Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“PUASA DAN UDZUR PUASA”

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah “Hukum Peribadatan Islam”

Oleh :

Dina Novita Sari (C92218125)

Hananda Fitra Ikhsanti (C92218134)

Hanny Bilqisth (C92218136)

Louis Raslina Risyanu (C92218143)

Dosen Pengampu :

Imam Ibnu Hajar, M.Ag.

PRODI HUKUM EKONOMI SYARI’AH

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kehadirat Allah Azza Wa Jalla. Semoga sholawat dan salam tak
luput kita curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW., karena beliaulah yang telah
mengantarkan umat islam dari zaman jahiliyah menuju zaman yang terang benderang dan
semoga kita selalu menjadi umat yang taat terhadap ajaran yang disampaikan oleh Baginda
Muhammad SAW.

Syukur Alhamdulillah kita haturkan ke hadirat Allah Azza Wa Jalla karena atas rahmat-
Nya kita dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah “Hukum Peribadatan Islam”. Kita
mengucapkan Jazakumullahu khoiron katsiron kepada semua pihak yang telah membantu kita
untuk menyelesaikan makalah ini serta memberikan ktritik dan saran yang membangun terhadap
materi dan penyajian makalah.

Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah “Hukum Peribadatan Islam”
sebagai media presentasi. Kita menyadari dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan
dan kesalahan, oleh karena itu kita mengharapkan masukan dari pembaca demi kesempurnaan
makalah selanjutnya.

Surabaya, 7 Oktober 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH...........................................................................................1
C. TUJUAN PEMBAHASAN........................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian Puasa.........................................................................................................2
2. Macam-macam Puasa.................................................................................................2
3. Syarat Puasa...............................................................................................................7
4. Udzur Puasa................................................................................................................8

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN........................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG

Puasa adalah rukun Islam yang ketiga. Karena itu setiap orang yang
beriman, setiap orang islam yang mukallaf wajib melaksanakannya. Melaksanakan
ibadah puasa ini selain untuk mematuhi perintah Allah adalah juga untuk menjadi tangga
ke tingkat takwa, karena takwalah dasar keheningan jiwa dan keluruhan budi dan akhlak.
Untuk ini semua, perlu diketahui segala sesuatu yang berkenaan dengan puasa,
dari dasar hukum, syarat-syarat, rukun puasanya dan lain sebagainya.
Makalah ini kami sajikan sebagai suatu sumbangan kecil kepada para pembaca
untuk maksud tersebut di atas dengan harafan ada faedahnya.
Tegur sapa, kritik dan saran dalam usaha menyempurnakan makalah ini kami
ucapkan terima kasih. Semoga Allah Swt. mengiringi kita semua dengan taufik dan
hidayah-Nya. Aamiin.

2. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi dari puasa ?
2. Apa macam-macam puasa ?
3. Apa syarat-syarat puasa ?
4. Apa saja udzur puasa ?

3. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Mengetahui definisi dari puasa
2. Mengetahui macam-macam puasa
3. Mengetahui syarat-syarat puasa
4. Mengetahui udzur puasa

1
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Puasa
Puasa adalah terjemahan dari Ash-Shiyam atau Ash-Shaum, artinya “Menahan diri
dari melakukan sesuatu”. Seperti firman Allah dalam surat Maryam ayat 26:

َّ ِ‫ت ل‬
َ ‫لر ْحم ِن‬
‫ص ْو ًما‬ ُ ‫إِنِّي نَ َذ ْر‬.
“sesungguhnya aku bernazar shaum ( bernazar menahan diri dan berbiacara ).”

“Saumu” (puasa), menurut bahasa Arab adalah “menahan dari segala sesuatu”, seperti
makan, minum, nafsu, menahan berbicara yang tidak bermanfaat dan sebagainya.
Menurut istilah agama Islam yaitu “menahan diri dari sesuatu yang membatalkannya,
satu hari lamanya, mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari dengan niat dan beberapa
syarat.”1
Menurut Syara’ (istilah agama Islam) arti puasa adalah sebagaimana tersebut dalam
kitab Subulus Salam. Yaitu :

‫َّها ِر َعلَي ال َْو ْج ِه ال َْم ْش ُر ْو ِع‬ ِ ِ ِ ‫ب و ال‬


َ ‫ ف ِي الن‬٬‫اع َوغَْي ِر َها م َّما َو َر َد بِه‬ ِ ‫ْج َم‬ َ ِ ‫الش ْر‬ ُ ‫اَإْلِ ْم َس‬
ُّ ‫اك َع ِن اْألَ ْك ِل َو‬
ٍ ‫ص ْو‬
٬‫ص‬ ُ ‫ْت َم ْخ‬ 1ٍ ‫ث َوغَْي ِر َها ِم َن الْكَاَل ِم ال ُْم َح َّرِم َوال َْم ْك ُر ْو ِه فِي َوق‬ِ َ‫الرف‬
َّ ‫اك َع ِن الَّلغْ ِو َو‬
ُ ‫ك اإْلِ ْم َس‬َ ِ‫ َو َي ْتبَ ُع ذل‬٬
۰‫ص ٍة‬
َ ‫ص ْو‬ ُ ‫ط َم ْخ‬ َ ِ‫بِ َش َرا ئ‬
“Menahan diri dari makan, minum, jima’ (hubungan seksual) dan lain-lain yang
diperintahkan sepanjang hari menurut cara yang disyariatkan, dan disertai pula
menahan diri dari perkataan sia-sia, perkataan yang diharamkan pada waktu-waktu
tertentu dan menurut syarat-syarat yang ditetapkan.2

2. Macam-macam Puasa
Ulama madzhab Maliki, Syafi’i dan Hambali sepakat bahwasanya puasa itu terbagi
menjadi empat macam, yaitu :
a. Puasa wajib.
b. Puasa sunnah (mandub)
c. Puasa makruh
d. Puasa haram
Beberapa penjelasan dari macam-macam puasa diatas, diantaranya :
1) Puasa Wajib (Fardhu)

1
H. Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, ( Cet. LV/55; Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2012), h. 220.
2
H.M Djamil Latif, S.H, Puasa dan Ibadah Bulan Puasa, ( Cet. IV/4; Jl. Pramuka Raya 4 Jakarta 13140: Ghalia
Indonesia, 1421 H/2001 M), h. 22.

2
Puasa wajib atau fardhu artinya puasa yang dikerjakan mendapat pahala, jika tidak dikerjakan
mendapat dosa.Adapun macam-macam puasa wajib adalah :
a) Puasa Ramadhan
Puasa Ramadhan adlah puasa yang dilaksanakan pada bulan ramadhan. Hukum
melaksanakan puasa ramadhan adalah wajib bagi setiap orang yang telah memenuhi
syarat wajibnya.3
Firman Allah Swt.
)183:‫ (البقرة‬  َ‫ب َعلَى الَّ ِذ ْينَ ِم ْن قَ ْبلِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّقُوْ ن‬
َ ِ‫صيَا ُم َك َما ُكت‬ َ ِ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ َءا َمنُوْ ا ُكت‬
ِّ ‫ب َعلَ ْي ُك ُم ال‬
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (Q.S. Al
Baqarah [2] : 183).
Puasa ramadhan mulai diwajibkan kepada umat Islam pada tahun kedua hijriyah. Dalam
puasa ramadhan niat untuk berpuasa harus dilaksanakan malam hari sebelum puasa.
Sedang untuk puasa sunah boleh dilaksanakan siang hari saat puasa sebelum matahari
condong ke barat (masuk waktu dhuhur) asal sejak terbit fajar belum makan atau minum
sama sekali.
b) Puasa Kifarat
Puasa kifarat yaitu puasa sebagai denda terhadap orang yang bersetubuh pada saat
berpuasa (pada siang hari ) bulan ramadhan. Adapun denda (kifarat) bagi yang
bersetubuh di siang hari bulan ramadhan yaitu :
1. puasa dua bulan berturut-turut
2. memerdekakan seorang budak muslim
3. memberi makan orang miskin sebanyak 60 (enam puluh) orang.
c) Puasa Qodho
Puasa Qodho yaitu puasa yang wajib dikerjakan untuk mengganti puasa Ramadhan yang
ditinggalkan karena udzur, sakit, atau berpergian sebanyak hari yang ditinggalkan.
“(yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa diantara kamu ada yang
sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak
hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang
berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu) : memberi
makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan,
maka itulah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui”. (QS. Al-Baqarah : 184),
d) Puasa Nadzar
Puasa nadzar ialah puasa yang dilakukan karena pernah berjanji untuk berpuasa jika
keinginannya tercapai. Misalnya seorang siswa bernazar: “jika saya mendapat rangking
pertama maka saya akan puasa dua hari”. Jika keinginannya tersebut tercapai maka puasa
3
Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtalid, (Jakarta: Pustaka Amani, 2007), hlm. 634-635

3
yang telah dijanjikan (dinazarkannya) harus (wajib) dilaksanakan. Hukum nazar sendiri
adalah mubah tetapi pelaksanaan nazarnya jika hal yang baik wajib dilaksanakan, tetapi
jika nazarnya jelak tidak boleh dilaksanakan, misalnya jika tercapai keinginannya tadi
akan memukul temannya maka memukul temannya tidak boleh dilaksanakan.4
2) Puasa Sunnah
Puasa sunnah ialah puasa yang apabila kita kerjakan mendapat pahala, dan apabila kita
tinggalkan atau tidak kita kerjakan tidak berdosa.5 Ada beberapa  macam puasa sunah
yang waktu pelaksanaannya berbeda-beda, antara lain;
a) Puasa hari Tasu’a – ‘asyura – hari-hari putih dan sebagainya
Puasa sunah pada bulan Asyura, ada tiga tingkatan, yaitu :
1. Berpuasa tiga hari yaitu, tanggal  9,  10 dan 11 di bulan Syura atau Muharam.
2. Berpuasa dua hari yaitu, tanggal 9 dan 10 di  bulan Syura atau Muharam.
3. Berpuasa satu hari yaitu,  tanggal 10 Syura atau Muharam.
Yang lebih utama adalah tanggal ke 9 dan ke 10 bulan tersebut.
Bulan Syura adalah bulan kemenangan nabi Musa as dan Bani Israil dari musuh, barang
siapa berpuasa As Syura dihapus ( dosanya ) satu tahun yang lalu.
Rasulullah saw. bersabda ;                                     
)‫ (رواه مسلم‬ ُ‫ب َعلَى هللا أَ ْن يُ َكفِ َر ال َّسنَ ِة الَّتِى قَ ْبلَه‬
َ ‫ أَ َحت ِس‬:‫صيَا ُم يَوْ َم عَا ُشوْ َرا ِء‬
ِ
Artinya :
“ Puasa pada hari As Syura menghapus ( dosa )  selama satu tahun yang
lalu.” ( H.R. Muslim).
b) Puasa hari arafah
Puasa sunah hari arafah adalah puasa sunah yang pelaksanaannya dilakukan pada tanggal
9 Dzuhijjah. Puasa sunah hari arafah dapat menghapus dosa selama 2 (dua) tahun,  yakni
setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.
Rasulullah bersabda ;

‫ أَحْ تَ ِسبُ َعلَى هللاِ أَ ْن يُ َكفِّ َر ال َّسنَةَ الَّتِى قَ ْبلَهُ َوال َّسنَةَ الَّتِى‬:َ‫صيَا ُم يَوْ ِم ع ََرفَة‬
ِ :‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬ َ َ‫ق‬
َ ِ‫ال َرسُوْ ُل هللا‬
)‫ (رواه مسلم‬. . . ُ‫بَ ْع َده‬
Artinya :

4
Muhammad  Jawad Mughnoyah, Fiqih Lima Mazhab Cetakan VII, (Jakarta: PT Lentera Basritama,
2001), hlm. 167
5
Hasan Ridwan, Fiqih Ibadah, (Bandung : Pustaka Setia, 2009), hlm.235

4
“ Puasa hari Arafah itu dihitung oleh Allah dapat menghapus ( dosa ) dua tahun,
satu tahun yang lalu dan satu tahun yang akan datang.”   (HR Muslim ).
Disunnahkannya, pada hari itu bagi selain orang yang sedang melaksanakan ibadah haji.
c) Puasa hari senin dan kamis
Disunnahkan berpuasa pada hari senin dan kamis setiap minggu dan di dalam melakukan
puasa dua hari itu mengandung kebaikan pada tubuh. Hal demikian tak ada keraguan lagi.
Allah Swt pada setiap Senin dan kamis  mengampuni dosa-dosa setiap muslim, supaya
kita diampuni dosanya oleh Allah,  maka berpuasalah.
Rasulullah saw. bersabda ;

‫صائِم‬ َ ‫ْس فَأ َ َحبُّ اَ ْن يُع َْر‬


َ ‫ض َع َملِى َواَنَا‬ ِ ‫ تُع َْرضُ ْاألَ ْع َما ِل ُك َّل ْاثنَ ْي ِن َو خَ ِمي‬:‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬ َ َ‫ق‬
َ ِ‫ال َرسُوْ ُل هللا‬
)‫(رواه أحمد والترمذى‬
Artinya : “ Rasulullah saw. bersabda : Ditempatkan amal-amal umatku pada hari
Senin dan Kamis, dan aku senang amalku ditempatkan, maka aku berpuasa.”  (HR
Ahmad dan Tirmidzi ).
Hadis diriwayatkan dari Aisyah, Nabi SAW. bersabda:

ِ ‫صيَا ُم ْا ِال ْثنَ ْي ِن َو ْالخَ ِمي‬


‫ (رواه‬ ‫ْس‬ ِ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ ِم يَتَ َحرَّى‬ ْ َ‫ض َي هللاُ َع ْنهَا قَال‬
َ ‫ َكانَ النَّبِ ُّي‬:‫ت‬ ِ ‫ع َْن عَائِ َشةَ َر‬
)‫الترمذى‬
Artinya : “Dari Aisyah ra. Ia berkata: Bahwasanya Nabi SAW selalu memilih
puasa hari senin dan hari kamis.” (H.R. Tirmidzi)

d) Puasa 6 hari di bulan syawal


Yang dimaksud dengan puasa Syawal adalah puasa enam hari di bulan Syawal setelah
tanggal 1 di bulan Syawal, yang pelaksanaannya boleh secara berturut-turut dan boleh
selang-seling yang penting sejumlah enam hari.
Rasulullah saw. bersabda ;

‫ ثُ َّم‬   َ‫ضان‬ َ ‫ َم ْن‬:‫ال‬


َ ‫صا َم َر َم‬ َ ِ‫ أَ َّن َرسُوْ َل هللا‬ ُ‫ض َي هللاُ َع ْنه‬
َ َ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ق‬ ِ ‫اريْ َر‬
ِ ‫ص‬َ ‫ب ْاألَ ْن‬
ِ ْ‫ع َْن اَبِي اَيُّو‬
)‫ (رواه مسلم‬ ‫صيَا ُم ال َّد ْه ِر‬ ِ َ
‫ك‬ َ‫ان‬ َ
‫ك‬ ‫َّال‬
ٍ ‫و‬ َ
‫ش‬ ‫ن‬ ْ ‫م‬ ‫ا‬ً
ِ ِ ََ ّ ‫ت‬‫س‬ ُ ‫ه‬ ‫ع‬‫ب‬َّ ‫ت‬َ ‫أ‬

Artinya : “Diriwayatkan dari Abu Ayyub Al Anshari r.a. bahwa Rasulullah SAW.
pernah bersabda: Barang siapa berpuasa Ramadhan, lalu disusul  dengan berpuasa 6

5
(enam) hari di bulan Syawal, maka ( pahalanya ) bagaikan puasa setahun penuh.” ( H.R
Muslim)

e) Puasa Pada Pertengahan Bulan Qomariyah


Puasa pertengahan bulan ini dilakukan setiap tanggal 13, 14 dan 15 Qamariyah.
Rasulullah saw. Bersabda :
)‫صا َم ال َّد ْه َر ُكلَّهُ (اخرجه احمد والترمذى‬
َ ‫صا َم ثَالَ ثَةَ اَي ٍَّام ِم ْن ُك ِّل َشه ٍْر فَقَ ْد‬
َ ‫ع َْن اَبِى َذ ٍّر َم ْن‬
Artinya :
“ Dari Abu Dzar: Barang siapa puasa tiga hari setiap bulannya maka sungguh ia
telah puasa selama satu tahun penuh.”( HR Ahmad dan Tirmidzi )

Hadist Abu Dzar yang lain menjelaskan:


َ ‫ث َع َش َرةَ َواَرْ بَ َع َع َش َرةَ َو َخ ْم‬
‫ (اخرجه احمد والترمذى وابن‬  َ‫س َع َش َرة‬ ُ َ‫ت ِمنَ ال َّشه ِْر ثالَ ثَةَ ف‬
َ َ‫ص َّم ثَال‬ ُ ‫ص ْم‬
ُ ‫اِ َذا‬
)‫حبان‬
Artinya :
“Ketika kamu ingin puasa setiap bulan tiga hari maka puasalah setiap tanggal 13,
14 dan 15 setiap bulannya. (H.R. Ahmad,Tirmidzi dan Ibnu Hiban)
f) Puasa sehari dan berbuka sehari
Disunnahkan bagi orang yang mampu agar berpuasa sehari dan tidak berpuasa sehari.
Diterangkan bahwa puasa semacam ini merupakan salah satu macam puasa sunnah yang
lebih utama.
Nabi SAW. bersabda :
‫صالَةُ دَا ُو ُد‬
َ ِ‫صالَ ِة اِلَى هللا‬َّ ‫ َوأَ َحبَّ ال‬,َ‫صيَا ُم دَا ُود‬ ِّ ‫ اِ َّن أَ َحبَّ ال‬:‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ ِم‬
ِ ِ‫صيَ ِام اِلَى هللا‬ َ َ‫ق‬
َ ِ‫ال َرسُوْ ُل هللا‬
ْ َ َ َ ُ َّ َ
)‫ َو َكانَ يَصُوْ ُم يَوْ ًما َويُف ِط ُر يَوْ ًما (اخرجه البخارى‬,ُ‫ َويَنَا ُم ُس ُد َسه‬, ُ‫ َويَقوْ ُم ثلثه‬,‫ َكانَ يَنَا ُم نِصْ فَ الل ْي ِل‬:‫َعل ْي ِه ال َّسال ِم‬ َ
Artinya :
“Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya puasa (sunah) yang paling disenangi
oleh Allah adalah puasa Nabi Dawud, dan salat (sunah) yang paling disenangi oleh Allah
adalah salat Nabi Dawud, Nabi Dawud tidur separuh malam, lalu salat sepertiga malam,
kemudian tidur lagi seperenam malam, dan beliau berpuasa sehari lalu berbuka sehari
(selang-seling)” (H.R. Bukhari).
g)      Puasa bulan rajab, sya’ban dan bulan-bulan mulia yang lain.
Disunnahkan berpuasa pada bulan rajab dan sya’ban menurut kesepakatan tiga kalangan
imam-imam madzhab. Adapun bulan-bulan mulia yaitu ada 4, dan yang tiga berturut-
turut yakni: Dzulqa’dah, dzulhijjah dan Muharram, dan yang satu sendiri yakni bulan

6
Rajab, maka berpuasa pada bulan-bulan tersebut memang disunnahkan. Bila seseorang
memulai berpuasa sunnah lalu membatalkannya Menyempurnakan puasa sunnah setelah
dimulai dan meng-qadha nya jika dibatalkan adalah disunnahkan menurut ulama
syafi’iyyah dan hanafiyyah.
Puasa di bulan Sya’ban ini tidak ada ketentuan, apabila dalam mengerjakan puasa di
bulan Sya’ban  lebih banyak daripada di bulan lain adalah lebih baik. 
Rasulullah bersabda :
)‫ (أخرجه البخارى‬ ً‫ َكانَ يَصُوْ ُم َش ْعبَا ِن اِالَّ قَلِ ْيال‬,ُ‫كاَنَ يَصُوْ ُم َش ْعبَانَ ُكلَّه‬
Artinya :
“ Rasulullah pernah berpuasa penuh di bulan sya’ban, juga pernah berpuasa di
bulan sya’ban tidak penuh (dengan tidak berpuasa pada hari-hari yang sedikit
jumlahnya)” (H.R. Bukhari)
3) Puasa Makruh
Puasa hari jum’at secara tersendiri, puasa awal tahun Qibthi, puasa hari perayaan besar
yang keduanya disendirikan tanpa ada puasa sebelumnya atau sesudahnya selama hal itu
tidak bertepatan dengan kebiasaan, maka puasa itu dimakruhkan menurut tiga kelompok
imam madzhab. Namun ulama madzhab syafi’I mengatakan : tidak dimakruhkan
berpuasa pada kedua hari itu secara mutlaq.
4) Puasa Haram
Maksudnya ialah seluruh ummat islam memang diharamkan puasa pada saat itu, jika
kita berpuasa maka kita akan mendapatkan dosa, dan jika kita tidak berpuasa maka
sebaliknya yaitu mendapatkan pahala. Allah telah menentukan hukum agama telah
mengharamkan puasa dalam beberapa keadaan, diantaranya ialah :
a. Puasa pada dua hari raya, yakni Hari Raya Fitrah (Idul Fitri) dan hari raya kurban
(idul adha)
b. Tiga hari setelah hari raya kurban. Banyak ulama berbeda pendapat tentang hal
ini.
c. Puasa seorang wanita tanpa izin suaminya dengan melakukan puasa sunnat, atau
dengan tanpa kerelaan sang suami bila ia tidak memberikan izin secara terang-
terangan.
d. Ketentuan Puasa
Ketentuan puasa berisi syarat, rukun, sunah-sunah dan hal-hal yang berkaitan dengan
puasa yang akan dijelaskan sebagia berikut6 :
3. Syarat Puasa
Ada beberapa syarat yang harus di penhi dalam melaksanakan puasa,  syarat syarat
tersebut terdiri dari syarat syarat wajib dan syarat syarat sah. Syarat wajib adalah syarat
yang menyebabkan seseorang harus melakkan puasa,  sedangkan syarat sah adalah

6
Helmi Basri, Fiqih Ibadah, (Pekanbaru : Suska Press, 2010) hlm.106

7
syarat syarat yang harus di penuhi oleh seseorang agar puasanya sah. Berikut adalah
penjelasan syarat wajib dan sah nya puasa :
1)      Syarat Wajib Puasa
a) Islam
b) Baligh dan berakal sehat
c) Mampu (kuasa melakukanya)
d) Menetap (mukim)
2)      Syarat Sah Puasa
a) Islam
b) Tamyiz yaitu anak anak yang mampu membedakan yang baik dan
buruk(sekitar sudah berumur 17 tahun)
c) Suci dari haid dan nifas
d) Bukan pada hari hari yang diharamkan yaitu diluar bulan Ramadhan;
seperti puasa pada hari Raya Idul Fitri ( 1 Syawal), Idul Adha (10
Zulhijjah), tiga hari tasyrik, yakni hari 11, 12 dan 13 Zulhijjah, hari syak,
yakni hari 30 Sya’ban yang tidak terlihat bulan (hilal) pada malamnya.

3)      Fardlu Puasa
Pada waktu kita berpuasa ada 2 fardlu/rukun yang harus diperhatikan dengan benar
yaitu:
a) Niat,  yaitu menyengaja untk berpuasa tiap tiap malam dengan menyatakan akan
melakukan puasa wajib
b) Meningglkan sesuatu yang membatalkan puasa mulai fajar hingga terbenam
matahari.7
Berdasarkan Firman Allah Ta’ala :

‫ض‬ ِ ‫فَال‬
ُ َ‫ط اأْل َْبي‬
ُ ‫ب اهللُ لَ ُك ْم َو ُكلُ ْوا َوا ْش َر ُب ْوا َحتَّي َيتََبيَّ َن لَ ُك ُم الْ َخ ْي‬ َ َ‫ْئن بَاش ُر ْو ُه َّن َو ْابَتغُ ْوا َما َكت‬
َ
۰‫ام إِلَي الَّْيل‬ ِّ ‫َس َو ِد ِم َن الْ َف ْج ِر ثُ َّم أَتِ ُّم ْوا‬
َ َ‫الصي‬
ِ ِ
ْ ‫م َن الْ َخ ْيط اأْل‬
Artinya: “Maka sekarang, bolehlah kamu mencampuri mereka dan hendaklah kamu
mengusahakan apa yang diwajibkan Allah atasmu, dan makan-minumlah hingga nyata garis
putih dan garis hitam berupa fajar, kemudian sempurnakanlah puasa sampai malam.

Yang dimaksud dengan garis putih dan garis hitam ialah terangnya siang dan gelapnya
malam. Berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim bahwa ‘Adi bin
Hatim bercerita : “Tatkala turun ayat yang artinya : “hingga nyata benang putih dari
benang hitam berupa fajar” saya ambillah seutas tali hitam dan seutas tali putih, lalu
saya taruh dibawah bantal dan saya amat-amati di waktu malam dan ternyata tidak dapat

7
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah , (Bandung : PT, Al-Ma’arif, 2003), hlm. 174

8
saya bedakan. Maka pagi-pagi saya datang menemui Rasulullah Saw dan saya ceritakan
padanya hal itu. Sabda Nabi Saw :
‫َّها ِر‬ ُ َ‫اد اللَّْي ِل َو َبي‬
َ ‫اض الن‬ َ ِ‫إِنَّ َما ذل‬
ُ ‫ك َس َو‬
Artinya: “Maksudnya ialah gelapnya malam dan terangnya siang”.

4. Udzur Puasa
a. Memasukkan sesuatu kedalam lobang rongga badan dengan sengaja, seperti makan,
minum, merokok, memasukkan benda ke dalam telinga atau ke dalam hidung hingga
melewati pangkal hidungnya. Tetapi jika karena lupa, tiadalah yang demikian itu
membatalkan puasa. Suntik di lengan, di paha, di punggung atau lainnya yang serupa,
tidak membatalkannya, karena di paha atau punggung bukan berarti melalui lobang
rongga badan.
b. Muntah dengan sengaja; muntah tidak dengan sengaja tidak membatalkannya.
c. Haid dan nifas; wanita yang haid dan nifas haram mengerjakan puasa, tetapi wajib
mengqodha sebanyak hari yang ditinggalkan waktu haid dan nifas.
d. Jima’ pada siang hari.
e. Gila walaupun sebentar.
f. Mabuk atau pingsan sepanjang hari.
g. Murtad, yakni keluar dari agama Islam.8

BAB III
PENUTUP

8
Ibid, hlm 182

9
1. KESIMPULAN
Puasa adalah salah satu rukun islam, maka dari itu wajiblah bagi kita untuk
melaksanakan puasa dengan ikhlas tanpa paksaan dan mengharap imbalan dari orang
lain. Jika kita berpuasa dengan niat agar mendapat imbalan atau pujian dari orang lain,
maka puasa kita tidak ada artinya. Maksudnya ialah kita hanya mendapatkan rasa lapar
dan haus dan tidak mendapat pahala dari apa yang telah kita kerjakan. Puasa ini
hukumnya wajib bagi seluruh ummat islam sebagaimana telah diwajibkan kepada orang-
orang sebelum kita. Sebagaimana firman Allah swt yang artinya: “Wahai orang-orang
yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang
sebelum kamu agar kamu bertaqwa”(Q.S Al-Baqarah)
Oleh karena itu, sebagai umat islam sudah seharusnya kita melaksanakan puasa sesuai
dengan ketentuan dari Allah SWT.

DAFTAR ISI

H. Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, ( Cet. LV/55; Bandung: Sinar Baru Algensindo, (2012)
H.M Djamil Latif, S.H, Puasa dan Ibadah Bulan Puasa, ( Cet. IV/4; Jl. Pramuka Raya 4
Jakarta 13140: Ghalia Indonesia, 1421 H/2001 M)
Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtalid, (Jakarta: Pustaka Amani, 2007)

10
Muhammad  Jawad Mughnoyah, Fiqih Lima Mazhab Cetakan VII, (Jakarta: PT Lentera
Basritama, 2001)
Hasan Ridwan, Fiqih Ibadah,  (Bandung : Pustaka Setia, 2009)
Helmi Basri, Fiqih Ibadah,  (Pekanbaru : Suska Press, 2010)
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah , (Bandung : PT, Al-Ma’arif, 2003)

11

Anda mungkin juga menyukai