Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

Puasa, Bulan Ramadhan, Puasa Sunnah serta Shalat Tarawih dan Witir
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Fiqh MI/SD

Dosen Pengampu Mata Kuliah:


Alfan Nur Azizi, M.Pd

Disusun Oleh:

Moch Akbar Hazima (210103110128)


Naura Qur‟atin Maharani (210103110136)
Intan Permata Sari (210103110142)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
Oktober, 2023
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT.


Tuhan semesta alam atas segala rahmat, hidayah serta karunia-Nya. Selama ini
senantiasa memberi petunjuk, pertolongan, serta kekuatan lahir dan batin. Sehingga
penulis berhasil menyelesaikan makalah yang berjudul " Puasa, bulan ramadhan,
Puasa sunnah, dan Sholat terawih dan witir ” ini tepat pada waktunya. Shalawat serta
salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, para
sahabat, serta para pengemban risalahnya yang selalu setia hingga akhir zaman.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Pembelajaran Fiqih MI/SD. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang “ Puasa dan bulan ramadhan, Puasa sunnah, dan Sholat
terawih dan witir ” bagi penulis dan juga para pembaca.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar- besarnya kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bimbingan,
bantuan dan saran serta dukungan dalam proses penyusunan makalah ini hingga dapat
terselesaikannya. Terutama kepada Bapak Alfan Nur Azizi M.Pd selaku dosen mata
kuliah Fiqih MI/SD. Terima kasih juga teruntuk teman-teman kelas serta kepada
semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu- persatu.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, mengingat
keterbatasan kemampuan, pengalaman, dan pengetahuan penulis baik dalam hal
penyajian maupun penggunaan bahasa. Namun demikian inilah yang terbaik yang
penulis lakukan dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Oleh
karena itu semua masukan, kritik, dan saran yang sifatnya membangun sangat
penulis harapkan bagi penyempurnaan makalah ini. Semoga dengan selesainya
makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya. Aamiin ya Robbal Alamin.

Malang, 27 Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i


DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG .................................................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH ................................................................................................ 1
C. TUJUAN PENULISAN .................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3
A. Ketentuan Puasa Ramadhan ............................................................................................ 6
B. Bulan Ramadhan ............................................................................................................. 9
C. Puasa Sunnah ................................................................................................................ 15
D. Shalat Tarawih dan Witir .............................................................................................. 19
BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 26
A. KESIMPULAN ............................................................................................................. 26
B. SARAN ......................................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 28

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Puasa merupakan ibadah yang telah lama berkembang dan dilaksanakan oleh
manusia sebelum Islam. Islam mengajarkan antara lain agar manusia beriman kepada
Allah SWT, kepada malaikat-malaikatNya, kepada kitab-kitabNya, kepada rosul-
rosulNya, kepada hari akhirat dan kepada qodo qodarNya. Islam juga mengajarkan
lima kewajiban pokok, yaitu mengucapkan dua kalimat syahadat, sebagai pernyataan
kesediaan hati menerima Islam sebagai agama, mendirikan sholat, membayar zakat,
mengerjakan puasa dan menunaikan ibadah haji. Saumu (puasa), menurut bahasa
Arab adalah “menahan dari segala sesuatu”, seperti menahan makan, minum, nafsu,
menahan berbicara yang tidak bermanfaat dan sebagainya. Sedangkan menurut istilah,
puasa adalah menahan diri dari sesuatu yang membatalkannya, satu hari lamanya,
mulai dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari dengan niat dan beberapa syarat.
Ibadah puasa itu dilaksanakan di bulan Ramadhān yang Allah telah
memuliakan dan mengutamakan bulan-bulan tertentu dengan melebihi bulan yang
lain, melebihkan beberapa malam daripada malam yang lain dan mengutamakan saat-
saat tertentu dari saat-saat yang lain, seperti saat sahur adalah saat yang paling mulia,
pada malam lailatul qadr ialah malam yang paling baik, hari arafah adalah hari yang
paling mulia dan bulan Ramadhān adalah bulan yang paling mulia juga dibandingkan
dengan bulan-bulan yang lain. Selama bulan Ramadhān dituntut agar kita selalu
berdoa, agar Allah memberikan tempat yang terbaik butat hamba-hambanya berupa
ganjaran Jannah al na‟im dan menghindarkan hambanya dari siksaan api neraka.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa saja ketentuan puasa ramadhan?


2. Apa itu bulan ramadhan?
3. Apa itu puasa sunnah?
4. Apa itu shalat tarawih dan witir?

1
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui ketentuan puasa.
2. Untuk mengetahui bulan ramadhan.
3. Untuk mengetahui apa saja puasa sunnah.
4. Untuk mengetahui shalat tarawih dan witir.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ketentuan Puasa Ramadhan


1. Pengertian Puasa

Puasa dalam bahasa Arab sama dengan ash-shiyam atau ash- shaum yang
artinya menahan diri dari sesuatu. Menurut istilah puasa artinya menahan diri dari
makan dan minum serta segala sesuatu yang dapat membatalkannya mulai dari
terbit fajar sampai dengan terbenamnya matahari dengan niat karena Allah Swt.
2. Syarat Sah Puasa
Syarat sah adalah semua hal yang membuat ibadah puasa menjadi sah hukumnya.
Bila salah satu syarat ini tidak ada, maka ibadah itu tidak sah hukumnya.
Sedangkan syarat wajib adalah hal-hal yang bila terpenuhi pada diri seseorang,
puasa menjadi wajib atas dirinya. Sedangkan syarat sah adalah syarat yang harus
dipenuhi agar puasa yang dilakukan oleh seseorang itu menjadi sah hukumnya di
hadapan Allah SWT
a) Beragama Islam.
Para ulama sepakat bahwa syarat wajib berpuasa yang pertama kali adalah
bahwa orang yang diwajibkan untuk berpuasa itu hanya orang yang memeluk
agama Islam saja. Sedangkan mereka yang tidak beragama Islam, tidak
diwajibkan untuk berpuasa.
b) Orang yang tidak beragama Islam tidak sah puasanya.
c) Mumayiz artinya sudah dapat membedakan antara halyang baik dan yang
buruk.
d) Suci dari haid dan nifas bagi perempuan.

Para ulama telah berijma‟ bahwa para wanita yang sedang mendapat darah
haidh dan nifas tidak diwajibkan untuk berpuasa. Bahkan bila tetap dikerjakan
juga dengan niat berpuasa, hukumnya malah menjadi haram.

Dasar ketentuannya adalah hadits Aisyah radhiyallahuanha yang artinya


“Kami (wanita yang haidh atau nifas) diperintahkan untuk mengqadha‟ puasa

dan tidak diperintah untuk mengqadha; shalat.” (HR. Muslim)

3
e) Pada waktu yang diperbolehkan berpuasa.
f) Tidak sah berpuasa pada waktu-waktu yang dilarang melakukannya, seperti
hariTasyrik, hari Idul Fitri, dan Idul Adha.

3. Syarat Wajib Puasa


Syarat wajib maksudnya adalah hal-hal yang membuat seorang menjadi wajib
untuk melakukan puasa. Bila salah satu syarat ini tidak terpenuhi pada diri
seseorang, maka puasa Ramadhan itu menjadi tidak wajib atas dirinya.
a) Berakal, (Orang yang gila tidak wajib berpuasa)
Syarat wajib puasa adalah berakal. Sudah menjadi ijma’ ulama bahwa orang gila
adalah orang yang tidak berakal, sehingga orang gila tidak diwajibkan untuk
mengerjakan puasa.
b) Baligh.
Adapun tentang tidak wajib berpuasa bagi mereka yang tidak berakal dan
belumbaligh, maka berdasarkan sabda Rasulullah Saw.:
‫حْ خَ ِه َى‬َٚ َّٗ‫ َحخ‬ٙ ِّ ‫ص ِب‬ َ ‫ ِم‬ْٛ َ ‫ ْسخ‬َٚ َّٗ‫ َٔ َع ٍِ انَُّب ِئ ِى َحخ‬، َ‫ْك‬ٛ‫ ِف‬َٚ َّٗ‫ع ٍِ ْان ًَجْ ُُ ْٕ ٌِ َحخ‬
َّ ‫ َٔ َع ٍِ ان‬،‫ظ‬ َ :ٍ‫ُس ِف َع ْانمَهَ ُى َع ٍْ ثَالَثَت‬
Artinya:
“Telah diangkat pena dari tiga golongan: dari orang gila sampai ia sadar, dari
orang tidur hingga ia bangun, dan dari anak kecil hingga ia baligh.”
c) Kuat untuk berpuasa. (Orang yang tua, lemah atau sakit parah tidak wajib
berpuasa).
Sedangkan tentang tidak wajibnya berpuasa atas orang yang sakit dan musafir,
maka berdasarkan firman Allah Ta‟ala:
‫ ٍَّبو أُخ ََش‬َٚ‫سفَ ٍش فَ ِعذَّة ٌ ِ ّي ٍْ أ‬
َ ٰٗ َ‫ضًب أ َ ْٔ َعه‬ٚ‫ََ َيٍ َكبٌَ َي ِش‬
Artinya:
“Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka
(wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu,
pada hari-hari yang lain.” (QS. Al-Baqarah (2): 185).1

1
Sutrisno, Buku Fiqih MI Kelas III, 2020.

4
4. Rukun Puasa
a) Niat di malam hari
Para ulama punya beberapa definisi niat, salah satunya apa yang ditetapkan
oleh Mazhab AlHanafiyah : Bermaksud untuk taat dan mendekatkan diri
kepada Allah SWT dalam bentuk mengerjakan suatu perbuatan.
Mazhab Al-Malikiyah mendefinisikan niat sebagai Seseorang bermaksud
dengan hatinya atas apa yang diinginkan pada perbuatannya. Dalam hal ini Al-
Malikiyah menegaskan bahwa niat itu masuk dalam bab tekat dan keinginan
dan bukan ilmu dan keyakinan.
Mazhab Asy-Syafi‟iyah menyebutkan bahwa niat itu adalah Bermaksud untuk
mendapatkan sesuatu yang disertai dengan perbuatan.
Mazhab Al-Hanabilah mendefinisikan niat sebagai Tekat hati untuk
mengerjakan suatu ibadah demi mendekatkan diri kepada Allah SWT
Jadi, Ibadah itu dikerjakan dengan hanya mengharap Allah. Dan bukan dengan
mengharap yang lain, seperti melakukannya demi makhluk, atau mencari harta
dan pujian dari manusia, atau agar mendapatkan kecintaan dari memuji
mereka. Puasa yang dilakukan oleh seseorang akan menjadi tidak sah apabila
tidak dilandasi dengan niat.2
Lafal niat puasa ramdahan
َٗ‫حَعَبن‬ ِ‫ِلِل‬ ‫سَُ ِت‬
َّ ‫ان‬ ِِ ‫ْ ِز‬ ٌ‫ب‬
ِ ‫ض‬َ ‫ش ْٓ ِش َس َي‬
َ ِ ‫فَ ْش‬
‫ض‬ ِ َ‫أَد‬
‫اء‬ ٍْ ‫َع‬ ‫َغ ٍذ‬ ‫ص ْٕ َو‬
َ ُ‫ْج‬ََٕٚ َ
Artinya: Aku berniat puasa esok hari demi menunaikan kewajiban bulan
Ramadhan tahun ini karena Allah taala.
b) Menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan puasa mulai terbit
fajar sampai terbenamnya matahari.

5. Sunnah Sunnah Puasa


a) Mengakhirkan makan sahur
b) Menyegerakan berbuka puasa
Hadits no. 658 dari kitab Bulughul Maram, Ibnu Hajar membawakan hadits:

ُ َُّ‫ضَ ا ُل ان‬َٚ ‫ َل‬: ‫سهَّ َى لَب َل‬


‫ ٍْش َيب‬ٛ‫بط ِب َخ‬ َّ َّٗ‫صه‬
َ َٔ َّْٛ‫َللاُ َعه‬ َ ِ‫َللا‬ ُ ‫ أ َ ٌَّ َس‬، ُُّْ ‫َللاُ َع‬
َّ ‫سٕ َل‬ َّ َٙ ‫ض‬ ِ ‫س ْع ٍذ َس‬ َ ٍِْ ‫س ْٓ ِم ب‬َ ٍْ ‫َٔ َع‬
ْ ْ
ِّ ْٛ ‫َع َّجهُٕا ان ِفط َش ُيخفَ ٌك َعه‬
َ َّ
َّ ‫ لَب َل‬: ‫سهَّ َى لَب َل‬
: ‫َللاُ َع َّض َٔ َج َّم‬ َّ َّٗ‫صه‬
َ َٔ ِّ ْٛ َ‫َللاُ َعه‬ َ ٙ َ ُُّْ ‫َللاُ َع‬
ِّ ‫ع ٍْ انَُّ ِب‬ َّ ٙ ِ ‫ َْشة َ َس‬ٚ‫ ْ َُش‬ٙ‫ث أَ ِب‬
َ ‫ض‬ ِ ِٚ‫٘ ِي ٍْ َحذ‬ ِّ ‫َٔ ِنهخِ ّ ْش ِي ِز‬
ْ ُ َ َّ ‫أ َ َحب ِعبَبدِ٘ إن‬
‫ أ ْع َجه ُٓ ْى فِط ًشا‬ٙ َ
2
Ahmad Sarwat, Lc.,MA, Buku Puasa : Syarat Rukun & Membatalkan, (Setiabudi Jakarta Selatan,2018).

5
Dari Sahl bin Sa‟ad radhiyallahu „anhu, bahwa Rasulullah shallallahu „alaihi
wa sallam bersabda, “Manusia senantiasa berada dalam kebaikan selama
mereka menyegerakan waktu berbuka.” (Muttafaqun „alaih).
Dalam riwayat Tirmidzi disebutkan dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu
„anhu, dari Nabi shallallahu „alaihi wa sallam, beliau bersabda,
Allah Ta‟ala berfirman, “Hamba yang paling dicintai di sisi-Ku adalah yang
menyegerakan waktu berbuka puasa.”
c) Membaca do‟a sebelum berbuka puasa
َ ‫ص ًْجُ َٔبِكَ آ َي ُْجُ َٔ َعهَٗ ِس ْصلِكَ أ َ ْف‬
َّ ‫َب ا َ ْس َح َى‬ٚ َ‫ط ْشثُ بِ َشحْ ًَخِك‬
ًٍَِْٛ ‫انش ِح‬ ُ َ‫اَنهّ ُٓ َّى نَك‬
Artinya:

“Ya Allah, untukMu aku berpuasa, dan kepadaMu aku beriman, dan dengan
rezekiMu aku berbuka. Dengan rahmatMu wahai yang Maha Pengasih dan
Penyayang.”

d) Berbuka dengan sesuatu yang manis


e) Memberi makan pada orang yang berbuka puasa
‫ئًب‬ْٛ ‫ش‬ َّ ‫ص ِي ٍْ أَجْ ِش ان‬
َ ‫صبئِ ِى‬ ُ ُ‫َ ُْم‬ٚ َ‫ َْش أَََُّّ ل‬ٛ‫صبئِ ًًب َكبٌَ نَُّ ِيثْ ُم أَجْ ِش ِِ َغ‬ َّ َ‫َي ٍْ ف‬
َ ‫ط َش‬
Artinya:
Siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti
orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa
itu sedikit pun juga.” (HR. Tirmidzi no. 807, Ibnu Majah no. 1746, dan
Ahmad 5: 192, Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih).
f) Memperbanyak sedekah
g) Memperbanyak membaca al-Qur‟an (tadarus)

6. Hal yang Membatalkan Puasa


a) Makan dan minum dengan disengaja.

Seseorang yang makan atau minum dengan sengaja di siang hari maka
puasanya batal.

b) Muntah yang disengaja

Seseorang yang muntah dengan sengaja dapat membatalkan puasa.


Namun, apabila muntah terjadi secara tiba-tiba dan tidak disengaja maka
orang tersebutbisa melanjutkan puasanya hingga matahari terbenam.

6
c) Keluar darah haid atau nifas (darah setelah melahirkan) pada perempuan.

Seorang perempuan yang mengalami haid atau nifas seusai persalinan


maka dinyatakan batal puasanya. Orang yang mengalami haid atau nifas
berkewajiban untuk mengganti puasa di hari lain.
d) Gila atau hilang akal

Seseorang dalam kondisi gila saat menjalani puasa maka puasanya


dianggap batal. Sebab, ia dalam kondisi hilang akal atau tidak sadar.
e) Keluar mani dengan sengaja

Apabila keluar air mani lantaran mimpi basah di siang hari maka hal itu
tidak membatalkan puasa.
f) Keluar dari agama Islam atau murtad

Seseorang yang memutuskan untuk keluar dari agama Islam dan


berpindah ke agama lain saat sedang menjalani puasa, maka puasanya
batal.
g) Berniat untuk membatalkan puasa

Seseorang yang berniat untuk membatalkan puasa saat sedang


menjalani puasa,maka puasanya langsung batal.3

7. Orang yang Tidak Boleh Berpuasa

Ada beberapa golongan orang yang diperbolehkan untuk tidak berpuasa


pada bulanRamadlan. Mereka itu adalah:
a) Orang yang sakit (sakit yang mengharuskan dia tidak berpuasa)

b) Orang yang dalam perjalanan (musafir) dengan jarak perjalanan 81 km.

c) Orang yang tua renta

d) Perempuan hamil atau menyusui

3
Nurul Hidayati, S.Ag, M.Pd.I, Buku siswa Fiqh kelas 3 MI, 2016.

7
8. Hikmah Berpuasa

Puasa Ramadan harus kita lakukan dengan baik dan benar sesuai dengan
ketentuannya agar kita bisa memperoleh hikmah dan keutamaannya. Di
antara hikmah dan keutamaan puasa Ramadan adalah:

a) Mengahapus dosa dosa yang telah lalu


Dari Abu Hurairah Ra bahwasanya Rasulullah SAW bersabda:

ِّ ِ‫غ ِف َش نَُّ َيب حَمَذ ََّو ِي ٍْ رَ َْب‬


ُ ‫سببًب‬
َ ِ‫ ًَبًَب َٔاحْ خ‬ِٚ‫ضبٌَ إ‬
َ ‫بو َس َي‬
َ ‫ص‬َ ٍْ ‫َي‬

Artinya:

“Barangsiapa berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap pahala dari
Allah, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari no. 38 dan
Muslim No. 860).

b) Meningkatkan ketakwaan kepada Allah Swt.

Tujuan diperintahkan ibadah puasa Ramadan adalah agar kita menjadi


manusia yang bertakwa
c) Menyehatkan badan.

Puasa dapat membersihkan organ pencernaan seperti lambung dan usus,


memperbaiki kerjanya serta membersihkan tubuh dari sisa-sisa endapan
makanan. Sehingga puasa dapat menyehatkan tubuh kita.

Hal itu sesuai dengan hadis Nabi Muhammad SAW:

‫َصح ْٕا‬
ِ ‫ص ْٕ ُي ْٕا ح‬
ُ

“Berpuasalah kalian, niscaya kalian akan sehat.” (HR. Abi Nu‟aim)

d) Menumbuhkan kasih sayang kepada fakir miskin.

Banyak orang-orang di sekitar kita yang hidup kekurangan dan


membutukan bantuan. Dengan berpuasa kita bisa merasakan lapar
sehingga hal ini dapat mendorong kita untuk lebih peduli terhadap
penderitaan kaum dhuafa dan fakir miskin.

8
e) Meningkatkan rasa syukur kepada Allah Swt.

Pada saat berpuasa tubuh kita terasa lemah, haus dan lapar tetapi
semuanya itu berubah menjadi kenikmatan yang luar biasa pada saat
berbuka puasa. Hal ini menambah rasa syukur kita terhadap segala
kenikmatan yang telah Allah berikan .
f) Melatih hidup disiplin.

Di bulan Ramadan kita terbiasa bangun pagi untuk makan sahur dan
berbuka puasa dengan waktu yang telah ditentukan oleh Allah Swt. Oleh
karena itu puasa Ramadan dapat melatih kita untuk terbiasa hidup
disiplin.
g) Menghindarkan diri dari perbuatan yang buruk.

Selain menahan diri dari makan dan minum dan hal-hal yang
membatalkan puasa, sebaiknya kita juga menahan diri dari perbuatan
yang dapat mengurangi pahala puasa, diantaranya, berkata kotor,
berbohong, bertengkar, mencaci maki dan lain sebagainya.
h) Melatih kesabaran.

Puasa akan melatih kita untuk bersabar dari segala hal yang bisa
membatalkannya seperti makan dan minum di siang hari ataupun hal-hal
lain yang bisa mengurangi pahala puasa. Oleh karena itu puasa sering
dikatakan separuh dari kesabaran.

B. Bulan Ramdhan
Bulan suci Ramadan merupakan kesempatan bagi setiaphamba Allah Swt. untuk lebih
meningkatkan ketakwaan, dikarenakan bulan ini memiliki beberapa keutamaan antara
lain:

1. Keutamaan Bulan Ramadhan

a) Bulan diturunkannya Al-Qur‟an (Nuzulul Qur‟an)


Ramadan merupakan syahrul Qur’an (bulan al-Qur’an). Diturunkannya al-
Qur’an pada bulan Ramadan menjadi bukti nyata atas kemuliaan dan keutamaan
bulan Ramadan. Allah Swt. berfirman

‫ش ِٓذَ ِي ُْ ُك ُى‬َ ٍْ ًَ َ‫بٌ ف‬ ِ ‫ْان ُٓ ٰذٖ َٔ ْانفُ ْش َل‬ ٍَ‫ج ِ ّي‬ٍ ُٰ َِّٛ‫بط َٔب‬ ِ َُّ‫ ِّ ْانمُ ْش ٰاٌُ ُْذ ًٖ ِنّه‬ْٛ ِ‫ِ٘ ا ُ َْ ِض َل ف‬
ْ ‫ضبٌَ انَّز‬ َ ‫ش ْٓ ُش َس َي‬َ
‫ُس َْش‬ٛ‫َللاُ ِب ُك ُى ْان‬
ٰ ُ ‫ذ‬ْٚ ‫ ُِش‬ٚ َ ‫ ٍَّبو اُخ ََش‬َٚ‫ا‬ ٍْ‫سفَ ٍش فَ ِعذَّة ٌ ِ ّي‬ ٰ َ َ
َ ٗ‫ضًب ا ْٔ َعه‬ْٚ ‫ص ًّْ َ َٔ َيٍ كبٌَ َي ِش‬ ْ ُ ْ َ َّ
ُ َٛ‫انش ْٓ َش فه‬
ٌَْٔ ‫َْ ٰذى ُك ْى َٔنَعَهَّ ُك ْى حَ ْش ُك ُش‬ ٰ
‫َللاَ َعهٗ َيب‬ َ ُ َ َّ ْ ُ ْ ُ ْ ُ
ٰ ‫ذ ُ ِبك ُى انعُس َْش َ َٔ ِنخك ًِهٕا ان ِعذة َٔ ِنخكبِّ ُشٔا‬ْٚ ‫ ُِش‬ٚ ‫َٔ َل‬

9
Artinya:
“Bulan Ramadan adalah (bulan) yang didalamnya diturunkan al-Qur‟an,
sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan petunjuk
tersebut dan pembeda (antara yang benar dan yang batil).” (QS. Al-
Baqarah (2): 185).

b) Perintah Untuk Berpuasa


Allah Swt. mewajibkan umat Islam untuk berpuasa selama satu bulan dalam
bulan Ramadlan. Kewajiban berpuasa tidak ada pada bulan lainnya. Allah
Swt. Berfirman
ٌَٕۡ ُ‫ٍَ ِي ٍۡ لَ ۡب ِه ُک ۡى نَعَهَّ ُك ۡى حَخَّم‬ِٚۡ ‫ب َعهَٗ انَّز‬ َ ِ‫ٍَ ٰا َيُُ ٕۡا ُكخ‬ِٚۡ ‫ َٓب انَّز‬َٚ‫ـب‬
ّ ِ ‫ ُک ُى ان‬ٛۡ َ‫ب َعه‬
َ ِ‫َب ُو َک ًَب ُكخ‬ٛ‫ص‬
Artinya:
“Wahai orang orang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa” (QS. Al- Baqarah
(2): 183)

c) Perintah Berzakat

Zakat menurut istilah berarti mengeluarkan sebagian harta yang dimiliki untuk
diberikan kepada orang yang berhak menerimanya. Zakat yang wajib
dikeluarkan di bulan Ramadlan adalah zakat fitrah berupa makanan pokok di
suatu negara. Di Indonesia, umat Islam mengeluarkan zakat fitrah berupa
beras. Hukum zakat fitrah adalah fardlu „ain yaitu kewajiban perorangan yang
wajib dilakukan oleh seorang muslim dan tidak dapat diwakilkan.
Zakat fitrah diberikan kepada fakir miskin dan orang yang berhak menerima
lainnya. Dengan kewajiban berzakat maka akan tertanam sikap peduli
antarsesama untuk saling membantu.

d) Bulan Penuh Keberkahan

Bulan ini disebut juga dengan bulan syahrun mubarak. Hal ini adalah
berdasarkan pada dalil hadis Nabi Rasulullah Saw.

:”Sungguh telah datang kepada kalian bulan yang penuh berkah. Pada bulan
ini diwajibkan puasa kepada kalian..” (HR. Ahmad, An-Nasa‟i dan Al-
Baihaqi).

10
Dan juga bahwa setiap ibadah yang dilakukan di bulan Ramadlan, maka Allah
akan melipat gandakan pahalanya. Dan di dalam bulan penuh kemuliaan dan
keberkahan ini maka tidak hanya keberkahan di dalam menuai pahala, namun
banyak keberkahan lainnya.

e) Malam Lailatul Qodar

Kemuliaan bulan Ramadlan salah satunya adalah dengan hadirnya malam


penuh kemuliaan dan keberkahan di salah satu malam pada malam-malam
terakhir dan ganjil di bulan Ramadlan yaitu malam Lailatul Qodar. Pada
bulan Ramadlan terdapat suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan yaitu
Lailatul Qadar (malam kemuliaan). Menurut pendapat ulama, pada 10 hari
terakhir bulan Ramadlan adalah saat hadirnya malam Lailatul Qadar.
‫هَ ِت ْانمَذ ِْس‬ْٛ َ‫ ن‬ِٙ‫ِإََّب أ َ َْضَ ْنَُبُِ ف‬

Artinya:

Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (al-Quran) pada lailatul qadr


(malam kemuliaan). (al-Qadr (97): 1).

f) Bulan Pengampunan Dosa (Maghfirah)

Allah Swt. menyediakan Ramadlan sebagai fasilitas penghapusan dosa selama


kita menjauhi dosa besar. Hadis Nabi Saw.:

Dari Abu Hurairah ra., Nabi Saw. bersabda: ”Shalat lima waktu, Jumat ke
Jumat dan Ramadlan ke Ramadlan menghapuskan dosa-dosa di antara masa-
masa itu selama dosa- dosa besar dijauhi”. (HR. Muslim).

Melalui berbagai aktivitas ibadah di bulan Ramadlan Allah Swt.


menghapuskan dosa kita. Di antaranya adalah puasa Ramadlan, sebagaimana
sabda Nabi Saw.:

ِّ ِ‫غ ِف َش نَُّ َيب حَمَذ ََّو ِي ٍْ رَ َْب‬


ُ ‫سببًب‬
َ ِ‫ ًَبًَب َٔاحْ خ‬ِٚ‫ضبٌَ إ‬
َ ‫بو َس َي‬
َ ‫ص‬َ ٍْ ‫َي‬
“Barangsiapa berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap pahala dari
Allah, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari no. 38 dan
Muslim No. 860).

11
g) Ramadan Pintu Surga Dibuka Pintu Neraka Ditutup
Keberkahan kemuliaan di dalam bulan Ramadlan adalah bahwa pintu-pintu
surga terbuka dan pintu-pintu neraka tertutup serta syaithan-syaithan diikat.
Dengan demikian, Allah Swt. telah memberi kesempatan kepada hamba-Nya
untuk masuk surga dengan ibadah dan amal shalih yang mereka perbuat pada
bulan Ramadlan. Pada bulan Ramadhan pintu-pintu surga terbuka dan pintu-
pintu neraka tertutup serta Syetan-Syetan diikat. Dengan demikian, Allah
Subhanahu Wata‟ala telah memberi kesempatan kepada hamba-Nya untuk
masuk surga dengan ibadah dan amal shalih yang mereka perbuat pada bulan
Ramadhan.

Syetanpun tidak diberi kesempatan untuk mengoda dan menyesatkan manusia.


Rasulullah Shallallahu „alaihi Wassalam bersabda,

“Apabila masuk bulan Ramadhan maka pintu-pintu surga dibuka, pintu


neraka ditutup, dan Syetan-Syetan pun dibelenggu.” (HR. Bukhari dan
Muslim).

Maka pada bulan ini kita digalakkan untuk memperbanyak ibadah sunnat dan
amal shalih, agar kita dapat masuk surga.

2. Amalan Bulan Ramadhan

Amalan terpenting di bulan Ramadlan adalah berpuasa. Namun selain berpuasa,


ada amalan-amalan utama yang harus dilakukan selama Ramadlan agar kita
mendapatkan manfaat, sebab bulan suci Ramadlan terdapat kebaikan punya nilai
pahala lebih serta berlipat ganda. Pada bulan tersebut terdapat amalan-amalan
sunnah yang tidak terdapat pada bulan lainnya. Maka dari itu, jangan menyia-
nyiakan kesempatan bulan Ramadlan ini, mari kita gunakan untuk berlomba-
lomba mengumpulkan pahala sebanyak-banyaknya. Amalan-amalan yang
dianjurkan selama berpuasa antara lain:
a) Melaksanakan shalat Tarawih dan Witir

Shalat Tarawih hanya dilaksanakan pada malam bulan Ramadlan, sayang


sekali jika kita melewatkan begitu saja. Supaya berkah Ramadlan sebanyak-
banyaknya kita dapatkan, maka shalat tarawih sebaiknya kita laksanakan
setiap hari.

12
b) Mengakhirkan sahur dan menyegerakan berbuka
Dalam sebuah hadis, dijelaskan bahwa Abu Dzarr berkata bahwa Rasulullah
Saw. bersabda:

‫بس‬
َ ‫ط‬َ ‫ ٍْش يب َ َع َّجهُ ْٕا اْ ِِإل ْف‬ٛ‫ بِ َخ‬ْٙ ِ‫ لَ ح َضَ ا ُل أ ُ َّيخ‬: ‫سهَّ َى‬
َ َٔ ِّ ْٛ َ‫صهَّٗ هللا َعه‬
َ ِ‫ رَ ٍ ّس لَب َل لَب َل َسس ٍْٕ ُل هللا‬ْٙ ِ‫َع ٍْ أَب‬
‫سٔاْأحًذ‬- ‫س ُح ْٕ َس‬ َّ ‫ٔأ َ َّخ ُش ْٔا ان‬-
َ

"Umatku senantiasa dalam keadaan baik selama mereka menyegerakan


berbuka dan menta‟khirkan sahur” (HR. Ahmad).

Hadis ini menyebutkan bahwa salah satu amalan yang disunahkan adalah
mengakhirkan makan di waktu sahur sebelum masuknya waktu menuju
terbitnya fajar atau shalat subuh.
c) Berdoa ketika berbuka puasa.
Dengan doa yang dituntunkan untuk menunjukkan rasa syukur kepada Allah
Swt. yaitu: Allahumma laka shumtu wa „ala rizqika afthartu dan berdoa
sesudah berbuka puasa yaitu: Dzahabadh-dhama‟u wabtallatil „uruqu wa
tsabatil ajru insya Allah. Hal ini diterangkan dalam hadis berikut ini:

َ ‫سهَّ َى إِرَا أ َ ْف‬


َ َْ‫ط َش لَب َل ر‬
‫َب‬ َ ُ‫صهَّٗ هللا‬
َ َٔ ِّ ْٛ َ‫عه‬ ُ ‫ع ًَ َش لَب َل آَاٌَ َس‬
َ ِ‫سٕ ُل هللا‬ ُ ٍِْ ‫ع ٍْ اب‬ َ
‫سٔاِ أبٕدأد‬- .ُ‫ٔق َٔثَبَجَ اْألَجْ ُش إِ ٌْ شَب َء هللا‬ ُ ‫ج ْانعُ ُش‬ ِ َّ‫انظ ًَأ ُ َٔا ْبخ َه‬
َّ

“Dari Ibnu Umar ra. (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Apabila Rasulullah


Saw. berbuka, beliau berdoa: Dzahabadh-dhama‟u wabtallatil „uruqu wa
tsabatil ajru insya Allah (Hilanglah rasa haus dan basahlah urat-urat
(badan) dan insya Allah mendapatkan pahala)” (HR. Abu Dawud).

d) Membaca dan mempelajari al-Qur‟an

Kita diperintahkan untuk membaca dan menghatamkan al-Qur‟an pada bulan


Ramadansekaligus mempelajarinya. Sebagaimana hadis Nabi Saw.:

ُ‫ ِْش َٔآَاٌَ أَجْ َٕد‬ٛ‫بط بِ ْبن َخ‬ ِ َُّ‫سهَّ َى أَجْ َٕدَ ان‬ َ ُ‫صهَّٗ هللا‬
َ َٔ ِّ ْٛ َ‫عه‬ ُ ‫َّبط لَب َل آَاٌَ َس‬
َ ِ‫س ْٕ ُل هللا‬ َ ٍِْ ‫ع ٍْ اب‬
ٍ ‫عب‬ َ
ُ ْ
ٌَ‫سُّ انم ْشآ‬ ُ ‫ُذَ ِاس‬َٛ‫ضبٌَ ف‬ ْ َ َ ُ ْ
َ ‫ه ٍت ِيٍ َس َي‬ْٛ ‫ آ ِّل ن‬ِٙ‫ ُم ف‬ٚ‫َهمَبُِ ِجب ِْش‬ٚ ٍَٛ‫ضبٌَ ِح‬ َ ‫ َس َي‬ِٙ‫ٌٕ ف‬ ُ
ُ ‫َك‬ٚ ‫َيب‬
َ
- .‫سه ِت‬ ْ
َ ‫ح ان ًُ ْش‬ٚ ْ َ ْ
ّ ِ ٍْ ‫ ِْش ِي‬ٛ‫ ُم أجْ َٕدُ ِببن َخ‬ٚ‫َهمَبُِ ِجب ِْش‬ٚ ٍَٛ‫سه َى ِح‬ َّ َ َّ َ ِ‫س ْٕ ُل هللا‬ ُ ‫فَهَ َش‬
ِ ‫انش‬ َ َٔ ِّ ْٛ ‫عه‬َ ُ‫صهٗ هللا‬
ّٛ‫يخفك عه‬
"Dari Ibnu Abbas ra. (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Rasulullah Saw.
adalah orang yang paling dermawan, apalagi pada bulan Ramadan, ketika

13
ditemui oleh Malaikat Jibril pada setiap malam pada bulan Ramadan, dan
mengajaknya membaca dan mempelajari al-Qur‟an. Ketika ditemui Jibril,
Rasulullah Saw. adalah lebih dermawan daripada angin yang ditiupkan.”
(Muttafaq „Alaih).

e) I‟tikaf di Masjid

Mendekatkan diri kepada Allah dengan cara i‟tikaf atau berdiam diri di
dalam masjid, terutama pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadlan,
sebagaimana dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw. Diriwayatkan dari Ibnu
Umar:

ِ َٔ َ ‫ ْانعَ ْش ِش اْأل‬ِٙ‫ف ف‬
ٍْ ‫اخ ِش ِي‬ ُ ‫َ ْعخ َ ِك‬ٚ ‫سهَّ َى‬ َ ُ‫صهَّٗ هللا‬
َ َٔ ِّ ْٛ َ‫عه‬ ُ ‫ع ًَ َش لَب َل آَاٌَ َس‬
َ ِ‫سٕ ُل هللا‬ ُ ٍِْ ‫ع ٍْ ب‬
َ
ّٛ‫يخفك عه‬- . ٌَ‫ضب‬ َ ‫َس َي‬
Artinya:

Dari Ibn Umar ra. berkata: Rasulullah Saw. selalu beriktikaf pada sepuluh
hari yang penghabisan di bulan Ramadan.” (Muttafaq „Alaih).

f) Memperbanyak Sedekah

Menyediakan makanan berbuka untuk orang-orang yang berpuasa, juga dapat


dijadikan sebagai ladang amal selama Ramadan. Nabi Saw. bersabda:
"Siapa yang memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala
seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang
berpuasa itu sedikit pun juga" (HR. Tirmidzi).

14
C. Puasa Sunnah

Puasa sunnah adalah puasa yang tidak wajib dilakukan oleh umat Islam. Jika
orang Islam melakukannya, maka dia akan mendapatkan pahala sedangkan jika dia
tidak melakukannya maka dia tidak mendapatkan dosa. Puasa sunnah memiliki
beberapa jenis diantaranya sebagai berikut.

1. Jenis Jenis Puasa Sunnah


a) Puasa Syawal
Puasa sunah pertama adalah puasa Syawal, puasa ini dilaksanakan setelah
bulan Ramadan yang biasanya dilakukan selama enam hari di bulan Syawal.
Puasa Syawal memiliki keutamaan yaitu akan memperoleh pahala seperti
berpuasa selama satu tahun, hal itu dibenarkan oleh Rasulullah SAW dalam
sebuah hadis, “Barang siapa berpuasa Ramadan kemudian dilanjutkan dengan
enam hari dari Syawal, maka seperti pahala berpuasa setahun,” (H. R.
Muslim)4. Syawal sendiri adalah nama bulan setelah bulan Ramadhan. Puasa
ini bisa dilakukan secara berurutan dimulai dari hari kedua syawal ataupun
bisa dilakukan secara tidak berurutan.

َٗ‫ش َّٕا ِل ِلِلِ حَعَبن‬ ُ ِ‫ع ٍْ أَدَاء‬


َّ ‫سَُّ ِت ان‬ َ ‫غ ٍذ‬ َ ُ‫ْج‬ََٕٚ َ
َ ‫ص ْٕ َو‬
Artinya, “Aku berniat puasa sunnah Syawal esok hari karena Allah SWT.”

b) Puasa Arafah
Puasa arafah disunnahkan pada tanggal 9 Dzulhijjah dan disunnahkan pula
8 hari sebelumnya dimulai tanggal 1. Sehingga total puasa menjadi 9 hari dan
berlebaran pada tanggal 10 nya atau Hari Raya Idul Adha5. Menurut hadits
riwayat Muslim, puasa arafah sendiri mempunyai keistimewaan bagi
pelaksananya, yaitu akan dihapuskan dosa-dosanya selama dua tahun (1 tahun
ke belakang dan 1 tahun yang akan datang)

4
Nuri, Elok. 9 Macam Puasa Sunnah dan Keutamaannya Menurut Rasulullah SAW. 2023.
https://narasi.tv/read/narasi-daily/macam-macam-puasa-sunnah. Diakses 26 Oktober 2023 pukul 19.40
5
Wijaya, M. Tatam. Ini 9 Macam Puasa Sunnah dan Keutamannya, yang Paling Akhir Unik.
https://islam.nu.or.id/syariah/ini-9-macam-puasa-sunah-dan-keutamaannya-yang-paling-akhir-unik-9NEop.
Diakses 26 Oktober 2023 pukul 20.02

15
c) Puasa Tarwiyah
Seperti puasa Arafah, puasa Tarwiyah termasuk puasa di 10 hari pertama
bulan Dzulhijjah yang diutamakan. Tepatnya, puasa Tarwiyah jatuh pada
tanggal 8 Dzulhijjah. Puasa Tarwiyah sangat dianjurkan karena menurut
hadits, puasa di hari ini dapat menghapuskan dosa sepanjang tahun yang telah
lalu. Istilah tarwiyah sendiri berasal dari kata tarawwa yang berarti membawa
bekal air. Hal tersebut karena pada hari itu, para jamaah haji membawa banyak
bekal air zam-zam untuk persiapan arafah dan menuju Mina.
d) Puasa Senin dan Kamis
Jenis puasa satu ini juga merupakan puasa sunnah terpopuler. Puasa senin
kamis berawal ketika Nabi Muhammad SAW memerintah umatnya untuk
senantiasa berpuasa di hari-hari tersebut karena hari senin merupakan hari
kelahiran beliau, sedangkan hari kamis adalah hari pertama kali Al-Qur‟an
diturunkan. Untuk itu puasa Senin Kamis hukumnya yakni sunnah muakkad
(sunnah yang ditekankan)6. Salah satu keutamaan berpuasa di hari Senin dan
Kamis adalah karena kedua hari tersebut adalah hari terbukanya pintu surga.
Pernyataan tersebut berada dalam hadits riwayat Muslim yang juga
mengungkapkan bahwa (di hari tersebut) dosa hamba yang tidak
menyekutukan Allah akan diampuni, kecuali bagi orang yang antara dia dan
saudaranya terdapat kebencian dan perpecahan.
e) Puasa Daud
Jenis puasa ini merupakan puasa unik karena pasalnya puasa Daud adalah
puasa yang dilakukan secara selang-seling (sehari puasa, sehari tidak). Puasa
Daud bertujuan untuk meneladani puasanya Nabi Daud AS. Puasa jenis ini
juga ternyata sangat disukai Allah SWT. Puasa Daud dapat dilakukan pada
hari apa saja termasuk hari Jumat. Namun, hari-hari yang diharamkan untuk
berpuasa tetap harus dihindari. Beberapa hari tersebut di antaranya adalah 1
Syawal, 10 Dzulhijjah, dan hari Tasyrik (11–13 Dzulhijjah).

6
Nurfajrina, Azkia. 13 Macam Puasa Wajib dan Sunnah Beserta Keutamaanya. 2023.
https://www.detik.com/hikmah/khazanah/d-6785731/13-macam-puasa-wajib-dan-sunnah-beserta-
keutamaannya. Diakses 26 Oktober 2023 pukul 19.56

16
f) Puasa ‘Asyura
Bulan Muharram adalah bulan yang disunnahkan untuk memperbanyak
puasa, boleh di awal bulan, pertengahan, ataupun di akhir. Namun, puasa
paling utama adalah pada hari Asyura yakni tanggal sepuluh pada bulan
Muharram. Puasa ini dikenal dengan istilah Yaumu Asyura yang artinya hari
pada tanggal kesepuluh bulan Muharram.
g) Puasa Ayyamul Bidh
Umat Islam disunnahkan berpuasa minimal tiga kali dalam sebulan.
Namun puasa lebih utama dilakukan pada ayyamul bidh, yaitu pada hari ke-
13, 14, dan 15 dalam bulan Hijriyah atau bulan pada kalender Islam. Ayyamul
bidh sendiri mempunyai arti hari putih karena pada malam-malam tersebut
bulan purnama bersinar dengan sinar rembulannya yang putih.
h) Puasa Sya’ban (Nisfu Sya’ban)
Tidak hanya bulan Ramadhan yang mempunyai keistimewaan, bulan
Sya‟ban juga memiliki keistimewaan tersendiri. Pada bulan Sya‟ban, umat
Islam dianjurkan agar mencari pahala sebanyak-banyaknya. Salah satunya
adalah dengan melakukan puasa pada pertengahan bulan alias pada saat Nisfu
Sya‟ban.7
i) Puasa Zulhijah
Bulan Zulhijah merupakan salah satu bulan mulia dalam kalender umat
Islam, salah satu amalan yang dianjurkan adalah melaksanakan sunah puasa
dari tanggal 1-9 Zulhijah. Keutamaan puasa sunah Zulhijah ini diterangkan
dalam sebuah hadis yang berisikan keterangan bahwa pahala ibadah puasa
Zulhijah mendapatkan pelipatan pahala dibanding ibadah di bulan lainnya.
Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada hari-hari yang lebih Allah sukai
untuk beribadah selain sepuluh hari pertama bulan Zulhijah, satu hari berpuasa
di dalamnya setara dengan satu tahun berpuasa, satu malam mendirikan shalat
malam setara dengan shalat pada malam Lailatul Qadar,” (H. R. At-Tirmidzi).8

7
Putri, Amanda Rafiqoh. 12 Macam Puasa dalam Islam: Puasa Wajib dan Sunnah. 2023.
https://www.tokopedia.com/blog/jenis-puasa-dalam-islam-
slm/?utm_source=google&utm_medium=organic#:~:text=Puasa%20sunnah%20adalah%20puasa%20ya
ng,maka%20dia%20tidak%20mendapatkan%20dosa. Diakses 26 Oktober 2023 pukul 19.28
8
Nuri, Elok. 9 Macam Puasa Sunnah dan Keutamaannya Menurut Rasulullah SAW. 2023.
https://narasi.tv/read/narasi-daily/macam-macam-puasa-sunnah. Diakses 26 Oktober 2023 pukul 19.40

17
2. Hikmah Puasa Sunnah
a) Melatih diri mengendalikan hawa nafsu
Larangan untuk makan, minum dan menahan hawa nafsu adalah sebuah
latihan untuk membuat kita mampu mengelola hawa nafsu dan emosi. Puasa
sunnah juga mengajarkan kita untuk sabar dan makan dengan jumlah yang
sewajarnya saat sahur dan berbuka.
b) Melatih kesederhanaan hidup
Normalnya ketika kita berpuasa, konsumsi makanan akan berkurang
dibanding hari- hari biasa. Ini bisa melatih kita untuk hidup sederhana
dan bercermin pada nasib orang lain yang tidak seberuntung kita. Dengan
melakukan puasa kita bisa lebih mudah merasakan hal yang sama dengan
orang-orang yang kurang beruntung.
c) Menjaga kesehatan tubuh
Dengan melakukan puasa, secara otomatis membuat tubuh membuang
racun-racun di dalamnya sekaligus beristirahat dari segala macam
makanan dan minuman yang tidak menyehatkan. Beberapa penelitian
juga menunjukkan bahwa puasa bisa membantu menurunkan kadar gula
dan kolesterol dalam darah. Puasa sunnah bisa menjadi pilihan ibadah
yang menyehatkan untuk kita.
d) Membiasakan diri untuk taat beribadah
Puasa sunnah ada banyak jenisnya karena hukumnya tidak wajib, maka
banyak orang yang pasti merasa berat melakukannya. Memilih salah satu
dari jenis puasa sunnah dan melakukannya secara terus menerus akan
membuat kita terbiasa dalam beribadah. Dengan melaksanakan ibadah
sunnah, ibadah wajib pun akan menjadi semakin mudah dilaksanakan.
e) Meniru kebiasaan mulia Rasulullah Saw.
Rasulullah Saw. adalah sebaik-baiknya suri tauladan, segala kebaikan
yang dilakukan oleh beliau adalah contoh yang patut kita tiru,
termasuk kebiasaannya melakukan puasa sunnah. Saat ibadah sunnah
dilakukan secara baik, ini akan menjadikan kitapengikut Rasulullah
Saw. yang beruntung.9

9
Sutrisno, Buku Fiqih MI Kelas III, 2020.

18
D. Sholat Terawih dan Witir

1. Pengertian dan Hukum Sholat Terawih dan Witir

Pengertian dan hukum shalat tarawih Shalat tarawih adalah shalat sunnah
yang dilakukan pada malam hari setelah shalat isya‟ pada bulan Ramadan.
Shalat tarawih boleh dikerjakan sendirisendiri atau berjamaah. Istilah tarawih
berasal dari kata “raha” artinya istirahat. Disebut demikian karena pada shalat
tarawih ada waktu untuk beristirahat sejenak, khususnya setelah dua kali salam
(empat rakaat). Ada juga yang berpendapat bahwa arti tarawih adalah santai.
Shalat tarawih disebut juga dengan Qiyamu Ramadan yaitu ibadah sunnah yang
dikerjakan pada malam Ramadan. Hukum melaksanakannya adalah sunnah
muakkad.

Sedangkan Shalat witir adalah shalat sunnah yang jumlah rakaatnya ganjil
yang dilakukan pada malam hari setelah Isya‟ sampai menjelang fajar. Hukum
melaksanakan shalat witir adalah sunnah. 10

2. Waktu Bilangan Shalat Tarawih dan Witir

a) Waktu dan bilangan rakaat shalat tarawih Waktu pelaksanaan shalat tarawih
adalah setelah shalat Isya‟ pada malam bulan Ramadan sampai menjelang
terbit fajar/waktu shalat Subuh. Jumlah bilangan rakaat shalat tarawih ada
yang 8 rakaat dan ada yang 20 rakaat.

b) Waktu dan bilangan rakaat shalat witir Waktu pelaksanaan shalat witir adalah
setelah salat Isya‟ sampai menjelang terbit fajar, namun pada bulan Ramadan
shalat witir dilaksanakan setelah shalat tarawih. Jumlah rakaat shalat witir
paling sedikit satu rakaat dan paling banyak 11 rakaat. 11

10
Muhammad Annas, Fikih_Madrasah Ibtidaiyah Kelas Vi, 2020.
11
Ibid, hal 118

19
3. Cara Mengerjakan Shalat Tarawih dan Witir

a) Cara Mengerjakan Shalat Tarawih Niat shalat tarawih 2 rakaat dan cara
mengerjakannya yaitu

Bagi orang yang mengerjakan shalat tarawih dua rakaat cara mengerjakannya
adalah setiap dua rakaat salam sampai genap delapan rakaat atau dua puluh
rakaat dan ditutup dengan shalat sunnah witir 3 rakaat. 12

b) Niat Shalat Witir dan Cara Mengerjakannya

Cara mengerjakan shalat witir yaitu: jika mengerjakan salat witir 3 rakaat
maka dikerjakan langsung salam tanpa tahiyat awal .

12
Ibid, hal 119

20
4. Doa sesudah Shalat Tarawih dan Witir

a) Doa setelah sholat terawih

Setelah melaksanakan shalat, biasanya kita selalu berdoa. Begitu juga


setelah shalat Tarawih. Tahukah kamu, doa apa yang dibaca setelah shalat
Tarawih? Ayo kita baca doa sesudah melaksanakan shalat Tarawih berikut
ini:

b) Doa setelah sholat witir

Tahukah kamu, doa apa yang dibaca setelah shalat Witir ? Ayo kita baca doa
s
e
s
u
d
a
h

21
5. Keutamaan Sholat Terawih dan Sholat Witir

a) Keutamaan Shalat Tarawih Suatu ketika Nabi Muhammad Saw. ditanya


tentang keutamaan shalat tarawih dalam bulan Ramadan, maka beliau
menjawab :

1) Pada malam ke-1, keluarlah dosa orang mukmin (yang melakukan shalat
tarawih) sebagaimana ibunya melahirkan ia di dunia.

2) Pada malam ke-2, orang yang melaksanakan shalat tarawih akan


diampuni dosanya dan dosa kedua orang tuanya, jika keduanya mukmin.

3) Pada malam ke-3, jika melaksanakan shalat tarawih para malaikat


menyeru dari bawah „Arsy: “Mulailah untuk melakukan amal kebajikan,
maka Allah Swt. akan mengampuni dosa-dosamu yang telah lalu”.

4) Pada malam ke-4, orang yang beriman akan mendapat pahala layaknya
orang yang membaca kitab Taurot, Zabur, Injil dan Al-Qur‟an.

5) Pada malam ke-5, Allah Swt. akan menganugerahkan pahala layaknya


orang yang shalat di Masjidil Haram, Masjid Nabawi dan Masjidil Aqsha.

6) Pada malam ke-6, Allah Swt. memberikan padanya pahala seperti pahala
bagi orang yang melakukan thowaf di Baitul Makmur dan Bebatuan
memohonkan ampunan baginya.

7) Pada malam ke-7, bagi yang melaksanakan shalat tarawih seakan-akan


menemui zaman Nabi Musa as. dan menolongnya dari serangan bala
tentara Fir'aun dan Haman.

8) Pada malam ke-8, Allah Swt. akan memberikan segala sesuatu yang
sudah diberikan-Nya kepada Nabi Ibrahim as.

9) Pada malam ke-9, orang yang shalat tarawih mendapat pahala seperti
layaknya pahala ibadah yang dilakukan oleh para Nabi.

10) Pada malam ke-10, Allah Swt. akan memberikan kebaikan dunia dan
akhirat bagi yang shalat tarawih.

22
11) Pada malam ke-11, bagi orang yang shalat tarawih kelak ia akan keluar
dari dunia (mati) seperti hari di mana ia baru dilahirkan dari rahim
ibunya.

12) Pada malam ke-12, dia akan berjalan di hari kiamat dengan wajah yang
bersinar bagaikan rembulan di bulan purnama.

13) Pada malam ke-13, pada saat hari kiamat tiba, yang melaksanakan shalat
tarawih akan selamat dari segala macam keburukan.

14) Pada malam ke-14, malaikat menjadi saksi bagi yang tarawih, sehingga
kelak di hari kiamat dia tidak perlu dihisab (dihitung) amalnya.

15) Pada malam ke-15, seluruh malaikat dan malaikat yang menyangga „Arsy
bersamasama mendoakan selamat kepada orang yang shalat tarawih.

16) Pada malam ke-16, Allah Swt. kelak akan menulisnya termasuk ke dalam
golongan orang yang selamat dari api neraka dan mendapat
keberuntungan masuk surga.

17) Pada malam ke-17, yang shalat tarawih akan diberi pahala seperti
layaknya para Nabi.

18) Pada malam ke-18, para Malaikat berseru: “Hai hamba Allah (shalat
tarawih), sesungguhnya Allah Swt. telah memberi ampunan kepadamu
dan kedua orang tuamu”.

19) Pada malam ke-19, Allah Swt. kelak akan mengangkat derajat yang shalat
tarawih di surga Firdaus.

20) Pada malam ke-20, bagi yang shalat tarawih diberi pahala layaknya orang
yang mati syahid dan orang-orang shalih.

21) Pada malam ke-21, Allah Swt. kelak akan membangunkan untuknya
sebuah rumah yang terbuat dari cahaya di surga.

22) Pada malam ke-22, jika hari kiamat kelak tiba, maka yang akan selamat
dari segala bentuk kesusahan dan kebingungan.

23) Pada malam ke-23, Allah Swt. akan membangunkan sebuah kota di Surga
ini tentunya bagi yang shalat tarawih.

23
24) Pada malam ke- 24, bagi yang shalat tarawih Allah Swt. memberikan 24
do‟a yang akan dikabulkan.

25) Pada malam ke-25, Allah Swt. akan menghilangkan siksa kubur
untuknya.

26) Pada malam ke- 26, Allah Swt. meningkatkan baginya pahala selama 40
tahun.

27) Pada malam ke-27, tiba di hari kiamat kelak, dia akan melewati jembatan
(syirathal mustaqiim) seperti kilat yang menyambar.

28) Pada malam ke-28, Allah Swt. mengangkat seribu derajat baginya di
dalam surga.

29) Pada malam ke-29, Allah Swt. akan memberikan pahala seribu (1.000)
kali ibadah haji yang diterima.

30) Pada malam ke-30, Allah Swt. Berfirman: “Wahai hambaku makanlah
buah 24urge, minumlah minuman 24urge, mandilah dari air 24urge, Aku
Tuhanmu dan kamu hamba-Ku”. Demikian penjelasan kitab Durratun
Nasihin. Dalam riwayat itu setiap tarawih pada malam-malam Ramadan
mempunyai keistimewaan sendiri-sendiri, seakan akan bila tertinggal
salah satu malam tidak dapat digantikan malam yang lain. 13

b) Keutamaan Shalat Witir Shalat witir memiliki keutamaan antara lain

1) Sebagai tambahan shalat

Shalat witir sebagai shalat tambahan. Hadis Nabi menjelaskan bahwa


shalat witir adalah shalat yang dianjurkan untuk dikerjakan di antara
waktu shalat fardlu yakni isya‟ dan sebelum waktu subuh datang.

2) Sebagai penyempurna shalat malam

Shalat witir adalah penutup dari shalat malam yang dilaksanakan baik
sebelum maupun setelah bangun tidur dan tanpa shalat witir tidak akan
sempurna shalat malam atau qiyamul lail seseorang.

13
Ibid, hal 120

24
3) Shalat witir dicintai Allah

Allah sangat menyukai sesuatu yang ganjil karena Allah adalah satu.
Sebagaimana rakaat shalat witir yang ganjil, dan witir merupakan salah
satu ibadah yang dicintai Allah.

4) Dikabulkan doanya

Waktu melaksanakan shalat witir adalah waktu yang tepat untuk berdoa
dan merupakan waktu yang dekat dengan Allah Swt.

5) Shalatnya disaksikan malaikat

Shalat witir yang dilaksanakan di penghujung malam disaksikan oleh


malaikat dan malaikat tentunya akan membawa berkah dan ikut
mendoakan kita kepada Allah Swt.

6) Tidak pernah ditinggalkan Rasulullah Saw. Rasul tidak pernah


meninggalkan shalat witir dan apabila ia meninggalkannya, beliau akan
mengqadha shalat witir yang ditinggalkannya tersebut.

7) Diberi petunjuk dan kekuatan oleh Allah Swt.

Orang yang melaksanakan shalat witir akan senantiasa merasa kuat dalam
menghadapi cobaan di dunia ini dan doanya akan senantiasa di dengar
oleh Allah Swt14

14
Ibid, hal 122

25
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Puasa adalah menahan diri dari makan dan minum serta segala sesuatu yang
dapat membatalkannya mulai dari terbit fajar sampai dengan terbenamnya
matahari dengan niat karena Allah Swt. Sedangkan syarat sah adalah syarat yang
harus dipenuhi agar puasa yang dilakukan oleh seseorang itu menjadi sah
hukumnya di hadapan Allah SWT diantaranya beragama islam, Orang yang tidak
beragama Islam tidak sah puasanya, mumayiz, suci dari haid dan nifas bagi
perempuan, waktu yang diperbolehkan berpuasa, tidak sah berpuasa pada waktu-
waktu yang dilarang melakukannya, seperti hari Tasyrik, hari Idul Fitri, dan Idul
Adha. Sedangakan dalam syarat wajib berpuasa diantaranya Berakal, Baligh, dan
kuat utuk berpuasa. Adapun rukun puasa yang harus dipenuhi saat berpuasa
diantaranya Niat dimalam hari, menahan diri dari segala sesuatu yang
membatalkan puasa mulai terbit fajar sampai terbenamnya matahari. Adapun juga
sunnah – sunnah yang bisa dikerjakan saat kita berpuasa diantaranya mengakhiri
makan sahur, menyegerakan berbuka puasa, membaca doa ketika sebelum
berbuka puasa, berbuka dengan seuatu yang manis, memberikan makan pada
orang yang berbuka puasa, memperbanyak sedekah, memperbanyak membaca Al
– Qur‟an (Tadarus).
Bulan suci Ramadan merupakan kesempatan bagi setiap hamba Allah Swt.
untuk lebih meningkatkan ketakwaan, dikarenakan bulan ini memiliki beberapa
keutamaan
2. Puasa sunnah adalah puasa yang tidak wajib dilakukan oleh umat Islam. Jika
orang Islam melakukannya, maka dia akan mendapatkan pahala sedangkan jika
dia tidak melakukannya maka dia tidak mendapatkan dosa. Puasa sunnah
memiliki beberapa jenis diantaranya sebagai berikut puasa syawal, puasa arafah,
puasa tarwiyah, puasa senin dan kamis, puasa daud, puasa „asyuro, puasa ayyamul
bidh, puasa sya‟ban, puasa dzulhijjah.

26
3. Sholat terawih adalah merupakan shalat sunnah yang dilakukan pada malam hari
setelah shalat isya‟ pada malam ramadhan, yang hukumnya sunnah muakkad
ketika dilaksanakan. Shalat terawih bilangan rakaatnya ada yang 8 rakaat dan ada
yang 20 rakaat. Sedangkan Sholat witir merupakan sholat sunnah yang jumlah
rakaatnya ganjil, dan hukumnya sunnah ketika dilaksanakan.Shalat witir jumlah
rakaatnya paling sedikit 1 rakaat dan yang paling banyak berjumlah 11 rakaat.

B. SARAN
Seperti yang telah diketahui bahwa dalam pembelajaran fiqih merupakan materi
pembelajaran penting yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari, semoga dengan
adanya makalah ini bisa memberikan pengetahuan terkait pembelajaran fiqih.

27
DAFTAR PUSTAKA

Annas Muhammad, (2020), Fikih_Madrasah Ibtidaiyah Kelas Vi,.


Hidayati, Nurul. (2016), Buku siswa Fiqh kelas 3 MI.
Nurfajrina, Azkia. 13 Macam Puasa Wajib dan Sunnah Beserta Keutamaanya. 2023.
https://www.detik.com/hikmah/khazanah/d-6785731/13-macam-puasa-wajib-dan-
sunnah-beserta-keutamaannya. Diakses 26 Oktober 2023 pukul 19.56
Nuri, Elok. 9 Macam Puasa Sunnah dan Keutamaannya Menurut Rasulullah SAW. 2023.
https://narasi.tv/read/narasi-daily/macam-macam-puasa-sunnah. Diakses 26 Oktober
2023 pukul 19.40

Putri, Amanda Rafiqoh. 12 Macam Puasa dalam Islam: Puasa Wajib dan Sunnah.
2023.

Sarwat, Ahmad. (2018), Buku Puasa : Syarat Rukun & Membatalkan, Setiabudi Jakarta
Selatan.

Sutrisno, (2020), Buku Fiqih MI Kelas III.


Wijaya, M. Tatam. Ini 9 Macam Puasa Sunnah dan Keutamannya, yang Paling Akhir Unik.
https://islam.nu.or.id/syariah/ini-9-macam-puasa-sunah-dan-keutamaannya-yang-
paling-akhir-unik-9NEop. Diakses 26 Oktober 2023 pukul 20.02

28

Anda mungkin juga menyukai