HAJI
Disusun oleh:
Kelompok 5
Najwa Aulia Luna RR (2208076072)
Imas Izzatul Ummah (2208076073)
Alfiatuz Zahra (2208076074)
Khilwa Layyina (2208076081)
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1
2
C. Tujuan
PEMBAHASAN
A. Puasa
1. Pengertian puasa
3
4
3. Macam-macam puasa
Menurut para ahli fikih, puasa yang ditetapkan oleh syariat, sudah
memiliki pengertian dan contoh masing-masing. Para ulama sudah
mendeskripsikan dengan baik mengenai macam-macam puasa, antara
lain sebagai berikut:
a. Puasa wajib
Puasa wajib adalah puasa yang hukumnya wajib dilakukan oleh
seseorang. Ketika seseorang dapat melaksanakan, maka ia akan
mendapat pahala. Sebaliknya ketika ia meninggalkan, maka akan
mendapat dosa. Contoh puasa wajib adalah: puasa Ramadhan, puasa
qodho, puasa kafarot dan puasa nazar.
b. Puasa sunah
Puasa sunah menurut ajaran Islam merupakan salah satu bentuk
ibadah sunah yang dikerjakan untuk mencari ridho dan kasih sayang
Allah SWT. Contoh puasa sunah adalah: puasa arafah, puasa
zulhijjah, puasa tasu’a, puasa asyura, puasa syawal, puasa senin dan
kamis, puasa sya’ban dan puasa 3 hari di pertengahan bulan.
c. Puasa makruh
Puasa makruh adalah puasa apabila dilaksanakan tidak mendapat
apa-apa, tetapi bila ditinggalkan akan mendapat pahala. Adapun
beberapa contoh puasa makruh adalah: puasa hari Jumat sendirian,
1
Amir Syarifudin, Garis-Garis Besar Fiqh, Jakarta: Kencana, 2013, hlm. 56.
5
puasa hari sabtu atau minggu secara khusus, puasa sepanjang tahun
dan puasa wishal.
d. Puasa haram
Puasa haram adalah puasa yang dilaksanakan akan mendapat dosa
ketika ditinggalkan akan mendapat pahala. Puasa haram merupakan
aturan yang harus dihindari bagi seluruh umat Islam. Contoh puasa
haram antara lain: puasa pada Hari Raya Idul Fitri, puasa Hari Raya
Idul Adha dan puasa di Hari Tasyrik.
5. Hikmah Puasa
2
Yunasril Ali, Buku Induk Rahasia dan Makna Ibadah, Jakarta: Zaman, hlm. 236
3
HR Abu Dawud, al-Tirmidzi, dan Ibn Hibban
7
B. Haji
1. Pengertian Haji
2. Rukun Haji
b. Wukuf di ‘Arafah
Wukuf atau berada dalam waktu tertentu di Arafah, suatu tempat di
luar mekah, yang menurut riwayatnya tempat bertemu Adam dan
Hawa di bumi setelah keduanya disuruh keluar dari surga. Wukuf di
Arafah itu berlaku pada setiap tanggal 9 Zulhijjah, mulai dari
tergelincir matahari sampai terbenam matahari.
c. Tawaf Ifadhah
Tawaf ifadhah yaitu berjalan cepat di sekeliling ka’bah sebanyak
tujuh kali.
d. Sa’i
Sa’I yaitu berjalan cepat dari Shafa ke Marwah bolak balik selama
7 kali dam dimulai dari bukit Shafa.
e. Menggundul atau mencukur rambut
f. Tertib/ Berurutan.
3. Wajib Haji
Wajib dalam ibadah haji adalah sesuatu yang jika diabaikan secara
keseluruhan, atau tidak memenuhi syaratnya maka haji atau umroh tetap
sah, tetapi orang yang bersangkutan harus melaksanakan sanksi yang
telah ditetapkan. Adapun hal-hal yang bersifat wajib dalam konteks
ibadah haji adalah:
a. Berihram di miqot
Miqot adalah batas mulainya ibadah haji dan umrah yang terbagi
menjadi miqot makani (tempat) dan miqot zamani (waktu).
b. Berada di muzdalifah setelah pertengahan malam walau sejenak
Meskipun jaraknya relative dekat, perjalanan dari Arafah ke
Muzdhalifah dapat berlangsung lama. Yang penting bahwa yang
berhaji tidak diperkenankan meninggalkan muzdalifah kecuali
setelah pertengahan malam.
c. Berada di mina pada malam hari-hari Tasyriq
Tempo waktu keberadaan di mina pada hari-hari Tasyriq serupa
dengan keberadaan di Muzdhalifah. Keberadaan disana berlangsung
9
3 hari dan ini dinamakan nafar tsani. Tugas pokok di mina adalah
melontarkan jamarat. Disana juga dilakukan penyembelihan
binatang, dan sebagian jamaah telah melontar
bercukur/menggunduli rambut.
d. Melontarkan jamarat pada setiap hari-hari tasriq
Pada hari kesepuluh Dzulhijjah (Hari Raya) banyak Jamaah haji
yang melakukan pelontaran pertama terhadap jumrah ‘Aqobah.
Masa akhir pelontaran jumrah ‘Aqobah adalah terbenamnya
matahari pada hari akhir hari-hari tasyriq (hari ketiga).
e. Menghindari apa yang diharamkan dalam konteks berihram
Yang haram dilakukan selama berihram, pada garis besarnya terbagi
dua: yang membatalkan haji dan tidak membatalkannya, tetapi
mengakibatkan dam atau fidyah. Yang membatalkan haji adalah
hubungan seks dengan mempertemukan alat lamin pasangan. Yang
tidak membatalkan haji, tetapi harus membayar fidyah adalah
pelanggaran berpakaian, menggunakan wewangian, memakai
pakaian berjahit kecuali wanita, bercukur, menggunting rambut,
menikah atau menikahkan orang lain, membunuh atau menyembelih
binatang darat, bercampur dengan pasangan disertai berahi,
bertengkar, memaki, cabul.
Jenis-jenis sanksi fidyah/dam adalah:
a. Berpuasa tiga hari walau setelah kembali.
b. Menyembelih kambing, di Mekkah atau sekitarnya.
c. Memberi makan enam orang miskin di Mekkah atau sekitarnya.
4ا
َ ع اِلَ ْي ِه
سبِ ْيل َ َ ت َم ِن ا ْست
َ طا ِ َّلى الن
ِ اس حِ ُّج البَ ْي َ عَ ِل
ِ ِ َو
“Dan (di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah
melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, yaitu bagi orang-orang
yang mampu mengadakan perjalanan ke sana.”
Kesanggupan yang menjadi syarat wajib haji itu dirinci oleh ulama
berdasarkan pemahamannya terhadap hadits-hadits Nabi menjadi
empat5, yaitu:
a. Mampu dari segi dana bagi biaya perjalanan untuk pergi, pulang,
dan untuk biaya keluarga yang ditinggalkannya.
b. Mampu dari segi adanya alat transportasi, baik milik sendiri atau
milik orang lain dengan menyewanya.
c. Mampu dari segi fisik, yaitu tahan dalam mengikuti perjalanan jauh
dan selama melaksanakan Haji.
d. Mampu dari segi keamanan di tempat tujuan dan selama perjalanan.
5. Macam-macam Haji
a. Haji Ifrad
Mengerjakan ibadah haji dengan cara mendahulukan haji daripada
umrah dan keduanya dilaksanakan secara terpisah.
b. Haji Qiran
Mengerjakan haji dan umrah secara bersamaan. Jadi amalannya
satu, tetapi dengan dua niat yaitu haji dan umrah.
c. Haji Tamattu’
Mengerjakan haji dan umrah dengan mendahulukan umrah daripada
haji, dan umrah dilakukan pada musim haji.
a. Muharramat Haji
4
Ali Imran ayat 97
5
Amir Syarifudin, Garis-Garis Besar Fiqh, Jakarta: Kencana, 2013, hlm. 56
11
7. Hikmah Haji
6
HR. Bukhari no. 1521
14
PENUTUP
C. Kesimpulan
15
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Yunasril. 2012. Buku Induk Rahasia dan Makna Ibadah. Jakarta: Zaman
Shihab, Quraish M. 2012. Haji dan Umrah bersama M Quraish Shihab. Bandung:
Lentera Hati
16