Tentang
FIQH IBADAH
Puasa Ramadhan
Disusun Oleh :
Kelompok 3 (TBI-A)
Dosen Pengampu :
Prof. Dr. H. Asasriwarni, M.H.
Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Fiqh Ibadah”
dengan tepat waktu.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas
dari Bapak Prof. Dr. H. Asasriwarni, M.H. pada Mata Kuliah Fiqih Ibadah. Selain
itu, penulisan makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi
pembaca tentang Fiqh Ibadah.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Prof. Dr. H. Asasriwarni,
M.H. selaku dosen pengampu Mata Kuliah Fiqih Ibadah yang telah memberikan
tugas ini dan memberikan arahan dalam penyusunan makalah ini. Sehingga kami
dapat memahami materi-materi pada Mata Kuliah ini dengan baik.
Kami juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami
meyadari bahwa penulisan makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
makalah ini.
Penulis
2
DAFATR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II : PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Dasar Hukum Puasa
B. Rukun dan Syarat Puasa
C. Yang Membatalkan Puasa
D. Tujuan dan Hikmah Puasa
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
ii
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dan Dasar Hukum Puasa?
2. Apa Rukun dan Syarat Puasa?
3. Apa Yang Membatalkan Puasa?
4. Apa Tujuan dan Hikmah Puasa?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Pengertian dan Dasar Hukum Puasa
2. Mengetahui Rukun dan Syarat Puasa
3. Mengetahui Apa Saja Yang Membatalkan Puasa
4. Mengetahui Tujuan dan Hikmah Puasa
4
BAB II
PEMBAHASAN
“Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam,
yaitu fajar”. (Q.S. Al-Baqarah : 187).
1
Yulian purnama, Mausu’ah Fiqhiyyah Duraris Saniyyah, Dar al-Hazm, 1973, hlm 54
5
3
2. Hukum Puasa
Puasa Ramadhan hukumnya wajib berdasarkan firman Allah Subhanahu
wa Ta’ala:
يا أيها الذين آمن ا كتب عليكم ال ّصيَام كما ُتب على الذين من قبلكم لعّكم تتّقون
Dan juga karena puasa ramadhan adalah salah dari rukun Islam yang lima. Nabi
Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
،اةAاء الزكA وِإيت،ة،لAAام الصA وإق، وAول الAداً رسAه ِإل ال وأ ّن محّمAشهادة أن ل ِإل: بُني ا ِسلسل م على خمس
وصوم رمضان،ّالحج
“Islam dibangun di atas lima rukun: syahadat laa ilaaha illallah muhammadur
rasulullah, menegakkan shalat, membayar zakat, haji dan puasa Ramadhan”
(HR. Bukhari – Muslim).
ِّ َّن لَ ُك ُم ْالخَ ْيطُ اَأْل ْبيَضُ ِمنَ ْال َخ ْي ِط اَأْلس َْو ِد ِمنَ ْالفَجْ ِر ۖ ثُ َّم َأتِ ُّموا الAَ َو ُكلُوا َوا ْش َربُوا َحتَّ ٰى يَتَبَي
صيَا َم ِإلَى اللَّي ِْل
Syarat puasa
Syarat wajib puasa ada 4, yaitu:
1. Islam
2. Berakal
2
Muhammad Abdyh Tuasikal, Syarat dan Rukun Puasa, Islam House, 2014, hal 26
3
Muhammad Abdyh Tuasikal, Syarat dan Rukun Puasa, Islam House, 2014, hal 29
6
3. Baligh
4. Mengetahui akan wajibnya puasa
Syarat wajib penunaian puasa:
4
a. Sehat, tidak dalam keadaan sakit,
b. Menetap, tidak dalam keadaan bersafar,
c. Suci dari haidh dan nifas.
Syarat sahnya puasa:
a. Dalam keadaan suci dari haidh dan nifas,
b. Berniat.
Artinya: “Setiap amalan anak Adam itu adalah (pahala) baginya, kecuali puasa,
karena puasa itu untuk-Ku dan Akulah yang akan membalasnya,”.
2. Suntikan–suntikan penambah kekuatan berupa vitamin dan yang
sejenisnya yang masuk
3. Menelan darah mimisan dan darah yang keluar dari bibir
4. Muntah dengan sengaja
5. Haid dan Nifas
6. Bersetubuh
7
ini menjadi penting karena dengannya seseorang akan lebih termotivasi dalam
menjalankan ibadah tersebut.
1. Melatih Kesabaran
5
Hikmah puasa Ramadhan yang pertama adalah untuk melatih kesabaran.
Inti dari kesabaran adalah menahan diri. Menahan diri dari dorongan untuk segera
memiliki atau melakukan sesuatu yang negatif. Puasa membiasakan kesabaran,
karena pada puasa kita menahan diri untuk tidak memenuhi sesuatu yang menjadi
kebutuhan pokok manusia sehari-hari yaitu makan dan minum. Menahan dari dari
kebiasaan yang tidak boleh dilakukan saat puasa seperti minum kopi atau teh di
pagi hari, ngemil di siang hari, dan sebagainya. Kesabaran ini pada akhirnya juga
mengikis kedengkian. Sebuah refleksi ketidaksabaran atas apa yang ada pada diri
kita dibandingkan dengan apa yang ada pada orang lain.
3. Meningkatkan Ketakwaan
Ibnu Qudamah menjelaskan dua hal kelebihan puasa dalam kitab
Mukhtashar Minhajul Qashidin. Pertama, puasa termasuk amalan yang
tersembunyi dan amalan batin yang tidak bisa dilihat orang lain, sehingga tidak
mudah disusupi riya. Kedua, cara untuk menundukkan musuh Allah. Karena
sarana yang dipergunakan musuh adalah syahwat. Syahwat bisa menjadi kuat
karena makanan dan minuman. Selagi lahan syahwat tetap subur, maka syetan
bisa bebas berkeliaran di tempat gembalaan yang subur itu. Tapi jika syahwat
ditinggalkan, maka jalan ke sana juga sempit.
Ketika seseorang ikhlas dalam menjalankan perintah Allah dan mampu
meninggalkan larangan-Nya dengan kemampuan mengendalikan syahwatnya,
maka pada saat itu ia mencapai derajat takwa.
8
istirahat. Puasa juga memberi kesempatan untuk mengeluarkan semua kotoran
serta zat-zat berbahaya di dalamnya.
6. Mensucikan Jiwa
6
Hikmah puasa Ramadhan lainnya yaitu dapat mensucikan jiwa. Dengan
menjalankan ibadah puasa, manusia telah memilih untuk menahan diri dari hal-hal
yang sebenarnya halal untuknya. Sejak terbit fajar sampai dengan terbenamnya
matahari, manusia menahan diri dari makanan, minum, dan bersetubuh.
Jika ia mau ia bisa saja melakukannya. Toh tidak ada yang mengetahuinya.
Saat berada di rumah tertutup, di dalam kamar yang terkunci, tidak ada orang lain
yang mengetahui jika ia makan dan minum. Tetapi tidak melakukannya karena
Allah SWT.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut bahasa (etimologis) Shyam atau puasa berarti menahan diri dan
menurut syara’ (ajaran agama), puasa adalah menahan diri dari segala yang
membatalkanya dari mulai terbit fajar hingga terbenam matahari karena Allah
SWT semata-mata dan disertai niat dan syarat tertentu“.
Adapun hikmah dari berpuasa yaitu :
a. Menumbuhkan nilai-nilai persamaan selaku hamba Allah, karena
sama-sama memberikan rasa lapar dan haus serta ketentuan-ketentuan lainnya.
b. Menumbuhkan rasa peri kemanusian dan suka member, serta peduli terhadap
orang-orang yang tak mampu.
c. Memperkokoh sikap tabah dalam menghadapi cobaan dan godaan,
karna dalam berpuasa harus meninggalkan godaan yang dapat membatalkan
puasa.
d. Menumbuhkan sikap Amanah (dapat dipercaya), karna dapat mengetahui
apakah seseorang melakukan puasa atau tidak hanyalah dirinya sendiri.
e. Menumbuhkan sikap bersahabat dan menghindari pertengkaran selama
berpuasa seseorang tidak diperbolehkan saling bertengkar.
f. Menanamkam sikap jujur dan disiplin.
g. Mendidik jiwa agar dapat menguasai diri dari hawa nafsu, sehingga
mudah menjalankan kebaikan dan meninggalkan keburukan.
h. Meningkatkan rasa syukur atas nikmat dan karunia Allah.
i. Menjaga kesehatan jasmani.
B. Saran
Penulis memohon maaf atas segala kekhilafan dan kekurangan makalah ini
dan senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini
lebih bermanfaat dan lebih baik kualitasnya dimasa mendatang. Mudah-mudahan
makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
10
7
DAFTAR PUSTAKA
Tuasikal, Muhammad Abduh, 2014, Syarat dan Rukun Puasa, Jakarta: Islam House.
Majalah An-Nashihah Vol. 7 (1425/2008)
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah. (Bairut Libanon: Dar Fikr.)
Rifa’i, Moh., 1978. Ilmu Fiqih Islam Lengkap. Semarang: PT Karya Toha Putra.
Latif, M. Djamil., 2001. Puasa dan Ibadah Bulan Ramadhan. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Bahreisj, Hussein., 1980. Pedoman Fiqih Islam. Surabaya: Al-Ikhlas.
11