Anda di halaman 1dari 44

Ringkasan Fikih Puasa 2

Ringkasan Fikih
Puasa
Penulis:

Yulian Purnama

(semoga Allah mengampuninya dan kedua orang tuanya)

Edisi Pertama:

Yogyakarta, Sya'ban 1440H

website: kangaswad.wordpress.com | facebook:


fb.me/yulianpurnama | instagram: @kangaswad | twitter:
@kangaswad | youtube: youtube.com/yulianpurnama | telegram:
@fawaid_kangaswad

2
Ringkasan Fikih Puasa 3

Daftar Isi

Makna puasa........................................................................... 4
Hukum puasa Ramadhan........................................................ 4
Keutamaan puasa.................................................................... 5
Hikmah disyariatkannya puasa............................................... 9
Rukun puasa.......................................................................... 10
Awal dan akhir bulan Ramadhan.......................................... 10
Rentang waktu puasa............................................................ 15
Syarat wajib puasa................................................................ 17
Sunnah-sunnah ketika puasa.................................................18
Orang-orang yang dibolehkan tidak berpuasa......................28
Pembatal-pembatal puasa..................................................... 34
Yang bukan merupakan pembatal puasa..............................36
Yang dimakruhkan ketika puasa........................................... 37
Cara pembayaran fidyah....................................................... 38
Beberapa kesalah-pahaman dalam ibadah puasa.................39
Referensi............................................................................... 44

3
Ringkasan Fikih Puasa 4

Makna puasa
Puasa dalam bahasa Arab disebut dengan ash shiyaam
atau ash shaum. Secara bahasa ash shiyam artinya adalah al
imsaak yaitu menahan diri. Sedangkan secara istilah, ash
shiyaam artinya: beribadah kepada Allah ta’ala dengan
menahan diri dari makan, minum dan pembatal puasa
lainnya, dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari.

Hukum puasa Ramadhan


Puasa Ramadhan hukumnya wajib berdasarkan firman
Allah Subhanahu wa Ta’ala:

‫يا أيها الذين آمنوا كتب عليكم الصّيَام كما كُتب على الذين‬
‫من قبلكم لعلّكم تتّقون‬
“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu
berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang
sebelum kamu agar kalian bertaqwa”1.

Dan juga karena puasa Ramadhan adalah salah dari


rukun Islam yang lima. Dalam hadits dari Abdullah bin
Umar radhiallahu'anhuma, bahwa Nabi Shallallahu’alaihi
1 QS. Al Baqarah: 183

4
Ringkasan Fikih Puasa 5

Wasallam bersabda:

ً‫ شهادة أن ل إِله إِل ال وأنّ محمّدا‬:‫بُني الِسلم على خمس‬


‫ وصوم‬،ّ‫ والّج‬،‫ وإِيتاء الزكاة‬،‫ وإقام الصلة‬،‫رسول ال‬
‫رمضان‬
“Islam dibangun di atas lima rukun: syahadat laa ilaaha
illallah muhammadur rasulullah, menegakkan shalat,
membayar zakat, haji dan puasa Ramadhan”2.

Dan meninggalkan puasa Ramadhan tanpa udzur adalah


sebuah dosa yang besar.

Keutamaan puasa
1. Puasa adalah ibadah yang tidak ada tandingannya

R a s u l u l l a h Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda


kepada Abu Umamah Al Bahili radhiallahu'anhu:

‫ فإنّهُ ل مثلَ لَه‬، ِ‫عليْكَ بالصّيام‬


“Hendaknya engkau berpuasa karena puasa itu ibadah yang
tidak ada tandingannya”3.

2 HR. Al Bukhari no.8, Muslim no.16


3 HR. Ahmad no.22274, An Nasa-i no.2220. Dishahihkan Al Albani dalam
Shahih An Nasa-i

5
Ringkasan Fikih Puasa 6

2. Allah Ta’ala menyandarkan puasa kepada diri-Nya.

Dari Abu Hurairah radhiallahu'anhu, bahwa Rasulullah


Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

ُ‫ فإنّه‬، ُ‫ إلّ الصّوم‬، ُ‫ كلّ عَمَلِ ابنِ آدمَ له‬: ّ‫قال الُ عزّ وجل‬
ِ‫ وأنا أَجْزِي به‬، ‫لي‬
“Allah ‘azza wa jalla berfirman: setiap amalan manusia itu
bagi dirinya, kecuali puasa. Karena puasa itu untuk-Ku dan
Aku yang akan membalas pahalanya”4.

3. Puasa menggabungkan 3 jenis kesabaran.

Yaitu sabar dalam melakukan ketaatan kepada Allah,


sabar dalam menjauhi hal yang dilarang Allah dan sabar
terhadap takdir Allah atas rasa lapar dan kesulitan yang ia
rasakan selama puasa. Padahal Allah ta'ala berfirman:

ٍ‫إِنََّا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَاب‬


“Sesungguhnya Allah akan membalas orang-orang yang
bersabar dengan pahala yang tanpa batas”5.

4 HR. Al Bukhari no.1904, Muslim no.1151


5 QS. Az Zumar: 10

6
Ringkasan Fikih Puasa 7

4. Puasa akan memberikan syafaat di hari kiamat.

Dari Abdullah bin 'Amr bin Al 'Ash radhiallahu'anhu,


Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

‫الصّيامُ والقرآنُ يشفعانِ للعَبدِ يومَ القيامة‬


“Puasa dan Al Qur’an, keduanya akan memberi syafaat
kelak di hari kiamat”6.

5. Orang yang berpuasa akan diganjar dengan ampunan


dan pahala yang besar.

Allah Ta’ala berfirman:

َ ِ‫إِنّ الُْسْلِمِيَ وَالُْسْلِمَاتِ وَالُْؤْمِنِيَ وَالُْؤْمِنَاتِ وَالْقَانِت‬


‫ي‬
ِ‫وَالْقَانِتَاتِ وَالصّادِقِيَ وَالصّادِقَاتِ وَالصّابِرِينَ وَالصّابِرَات‬
َ‫وَالَْاشِعِيَ وَالَْاشِعَاتِ وَالُْتَصَدّقِيَ وَالُْتَصَدّقَاتِ وَالصّائِمِي‬
َّ‫وَالصّائِمَاتِ وَالَْافِظِيَ فُرُوجَهُمْ وَالَْافِظَاتِ وَالذّاكِرِينَ ال‬
‫كَثِيرًا وَالذّاكِرَاتِ أَعَدّ الُّ لَهُم مّغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا‬
“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-
6 HR. Ahmad no.6626, Ath Thabarani no.14672, Al Hakim no.2036. Al
Haitsami dalam Majma Az Zawaid mengatakan: “semua perawinya
dijadikan hujjah dalam Ash Shahih“. Dishahihkan Ahmad Syakir dalam
Takhrij Al Musnad.

7
Ringkasan Fikih Puasa 8

laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan


yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan
yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki
dan perempuan yang khusyu’, laki-laki dan perempuan yang
bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-
laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-
laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah,
Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala
yang besar”7.

6. Puasa adalah perisai dari api neraka

Dari Abu Hurairah radhiallahu'anhu, bahwa Rasulullah


Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

ٌ‫الصّيَامُ جُنّة‬
“Puasa adalah perisai”8.

Dalam riwayat lain:

ِ‫الصّيامُ جنّةٌ وحصنٌ حصيٌ من النّار‬

7 QS. Al Ahzab: 35
8 HR. Al Bukhari no. 1894, Muslim no.1151

8
Ringkasan Fikih Puasa 9

“Puasa adalah perisai dari api neraka”9.

7. Puasa adalah sebab masuk ke dalam surga

Dari Sahl bin Sa'ad As Sa'idi radhiallahu'anhu,


Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

‫ ل‬،َ‫ فِيهَا بَابٌ يُسَمّى الرّيّان‬،ٍ‫فِ الَنّةِ ثَمَانِيَةُ أبْوَاب‬


َ‫يَدْخُلُهُ إلّ الصّائِمُون‬
“Di surga ada delapan pintu, diantaranya ada pintu yang
dinamakan Ar Rayyan. Tidak ada yang bisa memasukinya
kecuali orang-orang yang berpuasa”10.

Hikmah disyariatkannya puasa


1. Puasa adalah wasilah untuk mengokohkan ketaqwaan
kepada Allah.

2. Puasa membuat orang merasakan nikmat dari Allah


Ta’ala.

3. Mendidik manusia dalam mengendalikan keinginan


9 HR. Al Haitami dalam Az Zawajir, 1/197
10 HR. Bukhari no.3257

9
Ringkasan Fikih Puasa 10

dan sabar dalam menahan diri.

4. Puasa menahan laju godaan setan.

5. Puasa menimbulkan rasa iba dan sayang kepada kaum


miskin.

6. Puasa membersihkan badan dari elemen-elemen yang


tidak baik dan membuat badan sehat.

Rukun puasa
Rukun puasa ada dua, tidak sah puasa jika salah satunya
tidak terpenuhi:

1. Niat.

2. Menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa,


mulai dari terbit fajar hingga tenggelam matahari.

Awal dan akhir bulan Ramadhan


Pertama:

Wajib menentukan awal bulan Ramadhan dengan

10
Ringkasan Fikih Puasa 11

ru’yatul hilal, bila hilal tidak terlihat maka bulan Sya’ban


digenapkan menjadi 30 hari. Para ulama ijma (sepakat) akan
hal ini, tidak ada khilaf di antara mereka. Dalam hadits
Abdullah bin Abbas radhiallahu'anhuma, bahwa Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

‫إذا رأيتموه فصوموا وإذا رأيتموه فأفطروا فإن غم عليكم‬


‫فأكملوا العدة ثلثي‬
“Berpuasalah karena jika melihat hilal, dan berlebaran lah
jika melihatnya. Jika hilal tidak tampak, genapkanlah bulan
sya’ban menjadi 30 hari”11.

Kedua:

Tidak boleh menentukan awal bulan Ramadhan dengan


metode hisab falaki (perhitungan astronomi) Karena syariat
sudah menentukan caranya yaitu dengan rukyatul hilal dan
ulama ijma' (sepakat) akan hal ini. Ibnu Hajar Al Asqalani
rahimahullah mengatakan: “Ibnu As Sabbagh berkata:
‘Adapun metode hisab, tidak ada ulama mazhab kami
(Maliki) yang membolehkannya tanpa adanya perselisihan

11 HR. Bukhari no.1909, Muslim no.1081

11
Ringkasan Fikih Puasa 12

di antara ulama‘. Sebelum beliau, juga telah dinukil dari


Ibnul Mundzir dalam Al Asyraf: ‘Puasa di hari ketiga puluh
bulan Sya’ban tidaklah wajib jika hilal belum terlihat ketika
cuaca cerah, menurut ijma para ulama‘”12.

Ketiga:

Wajib mengembalikan masalah penentuan awal dan


akhir Ramadhan kepada ulil amri agar terjadi persatuan
kaum Muslimin. Sebagaimana hadits dari Abu Hurairah
radhiallahu'anhu, ba hw a R a s ululla h Shallallahu'alaihi
Wasallam telah bersabda:

َ‫الصَّوْمُ يَوْمَ تَصُومُونَ وَالْفِطْرُ يَوْمَ تُفْطِرُونَ وَالَْضْحَى يَوْم‬


َ‫تُضَحُّون‬
“Hari puasa adalah hari ketika orang-orang berpuasa, Idul
Fitri adalah hari ketika orang-orang berbuka, dan Idul
Adha adalah hari ketika orang-orang menyembelih”13.

Imam At Tirmidzi rahimahullah setelah membawakan


hadits ini ia berkata: “Hadits ini hasan gharib, sebagian

12 Fathul Bari, 4/123


13 HR. At Tirmidzi 632, dihasankan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah
(1/440)

12
Ringkasan Fikih Puasa 13

ulama menafsirkan hadits ini, mereka berkata bahwa


maknanya adalah puasa dan berlebaran itu bersama Al
Jama’ah dan mayoritas manusia”14.

Keempat:

Para ulama mensyaratkan minimal satu orang yang


melihat hilal untuk bisa menetapkan terlihatnya hilal
Ramadhan.

Kelima:

Jika ada seorang yang mengaku melihat hilal Ramadhan


sendirian, ulama berbeda pendapat. Jumhur ulama
mengatakan ia wajib berpuasa sendirian berdasarkan rukyah-
nya. Pendapat ini dikuatkan oleh Syaikh Muhammad bin
S h a l i h A l U t s a i m i n rahimahullah. Sebagian ulama
berpendapat ia wajib berpuasa bersama jama’ah kaum
Muslimin. Pendapat ini dikuatkan oleh Ibnu Taimiyah dan
Syaikh Ibnu Baz rahimahullah.

14 idem

13
Ringkasan Fikih Puasa 14

Keenam:

Rukyatul hilal artinya melihat hilal yang menjadi tanda


masuknya bulan dalam kalender Hijriyah. Ulama khilaf
apakah rukyatul hilal suatu negeri berlaku untuk seluruh
negeri yang lain (ittifaqul mathali’), ataukah setiap negeri
mengikuti ru'yah hilal masing-masing di negerinya
(ikhtilaful mathali’)? Jumhur ulama berpendapat rukyatul
hilal suatu negeri berlaku untuk seluruh negeri yang lain.
Adapun Syafi’iyyah dan pendapat sebagian salaf, setiap
negeri mengikuti rukyah hilal masing-masing. Pendapat
kedua ini dikuatkan oleh Ash Shanani dan juga Syaikh
Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahumallah. Inilah
pendapat yang lebih rajih berdasarkan dalil-dalil yang ada.

Ketujuh:

Wajib menentukan akhir bulan Ramadhan dengan


rukyatul hilal, bila hilal tidak terlihat maka bulan Ramadhan
digenapkan menjadi 30 hari. Para ulama juga ijma' akan hal
ini, tidak ada khilaf di antara mereka.

14
Ringkasan Fikih Puasa 15

Kedelapan:

Jumhur ulama mensyaratkan minimal dua orang yang


melihat hilal untuk bisa menetapkan terlihatnya hilal Syawal.
Jika ada seorang yang mengaku melihat hilal Syawal
sendirian, maka ia wajib berbuka bersama jama’ah kaum
Muslimin.

Kesembilan:

Jika hilal Syawal terlihat pada siang hari, maka kaum


Muslimin ketika itu juga berbuka dan shalat Id, jika terjadi
sebelum zawal (bergesernya mata hari dari garis tegak
lurus).

Rentang waktu puasa


Puasa dimulai ketika sudah terbit fajar shadiq atau fajar
yang kedua. Allah ta’ala berfirman:

‫فَالنَ بَاشِرُوهُنّ وَابْتَغُواْ مَا كَتَبَ الُّ لَكُمْ وَكُلُواْ وَاشْرَبُواْ حَتّى‬
ِ‫يَتَبَيَّ لَكُمُ الَْيْطُ الَبْيَضُ مِنَ الَْيْطِ الَسْوَدِ مِنَ الْفَجْر‬
“Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang
telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah

15
Ringkasan Fikih Puasa 16

hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam,


yaitu fajar”15.

Yang dimaksud dengan khaythul abyadh di sini adalah


fajar shadiq atau fajar kedua karena berwarna putih dan
melintang di ufuk seperti benang. Adapun fajar kadzib atau
fajar pertama itu bentuknya seperti dzanabus sirhan (ekor
serigala). Dari Jabir bin Abdillah radhiallahu'anhu, Nabi
Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

‫ فأمّا الفجرُ الذي يكونُ كذنَبِ السّرْحانِ فل‬، ِ‫الفجرُ فجران‬


ُ‫ وأَما الفجرُ الذي يذهب‬، َ‫ ولَ يُحَرّمُ الطعام‬، َ‫يُحِلّ الصلة‬
َ‫ ويُحَرّمُ الطعام‬، َ‫ فإِنّه يُحِلّ الصلة‬، ِ‫مُسْتَطِيلً ف الفُق‬
“Fajar itu ada dua: pertama, fajar yang bentuknya seperti
ekor serigala, maka ini tidak menghalalkan shalat (shubuh)
dan tidak mengharamkan makan. Kedua, fajar yang
memanjang di ufuk, ia menghalalkan shalat (shubuh) dan
mengharamkan makan (mulai puasa)”16.

Dan puasa berakhir ketika terbenam matahari. Allah


Ta’ala berfirman:

15 QS. Al Baqarah: 187


16 HR. Al Hakim no.688, Al Baihaqi, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al
Jami’ no.4278

16
Ringkasan Fikih Puasa 17

ِ‫ثُمّ أَتِّوا الصّيَامَ إِلَى اللّيْل‬


“... Lalu sempurnakanlah puasa hingga malam”17.

Dari Umar bin Khathab radhiallahu'anhu, bahwa


Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

ِ‫ وغَرَبَت‬،‫ وأَدْبَرَ النّهَارُ مِن هَا هُنَا‬،‫إِذَا أقْبَلَ اللّيْلُ مِن هَا هُنَا‬
ُ‫الشّمْسُ فقَدْ أفْطَرَ الصّائِم‬
“Jika datang malam dari sini, dan telah pergi siang dari
sini, dan terbenam matahari, maka orang yang berpuasa
boleh berbuka”18.

Syarat wajib puasa


Syarah wajib puasa ada enam:

1. Islam.

2. Baligh.

3. Berakal.

4. Muqim (tidak sedang safar).

5. Suci dari haid dan nifas.

17 QS. Al Baqarah: 187


18 HR. Bukhari no.1954, Muslim no.1100

17
Ringkasan Fikih Puasa 18

6. Mampu berpuasa.

Puasanya anak kecil yang sudah mumayyiz19 sah jika ia


memenuhi syarat dan rukun puasa. Dalam hadits dari
‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma,

‫ أَلِهَذَا حَّجّ ؟‬،ِ‫ يَا رَسُولَ ال‬:ْ‫ فَقالَت‬،‫رَفَعَتِ امْرَأَةٌ صَبِيًّا لَهَا‬
ٌ‫ وَلَكِ أَجْر‬،ْ‫ نَعَم‬:َ‫قَال‬
“Seorang wanita mengangkat seorang anak kecil (ke
hadapan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam), kemudian ia
berkata: ‘Wahai Rasulullah, apakah anak ini hajinya sah?’
Nabi menjawab: ‘Iya sah, dan engkau mendapatkan
pahala’”20.

Dalam hadits ini, hajinya seorang anak kecil yang belum


baligh sah. Maka demikian juga puasanya seorang anak kecil
juga sah.

Sunnah-sunnah ketika puasa


1. Sunnah-sunnah terkait berbuka puasa

19 Tanda mumayyiz adalah ketika seorang anak sudah bisa berkomunikasi


dengan orang dewasa dengan baik.
20 HR. Muslim no. 1336

18
Ringkasan Fikih Puasa 19

Pertama:

Disunnahkan menyegerakan berbuka. Dari Abu Hurairah


radhiallahu'anhu, bahwa Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam
bersabda:

َ‫ل يزالُ النّاسُ بخَيرٍ ما عجّلوا الفِطرَ عجّلوا الفطر‬


“Manusia senantiasa dalam kebaikan selama mereka
menyegerakan berbuka”21.

Kedua:

Berbuka puasa dengan beberapa butir ruthab (kurma


segar), jika tidak ada maka dengan beberapa butir tamr
(kurma kering), jika tidak ada maka dengan beberapa teguk
air putih. Berdasarkan hadits dari Anas bin Malik
radhiallahu'anhu, beliau berkata:

‫كان رسول الِ صلى ال عليه وسلم يفطر على رطبًات قبل‬
‫أن يصلي فإن لم تكن رطبًات فعلى ترات فإن لم تكن حسا‬
‫حسوات من ماء‬
“Biasanya Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam berbuka

21 HR. Ibnu Majah no.1387, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Ibnu Majah

19
Ringkasan Fikih Puasa 20

puasa dengan ruthab (kurma segar) sebelum shalat. Jika


beliau tidak punya ruthab, maka dengan tamr (kurma
kering), jika beliau tidak punya tamr, maka dengan
beberapa teguk air”22.

Maka kurang tepat mendahulukan berbuka dengan


makanan manis ketika tidak ada kurma. Lebih salah lagi jika
mendahulukan makanan manis padahal ada kurma. Yang
sesuai sunnah Nabi adalah mendahulukan berbuka dengan
kurma, jika tidak ada kurma maka dengan air minum.
Adapun makanan manis sebagai tambahan saja, sehingga
tetap didapatkan faidah makanan manis yaitu menguatkan
fisik.

Ketiga:

Berdoa ketika berbuka dengan doa yang diajarkan oleh


Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dalam hadits dari
Abdullah bin Umar radhiallahu'anhuma:

ُ‫ذهب الظمأُ وابتلّت العروقُ وثبت الجرُ إن شاء ال‬


/dzahabazh zhomaa-u wabtallatil ‘uruuqu wa tsabatal ajru

22 HR. Abu Daud no.2356, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abu Daud

20
Ringkasan Fikih Puasa 21

insyaa Allah/
“Telah hilang rasa haus, telah basah tenggorokan, dan telah
diraih pahala, insya Allah”23.

2. Sunnah-sunnah terkait makan sahur

Pertama:

Makan sahur hukumnya sunnah muakkadah. Dianggap


sudah makan sahur jika makan atau minum di waktu sahar,
walaupun hanya sedikit. Dan di dalam makanan sahur itu
terdapat keberkahan. Dari Anas bin Malik radhiallahu'anhu,
Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda:

ً‫تَسَحّرُوا فَإِنّ فِ السّحُورِ بَرَكَة‬


“Bersahurlah karena dalam makanan sahur terdapat
keberkahan”24.

Kedua:

Disunnahkan mengakhirkan makan sahur mendekati


waktu terbitnya fajar, pada waktu yang tidak dikhawatirkan

23 HR. Abu Daud no.2357, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abi Daud
24 HR. Al Bukhari no.1923, Muslim no.1095

21
Ringkasan Fikih Puasa 22

datangnya waktu fajar ketika masih makan sahur. Ibnu


Abbas radhiallahu'anhu bertanya kepada Zaid bin Tsabit
radhiallahu'anhu:

ً‫كَمْ كَانَ بَيَْ الَْذَانِ وَالسّحُورِ قَالَ قَدْرُ خَمْسِيَ آيَة‬


“Berapa biasanya jarak sahur Rasulullah dengan adzan
(subuh)? Zaid menjawab: sekitar 50 ayat”25.

Ketiga:

Disunnahkan makan sahur dengan tamr (kurma kering).


Dari Abu Hurairah radhiallahu'anhu, bahwa Rasulullah
Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda:

ُ‫نِعْمَ سَحورُ الؤمِنِ التّمر‬


"Sebaik-baik makanan sahur adalah tamr (kurma kering)"26.

Keempat:

Jika tidak punya makanan maka minumlah beberapa


teguk air. Dari Abu Sa'id Al Khudri radhiallahu'anhu,
Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda:

25 HR. Al Bukhari no.1921, Muslim no.1097


26 HR. Abu Daud no. 2345, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abu Daud

22
Ringkasan Fikih Puasa 23

َ‫ فل تدَعوه ولو أن يَجرَعَ أحدُكم جَرعَة‬،ٌ‫أَكلَةُ السّحورِ بركة‬


ٍ‫ماء‬
"Sahur itu berkah. Maka jangan tinggalkan sahur walaupun
kalian hanya minum seteguk air"27.

Kelima:

Gunakan waktu sahur untuk banyak beristighfar. Allah


Ta’ala berfirman tentang ciri-ciri orang yang bertakwa, salah
satunya:

‫وَبِالَْسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُون‬


“Ketika waktu sahur (akhir-akhir malam), mereka berdoa
memohon ampunan”28

Keenam:

Gunakan waktu sahur untuk banyak berdoa. Dari Abu


Hurairah radhiallahu'anhu, Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda:

‫ حِيَ يَبْقَى‬،‫يَنْزِلُ رَبّنا تَبارَكَ وتَعالَى كُلّ لَيْلَةٍ إلى السّماءِ الدّنْيا‬
27 HR. Ahmad no. 11101, dihasankan Al Albani dalam Shahih Al Jami'
no.3683
28 QS. Adz Dzariyat: 18

23
Ringkasan Fikih Puasa 24

‫ مَن‬،‫ مَن يَدْعُونِي فأسْتَجِيبَ له‬:ُ‫ثُلُثُ اللّيْلِ الخِرُ فيَقول‬


‫ مَن يَسْتَغْفِرُنِي فأغْفِرَ له‬،ُ‫يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَه‬
“Rabb kita turun ke langit dunia pada sepertiga malam
yang akhir pada setiap malamnya. Kemudian berfirman:
‘Orang yang berdoa kepada-Ku akan Ku kabulkan, orang
yang meminta sesuatu kepada-Ku akan Kuberikan, orang
yang meminta ampunan dari-Ku akan Kuampuni‘”29.

Ketujuh:

Gunakan waktu sahur untuk banyak membaca Al Qur'an.


Allah Ta'ala berfirman:

ً‫إِنّ نَاشِئَةَ اللّيْلِ هِيَ أَشَدّ وَطْئًا وَأَقْوَمُ قِيل‬


"Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat
(untuk khusyu') dan bacaan di waktu itu lebih berkesan"30.

29 HR. Al Bukhari no.1145, Muslim no. 758


30 QS. Al Muzammil: 6

24
Ringkasan Fikih Puasa 25

3. Sunnah secara umum

Pertama:

Orang yang berpuasa wajib meninggalkan semua


perbuatan yang diharamkan agama dan dianjurkan untuk
memperbanyak melakukan ketaatan seperti: bersedekah,
membaca Al Qur’an, shalat sunnah, berdzikir, membantu
orang lain, i’tikaf, menuntut ilmu agama, dll.

D a r i A b u H u r a i r a h radhiallahu'anhu, Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

،ِ‫ وغُلّقَتْ أبْوابُ النّار‬،ِ‫إذا جاءَ رَمَضانُ فُتّحَتْ أبْوابُ الَنّة‬


ُ‫وصُفّدَتِ الشّياطِي‬
“Jika datang bulan Ramadhan, pintu surga dibuka, pintu
neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu”31.

Ibnu Bathal rahimahullah menjelaskan makna pintu


surga dibuka dan pintu neraka ditutup ada dua makna:
“Pertama, dibuka pintu-pintu surga sesuai zhahir hadits. Dan
makna yang kedua, dibukanya pintu-pintu surga berupa
dibukanya kesempatan untuk memasukinya, yaitu berupa
amalan-amalan yang bisa menjadi sebab masuk surga

31 HR. Al Bukhari no.3277, Muslim no. 1079

25
Ringkasan Fikih Puasa 26

semisal shalat, puasa, dan tilawah Al Qur’an. Dan


bahwasanya jalan menuju surga di bulan Ramadhan lebih
dipermudah dan amalan-amalan kebaikan di dalamnya lebih
besar kemungkinan diterimanya”32.

Kedua:

Dianjurkan untuk mengkhatamkan Al Qur'an di bulan


Ramadhan. Sebagaimana hal ini juga dilakukan oleh Nabi
Shallallahu’alaihi Wasallam. Da l a m h a d i t s y a n g
diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiallahu’anhu :

َ‫أن جبريل كان يعْرضُ عَلَى النّبِيّ صَلّى الُّ عَلَيْهِ وَسَلّمَ الْقُرْآن‬
‫ فَعرضَ عَلَيْهِ مَرّتَيِْ فِ الْعَامِ الّذِي قُبِضَ فيه‬، ً‫كُلّ عَامٍ مَرّة‬
“Sesungguhnya Jibril senantiasa mengulang kembali
bacaan Al-Quran Nabi shallallahu alaihi wa sallam sekali
dalam setahun. Namun pada tahun wafatnya beliau, Jibril
mengulangnya dua kali”33.

Dalam riwayat lain dijelaskan bahwa hal itu dilakukan


pada bulan Ramadhan. Dari Abdullah bin Abbas
radhiallahu’anhuma, ia berkata:
32 Syarah Shahih Bukhari libni Bathal, 4/20
33 HR. Al Bukhari 4614

26
Ringkasan Fikih Puasa 27

‫ وَكَا َن‬،ِ‫كَانَ رَسُولُ الِّ صَلّى الُّ عَلَيْهِ وَسَلّمَ أَجْوَدَ النّاس‬
ُ‫ وَكَانَ جِبْرِيل‬،ُ‫أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِ رَمَضَانَ حِيَ يَلْقَاهُ جِبْرِيل‬
ِّ‫ فَلَرَسُولُ ال‬،َ‫يَلْقَاهُ فِ كُلّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآن‬
ِ‫صَلّى الُّ عَلَيْهِ وَسَلّمَ حِيَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ أَجْوَدُ بِالَْيْرِ مِنَ الرّيح‬
ِ‫الُْرْسَلَة‬
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang
yang paling dermawan. Dan beliau lebih dermawan lagi di
bulan Ramadhan saat beliau bertemu Jibril. Jibril
menemuinya setiap malam untuk mengajarkan Al Qur’an.
Dan kedermawanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam melebihi angin yang berhembus”34.

Ibnu Atsir menjelaskan hadits ini: “Maksudnya, Jibril


mengajarkan kembali Rasulullah semua yang diturunkan
dalam Al Qur’an” (Al Jami’ fi Gharibil Hadits, 4/64).

Kebiasaan memperbanyak bacaan Qur ’an dan


memperbanyak mengkhatamkannya juga dipraktekkan oleh
para salaf. Disebutkan oleh Ibrahim An Nakha’i (wafat 96H)
bahwa:

‫كان السود يختم القرآن ف رمضان ف كل ليلتي‬


34 HR. Bukhari no.6, Muslim no.2308

27
Ringkasan Fikih Puasa 28

“Al Aswad (bin Yazid An Nakha’i, wafat 75H)


mengkhatamkan Al Qur’an di bulan Ramadhan setiap dua
malam”35.

Membaca Al Qur’an adalah amalan yang lebih


dianjurkan untuk diperbanyak di bulan Ramadhan. Bahkan
sebagian salaf tidak mengajarkan ilmu di bulan Ramadhan
agar bisa fokus memperbanyak membaca Al Qur’an dan
mentadabburinya.

Orang-orang yang dibolehkan tidak


berpuasa
Ada beberapa orang yang dibolehkan tidak puasa,
sebagaimana disebutkan dalam firman Allah Ta'ala:

‫فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدّةٌ مِنْ أَيّامٍ أُخَرَ وَعَلَى‬
ٍ‫الّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِي‬
“Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau
dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya
berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-

35 Siyar A'lamin Nubala karya Adz Dzahabi, 4/51

28
Ringkasan Fikih Puasa 29

hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat


menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar
fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin”36.

Rincian orang yang dibolehkan dalam syariat untuk


tidak berpuasa adalah:

1. Orang sakit yang bisa membahayakan dirinya jika


berpuasa.

Jumhur ulama mengatakan bahwa orang sakit yang


boleh meninggalkan puasa adalah yang jika berpuasa itu
dikhawatirkan akan menimbulkan gangguan serius pada
kesehatannya.

Adapun orang yang sakit ringan yang jika berpuasa tidak


ada pengaruhnya sama sekali atau pengaruhnya kecil, seperti
pilek, sakit kepala, maka ulama empat madzhab sepakat
orang yang demikian wajib tetap berpuasa dan tidak boleh
meninggalkan puasa.

Terkait adanya kewajiban qadha atau tidak, orang sakit


dibagi menjadi 2 macam:

1. Orang yang sakitnya diperkirakan masih bisa sembuh,


maka wajib meng-qadha ketika sudah mampu untuk
36 QS. Al Baqarah: 184

29
Ringkasan Fikih Puasa 30

menjalankan puasa. Ulama ijma akan hal ini.

2. Orang yang sakitnya diperkirakan tidak bisa sembuh,


maka membayar fidyah kepada satu orang miskin
untuk setiap hari yang ditinggalkan. Diqiyaskan
dengan keadaan orang yang sudah tua renta tidak
mampu lagi berpuasa. Ini disepakati oleh madzhab
fikih yang empat.

2. Musafir

Orang yang bersafar boleh meninggalkan puasa


Ramadhan, baik perjalanannya sulit dan berat jika dilakukan
dengan berpuasa, maupun perjalanannya ringan dan tidak
berat jika dilakukan dengan berpuasa.

Namun jika orang yang bersafar itu berniat bermukim di


tempat tujuan safarnya lebih dari 4 hari, maka tidak boleh
meninggalkan puasa sejak ia sampai di tempat tujuannya.

Para ulama khilaf mengenai musafir yang perjalanannya


ringan dan tidak berat jika dilakukan dengan berpuasa,
semisal menggunakan pesawat atau kendaraan yang sangat
nyaman, apakah lebih utama berpuasa ataukah tidak
berpuasa. Yang lebih kuat, dan ini adalah pendapat jumhur

30
Ringkasan Fikih Puasa 31

ulama, lebih utama tetap berpuasa.

Orang yang hampir selalu bersafar setiap hari, seperti


pilot, supir bus, supir truk, masinis, dan semacamnya,
dibolehkan untuk tidak berpuasa selama bersafar, selama itu
memiliki tempat tinggal untuk pulang dan menetap.
Pendapat ini dikuatkan oleh Ibnu Taimiyah dan Ibnu Al
Utsaimin rahimahumullah.

3. Orang yang sudah tua renta

Orang yang sudah tua renta dan tidak lagi mampu untuk
berpuasa dibolehkan untuk tidak berpuasa Ramadhan.
Ulama ijma' akan hal ini. Dan wajib bagi mereka untuk
membayar fidyah kepada satu orang miskin untuk setiap hari
yang ditinggalkan.

4. Wanita hamil dan menyusui

Wanita hamil atau sedang menyusui boleh meninggalkan


puasa Ramadhan, baik karena ia khawatir terhadap
kesehatan dirinya maupun khawatir terhadap kesehatan si
bayi.

31
Ringkasan Fikih Puasa 32

Namun ulama berbeda pendapat mengenai apa


kewajiban wanita hamil dan menyusui ketika meninggalkan
puasa:

• Sebagian ulama berpendapat bagi mereka cukup


membayar fidyah tanpa qadha, ini dikuatkan oleh
Syaikh Al Albani.

• Sebagian ulama berpendapat bagi mereka cukup


meng-qadha tanpa fidyah, ini dikuatkan oleh Syaikh
Ibnu Baz, Syaikh Ibnu Al Utsaimin, Syaikh Shalih Al
Fauzan, Al Lajnah Ad Daimah, juga pendapat
Hanafiyah dan Malikiyah.

• Sebagian ulama seperti Syafi'iyyah dan juga


Hanabilah berpendapat bagi mereka qadha dan fidyah
jika meninggalkan puasa karena khawatir akan
kesehatan si bayi.

• Imam Malik merinci, jika khawatir pada anaknya


maka qadha dan fidyah. Namun jika khawatir pada
diri sang ibu, maka cukup meng-qadha puasa tanpa
fidyah.

Yang lebih rajih – insya Allah– adalah pendapat kedua,


bagi mereka wajib qadha saja tanpa fidyah.

32
Ringkasan Fikih Puasa 33

5. Orang yang memiliki sebab-sebab yang membolehkan


tidak berpuasa, diantaranya:

a) Orang yang pekerjaannya terasa berat. Orang yang


demikian tetap wajib meniatkan diri berpuasa dan
wajib berpuasa. Namun ketika tengah hari bekerja
lalu terasa sangat berat hingga dikhawatirkan dapat
membahayakan dirinya, boleh membatalkan puasa
ketika itu, dan wajib meng-qadha-nya di luar
Ramadhan.

b) Orang yang sangat kelaparan dan kehausan sehingga


bisa membuatnya binasa. Orang yang demikian wajib
berbuka dan meng-qadha-nya di hari lain.

c) Orang yang dipaksa untuk berbuka atau dimasukan


makanan dan minuman secara paksa ke mulutnya.
Orang yang demikian boleh berbuka dan meng-
qadha-nya di hari lain dan ia tidak berdosa karenanya.

d) Mujahid fi sabilillah, yang sedang berperang di


medan perang. Dibolehkan bagi mereka untuk
meninggalkan berpuasa. Berdasarkan hadits:
“Sesungguhnya musuh kalian telah mendekati kalian,

33
Ringkasan Fikih Puasa 34

maka berbuka itu lebih menguatkan kalian, dan hal


itu merupakan rukhshah”37.

Pembatal-pembatal puasa
1. Makan dan minum dengan sengaja.

2. Keluar mani dengan sengaja.

3. Muntah dengan sengaja.

4. Keluarnya darah haid dan nifas.

5. Menjadi gila atau pingsan.

6. Riddah (murtad).

7. Berniat untuk berbuka.

8. Merokok.

9. Jima' (bersenggama) di tengah hari puasa. Selain


membatalkan puasa dan wajib meng-qadha puasa,
juga diwajibkan menunaikan kafarah membebaskan
seorang budak, jika tidak ada maka puasa dua bulan
berturut-turut, jika tidak mampu maka memberi
makan 60 orang miskin.

37 HR. Muslim no.1120

34
Ringkasan Fikih Puasa 35

10. Hijamah (bekam) diperselisihkan apakah dapat


membatalkan puasa atau tidak. Pendapat jumhur
ulama, hijamah tidak membatalkan puasa. Sedangkan
pendapat Hanabilah bekam dapat membatalkan puasa.
Pendapat kedua ini dikuatkan oleh Ibnu Taimiyah,
Ibnu Baz dan Ibnu Al Utsaimin.

11. Masalah donor darah merupakan turunan dari


m a s a l a h be ka m . M a ka donor da r a h t i da k
membatalkan puasa dengan men-takhrij pendapat
jumhur ulama, dan bisa membatalkan puasa dengan
men-takhrij pendapat Hanabilah.

12. Inhaler dan sejenisnya berupa aroma yang dimasukan


melalui hidung, diperselisihkan apakah dapat
membatalkan puasa atau tidak. Pendapat jumhur
ulama ia dapat membatalkan puasa, sedangkan
sebagian ulama Syafi’iyyah dan Malikiyyah
mengatakan tidak membatalkan. Pendapat kedua ini
juga dikuatkan oleh Ibnu Taimiyah.

35
Ringkasan Fikih Puasa 36

Yang bukan merupakan pembatal


puasa
1. Mengakhirkan mandi hingga terbit fajar, bagi orang
yang junub atau wanita yang sudah bersih dari haid
dan nifas. Puasanya tetap sah.

2. Berkumur-kumur dan istinsyaq (menghirup air ke


hidung).

3. Mandi di tengah hari puasa atau mendinginkan diri


dengan air.

4. Menyicipi makanan ketika ada kebutuhan, selama


tidak masuk ke kerongkongan.

5. Bercumbu dan mencium istri, bagi orang yang


mampu mengendalikan birahinya.

6. Memakai parfum dan wangi-wangian.

7. Menggunakan siwak atau sikat gigi.

8. Menggunakan celak.

9. Menggunakan tetes mata.

10. Menggunakan tetes telinga.

11. Makan dan minum 5 menit sebelum terbit fajar yang

36
Ringkasan Fikih Puasa 37

ditandai dengan adzan shubuh, yang biasanya disebut


dengan waktu imsak. Karena batas awal rentang
waktu puasa adalah ketika terbit fajar yang ditandai
dengan adzan shubuh.

Yang dimakruhkan ketika puasa


1. Terlalu dalam dan berlebihan dalam berkumur-kumur
dan istinsyaq (menghirup air ke hidung).

2. Puasa wishal, yaitu menyambung puasa selama dua


hari tanpa diselingi makan atau minum sama sekali.

3. Menyicipi makanan tanpa ada kebutuhan, walaupun


tidak masuk ke kerongkongan.

4. Bercumbu dan mencium istri, bagi orang yang tidak


mampu mengendalikan birahinya.

5. Bermalas-malasan dan terlalu banyak tidur tanpa ada


kebutuhan.

6. Berlebihan dan menghabiskan waktu dalam perkara


mubah yang tidak bermanfaat.

37
Ringkasan Fikih Puasa 38

Cara pembayaran fidyah


Fidyah dibayarkan ketika sudah masuk bulan
Ramadhan. Boleh di awal bulan, boleh di tengah atau di
akhir.

Orang yang membayar fidyah, boleh memilih antara dua


bentuk:

a) Beras, maka sebesar 1/2 sha' (sekitar 1,5kg) per hari


yang ditinggalkan. Jika tidak puasa selama 30 hari
maka 1,5kg x 30 hari.

b) Paket makanan jadi yang biasa dimakan. Jika tidak


puasa selama 30 hari maka 30 paket makanan

Fidyah dibayarkan kepada orang miskin. Boleh


dibayarkan dengan 2 cara:

a) Sekaligus. Misal (1,5kg x 30 hari) diserahkan kepada


1 orang miskin.

b) Dibagi-bagi. Misal (1,5kg x 30 hari) diserahkan


kepada 30 orang miskin atau 15 orang miskin atau 20
orang miskin, bebas.

Fidyah tidak boleh dibayarkan berupa uang, wajib


membayar fidyah berupa makanan. Karena Allah ta'ala

38
Ringkasan Fikih Puasa 39

berfirman:

ٍ‫وَعَلَى الّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِي‬

“Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya


(jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu):
memberi makan seorang miskin”38.

Fidyah boleh dibayarkan oleh orang lain dengan seizin


atau sepengetahuan orang yang terkena tanggungan.

Beberapa kesalah-pahaman dalam


ibadah puasa
Pertama:

Niat puasa tidak perlu dilafalkan dengan lisan, karena


niat adalah amalan hati. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam
juga tidak pernah mengajarkan lafal niat puasa. Menetapkan
itikad ketika malam hari dan di dalam hati bahwa esok hari
akan berpuasa, ini sudah niat yang sah.

38 QS. Al Baqarah: 184

39
Ringkasan Fikih Puasa 40

Kedua:

Berpuasa namun tidak melaksanakan shalat fardhu


adalah kesalahan fatal. Di antara juga perilaku sebagian
orang yang makan sahur untuk berpuasa namun tidak
bangun shalat shubuh. Karena para sahabat ijma' (sepakat)
tentang kafirnya orang yang meninggalkan shalat dengan
sengaja, sehingga tidak ada faedahnya jika ia berpuasa jika
s t a t u s n y a k a f i r. D a r i A b d u l l a h b i n B u r a i d a h
radhiallahu’anhu, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam
bersabda:

َ‫ فمَن تَرَكها فقدْ كَفَر‬،ُ‫إنّ العَهدَ الذي بيننا وبينهم الصّلة‬


“Sesungguhnya perjanjian antara kita dan mereka (kaum
musyrikin) adalah shalat. Barangsiapa yang
meninggalkannya maka ia telah kafir”39.

Sebagian ulama berpendapat orang yang meninggalkan


shalat tidak sampai kafir namun termasuk dosa besar, yang
juga bisa membatalkan pahala puasa.

39 HR. At Tirmidzi no. 2621, dishahihkan Al Albani dalam Shahih At


Tirmidzi

40
Ringkasan Fikih Puasa 41

Ketiga:

Berbohong tidak membatalkan puasa, namun bisa jadi


membatalkan atau mengurangi pahala puasa karena
berbohong adalah perbuatan maksiat. Dalam hadis dari Abu
Hurairah radhiallahu’anhu, N a b i shallallahu’alaihi wa
sallam bersabda:

ْ‫ فليسَ لِّ حاجَةٌ أن‬،َ‫مَن لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزّورِ والعَمَلَ به والَهْل‬
ُ‫يَدَعَ طَعامَهُ وشَرابَه‬
“Siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan
amalan dusta serta kejahilan (maksiat), maka Allah tidak
butuh amalan ia meninggalkan makan atau minum” 40.

Keempat:

Sebagian orang menahan diri melakukan perbuatan


maksiat hingga datang waktu berbuka puasa. Padahal
perbuatan maksiat tidak hanya terlarang dilakukan ketika
berpuasa, bahkan terlarang juga setelah berbuka puasa dan
juga terlarang dilakukan di luar bulan Ramadhan. Namun
jika dilakukan ketika berpuasa selain berdosa juga dapat

40 HR. Al Bukhari no. 6057

41
Ringkasan Fikih Puasa 42

membatalkan pahala puasa walaupun tidak membatalkan


puasanya.

Kelima:

Mengenai hadits:

ٌ‫نَوْمُ الصَّائِمِ عِبَادَة‬


“Tidurnya orang yang berpuasa adalah ibadah”.

Hadits ini diriwayatkan oleh Al Baihaqi di Syu’abul


I m a n (3/1437). Hadits ini dha'if (lemah), sebagaimana
dikatakan Al Hafidz Al Iraqi dalam Takhrijul Ihya (1/310).
Al Albani juga mendhaifkan hadits ini dalam Silsilah Adh
Dha’ifah (4696). Tidur adalah perkara mubah (boleh) dan
bukan ritual ibadah. Maka, sebagaimana perkara mubah
yang lain, tidur dapat bernilai ibadah jika diniatkan sebagai
sarana penunjang ibadah. Misalnya, seseorang tidur karena
khawatir tergoda untuk berbuka sebelum waktunya, atau
tidur untuk mengistirahatkan tubuh agar kuat dalam
beribadah. Sebaliknya, tidak setiap tidur orang berpuasa itu
bernilai ibadah. Sebagai contoh, tidur karena malas, atau
tidur karena kekenyangan setelah sahur. Keduanya, tentu

42
Ringkasan Fikih Puasa 43

tidak bernilai ibadah, bahkan bisa dinilai sebagai tidur yang


tercela. Maka, hendaknya seseorang menjadikan bulan
Ramadhan sebagai kesempatan baik untuk memperbanyak
amal kebaikan, bukan bermalas-malasan.

Keenam:

Tidak ada hadits “berbukalah dengan yang manis“.


Pernyataan yang tersebar di tengah masyarakat dengan bunyi
d e m i k i a n , b u k a n l a h h a d i t s N a b i Shallallahu’alaihi
Wasallam.

Wallahu ta’ala a’lam.

43
Ringkasan Fikih Puasa 44

Referensi
Buku ini diringkas dari Mausu’ah Fiqhiyyah Duraris
Saniyyah, bab puasa, yaitu sebuah ensiklopedi fikih yang
disusun dibawah bimbingan Syaikh Alwi bin Abdil Qadir As
Segaf, dengan beberapa tambahan dari penyusun. Semoga
bermanfaat bagi kaum Muslimin.

44

Anda mungkin juga menyukai