Anda di halaman 1dari 13

TATA CARA MAKAN SAHUR

TRIBUNBATAM.id - Umat Islam di Tanah Air mulai besok, Kamis 23 Maret


2023 akan menjalankan ibadah sahur.
Sahur adalah aktivitas makan dan minum pada dini hari sebelum waktu
subuh bagi yang menjalankan puasa.
Setelah sahur umat Muslim biasanya melanjutkan dengan ibadah Salat
Subuh dan ibadah-ibadah lain sebelum beraktivitas normal.
Sahur merupakan aktivitas mengawali puasa yang biasanya ditutup
dengan berbuka atau makan dan minum saat matahari terbenam.
Sebagai syarat berpuasa, tentu melaksanakan sahur tak boleh asal-asalan.
Anda yang mungkin sudah lupa, Tribun Batam coba mengingatkan bahwa
ada doa makan sahur agar puasa terasa lebih sempurna.
Di mana bacaan doa makan sahur dibarengi dengan doa niat puasa
Ramadhan.
Agar sah menjalankan puasa Ramadhan, doa sahur dan niat puasa tidak
boleh dilewatkan.
Niat puasa Ramadhan ini bisa dibacakan sebelum sahur ataupun saat
waktu makan sahur.
Sahur dikatakan sebagai waktu makan terpenting selama bulan suci
Ramadhan.
Karena sahur memberi energi yang dibutuhkan untuk mempertahankan
jam puasa.
Membaca doa sahur dan niat sahur dimaksudkan agar kita mendapat
keberkahan dan rahmat dari Allah SWT.
Dan berikut adalah bacaan yang bisa dilafalkan saat melaksanakan
ibadah makan sahur.
Bismillahirrahmanirrahim Yarhamullahul mutasahhirin.
Halaman selanjutnya 

Artikel ini telah tayang di TribunBatam.id dengan judul Besok Sahur Perdana Puasa Ramadhan
2023, Simak Bacaan Doa dan Niatnya Teks
Latin, https://batam.tribunnews.com/2023/03/22/besok-sahur-perdana-puasa-ramadhan-2023-
simak-bacaan-doa-dan-niatnya-teks-latin.
Hukum Makan Sahur di Bulan Ramadhan dan Dalilnya
Rifan Aditya
Rabu, 22 Februari 2023 | 20:28 WIB

Ilustrasi sahur bareng keluarga - sahur hukumnya apa. [Istimewa]

Suara.com - Sahur  merupakan salah satu anjuran Rasulullah SAW yang dilakukan saat
menjalankan puasa di bulan Ramadan. Lalu sahur hukumnya  apa?
Umat Islam menjalankan puasa dan bangun di waktu sahur untuk menyantap makanan
sebelum berpuasa. Biasanya sahur dilakukan di sepertiga malam hingga sebelum adzan
subuh dikumandangkan.

Dengan mengonsumsi makanan sebelum puasa, tubuh akan mendapatkan energi untuk
melaksanakan ibadah puasa selama satu hari penuh.

Namun, tak jarang orang melewatkan makan sahur karena telat bangun maupun berbagai
alasan lainnya. Sehingga pemahaman lebih dalam tentang hukum makan sahur  perlu
diketahui. 

Baca Juga:Contoh Kultum Tarawih Ramadhan Singkat dan Penuh Makna

Makan sahur adalah ibadah sunnah sebagaimana diriwayatkan oleh Anas bin Malik RA,
Rasulullah SAW pernah bersabda, "Makan sahurlah kalian karena sesungguhnya di dalam
sahur itu terdapat berkah." (HR. Bukhari dan Muslim). 

Sementara itu, sahur juga memiliki sejumlah keutamaan seperti mendapatkan makanan
penuh berkah hingga mendapatkan waktu yang terbaik untuk memohon ampunan dari
Allah SWT.

6 Hal Sunnah Puasa


Muhammad Abduh Tuasikal, MSc  Follow on TwitterSend an emailAugust 8, 2009

0 66,909 9 minutes read

Facebook Twitter LinkedIn Tumblr Pinterest Reddit VKontakte Odnoklassniki Pocket
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita
Muhammad, keluarga dan sahabatnya. Berikut rumaysho.com akan menjabarkan
beberapa hal yang disunnahkan ketika puasa. Semoga kita bisa mengamalkannya.
Daftar Isi  tutup 

1. Mengakhirkan Sahur

2. Menyegerakan berbuka

3. Berbuka dengan kurma jika mudah diperoleh atau dengan air.

4. Berdo’a ketika berbuka

5. Memberi makan pada orang yang berbuka.

6. Lebih banyak berderma dan beribadah di bulan Ramadhan

1. Mengakhirkan Sahur
Disunnahkan bagi orang yang hendak berpuasa untuk makan sahur. Al Khottobi
mengatakan bahwa makan sahur merupakan tanda bahwa agama Islam selalu
mendatangkan kemudahan dan tidak mempersulit.[1] Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam  bersabda,

َّ ‫مَنْ َأرَ ا َد َأنْ يَصُو َم َف ْليَتَس‬


َ ‫َحرْ ِب‬
‫شىْ ٍء‬
“Barangsiapa ingin berpuasa, maka hendaklah dia bersahur.”[2]
Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan demikian karena di dalam sahur
terdapat keberkahan. Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,

ِ ‫تَس ََّحرُ وا َفِإنَّ ِفى الس َُّح‬


‫ور بَرَ َك ًة‬
“Makan sahurlah karena sesungguhnya pada sahur itu terdapat berkah.”[3] An
Nawawi rahimahullah  mengatakan, “Karena dengan makan sahur akan semakin kuat
melaksanakan puasa.”[4]
Makan sahur juga merupakan pembeda antara puasa kaum muslimin dengan puasa
Yahudi-Nashrani (ahlul kitab). Dari Amr bin ‘Ash radhiyallahu ‘anhu,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫ب َأ ْكلَ ُة الس ََّح ِر‬
ِ ‫صي َِام َأ ْه ِل ا ْل ِكتَا‬ ِ َ‫َفصْ ُل مَا بَيْن‬
ِ َ‫صيَا ِمنَا و‬
“Perbedaan antara puasa kita (umat Islam) dan puasa ahlul kitab terletak pada makan
sahur.”[5] At Turbasyti mengatakan, “Perbedaan makan sahur kaum muslimin dengan
ahlul kitab adalah Allah Ta’ala membolehkan pada umat Islam untuk makan sahur
hingga shubuh, yang sebelumnya hal ini dilarang pula di awal-awal Islam. Bagi ahli kitab
dan di masa awal Islam, jika telah tertidur, (ketika bangun) tidak diperkenankan lagi
untuk makan sahur. Perbedaan puasa umat Islam (saat ini) yang menyelisihi ahli kitab
patut disyukuri karena sungguh ini adalah suatu nikmat.”[6]
Sahur ini hendaknya tidak ditinggalkan walaupun hanya dengan seteguk air
sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
َّ‫الس َُّحورُ َأ ْكلُ ُه بَرَ َك ٌة َفالَ تَدَعُ و ُه وَ لَوْ َأنْ ي َْجرَ َع َأ َح ُد ُك ْم َجرْ عَ ًة ِمنْ مَا ٍء َفِإنَّ اللَّ َه عَ ز‬
َ َ‫وَ َج َّل وَ َمالَِئ َكتَ ُه يُصَ لُّونَ عَ لَى ال ُمت‬
َ‫س ِّح ِرين‬
“Sahur adalah makanan yang penuh berkah. Oleh karena itu, janganlah kalian
meninggalkannya sekalipun hanya dengan minum seteguk air. Karena sesungguhnya
Allah dan para malaikat bershalawat kepada orang-orang yang makan sahur.”[7]
Disunnahkan untuk mengakhirkan waktu sahur hingga menjelang fajar. Hal ini dapat
dilihat dalam hadits berikut. Dari Anas, dari Zaid bin Tsabit, ia berkata,

َ‫ ُق ْلتُ َك ْم َكان‬.ِ‫صالَة‬
َّ ‫ ثُ َّم ُقمْ نَا ِإلَى ال‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫تَس ََّحرْ نَا مَعَ رَ سُو ِل اللَّ ِه‬
.‫َقدْرُ مَا بَ ْينَ ُهمَا َقا َل خَ مْ ِسينَ آيَ ًة‬
“Kami pernah  makan sahur bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian  kami
pun  berdiri untuk menunaikan shalat. Kemudian Anas  bertanya pada Zaid, ”Berapa lama
jarak antara  adzan Shubuh[8]  dan sahur kalian?” Zaid  menjawab, ”Sekitar  membaca  50
ayat”.[9] Dalam riwayat Bukhari dikatakan, “Sekitar membaca 50 atau 60 ayat.”
Ibnu Hajar mengatakan, “Maksud sekitar membaca 50 ayat artinya waktu makan sahur
tersebut tidak terlalu lama dan tidak pula terlalu cepat.” Al Qurthubi mengatakan,
“Hadits ini adalah dalil bahwa batas makan sahur adalah sebelum terbit fajar.”

Di antara faedah mengakhirkan waktu sahur sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Hajar
yaitu akan semakin menguatkan orang yang berpuasa. Ibnu Abi Jamroh berkata,
“Seandainya makan sahur diperintahkan di tengah malam, tentu akan berat karena
ketika itu masih ada yang tertidur lelap, atau barangkali nantinya akan meninggalkan
shalat shubuh atau malah akan begadang di malam hari.”[10]
Bolehkah Makan Sahur Setelah Waktu Imsak (10 Menit Sebelum Adzan Shubuh)?
Syaikh ‘Abdul Aziz bin ‘Abdillah bin Baz –pernah menjabat sebagai ketua Al Lajnah Ad
Da-imah (Komisi fatwa Saudi Arabia)- pernah ditanya, “Beberapa organisasi dan yayasan
membagi-bagikan Jadwal Imsakiyah di bulan Ramadhan yang penuh berkah ini. Jadwal
ini khusus berisi waktu-waktu shalat. Namun dalam jadwal tersebut ditetapkan bahwa
waktu imsak (menahan diri dari makan dan minum, -pen) adalah 15 menit sebelum
adzan shubuh. Apakah seperti ini memiliki dasar dalam ajaran Islam? “

Syaikh rahimahullah menjawab:
Saya tidak mengetahui adanya dalil tentang penetapan waktu imsak 15 menit sebelum
adzan shubuh. Bahkan yang sesuai dengan dalil Al Qur’an dan As Sunnah, imsak (yaitu
menahan diri dari makan dan minum, -pen) adalah mulai terbitnya fajar (masuknya
waktu shubuh). Dasarnya firman Allah Ta’ala,
‫ْط اَأْلسْوَ ِد ِمنَ ا ْل َف ْج ِر‬
ِ ‫اشرَ بُوا َحتَّى يَتَبَيَّنَ لَ ُك ُم ا ْلخَ ْيط ُ اَأْل ْبيَضُ ِمنَ ا ْلخَ ي‬
ْ َ‫وَ ُكلُوا و‬
“Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu
fajar.” (QS. Al Baqarah: 187)
Juga dasarnya adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
َّ ‫ وَ َف ْج ٌر ت ُْحرَ ُم ِف ْي ِه ال‬، ‫ َف ْج ٌر ي ُْحرَ ُم الطَّعَا ُم وَ تَ ِح ُّل ِف ْي ِه الصَّ الَ ُة‬، ‫ان‬
‫صالَ ُة‬ ِ َ‫ال َف ْجرُ َف ْجر‬
‫ْح) وَ يَ ِح ُّل ِف ْي ِه الطَّعَا ُم‬
ِ ‫صب‬ُّ ‫ي صَ الَ ُة ال‬ ْ ‫(َأ‬
“Fajar ada dua macam: [Pertama] fajar diharamkan untuk makan dan dihalalkan untuk
shalat (yaitu fajar shodiq, fajar masuknya waktu shubuh, -pen) dan [Kedua] fajar yang
diharamkan untuk shalat shubuh dan dihalalkan untuk makan (yaitu fajar kadzib, fajar
yang muncul sebelum fajar shodiq, -pen).” (Diriwayatakan oleh Al Baihaqi dalam Sunan
Al Kubro no. 8024 dalam “Puasa”, Bab “Waktu yang diharamkan untuk makan bagi orang
yang berpuasa” dan Ad Daruquthni dalam “Puasa”, Bab “Waktu makan sahur” no. 2154.
Ibnu Khuzaimah dan Al Hakim mengeluarkan hadits ini dan keduanya menshahihkannya
sebagaimana terdapat dalam Bulughul Marom)

Dasarnya lagi adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

ٍ ‫اشرَ بُوا َحتَّى يَُؤ ِ ّذنَ ابْنُ ُأ ِ ّم َم ْكت‬


‫ُوم‬ ْ َ‫ِإنَّ ِبالَالً يَُؤ ّذِنُ ِبلَ ْي ٍل َف ُكلُوا و‬
“Bilal biasa mengumandangkan adzan di malam hari. Makan dan minumlah sampai
kalian mendengar adzan Ibnu Ummi Maktum.” (HR. Bukhari no. 623 dalam Adzan, Bab
“Adzan sebelum shubuh” dan Muslim no. 1092, dalam Puasa, Bab “Penjelasan bahwa
mulainya berpuasa adalah mulai dari terbitnya fajar”). Seorang periwayat hadits ini
mengatakan bahwa Ibnu Ummi Maktum adalah seorang yang buta dan beliau tidaklah
mengumandangkan adzan sampai ada yang memberitahukan padanya “Waktu shubuh
telah tiba, waktu shubuh telah tiba.”[11]
2. Menyegerakan berbuka
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
َ‫الَ يَزَ ا ُل النَّاسُ ِبخَ ي ٍْر مَا عَ َّجلُوا ا ْل ِفطْر‬
“Manusia akan senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan
berbuka.”[12]
Dalam hadits yang lain disebutkan,

ُ ‫اَل تَزَ ا ُل ُأ َّم ِتى عَ لَى‬


‫سنَّ ِتى مَا لَ ْم تَ ْنتَ ِظرْ ِب ِفطْ ِر َها الن ُُجوْ َم‬
“Umatku akan senantiasa berada di atas sunnahku  (ajaranku)  selama tidak menunggu
munculnya bintang untuk berbuka puasa.”[13] Dan inilah yang ditiru oleh Rafidhah
(Syi’ah), mereka meniru Yahudi dan Nashrani dalam berbuka puasa. Mereka baru
berbuka ketika munculnya bintang. Semoga Allah melindungi kita dari kesesatan
mereka.[14]
Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berbuka puasa sebelum menunaikan shalat
maghrib dan bukanlah menunggu hingga shalat maghrib selesai dikerjakan. Inilah
contoh dan akhlaq dari suri tauladan kita shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagaimana
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata,
َ ّ‫َات َق ْب َل َأنْ يُصَ ِل‬
‫ى َفِإنْ لَ ْم‬ ٍ ‫ يُ ْف ِطرُ عَ لَى رُ طَب‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫َكانَ رَ سُو ُل اللَّ ِه‬
‫ات ِمنْ مَا ٍء‬ٍ َ‫ات َفِإنْ لَ ْم تَ ُكنْ َحسَا َحسَو‬
ٍ َ‫َات َف َعلَى تَمَر‬
ٌ ‫تَ ُكنْ رُ طَب‬
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasanya berbuka dengan rothb (kurma basah)
sebelum menunaikan shalat. Jika tidak ada rothb, maka beliau berbuka dengan tamr
(kurma kering). Dan jika tidak ada yang demikian beliau berbuka dengan  seteguk air.”[15]
3. Berbuka dengan kurma jika mudah diperoleh atau
dengan air.
Dalilnya adalah hadits yang disebutkan di atas dari Anas. Hadits tersebut menunjukkan
bahwa ketika berbuka disunnahkan pula untuk berbuka dengan kurma atau dengan air.
Jika tidak mendapati kurma, bisa digantikan dengan makan yang manis-manis. Di antara
ulama ada yang menjelaskan bahwa dengan makan yang manis-manis (semacam kurma)
ketika berbuka itu akan memulihkan kekuatan, sedangkan meminum air akan
menyucikan.[16]
4. Berdo’a ketika berbuka
Perlu diketahui bersama bahwa ketika berbuka puasa adalah salah satu waktu
terkabulnya do’a. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ِ ُ‫صاِئ ُم ِحينَ يُ ْف ِطرُ وَ دَعْ وَ ُة ا ْل َمظْل‬


‫وم‬ َّ ‫ثَالَثَ ٌة الَ تُرَ ُّد دَعْ وَ تُ ُه ُم اِإلمَا ُم ا ْلعَا ِد ُل وَ ال‬
“Ada tiga orang yang do’anya tidak ditolak : (1) Pemimpin yang adil, (2) Orang yang
berpuasa ketika dia berbuka, (3) Do’a orang yang terdzolimi.”[17] Ketika berbuka adalah
waktu terkabulnya do’a karena ketika itu orang yang berpuasa telah menyelesaikan
ibadahnya dalam keadaan tunduk dan merendahkan diri.[18]
Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika
berbuka beliau membaca do’a berikut ini,
َ ْ‫َت اَأل ْج ُر ِإن‬
‫شا َء اللَّ ُه‬ ِ َّ‫َذ َهبَ الظ َّ َمُأ وَ ا ْبتَل‬
َ ‫ت ا ْل ُع ُروقُ وَ ثَب‬
“Dzahabazh zhoma’u wabtallatil ‘uruqu wa tsabatal ajru insya Allah (artinya: Rasa haus
telah hilang dan urat-urat telah basah, dan pahala telah ditetapkan insya Allah)”[19]
Adapun do’a berbuka,

ُ‫صمْ تُ وَ عَ لَى ِرزْ ِقكَ َأ ْفطَرْ ت‬


ُ َ‫اللَّ ُه َّم َلك‬
“Allahumma laka shumtu wa ‘ala rizqika afthortu (Ya Allah, kepada-Mu aku berpuasa dan
kepada-Mu aku berbuka)”[20] Do’a ini berasal dari hadits hadits dho’if (lemah).
Begitu pula do’a berbuka,

ُ‫اللّ ُه َّم َلكَ صُ مْ تُ وَ ِبكَ آ َمنْتُ وَ عَ لَى ِرزْ ِقكَ َأ ْفطَرْ ت‬


“Allahumma laka shumtu wa bika aamantu wa ‘ala rizqika afthortu” (Ya Allah, kepada-
Mu aku berpuasa dan kepada-Mu aku beriman, dan dengan rizki-Mu aku berbuka),  Mula
‘Ali Al Qori mengatakan, “Tambahan “wa bika aamantu” adalah tambahan yang tidak
diketahui sanadnya, walaupun makna do’a tersebut shahih.[21] Sehingga cukup do’a
shahih yang kami sebutkan di atas (dzahabazh zhomau …) yang hendaknya jadi
pegangan dalam amalan.

5. Memberi makan pada orang yang berbuka.


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫ش ْيًئا‬ َّ ‫مَنْ َفطَّرَ صَ اِئمًا َكانَ لَ ُه ِم ْث ُل َأ ْج ِر ِه َغيْرَ َأنَّ ُه الَ َي ْن ُقصُ ِمنْ َأ ْج ِر ال‬
َ ‫صاِئ ِم‬
“Siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang
berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun
juga.”[22]
6. Lebih banyak berderma dan beribadah di bulan
Ramadhan
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata,
ُ‫ وَ َكانَ َأ ْجوَ ُد مَا يَ ُكون‬، ‫اس ِبا ْلخَ ي ِْر‬ ‫َأ‬
ِ َّ‫ى – صلى هللا عليه وسلم – ْجوَ َد الن‬ ُّ ‫َكانَ النَّ ِب‬
‫سالَ ُم – يَ ْل َقا ُه ُك َّل َل ْيلَ ٍة‬
َّ ‫ وَ َكانَ ِجب ِْري ُل – عَ لَ ْي ِه ال‬، ‫ ِحينَ يَ ْل َقا ُه ِجب ِْري ُل‬، َ‫ِفى رَ مَضَ ان‬
– ‫ى – صلى هللا عليه وسلم‬ ُّ ‫ َيع ِْرضُ عَ لَ ْي ِه النَّ ِب‬، ‫س ِل َخ‬ َ ‫ِفى رَ مَضَ انَ َحتَّى َي ْن‬
‫سلَ ِة‬ َ ْ‫يح ا ْلمُر‬ ‫َأ‬
ِ ‫سالَ ُم – َكانَ ْجوَ َد ِبا ْلخَ ي ِْر ِمنَ ال ِّر‬ َّ ‫ َفِإ َذا َل ِقيَ ُه ِجب ِْري ُل – عَ لَ ْي ِه ال‬، َ‫ا ْل ُقرْ آن‬
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling gemar melakukan kebaikan.
Kedermawanan (kebaikan) yang beliau lakukan lebih lagi di bulan Ramadhan yaitu ketika
Jibril ‘alaihis salam menemui beliau. Jibril ‘alaihis salam datang menemui beliau pada
setiap malam di bulan Ramadhan (untuk membacakan Al Qur’an) hingga Al Qur’an
selesai dibacakan untuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Apabila Jibril ‘alaihi salam
datang menemuinya, beliau adalah orang yang lebih cepat dalam kebaikan dari angin
yang berhembus.”[23]
Ibnul Qayyim rahimahullah  mengatakan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih banyak
lagi melakukan kebaikan di bulan Ramadhan. Beliau memperbanyak sedekah, berbuat
baik, membaca Al Qur’an, shalat, dzikir dan i’tikaf.”[24]
Dengan banyak berderma melalui memberi makan berbuka dan sedekah sunnah
dibarengi dengan berpuasa itulah jalan menuju surga.[25] Dari ‘Ali, ia berkata,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫ َف َقا َم‬.» ‫ور َها‬
ِ ‫« ِإنَّ ِفى ا ْل َجنَّ ِة ُغرَ ًفا تُرَ ى ظ ُ ُهورُ َها ِمنْ بُطُو ِن َها وَ بُطُونُ َها ِمنْ ظ ُ ُه‬
‫ى يَا رَ سُو َل اللَّ ِه َقا َل « ِلمَنْ َأطَابَ ا ْل َكالَ َم وَ َأطْ َع َم الطَّعَا َم وَ َأدَا َم‬ ٌّ ‫َأعْ رَ ِاب‬
َ ‫ى َف َقا َل ِلمَنْ ِه‬
» ‫الصيَا َم وَ صَ لَّى ِللَّ ِه ِباللَّ ْي ِل وَ النَّاسُ ِنيَا ٌم‬
ِّ
“Sesungguhnya di surga terdapat kamar-kamar yang mana bagian luarnya terlihat dari
bagian dalam dan bagian dalamnya terlihat dari bagian luarnya.” Lantas seorang arab
baduwi berdiri sambil berkata, “Bagi siapakah kamar-kamar itu diperuntukkan wahai
Rasululullah?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam  menjawab: “Untuk orang yang berkata
benar, yang memberi makan, dan yang senantiasa berpuasa dan shalat pada malam hari
diwaktu manusia pada tidur.”[26]

Sumber https://rumaysho.com/417-menghidupkan-bulan-ramadhan-dengan-sunnah-puasa196.html
Keutamaan Makan Sahur di Bulan
Ramadan, Jangan Sampai
Terlewat
Selasa, 13 April 2021 16:01Reporter : Andre Kurniawan


 

 


76
SHARES
ilustrasi sahur. egyptindependent.com

Merdeka.com - Umat muslim saat ini mulai memasuki bulan Ramadan. Inilah


waktu-waktu yang selalu dinanti oleh kaum muslimin di seluruh dunia. Di saat
inilah, kesempatan untuk meraih pahala diperbesar, karena Allah SWT akan
melipatgandakan pahala dari amalan yang dikerjakan saat Ramadhan.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

by Taboola

Sponsored Links

Tegalyoso: SUV yang tidak terjual hampir digratiskan (lihat penawaran)  Penawaran
SUV | Cari Iklan

Tegalyoso: harga mobil bekas di tahun 2022 bisa mengejutkan anda Mobil Bekas | Cari
Iklan

“Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan


dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala
berfirman (yang artinya), “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah
untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan
syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan
dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika
berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum
di sisi Allah daripada bau minyak kasturi.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Bulan suci Ramadan identik dengan ibadah puasa yang wajib dilaksanakan bagi
setiap umat muslim yang mampu. Namun sebelum berpuasa, umat Islam
sangat dianjurkan untuk sahur terlebih dulu. Sahur sebelum puasa ini
bermanfaat sebagai sumber energi dalam beraktivitas seharian penuh sampai
waktunya berbuka.

BACA JUGA:
Niat Keramas Ramadhan dan Tata Caranya, Perlu DiketahuiRayakan Nyepi, Ini Momen
Antonio Blanco Jr Ramaikan Parade Ogoh-ogoh

Selain manfaatnya untuk kesehatan, di dalam sahur juga terdapat berbagai


keutamaan makan sahur yang pastinya akan sayang jika dilewatkan. Berikut ini
kami sampaikan ulasan mengenai keutamaan makan sahur yang dilansir dari
muslim.or.id.

2 dari 4 halaman

Mendapat Keberkahan

Keutamaan makan sahur yang pertama adalah dengan sahur kita akan
mendapatkan keberkahan. Sahur bukan sekedar makan untuk mempersiapkan
energi ketika berpuasa. Sahur adalah amalan khusus bagi orang yang
berpuasa.

Meski amalan ini hukumnya sunnah, namun terdapat keberkahan yang bisa
kita dapatkan dari amalan ini.

Dari Anas bin Malik, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,
BACA JUGA:
Akhirnya Ketemu Puan Maharani, Jala PRT Kuatkan Barisan Kawal RUU PPRT Mengenal
Melanoma dan Gejalanya, Jenis Kanker Kulit karena Paparan Sinar Matahari

“Makan sahurlah kalian karena dalam makan sahur terdapat keberkahan.” (HR.
Bukhari dan Muslim).
Imam Nawawi rahimahullah menjelaskan keutamaan makan sahur, “Adapun
barakah makanan sahur secara dhahir (nampak), yaitu dengan kuatnya badan
ketika berpuasa, menjadikannya rajin beribadah, menjadikannya termotivasi
ingin menambah lagi amalan puasanya, karena nampak ringan puasa baginya
setelah makan sahur, dan inilah makna yang benar dari makan sahur.
Kemudian juga dengan bangun sahur dapat menjadikannya berdoa dan
berdzikir di waktu yang mulia, yaitu waktu ketika turun Ar Rahmah, dan
diterimanya doa dan diampuninya dosa. Seorang yang bangun sahur dapat
berwudhu kemudian shalat malam, kemudian mengisi waktunya dengan doa,
dzikir, dan shalat malam, dan menyibukkan diri dengan ibadah lainnya hingga
terbit fajar.”

Advertisement
3 dari 4 halaman

Pembeda antara Yahudi dan Nasrani

©2019 Merdeka.com/Iqbal S Nugroho


Keutamaan makan sahur yang kedua yaitu sebagai pembeda antara kaum
Yahudi dan Nasrani. Selain umat Islam, umat dari agama lain, yaitu Yahudi dan
Nasrani juga menjalankan ibadah puasa. Oleh karena itu, adanya sahur
memberikan keutamaan makan sahur yaitu untuk membedakan puasanya
umat muslimin dengan umat agama lain.

Hukum Makan Sahur di Bulan Ramadhan dan Dalilnya


Rifan Aditya
Rabu, 22 Februari 2023 | 20:28 WIB

Ilustrasi sahur bareng keluarga - sahur hukumnya apa. [Istimewa]

Suara.com - Sahur  merupakan salah satu anjuran Rasulullah SAW yang dilakukan saat
menjalankan puasa di bulan Ramadan. Lalu sahur hukumnya  apa?
Umat Islam menjalankan puasa dan bangun di waktu sahur untuk menyantap makanan
sebelum berpuasa. Biasanya sahur dilakukan di sepertiga malam hingga sebelum adzan
subuh dikumandangkan.

Dengan mengonsumsi makanan sebelum puasa, tubuh akan mendapatkan energi untuk
melaksanakan ibadah puasa selama satu hari penuh.

Namun, tak jarang orang melewatkan makan sahur karena telat bangun maupun berbagai
alasan lainnya. Sehingga pemahaman lebih dalam tentang hukum makan sahur  perlu
diketahui. 

Baca Juga:Contoh Kultum Tarawih Ramadhan Singkat dan Penuh Makna

Makan sahur adalah ibadah sunnah sebagaimana diriwayatkan oleh Anas bin Malik RA,
Rasulullah SAW pernah bersabda, "Makan sahurlah kalian karena sesungguhnya di dalam
sahur itu terdapat berkah." (HR. Bukhari dan Muslim). 

Sementara itu, sahur juga memiliki sejumlah keutamaan seperti mendapatkan makanan
penuh berkah hingga mendapatkan waktu yang terbaik untuk memohon ampunan dari
Allah SWT.
Hal ini sebagaimana dalam hadist yang diriwayatkan Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW
pernah bersabda:

"Rabb kita tabaroka wa ta'ala turun ke langit dunia ketika tersisa sepertiga malam
terakhir. Kemudian Dia berfirman: "Siapa saja yang berdoa kepada-Ku, maka akan Aku
kabulkan. Siapa yang meminta kepada-Ku, maka akan Aku beri. Siapa yang meminta
ampunan kepada-Ku, maka akan Aku ampuni." (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Hikmah Makan Sahur

Baca Juga:10 Manfaat Melakukan Puasa di Bulan Ramadhan untuk Kesehatan


Tubuh, Mulai dari Atasi Berat Badan hingga Kesehatan Kulit

Makan sahur memiliki banyak hikmah atau manfaat kebaikan yang bisa didapatkan. Allah
SWT memberikan rahmat dan berkah yang baik dari setiap hidangan sahur yang disantap.
Berikut beberapa hikmah sahur yang bisa didapatkan:
 Menambah stamina dan energi untuk melaksanakan puasa
 Mendapatkan keberkahan dan manfaat bagi kesehatan agar tetap bugar
 Waktu sahur dapat digunakan untuk melakukan ibadah lain seperti berdzikir dan membaca
Al-Quran
 Setiap makanan yang disantap saat sahur tidak dihisab di akhirat
 Makan sahur menjadi keistimewaan bagi umat Islam karena hanya umat Islam yang
melaksanakan sahur sebelum puasa, berbeda dengan umat Nasrani dan Yahudi

Itulah beberapa informasi seputar hukum makan sahur yang dapat kamu ketahui. Semoga
informasi di atas bermanfaat untuk kamu!

Kontributor : Muhammad Zuhdi Hidayat

Anda mungkin juga menyukai