Anda di halaman 1dari 5

BAGAIMANA NABI MUHAMMAD SAW BERPUASA DI BULAN RAMADHAN

Ramadhan adalah bulan yang sangat istimewa bagi umat Islam, Mereka merayakannya dengan
penuh keceriaan dan berlomba-lomba memperbanyak pahala lewat amalan-amalan sholeh. Di siang
hari, ada kewajiban puasa. Di malam hari, ada banyak amalan sunah dengan pahala berlipat ganda
seperti sholat Tarawih, membaca Alquran, memberi santunan, dan lain sebagainya.

Puasa Ramadhan adalah ibadah yang disyariatkan pada tahun kedua, dan ini fase Madinah. Dan
puasa Ramadhan termasuk salah rukun islam, dan sepakat ulama hukum puasa dibulan Ramadhan
adalah wajib.

Kita mencoba untuk menelusuri bagaimana Rasulullah SAW menjalankan Puasa di bulan Ramadhan.

Nabi Muhammad berpuasa sembilan kali Ramadhan sepanjang hayatnya: delapan kali berpuasa
selama 29 hari dan sekali berpuasa selama 30 hari. Dalam sistem kalender Hijriyah –yang dipakai
umat Islam- setiap bulannya itu 29 hari dan terkadang 30 hari, tidak sampai 31 hari sebagaimana
sistem kalender Masehi.

Adapun Rosulullah SAW dalam menjalankan Puasa sebagai berikut :

1. Rosulullah SAW berpuasa setelah melihat Hilal Ramadhan


Jika beliau sudah benar-benar melihat hilal atau berdasarkan berita dari orang yang bisa dipercaya
tentang munculnya hilal atau dengan menyempurnakan bilangan Sya’bân menjadi tiga puluh. Dalam
menerima berita terbitnya hilal ini dari siapa saja sekalipun dari satu orang dengan catatan orang
tersebut bisa dipercaya.

2. Berniat sejak Malam


Diriwayatkan dari Hafsah, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda:
‫ِص‬
‫َمْن ْمَل ُيَبِّيْت الِّص َياَم َقْبَل ُطُلوِع اْلَف ْج ِر َفاَل َياَم َلُه‬
“Barang siapa yang tidak berniat untuk puasa Ramadhan sejak malam, maka tak ada puasa baginya.”
(HR Abu Dawud).

3. Mengakhirkan Sahur
Makan sahur itu disepakati oleh para ulama, hukumnya sunnah.
Mengenai anjuran makan sahur disebutkan dalam hadits,

‫َتَس َّح ُر وا َفِإَّن ىِف الَّس ُح وِر َبَر َك ًة‬


“Makan sahurlah karena sesungguhnya pada sahur itu terdapat berkah.” (HR. Bukhari no. 1923 dan
Muslim no. 1095).

Namun waktu makan sahur yang terbaik adalah diakhirkan, artinya masih dibolehkan makan selama
belum yakin tibanya fajar shubuh. Tujuan mengakhirkan makan sahur adalah untuk lebih
menguatkan badan. Mengenai sunnah mengakhirkan makan sahur di sini disebutkan dalam hadits,

‫ « َال َتَز اُل ُأَّم ىِت َخِبٍرْي َم ا َعَّجُلوا‬-‫صلى اهلل عليه وسلم‬- ‫َعْن َأىِب َذٍّر َقاَل َقاَل َرُس وُل الَّلِه‬
‫» اِإل ْفَطاَر َو َأَّخ ُر وا الُّس ُح وَر‬
Dari Abu Dzar, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Umatku senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan waktu berbuka dan
mengakhirkan sahur.”(HR. Ahmad 5: 147. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits
ini dho’if).

Zaid bin Tsabit berkata, “Kami pernah makan sahur bersama Rasulullah SAW. Kemudian kami
melaksanakan shalat. Kemudian saya bertanya: ‘Berapa lamakah waktu antara keduanya (antara
makan sahur dengan salat)?’ Rasulullah menjawab, ‘Selama bacaan lima puluh ayat’,” (HR. Shahih).

Jika 50 ayat itu sekitar 10 menit, maka berhenti makan dan minum lalu selang waktu 10 menit
kemudian melaksanakan shalat subuh.

4. Menyegerakan Buka Puasa


Yang dimaksud di sini adalah ketika matahari telah benar-benar tenggelam, langsung disegerakan
waktu berbuka puasa. Dalam kitab Hasyaih Al Baijuri (1: 562) disebutkan bahwa hukum berbuka
puasa adalah wajib karena diharamkan melakukan puasa wishol yaitu berpuasa terus menerus
selama dua hari atau lebih, tanpa berbuka.

Dalil tentang menyegerakan berbuka puasa adalah dari Sahl bin Sa’ad radhiyallahu ‘anhu, ia berkata
bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫ِف‬ ‫ٍرْي‬
‫َال َيَز اُل الَّناُس َخِب َم ا َعَّجُلوا اْل ْطَر‬
“Manusia senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan waktu berbuka.” (HR.
Bukhari no. 1957 dan Muslim no. 1098)

Bahkan menyegerakan waktu berbuka bertujuan untuk menyelisihi Yahudi dan Nashrani
sebagaimana disebutkan dalam hadits,

‫َال َيَز اُل الِّديُن َظاِه ًر ا َم ا َعَّج َل الَّناُس اْلِف ْطَر َألَّن اْلَيُه وَد َو الَّنَص اَر ى ُيَؤ ِّخ ُر وَن‬
“Islam tetap terus jaya ketika manusia menyegerakan waktu berbuka karen Yahudi dan Nashrani
sering mengakhirkannya.” (HR. Abu Daud no. 2352 dan Ahmad 2: 450).

5. Berdo’a Ketika Berbuka


Perlu diketahui bersama bahwa ketika berbuka puasa adalah salah satu waktu terkabulnya do’a.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫ُة اْل ْظُلوِم‬ ‫ِط‬ ‫ِئ ِح‬ ‫ِد‬
‫َثَالَثٌة َال ُتَر ُّد َدْع َو ُتُه ُم اِإل َم اُم اْلَعا ُل َو الَّص ا ُم َني ُيْف ُر َو َدْع َو َم‬
“Ada tiga orang yang do’anya tidak ditolak : (1) Pemimpin yang adil, (2) Orang yang berpuasa ketika
dia berbuka, (3) Do’a orang yang terdzolimi.”(HR. Tirmidzi).

Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika berbuka beliau
membaca do’a berikut ini,
‫ِت‬
‫َذَه َب الَّظَم ُأ َو اْبَتَّل اْلُعُر وُق َو َثَبَت اَألْج ُر ِإْن َش اَء الَّلُه‬
“Dzahabazh zhoma’u wabtallatil ‘uruqu wa tsabatal ajru insya Allah (artinya: Rasa haus telah hilang
dan urat-urat telah basah, dan pahala telah ditetapkan insya Allah)”(HR. Abu Daud)

Bisa juga dengan Doa :


‫ِق‬
‫الَّلُه َّم َلَك ُصْم ُت َو َعَلى ِر ْز َك َأْفَطْر ُت‬
“Allahumma laka shumtu wa ‘ala rizqika afthartu/ Ya Allah, aku berpuasa hanya untuk-Mu dan aku
berbuka dengan rezeki-Mu. (Diriwayatkan oleh Abu Dawud di dalam Sunan Abu Dawud).

6. Makan Kurma dan Madu saat Sahur dan Berbuka


Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berbuka puasa sebelum menunaikan shalat Maghrib dan
bukanlah menunggu hingga shalat Maghrib selesai dikerjakan. Sebagaimana Anas bin Malik
radhiyallahu ‘anhu berkata,
‫ِإ‬ ‫ٍت‬ ‫ِط‬ ‫ِه‬
‫ ُيْف ُر َعَلى ُر َطَبا َقْبَل َأْن ُيَص ِّلَى َف ْن ْمَل َتُك ْن‬-‫صلى اهلل عليه وسلم‬- ‫َك اَن َرُس وُل الَّل‬
‫اٍت ِم اٍء‬ ‫ٍت ِإ‬
‫ُر َطَباٌت َفَعَلى َمَتَر ا َف ْن ْمَل َتُك ْن َح َس ا َح َسَو ْن َم‬
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasanya berbuka dengan rothb (kurma basah) sebelum
menunaikan shalat. Jika tidak ada ruthob (kurma basah), maka beliau berbuka dengan tamr (kurma
kering). Dan jika tidak ada yang demikian beliau berbuka dengan seteguk air.” (HR. Abu Daud no.
2356 dan Ahmad 3: 164. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih).

Yang dianjurkan ketika berbuka adalah dengan ruthob (kurma basah), lalu tamr (kurma kering). Jika
tidak didapati kurma, maka boleh digantikan dengan makanan yang manis-manis. Di sini dianjurkan
dengan yang manis-manis ketika berbuka karena yang manis tersebut semakin menguatkan orang
yang berpuasa. Sedangkan berbuka puasa dengan air bertujuan untuk menyucikan atau
menyegarkan. Adapun jika berada di Makkah, dianjurkan berbuka dengan air zam-zam. Lihat
Kifayatul Akhyar, hal. 251-252.

7. Meninggalkan Kata-Kata Kotor


Orang yang berpuasa sangat ditekankan untuk meninggalkan ghibah (menggunjing orang lain) dan
meninggalkan dusta, begitu juga meninggalkan perbuatan haram lainnya. Dari Abu Hurairah, Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫ِل ِه‬ ‫ِه‬
‫َمْن ْمَل َيَدْع َقْو َل الُّز وِر َو اْلَعَم َل ِب َفَلْيَس َّل َح اَج ٌة ىِف َأْن َيَد َع َطَعاَم ُه َو َش َر اَبُه‬
“Barangsiapa yang tidak meninggalkan dusta dan malah melakukan konsekuensinya, maka Allah
tidak pandang lagi pada makan dan minum yang ia tinggalkan.” (HR. Bukhari no. 1903).

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫َّس‬ ‫ال‬ ‫ُّظ ِم ِق اِمِه‬ ‫ُر َّب َص اِئٍم َح ُّظُه ِم ْن ِص َياِمِه اُجْلوُع َو اْلَعَطُش َو ُر َّب َقاِئٍم‬
‫ُر‬ ‫َه‬ ‫َح ُه ْن َي‬
“Betapa banyak orang yang hanya dapati dari puasa rasa lapar dan dahaga saja. Dan betapa banyak
orang yang shalat malam hanya mendapatkan rasa capek saja.” (HR. Ahmad 2: 373 dan Ibnu Majah
no. 1690. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini jayyid).

Syaikh Prof. Dr. Musthofa Al Bugho berkata bahwa mencela, berdusta, ghibah (menggunjing),
namimah (mengadu domba) dan semacamnya termasuk perbuatan yang haram secara zatnya.
Namun dari sisi orang yang berpuasa, hal ini lebih berbahaya karena bisa menghapuskan pahala
puasa, walau puasanya itu sah dan telah dianggap menunaikan yang wajib. Sehingga perkara ini
tepat dimasukkan dalam adab dan sunnah puasa. Lihat Al Fiqhu Al Manhaji, hal. 347.

8. Rajin Membaca Al-Quran

Imam Az-Zuhri berkata,“Apabila datang Ramadan, maka kegiatan utama kita selain berpuasa adalah
membaca Al-Qur’an.” Bacalah dengan tajwid yang baik dan tadabburi, pahami, dan amalkan isinya.
Insya Allah, kita akan menjadi insan yang berkah.
Ramadan adalah bulan yang penuh berkah. Pada bulan ini Al-Quran pertama kali diturunkan. Oleh
karena itu, Rasulullah SAW lebih sering membaca Al-Quran pada bulan ini dibandingkan pada bulan-
bulan lainnya. Manfaat membaca Al-Quran juga memberi kita banyak sekali pelajaran dalam
kehidupan sehari-hari.

9. Memberikan Makanan Berbuka Puasa.


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫َمْن َفَّطَر َص اِئًم ا َك اَن َلُه ِم ْثُل َأْج ِرِه َغْيَر َأَّنُه َال َيْنُقُص ِم ْن َأْج ِر الَّص اِئِم َش ْيًئا‬
“Siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa
tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga.( HR. Tirmidzi no. 807,
Ibnu Majah no. 1746, dan Ahmad 5/192)

Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih banyak lagi
melakukan kebaikan di bulan Ramadhan. Beliau memperbanyak sedekah, berbuat baik, membaca Al
Qur’an, shalat, dzikir dan i’tikaf.” ( Zaadul Ma’ad, 2/25 )

Dengan banyak berderma melalui memberi makan berbuka dan sedekah sunnah dibarengi dengan
berpuasa itulah jalan menuju surga.[ Lihat Lathoif Al Ma’arif, 298]

Dari ‘Ali, ia berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

« ‫ َفَق اَم َأْع َر اٌّىِب َفَق اَل‬.» ‫ُبُطوَهِنا َو ُبُطوُنَه ا ِم ْن ُظُه وِر َه ا‬ ‫ِم‬ ‫ِإ ىِف ِة‬
‫َّن اَجْلَّن ُغَر ًفا ُتَر ى ُظُه وُر َه ا ْن‬
‫َأَطا اْلَك َال َأْط الَّط ا َأ ا الِّص ا َّلى ِلَّلِه‬ ‫ِل‬ ‫ِه‬ ‫ِل ِه‬
‫َم َو َعَم َع َم َو َد َم َي َم َو َص‬ ‫َب‬ ‫َم ْن َى َيا َرُس وَل الَّل َقاَل « َم ْن‬
‫ِن‬
‫» ِبالَّلْيِل َو الَّناُس َياٌم‬
“Sesungguhnya di surga terdapat kamar-kamar yang mana bagian luarnya terlihat dari bagian dalam
dan bagian dalamnya terlihat dari bagian luarnya.” Lantas seorang arab baduwi berdiri sambil
berkata, “Bagi siapakah kamar-kamar itu diperuntukkan wahai Rasululullah?” Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam menjawab: “Untuk orang yang berkata benar, yang memberi makan, dan yang senantiasa
berpuasa dan shalat pada malam hari diwaktu manusia pada tidur. (HR. Tirmidzi no. 1984)

10. Menggosok gigi


Disunnahkan bagi orang yang berpuasa untuk menggosok gigi ketika sedangberpuasa, tanpa
membedakan apakah dilakukan pada waktu pagi ataupun petang.

Tirmidzi berkata, “Menurut Syaf i, tidak ada larangan menggosok gigibaik dilakukan pada waktu pagi
maupun petang.”

Rasulullah saw. Selalu menggosok gigi ketika sedang berpuasa.’ Uraian tentang masalah ini telah
dijelaskan pada bagian pertama. Bagian yangberkeinginan untuk merujuk, silakan dibaca padanya.

Referensi :

Fiqih Sunnah li sayyid sabiq jilid 1. Bab tentang Puasa dan adab – adab Puasa.

Sumber https://rumaysho.com/417-menghidupkan-bulan-ramadhan-dengan-sunnah-puasa196.html
H. Sulaiman Rasyid. Fiqh Islam. Penerbit Sinar Baru Algensindo, Bandung, 2013.

Ahmad Isa Asyur. Al Fiqhul Muyassar, Bagian Ibadat. Penerbit Pustaka Amani, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai