Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH FIQIH IBADAH

Tentang
FIQH IBADAH
Puasa Ramadhan

Disusun Oleh :
Kelompok 3 (TBI-A)

Fadli Ma’arif Wiguna (2214050011)


Tegar Ramadhani (2214050018)

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. H. Asasriwarni, M.H.

PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INGGRIS


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN IMAM BONJOL
PADANG
1444H/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Fiqh Ibadah”
dengan tepat waktu.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas
dari Bapak Prof. Dr. H. Asasriwarni, M.H. pada Mata Kuliah Fiqih Ibadah. Selain
itu, penulisan makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi
pembaca tentang Fiqh Ibadah.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Prof. Dr. H. Asasriwarni,
M.H. selaku dosen pengampu Mata Kuliah Fiqih Ibadah yang telah memberikan
tugas ini dan memberikan arahan dalam penyusunan makalah ini. Sehingga kami
dapat memahami materi-materi pada Mata Kuliah ini dengan baik.
Kami juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami
meyadari bahwa penulisan makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
makalah ini.

Padang, 14 Maret 2023

Penulis

2
DAFATR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II : PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Dasar Hukum Puasa
B. Rukun dan Syarat Puasa
C. Yang Membatalkan Puasa
D. Tujuan dan Hikmah Puasa
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

ii

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Secara etimologi, puasa berarti menahan, baik menahan makan,


minum, bicara dan perbuatan. Seperti yang ditunjukkan oleh firman Allah, surat
Maryam ayat 26 :
“Sesungguhnya aku telah bernadzar berpuasa demi Tuhan yang Maha Pemurah,
bahwasanya aku tidak akan berbicara dengan seorang manusia pun pada hari
ini”. (Q.S. Maryam : 26).
Sedangkan secara terminologi, puasa adalah menahan dari hal-hal yang
membatalkan puasa dengan disertai niat berpuasa. Sebagian ulama
mendefinisikan, puasa adalah menahan nafsu dua anggota badan, perut dan alat
kelamin sehari penuh, sejak terbitnya fajar kedua sampai terbenamnya matahari
dengan memakai niat tertentu. Puasa Ramadhan wajib dilakukan, adakalanya
karena telah melihat hitungan Sya’ban telah sempurna 30 hari penuh atau dengan
melihat bulan pada malam tanggal 30 Sya’ban. Sesuai dengan hadits Nabi
Muhammad SAW“Berpuasalah dengan karena kamu telah melihat bulan
(ru’yat), dan berbukalah dengan berdasar ru’yat pula. Jika bulan tertutup
mendung, maka genapkanlah Sya’ban menjadi 30 hari”.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dan Dasar Hukum Puasa?
2. Apa Rukun dan Syarat Puasa?
3. Apa Yang Membatalkan Puasa?
4. Apa Tujuan dan Hikmah Puasa?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Pengertian dan Dasar Hukum Puasa
2. Mengetahui Rukun dan Syarat Puasa
3. Mengetahui Apa Saja Yang Membatalkan Puasa
4. Mengetahui Tujuan dan Hikmah Puasa

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Dasar Hukum Puasa


1. Pengertian Puasa
shaum (‫وم‬AA‫ الص‬.(Secara bahasa Ash Shiyam artinya adalah al imsaak (
‫اك‬AA‫( السمس‬yaitu menahan diri. Sedangkan secara istilah, ash shiyaam artinya:
beribadah kepada Allah Ta’ala dengan menahan diri dari makan, minum dan
pembatal puasa lainnya, dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari.1
Puasa secara bahasa adalah menahan diri dari sesuatu. Sedangkan secara
terminologi, adalah menahan diri pada siang hari dari berbuka dengan disertai niat
Puasa dalam bahasa Arab disebut dengan ash shiyaam (‫ )الصيام‬atau ash berpuasa
bagi orang yang telah diwajibkan sejak terbit fajar hingga terbenam matahari.
Detailnya, puasa adalah menjaga dari pekerjaan-pekerjaan yang dapat
membatalkan puasa seperti makan, minum, dan bersenggama pada sepanjang hari
tersebut (sejak terbit fajar hingga terbenamnya matahari. Puasa diwajibkan atas
seorang muslim yang baligh, berakal, bersih dari haid dan nifas, disertai niat
ikhlas semata-mata karena Allah ta’aala.
Adapun rukunnya adalah menahan diri dari makan dan minum, menjaga
kemaluannya (tidak bersenggama), menahan untuk tidak berbuka, sejak terbitnya
ufuk kemerah-merahan (fajar subuh) di sebelah timur hingga tenggelamnya
matahari. Firman Allah SWT yang artinya:

“Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam,
yaitu fajar”. (Q.S. Al-Baqarah : 187).

Ibn’ Abdul Bar dalam hadits Rasulullah SAW, “Sesungguhnya Bilal biasa


azan pada malam hari, maka makan dan minumlah kamu sampai terdengarnya
azan Ibn Ummi Maktum”, menyatakan bahwa benang putih adalah waktu subuh
dan sahur hanya dikerjakan sebelum waktu fajar.

1
Yulian purnama, Mausu’ah Fiqhiyyah Duraris Saniyyah, Dar al-Hazm, 1973, hlm 54

5
3
2. Hukum Puasa
Puasa Ramadhan hukumnya wajib berdasarkan firman Allah Subhanahu
wa Ta’ala:
‫يا أيها الذين آمن ا كتب عليكم ال ّصيَام كما ُتب على الذين من قبلكم لعّكم تتّقون‬

“wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa


sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kalian bertaqwa”
(QS. Al Baqarah: 183).

Dan juga karena puasa ramadhan adalah salah dari rukun Islam yang lima. Nabi
Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
،‫اة‬A‫اء الزك‬A‫ وِإيت‬،‫ة‬،‫ل‬AA‫ام الص‬A‫ وإق‬، ‫و‬A‫ول ال‬A‫داً رس‬A‫ه ِإل ال وأ ّن محّم‬A‫شهادة أن ل ِإل‬: ‫بُني ا ِسلسل م على خمس‬
‫ وصوم رمضان‬،ّ‫الحج‬

“Islam dibangun di atas lima rukun: syahadat laa ilaaha illallah muhammadur
rasulullah, menegakkan shalat, membayar zakat, haji dan puasa Ramadhan”
(HR. Bukhari – Muslim).

B. Rukun dan Syarat Puasa


Rukun puasa
Berdasarkan kesepakatan para ulama, rukun puasa adalah
menahan diri dari berbagai pembatal puasa mulai dari terbit fajar
(yaitu fajar shodiq) hingga terbenamnya matahari.2 Hal ini
berdasarkan firman Allah Ta’ala:

ِّ ‫َّن لَ ُك ُم ْالخَ ْيطُ اَأْل ْبيَضُ ِمنَ ْال َخ ْي ِط اَأْلس َْو ِد ِمنَ ْالفَجْ ِر ۖ ثُ َّم َأتِ ُّموا ال‬Aَ ‫َو ُكلُوا َوا ْش َربُوا َحتَّ ٰى يَتَبَي‬
‫صيَا َم ِإلَى اللَّي ِْل‬

“Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari


benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu
sampai (datang) malam.” (QS. Al Baqarah: 187). Yang dimaksud dari
ayat adalah, terangnya siang dan gelapnya malam dan bukan yang
dimaksud benang secara hakiki.3

Syarat puasa
Syarat wajib puasa ada 4, yaitu:
1. Islam
2. Berakal
2
Muhammad Abdyh Tuasikal, Syarat dan Rukun Puasa, Islam House, 2014, hal 26
3
Muhammad Abdyh Tuasikal, Syarat dan Rukun Puasa, Islam House, 2014, hal 29

6
3. Baligh
4. Mengetahui akan wajibnya puasa
Syarat wajib penunaian puasa:
4
a. Sehat, tidak dalam keadaan sakit,
b. Menetap, tidak dalam keadaan bersafar,
c. Suci dari haidh dan nifas.
Syarat sahnya puasa:
a. Dalam keadaan suci dari haidh dan nifas,
b. Berniat.

C. Yang Membatalkan Puasa


1. Makan dan minum dengan sengaja
Adapun kalau seseorang melakukannya dengan tidak sengaja atau lupa ,
tidaklah membatalkan puasanya. Hal ini adalah perkara diketahui secara
darurat dan dimaklumi oleh seluruh kaum muslimin berdasarkan dalil yang
sangat banyak. Di antaranya adalah ayat dalam surah Al-Baqaroh ayat 187 :
َّ
‫صيَا َم ِإلَى اللي ِْل‬ِّ ‫َّن لَ ُك ُم ْالخَ ْيطُ اَأْل ْبيَضُ ِمنَ ْال َخ ْي ِط اَأْلس َْو ِد ِمنَ ْالفَجْ ِر ۖ ثُ َّم َأتِ ُّموا ال‬Aَ ‫َو ُكلُوا َوا ْش َربُوا َحتَّ ٰى يَتَبَي‬
“Dan makan dan minumlah kalian hingga nampak bagi kalian benang putih dari
benang hitam
yaitu fajar, kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai malam.”
Dan hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu riwaya t Al-Bukhary dan Muslim ,
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam menegaskan :
‫ َوَأنَا َأجْ ِزي بِ ِه‬،‫ فَه َُو لِي‬،‫صيَا َم‬ ِّ ‫ ِإاَّل ال‬،ُ‫ُكلُّ َع َم ِل اب ِْن آ َد َم لَه‬

Artinya: “Setiap amalan anak Adam itu adalah (pahala) baginya, kecuali puasa,
karena puasa itu untuk-Ku dan Akulah yang akan membalasnya,”.
2. Suntikan–suntikan penambah kekuatan berupa vitamin dan yang
sejenisnya yang masuk
3. Menelan darah mimisan dan darah yang keluar dari bibir
4. Muntah dengan sengaja
5. Haid dan Nifas
6. Bersetubuh

D. Tujuan dan Hikmah Puasa


Puasa merupakan ibadah untuk Allah. Seorang hamba mendekatkan diri
kepada Tuhan-nya dengan meninggalkan apa-apa yang dicintai jiwa dan nafsunya
baik makanan, minuman maupun hubungan kelamin. Dari situ nampak ketulusan
iman seorang hamba, kesempurnaan penghambaannya, kecintaannya kepada
Tuhan-nya dan harapnya kepada pahala-Tuhan-nya.
Sama seperti ibadah lainnya, ibadah puasa Ramadhan juga memiliki
hikmahnya masing-masing bagi yang menjalankannya. Pengetahuan akan hikmah

7
ini menjadi penting karena dengannya seseorang akan lebih termotivasi dalam
menjalankan ibadah tersebut.
1. Melatih Kesabaran

5
Hikmah puasa Ramadhan yang pertama adalah untuk melatih kesabaran.
Inti dari kesabaran adalah menahan diri. Menahan diri dari dorongan untuk segera
memiliki atau melakukan sesuatu yang negatif. Puasa membiasakan kesabaran,
karena pada puasa kita menahan diri untuk tidak memenuhi sesuatu yang menjadi
kebutuhan pokok manusia sehari-hari yaitu makan dan minum. Menahan dari dari
kebiasaan yang tidak boleh dilakukan saat puasa seperti minum kopi atau teh di
pagi hari, ngemil di siang hari, dan sebagainya. Kesabaran ini pada akhirnya juga
mengikis kedengkian. Sebuah refleksi ketidaksabaran atas apa yang ada pada diri
kita dibandingkan dengan apa yang ada pada orang lain.

2. Menyibukkan Diri dengan Zikir


Hikmah puasa Ramadhan berikutnya adalah dapat menyibukkan diri
dengan zikir. Karena bila menuruti hawa nafsunya akan membuatnya lalai bahkan
bisa mengeraskan hati. Karena itu Nabi -shalallahu alaihi wasallam- mengarahkan
untuk meringankan makan dan minum.

3. Meningkatkan Ketakwaan
Ibnu Qudamah menjelaskan dua hal kelebihan puasa dalam kitab
Mukhtashar Minhajul Qashidin. Pertama, puasa termasuk amalan yang
tersembunyi dan amalan batin yang tidak bisa dilihat orang lain, sehingga tidak
mudah disusupi riya. Kedua, cara untuk menundukkan musuh Allah. Karena
sarana yang dipergunakan musuh adalah syahwat. Syahwat bisa menjadi kuat
karena makanan dan minuman. Selagi lahan syahwat tetap subur, maka syetan
bisa bebas berkeliaran di tempat gembalaan yang subur itu. Tapi jika syahwat
ditinggalkan, maka jalan ke sana juga sempit.
Ketika seseorang ikhlas dalam menjalankan perintah Allah dan mampu
meninggalkan larangan-Nya dengan kemampuan mengendalikan syahwatnya,
maka pada saat itu ia mencapai derajat takwa.

4. Mengontrol Hawa Nafsu


Hikmah puasa Ramadhan berikutnya yaitu, bisa membantu mengontrol
hawa nafsu. Puasa pun dapat menjadi benteng bagi diri untuk mencegah
melakukan perbuatan maksiat. Selama berpuasa, setiap orang diminta untuk
menjaga hawa nafsu dan melindungi diri dari godaan setan.

5. Baik untuk Kesehatan Jasmani


Bukan hanya dapat mengontrol hawa nafsu, hikmah puasa Ramadhan juga
dapat membantu kesehatan jasmani sebagaimana rohani. Dengan berpuasa,
kebutuhan rohani akan kedekatan dengan Allah SWT dapat terpenuhi. Sedangkan
secara jasmani, sistem pencernaan dalam tubuh selama sementara waktu akan

8
istirahat. Puasa juga memberi kesempatan untuk mengeluarkan semua kotoran
serta zat-zat berbahaya di dalamnya.

6. Mensucikan Jiwa

6
Hikmah puasa Ramadhan lainnya yaitu dapat mensucikan jiwa. Dengan
menjalankan ibadah puasa, manusia telah memilih untuk menahan diri dari hal-hal
yang sebenarnya halal untuknya. Sejak terbit fajar sampai dengan terbenamnya
matahari, manusia menahan diri dari makanan, minum, dan bersetubuh.
Jika ia mau ia bisa saja melakukannya. Toh tidak ada yang mengetahuinya.
Saat berada di rumah tertutup, di dalam kamar yang terkunci, tidak ada orang lain
yang mengetahui jika ia makan dan minum. Tetapi tidak melakukannya karena
Allah SWT.

7. Hidup Jauh Lebih Sederhana


Apakah kamu merasa di saat bulan puasa uang yang keluar dari dompet
lebih sedikit dari biasanya? Ya, sebab, orang berpuasa akan makan dan minum di
waktu berbuka dan sahur saja. Jika sudah kenyang, pikiran kita tidak akan terpikir
untuk memesan kembali makanan atau minuman. Sebetulnya ngemil setelah
waktu makan yang utama hanyalah hawa nafsu seseorang saja.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut bahasa (etimologis) Shyam atau puasa berarti menahan diri dan
menurut syara’ (ajaran agama), puasa adalah menahan diri dari segala yang
membatalkanya dari mulai terbit fajar hingga terbenam matahari karena Allah
SWT semata-mata dan disertai niat dan syarat tertentu“.
Adapun hikmah dari berpuasa yaitu :
a. Menumbuhkan nilai-nilai persamaan selaku hamba Allah, karena
sama-sama memberikan rasa lapar dan haus serta ketentuan-ketentuan lainnya.
b. Menumbuhkan rasa peri kemanusian dan suka member, serta peduli terhadap
orang-orang yang tak mampu.
c. Memperkokoh sikap tabah dalam menghadapi cobaan dan godaan,
karna dalam berpuasa harus meninggalkan godaan yang dapat membatalkan
puasa.
d. Menumbuhkan sikap Amanah (dapat dipercaya), karna dapat mengetahui
apakah seseorang melakukan puasa atau tidak hanyalah dirinya sendiri.
e. Menumbuhkan sikap bersahabat dan menghindari pertengkaran selama
berpuasa seseorang tidak diperbolehkan saling bertengkar.
f. Menanamkam sikap jujur dan disiplin.
g. Mendidik jiwa agar dapat menguasai diri dari hawa nafsu, sehingga
mudah menjalankan kebaikan dan meninggalkan keburukan.
h. Meningkatkan rasa syukur atas nikmat dan karunia Allah.
i. Menjaga kesehatan jasmani.

B. Saran
Penulis memohon maaf atas segala kekhilafan dan kekurangan makalah ini
dan senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini
lebih bermanfaat dan lebih baik kualitasnya dimasa mendatang. Mudah-mudahan
makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

10
7
DAFTAR PUSTAKA

Tuasikal, Muhammad Abduh, 2014, Syarat dan Rukun Puasa, Jakarta: Islam House.
Majalah An-Nashihah Vol. 7 (1425/2008)
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah. (Bairut Libanon: Dar Fikr.)
Rifa’i, Moh., 1978. Ilmu Fiqih Islam Lengkap. Semarang: PT Karya Toha Putra.
Latif, M. Djamil., 2001. Puasa dan Ibadah Bulan Ramadhan.  Jakarta: Ghalia Indonesia.
Bahreisj, Hussein., 1980. Pedoman Fiqih Islam. Surabaya: Al-Ikhlas.

11

Anda mungkin juga menyukai