosa pada tahun yang akan datang (HR. Muslim). Yang
dimaksud dengan dosa-dosa di sini adalah khusus untuk dosa-dosa kecil, karena dosa besar
hanya bisa dihapus dengan jalan bertaubat.

d. Puasa Muharrom

Yaitu puasa pada bulan Muharram terutama pada hari Assyuro’. Keutamaannya puasa
ini, sebagaimana disebutkan dalam hadist riwayat Bukhari, yakni puasa di bulan ini adalah
puasa yang paling utama setelah puasa bulan Romadhon.

e. Puasa Assyuro’

Hari Assyuro’ adalah hari ke-10 dari bulan Muharram. Nabi shalallahu ‘alaihi
wasssalam memerintahkan umatnya untuk berpuasa pada hari Assyuro’ ini dan
mengiringinya dengan puasa 1 hari sebelum atau sesudahnhya. Hal ini bertujuan untuk
menyelisihi umat Yahudi dan Nasrani yang hanya berpuasa pada hari ke-10. Keutamaan:
akan dihapus dosa-dosa (kecil) di tahun sebelumnya (HR. Muslim).

f. Puasa Sya’ban.

Yang dimaksud puasa Sya’ban adalah memperbanyak puasa pada bulan Sya’ban.
Keutamaan: Bulan ini adalah bulan di mana semua amal diangkat kepada Rabb semesta alam
(HR. An-Nasa’i & Abu Daud, hasan).

g. Puasa Senin dan Kamis.

Nabi telah menyuruh ummatnya untuk puasa pada hari Senin dan Kamis. Hari Senin
adalah hari kelahiran Nabi Muhammad sedangkan hari Kamis adalah hari di mana ayat Al-
Qur’an untuk pertama kalinya diturunkan. Perihal hari Senin dan Kamis, Rasulullah juga
telah bersabda:

“Amal perbuatan itu diperiksa pada setiap hari Senin dan Kamis, maka saya senang
diperiksa amal perbuatanku, sedangkan saya sedang berpuasa. (HR Tirmidzi)

h. Puasa Tengah Bulan (tiga hari setiap bulan Qamariyah).

Disunnahkan untuk melakukannya pada hari-hari putih (Ayyaamul Bidh) yaitu


tanggal 13, 14, dan 15 setiap bulan qamariyah.
i. Puasa Dawud.

Cara mengerjakan puasa nabi Dawud adalah dengan sehari puasa sehari tidak puasa,
atau selang-seling. Puasa nabi Dawud adalah puasa yang paling disukali oleh Allah swt. (HR.
Bukhari-Muslim).

3) Puasa Makruh

Kapan puasa hukumnya makruh? Puasa yang makruh dilakukan adalah puasa pada hari Jumat
dan Sabtu yang tidak bermaksud mengqadha’ Ramadhan, membayar nadzar atau kafarat, atau
tidak diniatkan untuk puasa sunnah tertentu. Jadi seseorang yang puasa pada hari Jumat atau
Sabtu dengan niat mengqadha’ puasa Ramadhan tidak termasuk puasa makruh.

Misal tanggal 9 Dzulhijjah jatuh pada hari Sabtu maka puasa hari Sabtu pada waktu itu
menjadi puasa sunnah bukan makruh. Ada pendapat lain yang lebih keras bahkan
menyatakan bahwa puasa pada hari Jumat tergolong puasa haram jika dilakukan tanpa
didahului hari sebelum atau sesudahya.

4) Puasa Haram

Ada puasa pada waktu tertentu yang hukumnya haram dilakukan, baik karena waktunya atau
karena kondisi pelakukanya.

a. Hari Raya Idul Fitri

Tanggal 1 Syawwal telah ditetapkan sebagai hari raya sakral umat Islam. Hari itu
adalah hari kemenangan yang harus dirayakan dengan bergembira. Karena itu syariat telah
mengatur bahwa di hari itu tidak diperkenankan seseorang untuk berpuasa sampai pada
tingkat haram. Meski tidak ada yang bisa dimakan, paling tidak harus membatalkan puasanya
atau tidak berniat untuk puasa.

b. Hari Raya Idul Adha

Hal yang sama juga pada tanggal 10 Zulhijjah sebagai Hari Raya kedua bagi umat
Islam. Hari itu diharamkan untuk berpuasa dan umat Islam disunnahkan untuk menyembelih
hewan Qurban dan membagikannya kepada fakir msikin dan kerabat serta keluarga. Agar
semuanya bisa ikut merasakan kegembiraan dengan menyantap hewan qurban itu dan
merayakan hari besar

c. Hari Tasyrik

Hari tasyrik adalah tanggal 11, 12 dan 13 bulan Zulhijjah. Pada tiga hari itu umat
Islam masih dalam suasana perayaan hari Raya Idul Adha sehingga masih diharamkan untuk
berpuasa. Pada tiga hari itu masih dibolehkan utnuk menyembelih hewan qurban sebagai
ibadah yang disunnahkan sejak zaman nabi Ibrahim as.
d. Puasa sepanjang tahun / selamanya

Diharamkan bagi seseorang untuk berpuasa terus setiap hari. Meski dia sanggup untuk
mengerjakannya karena memang tubuhnya kuat. Tetapi secara syar`i puasa seperti itu
dilarang oleh Islam.
HIKMAH PUASA

Yang Pertama, seharusnya kita ketahui bahwa sesungguhnya di antara Nama-nama Allah
Ta’ala Yang Indah adalah Al-Hakim (Maha Bijaksana). Pecahan kata Al-Hakim adalah “Al-
Hukmu” dan “Al-Hikmah”. Maka hanya milik Allah semata hukum-Nya, dan hukum-hukum-Nya
subhanahu wa ta’ala sarat dengan hikmah, sempurna dan teliti.

Kedua: Sesungguhnya pada setiap hukum Allah pasti mengandung hikmah-hikmah yang
agung. Terkadang kita dapat mengetahuinya, terkadang akal kita tidak dapat menjangkaunya, dan
terkadang kita mengetahui sebagian sedangkan yang tersembunyi masih banyak.

Ketiga: Allah Ta’ala telah menyebutkan hikmah disyariatkannya berpuasa dan


mewajibkannya kepada kita dalam firmannya:

( َ‫ب َعلَى الَّ ِذينَ ِم ْن قَ ْبلِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّقُون‬


َ ِ‫صيَا ُم َك َما ُكت‬ َ ِ‫ ) يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ُكت‬183 :‫سورة البقرة‬
ِّ ‫ب َعلَ ْي ُك ْم ال‬

"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana


diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” ( QS. Al-Baqarah: 183).

Maka berpuasa adalah sarana untuk merealisasikan ketaqwaan. Taqwa adalah menjalankan apa
yang diperintahkan Allah dan meninggalkan apa yang dilarang-Nya. Maka puasa adalah di antara
sebab yang agung yang membantu seorang hamba menjalankan perintah-perintah agama.

Para ulama rahimahumullah telah menyebutkan hikmah disyariatkannya berpuasa. Semuanya


adalah perilaku taqwa. Akan tetapi tidak mengapa disebutkan agar orang yang berpuasa
memperhatikannya dan menjaga untuk direalisasikannya. Di antara hikmah-hikmah berpuasa:

1. Sarana mensyukuri nikmat. Puasa adalah menahan diri dari makan, minum dan
berhubungan badan. Ini adalah kenikmatan tertinggi, karena dengan menahan diri dari
menikmati nikmat tersebut pada waktu tertentu akan membuatnya mengetahui nilai nikmat
tersebut. Karena kenikmatan sesuatu yang tidak diketahui (nilainya), dan baru diketahui kalau
dia hilang . Maka hal itu akan membantunya untuk memenuhi haknya dengan
mensyukurinya.
2. Sarana untuk meninggalkan sesuatu yang haram. Karena jika jiwa mampu diarahkan
untuk menahan dari yang halal demi mengharap ridha dan takut akan pedihnya siksaan.
Maka, dia akan lebih mampu lagi diarahkan untuk menahan dari yang haram. Maka berpuasa
adalah sebab untuk menahan diri dari sesuatu yang diharamkan Allah.

3. Mengalahkan hawa nafsu. Karena jiwa ini kalau kenyang, dia akan mengangankan
syahwat, tapi kalau lapar akan menahan apa yang diinginkan. Oleh karena itu Nabi sallallahu
’alaihi wa sallam bersabda:

ِ ْ‫صنُ لِ ْلفَر‬
ُ‫ج َو َم ْن لَ ْم يَ ْستَ ِط ْع فَ َعلَ ْي ِه بِالصَّوْ ِم فَإِنَّه‬ َ ْ‫ص ِر َوأَح‬
َ َ‫ب َم ْن ا ْستَطَا َع ْالبَا َءةَ فَ ْليَتَزَ َّوجْ فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِ ْلب‬
ِ ‫يا َم ْع َش َر ال َّشبَا‬
)1400 ‫ رقم‬،‫ مسلم‬، 5066 ‫ رقم‬،‫لَهُ ِو َجا ٌء (رواه البخاري‬

“Wahai para pemuda! Siapa yang sudah memiliki kemampuan (biologis maupun
bekal materi), maka (bersegerahlah) menikah. Karena hal itu dapat menahan pandangan dan
menjaga kemaluan. Sedangkan bagi yang belum mampu (menikah), hendaklah dia berpuasa,
karena hal itu (menjadi) benteng baginya.” (HR. Bukhari, no. 5066, Muslim, no. 1400)

4. Menumbuhkan sifat kasih sayang terhadap orang miskin. Karena orang yang berpuasa
ketika merasakan beratnya lapar beberapa saat, dia akan teringat orang yang merasakan
kondisi seperti ini sepanjang waktu, sehingga dia bersegera menyantuni, menyayangi dan
berbuat baik kepadanya. Sehingga puasa menjadi sebab menyayangi orang miskin.

5. Mengalahkan setan dan melemahkannya. Maka kekuatannya membisikkan (keburukan)


kepada manusia melemah sehingga potensi kemaksiatannya berkurang. Karena setan masuk
ke tubuh Anak Aadam lewat pembuluh darah, Sebagaimana di sabdakan Nabi sallallahu
’alaihi wa sallam. Maka dengan puasa, tempat masuk setan akan menyempit dan akhirnya
melemahkan dan mengurangi gerakannya.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata dalam kitab Majmu’ Fatawa, 25/246: "Tidak
diragukan lagi bahwa darah bersumber dari makanan dan minuman. Jika seseorang makan
atau minum, maka jalan masuk bagi setan –yaitu darah- akan semakin luas, dan kalau dia
berpuasa, jalan masuk setan akan menyempit. Akibatnya jiwa akan memiliki kekuatan
melakukan kebaikan dan meninggalkan kemunkaran."
6. Melatih diri untuk muroqabatullah (merasa di awasi oleh Allah). Sehingga dia
meninggalkan (kemaksiatan) yang diinginkan meskipun dia mampu (melaksanakannya),
karena dia menyadari bahwa Allah melihatnya.

7. Menumbuhkan sifat zuhud terhadap dunia dan syahwatnya, serta pengharapan (dengan
kebaikan yang ada) di sisi Allah Ta’ala.

8. Membiasakan seorang mukmin banyak (melakukan) ketaatan, karena orang yang


berpuasa umumnya banyak melakukan ketaatan, sehingga akhirnya menjadi terbiasa.

Anda mungkin juga menyukai