Disusun oleh:
Universitas Suryakancana
Jl. Pasirgede Raya, Bojongherang, Kec. Cianjur, Kabupaten Cianjur,
Jawa Barat 43216
www.unsur.ac.id
KATANYA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami
mengenai “Puasa”. Pada makalah ini kami banyak mengambil dari berbagai sumber
dan refrensi dan pengarahan dari berbagai pihak. oleh sebab itu, dalam kesempatan
ini kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih kurang dari kata
“sempurna”, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini
Cianjur, 28 November 2020
Penyusun
DAFTAR ISI
1.3 Tujuan
1. Mengetahui tentang puasa
2. Mengetahui berbagai macam puasa
3. Mengetahui syarat-syarat puasa
4. Mengetahui hal apa saja yang membatalkan puasa
5. Mengetahui hikmah yang dapat diambil dari ibadah puasa
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian puasa
Puasa adalah terjemahan dari Ash-Shiyam. Menurut istilah bahasa berarti
menahan diri dari sesuatu dalam pengertian tidak terbatas. Arti ini sesuai dengan
firman Allah dalam surat Maryam ayat 26:
ُ ْإِنِّي نَ َذر.
َ ت لِلرَّحْ م ِن
صوْ ًما
“sesungguhnya aku bernazar shaum ( bernazar menahan diri dan berbiacara ).”
Saumu (puasa), menurut bahasa Arab adalah “menahan dari segala sesuatu”, seperti
makan, minum, nafsu, menahan berbicara yang tidak bermanfaat dan sebagainya
a. Firman Allah SWT:
b. Puasa sunnah
1. Puasa syawal
Puasa Syawal adalah berpuasa selama enam hari di bulan Syawal.
Puasa ini bisa dilakukan secara berurutan dimulai dari hari kedua syawal
ataupun bisa dilakukan secara tidak berurutan.
2. Puasa arafah
Puasa arafah adalah jenis puasa sunnah yang sangat dianjurkan bagi
umat Islam yang tidak sedang berhaji. Sedangkan bagi umat Islam yang
sedang berhaji, tidak ada keutamaan untuk puasa pada hari arafah atau tanggal
9 Dzulhijjah.
Puasa arafah sendiri mempunyai keistimewaan bagi pelaksananya
yaitu akan dihapuskan dosa-dosa pada tahun lalu serta dosa-dosa di tahun
yang akan datang (HR. Muslim).
3. Puasa tarwiyah
Puasa Tarwiyah adalah puasa yang dilaksanakan pada hari tarwiyah
yakni tanggal 8 Dzulhijjah. Istilah tarwiyah sendiri berasal dari
kata tarawwa yang berarti membawa bekal air. Hal tersebut karena pada hari
itu, para jamaah haji membawa banyak bekal air zam-zam untuk persiapan
arafah dan menuju Mina.
4. Puasa senin dan kamis
Puasa senin kamis berawal ketika Nabi Muhammad SAW memerintah
umatnya untuk senantiasa berpuasa di hari senin dan kamis. Karena hari senin
merupakan hari kelahiran beliau sedangkan hari kamis adalah hari pertama
kali Al-Qur’an diturunkan.
5. Puasa Daud
Puasa Daud adalah puasa yang dilakukan secara selang-seling (sehari
puasa, sehari tidak). Puasa Daud bertujuan untuk meneladani puasanya Nabi
Daud As. Puasa jenis ini juga ternyata sangat disukai Allah SWT.
6. Puasa ‘asyura
Bulan Muharram adalah bulan yang disunnahkan untuk
memperbanyak puasa, boleh di awal bulan, pertengahan, ataupun di akhir.
Namun, puasa paling utama adalah pada hari Asyura yakni tanggal sepuluh
pada bulan Muharram. Puasa ini dikenal dengan istilah Yaumu Asyura yang
artinya hari pada tanggal kesepuluh bulan Muharram.
7. Puasa ayyamul bidh
Umat Islam disunnahkan berpuasa minimal tiga kali dalam sebulan.
Namun puasa lebih utama dilakukan pada ayyamul bidh, yaitu pada hari ke-
13, 14, dan 15 dalam bulan Hijriyah atau bulan pada kalender Islam.
Ayyamul bidh sendiri mempunyai arti hari putih karena pada malam-
malam tersebut bulan purnama bersinar dengan sinar rembulannya yang putih.
8. Puasa sya’ban (nisfu sya’ban)
Bulan Sya’ban juga memiliki keistimewaan tersendiri. Pada bulan
Sya’ban dianjurkan agar umat Islam mencari pahala sebanyak-banyaknya.
Salah satunya adalah dengan melakukan puasa pada awal pertengahan bulan
Sya’ban sebanyak-banyaknya.
2. Meninggalkan segala yang membatalkan puasa mulai dari terbit fajar hingga
terbenam matahari.
Berdasarkan Firman Allah Ta’ala :
ِرe َّْن لَ ُك ُم ْال َخ ْيطُ اأْل َ ْبيَضُ ِمنَ ْال َخ ْي ِط اأْل َ ْس َو ِد ِمنَ ْالفَجeَ َب هللاُ لَ ُك ْم َو ُكلُوْ ا َوا ْش َربُوْ ا َحتَّي يَتَبَي ِ َفَ ْالئنَ ب
َ اشرُوْ ه َُّن َوا ْبتَ ُغوْ ا َما َكت
َّ َ
۰ث َّم أتِ ُّموْ ا الصِّ يَا َم إِلي اليْلَ ُ
Artinya: “Maka sekarang, bolehlah kamu mencampuri mereka dan hendaklah kamu
mengusahakan apa yang diwajibkan Allah atasmu, dan makan-minumlah hingga
nyata garis putih dan garis hitam berupa fajar, kemudian sempurnakanlah puasa
sampai malam.
Yang dimaksud dengan garis putih dan garis hitam ialah terangnya siang dan
gelapnya malam. Berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim
bahwa ‘Adi bin Hatim bercerita : “Tatkala turun ayat yang artinya : “hingga nyata
benang putih dari benang hitam berupa fajar” saya ambillah seutas tali hitam dan
seutas tali putih, lalu saya taruh dibawah bantal dan saya amat-amati di waktu malam
dan ternyata tidak dapat saya bedakan. Maka pagi-pagi saya datang menemui
Rasulullah Saw dan saya ceritakan padanya hal itu. Sabda Nabi Saw :
ِ َك َس َوا ُد اللَّ ْي ِل َوبَيَاضُ النَّه
ار َ ِإِنَّ َما ذل
Artinya: “Maksudnya ialah gelapnya malam dan terangnya siang”
2.4 Syarat sah dan wajib puasa
3.2 Saran
1. Sebagai seorang muslim yang taat kepada ajaran Allah, sebaiknya kita mengetahui
dan memahami segala sesuatu yang berkaitan dengan puasa agar tidak keliru ketika
menjalankan puasa nantinya.
2. Kepada para pendidik, hendaknya selalu mengajarkan dan menanamkan pemahaman
tentang puasa kepada anak didiknya.
3. Ketika menjalankan ibadah puasa, sebaiknya selalu berserah diri kepada Allah dan
selalu berdoa kepada-Nya. Karena tantangan dan godaan ketika berpuasa tidaklah
mudah bila dirasakan. Serta selalu menghindari hal-hal yang dapat membatalkan
puasa kita.