Disusun Oleh :
Raini Dahriana Pulungan (0310211002)
S
egala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami limpahan rahmat
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Shalawat dan salam semoga tetap tercurah pada junjungan kita nabi
Muhammad SAW beserta para sahabat dan pengikutnya hingga akhir zaman.
Makalah ini disusun dengan tujuan pertama memahami puasa dan cara
pelaksanaan puasa ,kedua yaitu untuk memenuhi tugas diskusi dan pembuatan
makalh secara kelompok. Adapun manfaat makalah ini adalah sebagai wahana
pembelajaran ushul fiqih agar dapat dipelajari oleh seluruh
mahasiswa/mahasiswi khususnya Tadris Biologi.
Kami menyadari bahwa segala apa yang telah di capai tidak akan pernah
terwujud tanpa izin Allah SWT,dan ucapan terima kasih yang tidak terhingga
kepada ibu dosen yang selalu memberikan nasehat dan dukungan untuk kami dan
semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi para mahasiswa lainnya.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………... i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………......
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………….. 1
C. Tujuan Pembahasan……………………………………………………………. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. pengertian puasa …………………………………………………………….... 3
B. hokum puasa dan dalil…………………………………………………….... 3
C. macam-macam puasa……………………………………………………….. 4
D. Rukun dan syarat puasa……………………………………………………… 10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………………………………. 16
B. Saran…………………………………………………………………………………….
16
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………... iii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Puasa merupakan amalan-amalan ibadah yang tidak hanya oleh umat sekarang
tetapi juga dijalankan pada masa umat-umat terdahulu.bagi orang yang beriman ibadah
puasa merupakan salah satu sarana penting untuk mencapai takwa, dan salah satu
sebab untuk mendapatkan ampunan dosa-dosa, pelipatgandaan pahala kebaikan,dan
pengangkatan derajat. Allah telah menjadikan ibadah puasa khusus untuk diri-Nya
diantara amal-amal ibadah lainnya.
Allah memerintahkan puasa bukan tanpa sebab. Karena segala sesuatu yang
diciptakan tidakla ada yang sia-sia dan segala sesuatu yang diperintahkan-Nya pasti
demi kebaikan hambanya. Barang siapa yang melakukannya dengan ikhlas dan sesuai
dengan aturan maka akan diberi ganjaran yang besar oleh allah.
Puasa mempunyai pengaruh menyeluruh baik secara individu maupun masyarakat
dalam hadits telah disebutkan hal-hal yang terkait dengan puasa seperti halnya
mengenai kesehatan, dan lain sebagainya. Dalam menjalankan puasa secara tidak
langsung telah diajarkan perilaku-perilaku yang baik seperti halnya sabar, bisa
mengendalikan diri dan mempunyai tingkah laku yang baik.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian puasa?
2. Apa hokum dan dalil puasa?
1
3. Apa saja macam-macam puasa?
4. Apa rukun dan syarat puasa?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu puasa.
2. Mengetahui hokum dan dalil puasa.
3. Mengetahui macam-macam puasa.
4. Mengetahui rukun dan syarat puasa.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian puasa
Puasa “Saumu” menurut bahasa Arab adalah “menahan dari segala sesuatu”,
seperti menahan makan, minum, nafsu, menahan berbicara yang tidak bermanfaat
dan sebagainya. Menurut istilah agama islam yaitu “menahan diri dari sesuatu yang
membatalkannya, satu hari lamanya, mulai dari terbit fajar sampai terbenam
matahari dengan niat dan beberapa syarat.”
1. Puasa Wajib
Puasa wajib artinya puasa yang dikerjakan mendapat pahala, jika tidak
dikerjakan mendapat dosa.
Adapun macam-macam puasa wajib adalah :
a. Puasa Ramadhan
Puasa ramadhan ialah puasa yang dilaksanakan pada bulan ramadhan. Hukum
melaksanakan puasa ramadhan adalah wajib bagi setiap orang yang telah memenuhi
syarat wajibnya.
Puasa ramadhan mulai diwajibkan kepada umat Islam pada tahun kedua
hijriyah. Dalam puasa ramadhan niat untuk berpuasa harus dilaksanakan malam hari
sebelum puasa. Sedang untuk puasa sunah boleh dilaksanakan siang hari saat puasa
sebelum matahari condong ke barat (masuk waktu dhuhur) asal sejak terbit fajar belum
makan atau minum sama sekali.
Hal-hal yang disunahkan ketika berpuasa antara lain :
a) memperbanyak membaca Al Qur’an.
b) Segera berbuka jika sudah waktunya tiba.
c) Ketika berbuka dengan makanan atau minuman yang manis, lebih utama
berbuka dengan kurma.
d) Berdoa lebih dahulu ketika akan berbuka.
Doanya sebagai berikut :
ك َيا اَرْ َح َم الرَّ ا ِح ِمي َْن ُ ِْك اَ ْف َطر
َ ت ِب َرحْ َم ِت َ ت َو َع َلى ِر ْز ق
ُ ك آ َم ْن ُ كص
َ ُمْت َو ِب َ اللَّ ُه َّم َل
Artinya :
“Ya Allah, untuk-Mu saya berpuasa, kepada-Mu beriman dan dengan rizki-Mu saya
berbuka. Dengan rahmat-Mu ya Tuhan yang Maha Pengasih.”
e) Mengakhirkan makan sahur kira-kira 15 menit sebelum waktunya imsak
(habis).
f) Memberi makan untuk berbuka atau sahur kepada orang yang berpuasa.
g) Memperbanyak ibadah, sedekah dan infak.[2]
b. Puasa Kifarat
Puasa kifarat yaitu puasa sebagai denda terhadap orang yang bersetubuh pada
saat berpuasa (pada siang hari ) bulan ramadhan. Adapun denda (kifarat) bagi yang
bersetubuh di siang hari bulan ramadhan yaitu :
a) puasa dua bulan berturut-turut, atau
b) memerdekakan seorang budak muslim, atau
c) memberi makan orang miskin sebanyak 60 (enam puluh) orang.
c. Puasa Nazar
Puasa nazar ialah puasa yang dilakukan karena pernah berjanji untuk berpuasa
jika keinginannya tercapai. Misalnya seorang siswa bernazar: “jika saya mendapat
rangking pertama maka saya akan puasa dua hari”. Jika keinginannya tersebut tercapai
maka puasa yang telah dijanjikan (dinazarkannya) harus (wajib) dilaksanakan. Hukum
nazar sendiri adalah mubah tetapi pelaksanaan nazarnya jika hal yang baik wajib
dilaksanakan, tetapi jika nazarnya jelak tidak boleh dilaksanakan, misalnya jika tercapai
keinginannya tadi akan memukul temannya maka memukul temannya tidak boleh
dilaksanakan.
2. Puasa Sunah
Puasa sunah adalah puasa yang boleh dikerjakan dan boleh tidak, puasa sunah
sering disebut dengan puasa Tathawu’ artinya apabila dilakukan mendapat pahala dan
apabila tidak dilakukan tidak berdosa. Ada beberapa macam puasa sunah yang waktu
pelaksanaannya berbeda-beda, antara lain;
a. Puasa Syawal
Yang dimaksud dengan puasa Syawal adalah puasa enam hari di bulan Syawal
setelah tanggal 1 di bulan Syawal, yang pelaksanaannya boleh secara berturut-
turut dan boleh selang-seling yang penting sejumlah enam hari.[3]
Nabi Muhammad saw. bersabda ;
:ا َل22صلَّى هللاُ َع َل ْي ِه َو َسلَّ َم َق ِ َأنَّ َرس ُْو َل اريْ َرضِ َي هللاُ َع ْن ُه
َ هللا ِ ص َ ب ْاَأل ْن
ِ َعنْ اَ ِبي اَي ُّْو
) (رواه مسلم ان َكصِ َيا ُم ال َّد هْ ِر َ ال َكٍ ُث َّم َأ َّت َب َع ُه سِ ًّتا ِمنْ َش َّو ان
َ ض َ صا َم َر َمَ َْمن
Artinya : “Diriwayatkan dari Abu Ayyub Al Anshari r.a. bahwa Rasulullah SAW.
pernah bersabda: Barang siapa berpuasa Ramadhan, lalu disusul dengan
5
berpuasa 6 (enam) hari di bulan Syawal, maka ( pahalanya ) bagaikan puasa
setahun penuh.” ( H.R Muslim)
6
) (أخرجه البخارى ًان ِاالَّ َقلِ ْيال َ َك,ُان ُكلَّه
ِ ان َيص ُْو ُم َشعْ َب َ كا َ َن َيص ُْو ُم َشعْ َب
Artinya :
“ Rasulullah pernah berpuasa penuh di bulan sya’ban, juga pernah berpuasa di
bulan sya’ban tidak penuh (dengan tidak berpuasa pada hari-hari yang sedikit
jumlahnya)” (H.R. Bukhari)
7
g. Puasa Daud
Puasa Daud yaitu puasa yang dilakukan dengan cara sehari berpuasa sehari
berbuka ( tidak berpuasa ).
Nabi SAW. bersabda :
َّ َوَأ َحب, َ َيا ُم دَ اوُ د2 ص ِ هللا ِ َي ِام ِا َلى2 الص
ِّ َّ اِنَّ َأ َحب:لَّ ِم2 ِه َو َس2لَّى هللاُ َع َل ْي2 ص ِ َقا َل َرس ُْو ُل
َ هللا
ا ُم22 َو َي َن, ُه2و ُم َث َل َث2ْ 2ُ َو َيق,ل2
ِ 2ف اللَّ ْي َ َك:صالَةُ دَ اوُ ُد َع َل ْي ِه ال َّسالَ ِم
َ ْان َي َنا ُم ِنص َ هللاِ صالَ ِة ِا َلىَّ ال
ًاو ُي ْفطِ ُر َي ْومًا َ َو َك,ُُس ُد َسه
َ ان َيص ُْو ُم َي ْوم
)(اخرجه البخارى
Artinya :
“Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya puasa (sunah) yang paling
disenangi oleh Allah adalah puasa Nabi Dawud, dan salat (sunah) yang paling
disenangi oleh Allah adalah salat Nabi Dawud, Nabi Dawud tidur separuh
malam, lalu salat sepertiga malam, kemudian tidur lagi seperenam malam, dan
beliau berpuasa sehari lalu berbuka sehari (selang-seling)” (H.R. Bukhari)
3. Puasa makruh
Menurut fiqih 4 (empat) mazhab, puasa makruh itu antara lain :
8
4. Puasa Haram
Ada puasa pada waktu tertentu yang hukumnya haram dilakukan, baik karena
waktunya atau karena kondisi pelakukanya.
c. Hari Tasyrik
Hari tasyrik adalah tanggal 11, 12 dan 13 bulan Zulhijjah. Pada tiga hari itu umat
Islam masih dalam suasana perayaan hari Raya Idul Adha sehingga masih
diharamkan untuk berpuasa. Pada tiga hari itu masih dibolehkan utnuk
menyembelih hewan qurban sebagai ibadah yang disunnahkan sejak zaman
nabi Ibrahim as.
9
4. syarat dan rukun puasa
syarat puasa
1. Syarat Wajib Puasa
a. Berakal, orang yang gila tidak wajib Puasa.
b. Balig (umur 15 tahun ke atas) atau ada tanda yang lain. Anak-anak tidak
wajib puasa.
c. Kuat berpuasa, orang yang tidak kuat, misalnya karena sudah tua atau
sakit, tidak wajib puasa.
Rukun Puasa
2. Menahan diri dari segala yang membatalkan sejak terbit fajar sampai terbenam
matahari.
10
3. Bersetubuh
Firman Allah Swt :
احل لكم ليلة الصيا م الرفث ال نسا بكم
“Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan istri-istri
kamu.” (Al-baqarah :187)
Laki-laki yang membatalkan puasanya dengan bersetubuh diwaktu siang hari dibulan
Ramadhan, sedangkan dia berkewajiban puasa, maka ia wajib membayar kafarat.
Kafarat ini ada 3 tingkat :
a. Memerdekakan hamba
b. Kalau tidak sanggup memerdekakan hamba puasa dua bulan berturut
c. Kalau tidak kuat puasa bersedekah dengan makanan yang mengenyangkan
kepada enam puluh fakir miskin, tiap-tiap orang ¾ liter.
5. Gila, jika gila itu datang waktu siang hari, batallah puasa.
12
1. Orang yang sakit apabila tidak kuasa berpuasa, atau apabila berpuasa maka
sakitnya akan bertambah parah atau akan melambatnya sembuhnya menurut
keterangan yang ahli dalam hal itu. Maka orang tersebut boleh berbuka, dan ia
wajib mengqada apabila sudah sembuh, sedangkan waktunya adalah sehabis
bulan puasa nanti.
2. Orang yang dalam perjalanan jauh (80,640 km) boleh berbuka, tetapi ia wajib
mengqada puasa yang ditinggalkannya itu.
3. Orang tua yang sudah lemah, tidak kuat lagi berpuasa karena tuanya, atau karena
memang lemah fisiknya, bukan karena tua. Maka ia boleh berbuka, dan ia wajib
membayar Fidyah (bersedekah) tiap hari ¾ liter beras atau yang sama dengan itu
(makanan yang mengenyangkan) kepada fakir dan miskin.
4. Orang hamil dan orang yang menyusui anak. Kedua perempuan tersebut, kalau
takut akan menjadi mudarat kepada dirinya sendiri atau beserta anaknya, boleh
berbuka, dan mereka wajib mengqada sebagaimana orang yang sakit. Kalau
keduanya hanya takut akan menimbulkan mudarat terhadap anaknya (takut
keguguran atau kurang susu yang dapat menyebabkan si anak kurus), maka
keduanya boleh berbuka serta wajib qada dan wajib Fidyah (memberi makan fakir
miskin, tiap-tiap hari ¾ liter).
Keterangannya adalah ayat di atas dan sabda Rasulullah Saw, berikut ini :
“Dari Anas. Rasulullah Saw. Telah berkata, “ sesungguhnya Allah telah memaafkan
setengah Shalat dari orang musafir, dan memaafkan pada puasanya, dan Dia
memberikan (kemurahan) kepada wanita yang hamil dan yang sedang menyusui.”
(Riwayat lima orang ahli hadis).
13
Mentakhirkan Qada
Batas waktu melakukan qada puasa adalah sampai datang bulan puasa berikutnya
bagi orang yang mungkin menqadanya. Tetapi apabila tidak dilakukannya, maka ia
wajib mengqada serta membayar Fidyah (member makan fakir miskin tiap-tiap hari ¾
liter beras atau yang sama dengan itu). Pendapat tersebut berdasarkan hadist yang
diriwayatkan oleh Daruqutni, dari Abu Hurairah, tetapi Daruqutni sendiri mengatakan
bahwa hadist itu lemah, sebenarnya hanya perkataan Abu Hurairah saja. Kata pemuka
islam syaukani, membayar fidyah itu tidak berasalan satu hadis pun dari Rasulullah
Saw, dan perkataan sahabat tidak dapat menjadi alas an. Jadi, sebenarnya hal itu tidak
wajib dilakukan karena tidak ada keterangan yang mewajibkannya.
Orang yang meninggalkan puasa Ramadhan karena udzur diwajibkan segera
mengqada puasanya itu pada hari permulaan kesempatan yang didapatnya sesudah
hari raya. Sebagian ulama berpendapat, tidak wajib mengqada dengan segera, tetapi
sepanjang tahun, itu adalah waktunya untuk mengqada. Ia boleh memilih sembarang
hari dalam tahun itu untuk mengqada.
Berpantik (berbekam)
Berpantik pada siang hari bagi orang yang puasa, membatalkan puasa atau tidak ?
sebagian ulama berpendapat tidak, Mereka mengambil alasan hadis berikut : “ Dari
Ibnu Abbas, “ Sesungguhnya Nabi Saw, telah berpantik ketika beliau dalam keadaan
ihram dan puasa. “ ( Riwayat Bukhari).
Ulama yang lain berpendapat bahwa berpantik itu membatalkan puasa pendapat ini
beralasan :
Sabda Rasulullah : “ Rasulullah Saw, berkata, “ Batallah puasa orang yang memantik
dan yang berpantik. “ (Riwayat Ahmad dan Tirmidzi)
Hadist yang pertama lebih kuat daripada hadist yang kedua. Maka dengan sendirinya
pendapat yang pertama lebih kuat daripada pendapat yang kedua.
14
Menggantikan Puasa Orang Lain
Orang yang meninggalkan Puasa Ramadhan karena udzur, kemudian ia mati
sebelum mengqada puasanya, umpanya udzurnya terus menerus sampai ia meninggal,
ia tidak berdosa dan tidak wajib qada, tidak pula wajib fidyah . Adapun apabila ia
meninggal sesudah ada kemungkinan untuk mengqada, tetapi tidak dikerjakannya,
hendaklah dikerjakan (diqada) oleh familinya.
Sabda Rasulullah Saw : “ Dari Aisyah Rasulullah Saw, telah berkata, “ Barang siapa
yang mati dengan meninggalkan kewajiban (qada) puasa, hendaklah walinya berpuasa
untuk menggantikannya. “ (Riwayat Bukhari dan Muslim)
Yang dimaksud dengan “wali” dalam hadist ini ialah keluarga dekatnya. Adapula
pendapat lain, bahwa puasa yang boleh dikerjakan oleh orang lain itu hanya puasa
nazar. Adapula pendapat lain, yaitu hendaklah diambilkan dari harta peninggalannya
dan disedekahkan kepada fakir miskin, tiap-tiap hari ¾ liter makanan yang
mengenyangkan.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas kami dapat menyimpulkan puasa adalah menahan diri
dari sesuatu yang membatalkan satu hari lamanya mulai dari fajar sampai
terbenamnya matahari. Hukum dari puasa itu juga beragam ada yang termasuk
puasa sunah dan puasa wajib, selain itu, ada juga puasa makhrukh dan puasa
haram.
B. Saran
Kami sebagai penulis makalah ini menyadari banyak kekurangan pada
makalah kami ini maka dari itu kami sangat menerima kritik dan saran yang
membangun dari kalian. Dan membuat kami belajar dari kesalahan yang telah
kami buat.
16
DAFTAR PUSTAKA
Ensiklopedia Amalan Sunnah di Bulan Hijriyah, Abu “Ubaidah Yusuf As-
sidawi, Abu Abdillah Syarhul Fatwa.
Wahbah az Zuhaili ,Fiqih Islam Wa Adillatuhu, 2011, Jakarta, Gema insani
iii