PUASA
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Fiqh Ibadah
Dosen Pengampu :Muashbihah Rodliyatun, S.Pd.I, M.Pd.I
Disusun oleh :
1. Ade Surya Sasmita Nugraha (23010160079)
2. Suci Nur Indraswari (23010200024)
3. Wafiq Faruq Arrasyid (23010200027)
Penyusun
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Puasa merupakan rukun Islam yang ketiga. Puasa berarti menahan diri dengan
niat beribadah dari makan, minum, hawa nafsu dan dari segala hal yang dapat
membatalkannya, mulai dari terbit fajar sampai tenggelamnya matahari1. Puasa
merupakan ibadah yang telah lama berkembang dan dilaksanakan oleh manusia
sebelum Islam2. Puasa merupakan ibadah yang diperintahkan Allah swt. kepada
seluruh agama langit yang pernah hadir di muka bumi ini. Tidak mengherankan
apabila puasa telah dipraktikkan oleh manusia sepanjang sejarah peradabannya,
terlepas dari perbedaan tata cara pelaksanaannya. Di samping itu, puasa juga telah
dilakukan manusia dengan berbagai motivasi yang berbeda. Ada orang yang berpuasa
untuk memperoleh kesehatan, mengurangi berat badan, mendapatkan ilmu tertentu
bahkan lebih jauh dari itu ada yang berpuasa untuk mencapai kedalaman spiritual
dengan mensucikan jiwa dari kecenderungan hawa nafsu3. Puasa merupakan ibadah
yang memiliki keistimewaan dibandingkan dengan ibadah-ibadah yang lain, seperti
dituntutnya pelaku untuk benar-benar ikhlas melakukannya, karena ibadah puasa
boleh dikatakan sebagai ibadah yang sifatnya rahasia, maka puasa hanya dapat
dilaksanakan dengan baik oleh orang-orang yang beriman saja.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan puasa?
2. Apa saja syarat dan rukun puasa?
3. Apa saja macam-macam puasa?
4. Apa saja sunah-sunah dalam berpuasa?
5. Apa saja hal-hal yang dapat membatalkan puasa?
6. Kapan saja waktu diharamkan untuk berpuasa?
7. Apa saja hikmah dari puasa?
C. Tujuan Penulisan
1
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensido, 2014), hal. 220
2
Prof. Dr. Tgk. M. Hasbi Ash-Shiddieqy,Pedoman Puasa (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2009), hal. 1
3
Azhari Akmal Tarigan, 40 Pesan Ramadhan Agar Puasa Lebih Bermakna (Jakarta: Siraja Prenada Media
Group, 2008), hal. 15.
3
1. Untuk mengetahui pengertian puasa.
2. Untuk mengetahui syarat dan rukun puasa.
3. Untuk mengetahui macam-macam puasa.
4. Untuk mengetahui sunah-sunah dalam berpuasa.
5. Untuk mengetahui hal-hal yang dapat membatalkan puasa.
6. Untuk mengetahui waktu yang diharamkan untuk berpuasa.
7. Untuk mengetahui hikmah berpuasa.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Puasa
Puasa (shaumu), menurut bahasa adalah “menahan dari segala sesuatu”,
seperti menahan makan, minum, nafsu, menahan berbicara yang tidak bermanfaat dan
sebagainya. Sedangkan menurut istilah, puasa adalah menahan diri dari sesuatu yang
membatalkannya, satu hari lamanya, mulai dari terbit fajar sampai terbenamnya
matahari dengan niat dan beberapa syarat.4
Menurut Muhammad Asad, puasa adalah the obstinence of speech memaksa
diri untuk tidak bercakap-cakap dengan perkataan yang negatif, contohnya seperti
memfitnah, berbohong, mencaci maki, mengadu domba dan sebagainya.
Menurut Yusuf Al Qardawi, puasa sebagai sarana pensucian jiwa dan raga dari
segala hal yang memberatkan dalam kehidupan dunia sekaligus bentuk manifestasi
rasa ketaatan seseorang dalam melaksanakan perintah Allah swt, dalam hal
meninggalkan segala larangan untuk melatih jiwa dalam rangka menyempurnakan
ibadah kepadaNya.
Menurut Syeikh Mansur Ali Nashif, puasa dapat menjadi benteng dan
pemelihara dari perbuatan-perbuatan maksiat. Dikatakan demikian karena puasa dapat
menghancurkan nafsu syahwat, bahkan dapat memelihara dari pelakunya dari api
neraka.
ِّ يَ ٰـٓأَيُّ َها ٱلَّ ِذينَ َءا َمنُو ْا ُكتِ َب َعلَ ۡيڪُ ُم ٱل
َصيَا ُم َك َما ُكتِ َب َعلَى ٱلَّ ِذينَ ِمن قَ ۡبلِڪُمۡ لَ َعلَّ ُكمۡ تَتَّقُون
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (al-
Baqarah : 183)
4
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Bandung: Sinar Baru Algensido, 2014), hal. 220
5
B. Syarat dan Rukun Puasa
1. Syarat Wajib Puasa, artinya syarat yang apabila telah dimiliki seseorang, maka ia
wajib puasa.
a. Beragama Islam
b. Berakal
Orang gila, pingsan dan tidak sadarkan diri karena mabuk, maka tidak
wajib puasa.
Jika seseorang hilang kesadaran ketika puasa, maka puasanya tidak sah.
Namun jika hilang kesadaran lalu sadar di siang hari dan ia dapati waktu
siang tersebut walau hanya sekejap, maka puasanya sah. Kecuali jika ia
tidak sadarkan diri pada seluruh siang (mulai dari shubuh hingga
tenggelam matahari), maka puasanya tidak sah.
c. Baligh
1) Tanda-tanda Baligh untuk laki-laki :
a) Datangnya Haid
b) Hamil
5
Sholeh, Fikih 4. (Sidoarjo : Media ILmu, 2007), hal. 3.
6
Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam. (Bandung : Sinar Baru Algensindo, 1998), hal.221.
6
Rukun puasa artinya satu amalan yang harus dipenuhi ketika seseorang
menjalankan puasa. Jika rukun tidak dipenuhi, maka puasanya menjadi tidak sah
atau batal.
a. Niat
Niat untuk berpuasa puasa sebaiknya dilakukan pada malam hari, atau
selambat-lambatnya sebelum terbit fajar.
b. Menahan diri dari segala yang membatalkan sejak terbit fajar sampai
tenggelam matahari.7
C. Macam-Macam Puasa
1. Puasa Wajib
7
Mahmud Sani, Fiqih. (Surabaya : CV. MIA, 2008), hal. 50-51.
7
b) Puasa Kafarat, adalah puasa sebagai penebusan yang dikarenakan
pelanggaran terhadap suatu hukum atau kelalaian dalam melaksanakan
suatu kewajiban, sehingga mengharuskan seorang mukmin
mengerjakannya supaya dosanya diampuni, bentuk pelanggaran dengan
kafaratnya antara lain :
1. Apabila seseorang melanggar sumpahnya dan ia tidak
mampu memberi makan dan pakaian kepada sepuluh orang
miskin atau membebaskan seorang roqobah, maka ia harus
melaksanakan puasa selama tiga hari.
2. Apabila seseorang secara sengaja membunuh seorang
mukmin sedang ia tidak sanggup membayar uang darah
(tebusan) atau memerdekakan roqobah maka ia harus
berpuasa dua bulan berturut-turut.
3. Apabila dengan sengaja membatalkan puasanya dalam
bulan Ramadhan tanpa ada halangan yang telah ditetapkan,
ia harus membayar kafarat dengan berpuasa lagi sampai
genap 60 hari.8
c) Puasa Nadzar, puasa yang tidak diwajibkan oleh Tuhan, begitu juga tidak
disunnahkan oleh Rasulullah saw., melainkan manusia sendiri yang telah
menetapkannya bagi dirinya sendiri untuk membersihkan (Tazkiyatun
Nafs) atau mengadakan janji pada dirinya sendiri bahwa apabila Tuhan
telah menganugerahkan keberhasilan dalam suatu pekerjaan, maka ia akan
berpuasa sekian hari. Mengerjakan puasa nazar ini sifatnya wajib. Hari-
hari nazar yang ditetapkan apabila tiba, maka berpuasa pada hari-hari
tersebut jadi wajib atasnya dan apabila dia pada hari-hari itu sakit atau
mengadakan perjalanan maka ia harus meng-qadha pada hari-hari lain dan
apabila tengah berpuasa nazar batal puasanya maka ia bertanggung jawab
mengqadhanya.
2. Puasa Sunah, adalah puasa yang apabila dikerjakan akan mendapatkan pahala dan
apabila tidak dikerjakan tidak berdosa.
8
Muhammad jawad Mughnoyah, Fiqih Lima Mazhab, cet vii,(Jakarta: PT Lentera Basritama, 2001), hal: 167
8
d) Puasa hari Arafah (Tanggal 9 Dzulhijjah atau Haji).
e) Puasa tanggal 9 dan 10 bulan Muharam
f) Puasa nabi Daud as. (satu hari berpuasa satu hari berbuka)
g) Puasa bulan Rajab, Sya’ban dan pada bulan-bulan suci.
3. Puasa Makruh, yaitu puasa yang apabila ditinggalkan lebih baik dan utama.
a) Puasa pada hari Jumat secara tersendiri, Berpuasa pada hari Jumat
hukumnya makruh apabila puasa itu dilakukan secara mandiri. Artinya,
hanya mengkhususkan hari Jumat saja untuk berpuasa.
b) Puasa sehari atau dua hari sebelum bulan Ramadhan.
c) Puasa pada hari syak (meragukan).
4. Puasa Haram, adalah puasa yang apabila dilakukan maka berdosa. Puasa yang
diharamkan tersebut antara lain:
a) Istri puasa sunnah tanpa sepengetahuan dari suami, atau suami tahu tapi
tidak mengijinkan. Kecuali, apabila suami sedang tidak membutuhkan
seperti suami sedang bepergian, sedang haji atau umroh.
b) Puasa pada hari Raya Idul Fitri atau Idul Adha.
c) Puasa pada hari tasyriq yaitu hari ke-11, ke-12 dan ke-13 bulan Dzulhijjah.
Keuali untuk dam (sebagai ganti dari menyembelih qurban).
d) Puasa wanita haid atau nifas (baru mehirkan).
e) Puasa Dhar (puasa tiap hari tanpa buka).
f) Puasa Dhar (puasa tiap hari tanpa buka) Hadist Rasulullah SAW: “tidak
dinamakan puasa orang yang berpuasa terus menerus”. (HR. Bukhari).
D. Sunah-Sunah Berpuasa
Sunnah-sunnah dalam puasa dapat menambah nilai ibadah puasa yang sudah
sah hingga lebih tinggi nilainya. Sunnah-sunnah puasa meliputi:
9
E. Hal-Hal Yang Membatalkan Puasa
1. Masuknya cairan ke rongga perut melalui hidung seperti obat hirup, atau yang
masuk melalui mata atau telinga seperti obat tetes mata atau obat tetes telinga,
dan yang masuk melalui dubur atau kemaluan seperti injeksi.
2. Adanya air yang masuk ke rongga perut karena terlalu bersungguh – sungguh
didalam berkumur dan memasukkan air ke hidung baik pada waktu berwudhu
maupun pada waktu lainnya
3. Keluarnya mani karena terus menerus melihat isterinya, atau terus menerus
mengangankan persetubuhan atau karena mencium isteri atau karena
bersentuhan badan dengan isteri
5. Orang yang makan dan minum karena menyangka masih berada diwaktu
malam, kemudian dia mengetahui bahwa ternyata saat itu sudah terbit fajar
6. Orang yang makan dan minum karena menyangka sudah masuk waktu malam
hari, lalu dia mendapatkan kepastian bahwa saat itu masih siang
10