Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH PUASA DIROSAH ISLAMIYAH

Disusun oleh:

M. Wandi Wahyudin (6020220073)

M. Raffly P.S. (6020220076)

Muhammad Hidayat (6020220070)

Paula Setiawan (6020220002)

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

Universitas Suryakancana
Jl. Pasirgede Raya, Bojongherang, Kec. Cianjur, Kabupaten Cianjur,
Jawa Barat 43216

www.unsur.ac.id
KATANYA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas

limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami

mengenai “Puasa”. Pada makalah ini kami banyak mengambil dari berbagai sumber

dan refrensi dan pengarahan dari berbagai pihak. oleh sebab itu, dalam kesempatan

ini kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam

penyusunan makalah ini.

Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih kurang dari kata

“sempurna”, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun guna kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini

dapat bermanfaat untuk semua pihak yang membaca.

Cianjur, 28 November 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................


DAFTAR ISI...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................
1.1 Latar belakang...............................................................................
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................
1.3 Tujuan Penelitian...........................................................................
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................
2.1 Pengertian puasa............................................................................
2.2 Macam-macam puasa....................................................................
2.3 Rukun puasa...................................................................................
2.4 Syarat sah dan wajib puasa............................................................
2.5 Hal-hal yang membatalkan puasa..................................................
2.6 Hikmah menjalankan ibadah puasa……………………………...
BAB III PENUTUP.........................................................................................
3.1 Kesimpulan....................................................................................
3.2 Saran..............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Puasa Ramadhan adalah ibadah yang telah dilaksanakan oleh manusia. Islam
mengajarkan antara lain agar manusia beriman kepada Allah SWT, kepada malaikat-
malaikatNya, kepada kitab-kitabNya, kepada rasul-rasulNya, kepada hari akhir, dan
kepada qodo-qodarNya. Islam juga mengajarkan untuk lima kewajiban pokok, yaitu
mengucapkan dua kalimat syahadat, mendirikan sholat, membayar zakat, menunaikan
puasa, dan menunaikan ibadah haji.
Saumu (puasa), menurut bahasa Arab adalah “menahan dari segala sesuatu”
seperti menahan makan, minum, nafsu, gibah, dan lain sebagainya. Sedangkan
menurut istilah, puasa adalah menahan diri dari segala sesuatu dan membatalkannya,
satu hari lamanya, mulai dari terbit fajar hingga hingga terbenamnya matahari dengan
niat.
Menurut Hasbi Ash Shiddieqy, puasa bisa menjadikan orang mampu
membiasakan diri untuk dapat bersifat dengan salah satu dari sifat Allah SWT, yaitu
sifat tidak makan dan minum meskipun sementara waktu, sekaligus dapat
menyerupakan diri dengan orang-orang yang muroqobah.
Menurut Yusuf Al-Qardawi, puasa sebagai sarana pencucian jiwa dan raga dari
hal yang memberatkan dalam kehidupan dunia sekaligus bentuk manisfentasi rasa
ketaatan seseorang dalam melaksanakan perintah Allah SWT dalam hal
meninggalkan segala larangan untuk melatih jiwa dalam rangka menyempurnakan
ibadah kepada-Nya.
1.2 Rumusan masalah
1. Apa itu puasa?
2. Apa saja macam-macam puasa?
3. Apa saja syarat sah dan wajib puasa?
4. Apa saja hal yang membatalkan puasa
5. Apa hikmah yang diambil dari menjalankan ibadah puasa?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui tentang puasa
2. Mengetahui berbagai macam puasa
3. Mengetahui syarat-syarat puasa
4. Mengetahui hal apa saja yang membatalkan puasa
5. Mengetahui hikmah yang dapat diambil dari ibadah puasa

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian puasa
Puasa adalah terjemahan dari Ash-Shiyam. Menurut istilah bahasa berarti
menahan diri dari sesuatu dalam pengertian tidak terbatas. Arti ini sesuai dengan
firman Allah dalam surat Maryam ayat 26:
ُ ْ‫إِنِّي نَ َذر‬.
َ ‫ت لِلرَّحْ م ِن‬
‫صوْ ًما‬
“sesungguhnya aku bernazar shaum ( bernazar menahan diri dan berbiacara ).”
Saumu (puasa), menurut bahasa Arab adalah “menahan dari segala sesuatu”, seperti
makan, minum, nafsu, menahan berbicara yang tidak bermanfaat dan sebagainya
a. Firman Allah SWT:

۰ َ‫ب َعلَي الَّ ِذ ْينَ ِم ْن قَ ْبلِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّقُوْ ن‬


َ ِ‫م َك َما ُكت‬eُ ‫صيَا‬ َ ِ‫يَاأَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ آ َمنُوْ ا ُكت‬
ِّ ‫ب َعلَ ْي ُك ُم ال‬
Artinya : Wahai mereka yang beriman, diwajibkan kepadamu berpuasa (Ramadhan)
sebagaimana diwajibkan kepada orang-orang yang sebelum kamu, agar kamu
bertaqwa. (QS. Al-Baqarah-183).
b. Sabda Nabi Muhammad SAW:
“Didirikan Islam atas lima sendi: mengakui bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah,
mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa Ramadhan dan naik haji ke
Baitullah.” (H.R Bukhari dan Muslim dari Ibnu Umar).
2.2 Macam-macam puasa
Puasa dibagi menjadi 2 macam, yaitu puasa wajib dan puasa sunnah. Berikut contoh
dari puasa wajib dan puasa sunnah:
a. Puasa wajib
1. Puasa Ramadhan
Puasa Ramadhan merupakan jenis puasa paling umum karena
merupakan puasa wajib selama sebulan penuh pada bulan Ramadhan bagi
setiap umat Islam yang sudah baligh. Kewajiban melaksanakan ibadah puasa
pada bulan Ramadhan terdapat dalam Al-Qur’an surat Al-baqarah ayat 183.
2. Puasa Nazar
Jenis kedua dari puasa wajib adalah puasa nazar yaitu puasa karena
sebuah janji. Nazar sendiri secara bahasa berarti janji, sehingga puasa yang
dinazarkan memiliki hukum wajib.
3. Puasa denda atau kifarat
Jenis terakhir dari puasa wajib adalah puasa denda, yakni puasa yang
dilakukan untuk menggantikan dam atau denda atas pelanggaran berhukum
wajib contohnya tidak melaksanakan puasa. Puasa ini bertujuan untuk
menghapus dosa yang telah dilakukan.

b. Puasa sunnah
1. Puasa syawal
Puasa Syawal adalah berpuasa selama enam hari di bulan Syawal.
Puasa ini bisa dilakukan secara berurutan dimulai dari hari kedua syawal
ataupun bisa dilakukan secara tidak berurutan.
2. Puasa arafah
Puasa arafah adalah jenis puasa sunnah yang sangat dianjurkan bagi
umat Islam yang tidak sedang berhaji. Sedangkan bagi umat Islam yang
sedang berhaji, tidak ada keutamaan untuk puasa pada hari arafah atau tanggal
9 Dzulhijjah.
Puasa arafah sendiri mempunyai keistimewaan bagi pelaksananya
yaitu akan dihapuskan dosa-dosa pada tahun lalu serta dosa-dosa di tahun
yang akan datang (HR. Muslim).
3. Puasa tarwiyah
Puasa Tarwiyah adalah puasa yang dilaksanakan pada hari tarwiyah
yakni tanggal 8 Dzulhijjah. Istilah tarwiyah sendiri berasal dari
kata tarawwa yang berarti membawa bekal air. Hal tersebut karena pada hari
itu, para jamaah haji membawa banyak bekal air zam-zam untuk persiapan
arafah dan menuju Mina.
4. Puasa senin dan kamis
Puasa senin kamis berawal ketika Nabi Muhammad SAW memerintah
umatnya untuk senantiasa berpuasa di hari senin dan kamis. Karena hari senin
merupakan hari kelahiran beliau sedangkan hari kamis adalah hari pertama
kali Al-Qur’an diturunkan.
5. Puasa Daud
Puasa Daud adalah puasa yang dilakukan secara selang-seling (sehari
puasa, sehari tidak). Puasa Daud bertujuan untuk meneladani puasanya Nabi
Daud As. Puasa jenis ini juga ternyata sangat disukai Allah SWT.
6. Puasa ‘asyura
Bulan Muharram adalah bulan yang disunnahkan untuk
memperbanyak puasa, boleh di awal bulan, pertengahan, ataupun di akhir.
Namun, puasa paling utama adalah pada hari Asyura yakni tanggal sepuluh
pada bulan Muharram. Puasa ini dikenal dengan istilah Yaumu Asyura yang
artinya hari pada tanggal kesepuluh bulan Muharram.
7. Puasa ayyamul bidh
Umat Islam disunnahkan berpuasa minimal tiga kali dalam sebulan.
Namun puasa lebih utama dilakukan pada ayyamul bidh, yaitu pada hari ke-
13, 14, dan 15 dalam bulan Hijriyah atau bulan pada kalender Islam.
Ayyamul bidh sendiri mempunyai arti hari putih karena pada malam-
malam tersebut bulan purnama bersinar dengan sinar rembulannya yang putih.
8. Puasa sya’ban (nisfu sya’ban)
Bulan Sya’ban juga memiliki keistimewaan tersendiri. Pada bulan
Sya’ban dianjurkan agar umat Islam mencari pahala sebanyak-banyaknya.
Salah satunya adalah dengan melakukan puasa pada awal pertengahan bulan
Sya’ban sebanyak-banyaknya.

2.3 Rukun Puasa

1.  Niat ; yaitu menyengaja puasa Ramadhan, setelah terbenam matahari hingga


sebelum fajar shadiq. Artinya pada malam harinya, dalam hati telah tergerak
(berniat), bahwa besok harinya akan mengerjakan puasa wajib Ramadhan. Adapun
puasa sunnat, boleh niatnya dilakukan pada pagi harinya.

2.   Meninggalkan segala yang membatalkan puasa mulai dari terbit fajar hingga
terbenam matahari.
Berdasarkan Firman Allah Ta’ala :

‫ ِر‬e ْ‫َّن لَ ُك ُم ْال َخ ْيطُ اأْل َ ْبيَضُ ِمنَ ْال َخ ْي ِط اأْل َ ْس َو ِد ِمنَ ْالفَج‬eَ ‫َب هللاُ لَ ُك ْم َو ُكلُوْ ا َوا ْش َربُوْ ا َحتَّي يَتَبَي‬ ِ َ‫فَ ْالئنَ ب‬
َ ‫اشرُوْ ه َُّن َوا ْبتَ ُغوْ ا َما َكت‬
َّ َ
۰‫ث َّم أتِ ُّموْ ا الصِّ يَا َم إِلي اليْل‬َ ُ

Artinya: “Maka sekarang, bolehlah kamu mencampuri mereka dan hendaklah kamu
mengusahakan apa yang diwajibkan Allah atasmu, dan makan-minumlah hingga
nyata garis putih dan garis hitam berupa fajar, kemudian sempurnakanlah puasa
sampai malam.
            Yang dimaksud dengan garis putih dan garis hitam ialah terangnya siang dan
gelapnya malam. Berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim
bahwa ‘Adi bin Hatim bercerita : “Tatkala turun ayat yang artinya : “hingga nyata
benang putih dari benang hitam berupa fajar” saya ambillah seutas tali hitam dan
seutas tali putih, lalu saya taruh dibawah bantal dan saya amat-amati di waktu malam
dan ternyata tidak dapat saya bedakan. Maka pagi-pagi saya datang menemui
Rasulullah Saw dan saya ceritakan padanya hal itu. Sabda Nabi Saw :
ِ َ‫ك َس َوا ُد اللَّ ْي ِل َوبَيَاضُ النَّه‬
‫ار‬ َ ِ‫إِنَّ َما ذل‬
Artinya: “Maksudnya ialah gelapnya malam dan terangnya siang”
2.4 Syarat sah dan wajib puasa

a. Syarat sah puasa:


1. Beragama islam
2. Berakal sehat
3. Suci dari haid dan nifas
4. Mengerti kebolehan puasa pada hari itu

b. Syarat wajib puasa:


1. Beragama islam
2. Makallaf (cakap secara hukum)
3. Mampu melakukan puasa (istitha’ah)
4. Sehat
5. Tidak dalam keadaan musafir

2.5 Hal-hal yang membatalkan puasa

a. Hal-hal yang membatalkan puasa


1. Makan dan minum
2. Muntah yang disengaja
3. Berhubungan suami istri
4. Keluar haid atau nifas bagi perempuan
5. Gila
6. Keluar cairan mani dengan sengaja

2.6 Hikmah menjalankan ibadah puasa


1. Melatih seseorang agar lebih bersyukur
2. Menjadikan pribadi yang lebih baik
3. Membuat tubuh menjadi sehat
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Pengertian dari puasa ialah :
Secara umum, puasa berarti ‘menahan’
Menurut istilah adalah menahan diri dari segala yang membatalkan puasa, sejak terbit
fajar hingga terbenam matahari dengan disertai niat.
2. Macam-macam puasa dibagi 2 yaitu :
- puasa wajib
- puasa sunnah
3. Syarat puasa terbagi menjadi dua, yaitu :
(a)    Syarat wajib puasa
(b)    Syarat sah puasa

3.2 Saran
1.  Sebagai seorang muslim yang taat kepada ajaran Allah, sebaiknya kita mengetahui
dan memahami segala sesuatu yang berkaitan dengan puasa agar tidak keliru ketika
menjalankan puasa nantinya.
2. Kepada para pendidik, hendaknya selalu mengajarkan dan menanamkan pemahaman
tentang puasa kepada anak didiknya.
3. Ketika menjalankan ibadah puasa, sebaiknya selalu berserah diri kepada Allah dan
selalu berdoa kepada-Nya. Karena tantangan dan godaan ketika berpuasa tidaklah
mudah bila dirasakan. Serta selalu menghindari hal-hal yang dapat membatalkan
puasa kita.

Anda mungkin juga menyukai