“PUASA”
OLEH:
NAMA :ARSELA EKA PUTRI
NIM : J1A121244
KELAS : E
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………
KATA PENGANTAR………………………………………………………………….
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………………….
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………....
C. Tujuan Penulisan………………………………………………………………..
D. Manfaat Penulis…………………………………………………………………
A. Kesimpulan……………………………………………………………………...
B. Saran…………………………………………………………………………….
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufik, hidayah serta inayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan makalah dengan baik tanpa suatu halangan apapun.
A. Latar Belakang
Puasa Ramadhan adalah kewajiban sakral dan ibadah Islam yang bersifat
syiar yang besar, juga salah satu rukun Islam praktis yang lima, yang menjadi
pilar agama.1 Puasa merupakan ibadah agung yang hanya Allah SWT saja
yang mengetahui seberapa besar pahalanya. Seorang yang berpuasa juga akan
mendapatkan dua kebahagiaan yang tidak dirasakan oleh selain mereka, yaitu
kebahagiaan ketika berbuka dan kebahagiaan ketika mereka bertemu dengan
Rabbnya.
Agama Islam itu akan kuat dan kokoh apabila pemeluknya dapat
melakukan kelima rukun Islam tersebut dengan baik.6 Artinya tidak hanya
memilih atau mengerjakan salah satu saja, akan tetapi harus semuanya
dikerjakan. Kaum Muslimin dari semua mazhab dan golongan sejak periode
Nabi SAW. hingga hari ini telah sepakat atas wajibnya puasa Ramadhan.
Yakni fardhu ain bagi tiap-tiap Muslim yang mukallaf tanpa kecuali, baik pada
masa lalu maupun sekarang, sehingga puasa Ramadhan termasuk kewajiban
yang bersifat tawatur yaqini, yang diketahui sebagai bagian integral dari
agama, yang kewajibannya mengikat orang awam maupun khawas tanpa
memerlukan kajian dan dalil lagi.
Al-Qur’an menegaskan bahwa orang yang sakit dan musafir boleh berbuka
tetapi harus mengqadha sebanyak hari yang ditinggalkannya itu pada hari-hari
yang lain. Bepergian atau berpindah tempat adalah bagian dari kehidupan
manusia. Jarang sekali mereka terlepas dari kegiatan ini, baik yang tinggal di
desa maupun di kota. Dibalik perjalanan mereka itu, terdapat berbagai
kebutuhan dan tujuan. Ada yang bersifat keagamaan, keduniaan, individual,
maupun sosial. Mereka ada yang bepergian untuk mencari ilmu, rezeki,
keamanan, pengobatan, pahala, seperti haji, umrah, atau jihad.
Ada juga untuk tujuan ilmiah dan sosial, misalnya bersilaturahmi ke rumah
kerabat dan handai taulan, mengenal keindahan alam negara lain, untuk
mengikuti seminar atau konferensi atau boleh jadi bepergian sekadar untuk
rekreasi setelah bekerja keras sekian lama. Semua ini masyru‟ atau sesuai
syariat adanya.
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Faktor faktor apa saja yang menyebabkan buruh tani meninggalkan puasa
Ramadhan?
2. Bagaimana perspektif Fikih buruh tani meninggalkan puasa Ramadhan?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penelitian sehubungan dengan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
D. Manfaat Penulis
A. Pengertian Puasa
Para fuqaha dan ahli ushul telah membuat rumusan “hukum asal ibadah
adalah haram (tidak boleh) sehingga ada dalil yang memerintahkan. Dan
segala tindakan manusia pada dasarnya diperbolehkan selama tidak ada
dalil yang melarangnya”
Oleh karena itu sebagai ummat Islam yang baik hendaknya mematuhi
ajaran-ajaran Islam, termasukperintah untuk menjalankan puasa. Baik
puasa wajib maupun puasa sunnah sebagaibukti kecintaan dan ketaatan
kepada Allah dan Rasul-Nya.
c) Suci dari pada darah haid, nifas dan wiladah Wanita yang diwajibkan
puasa selama mereka tidak haid. Jika mereka sedang haid tidak diwajibkan
puasa, teta diwajibkan mengerjakan qadha sebanyak puasa yang
ditinggalkan setelah selesai bulan puasa. Nifas dan wiladah disamakan
dengan haid. Bedanya bila sang ibu itu menyusui anaknya ia boleh
membayar fidyah. Disinilah letak perbedaan antara meninggalkan shalat
dan meninggalkan puasa bagi orang yang sedang haid. Pada shalat, bagi
orang haid lepas sama sekali kewajiban shalat, sedangkan pada puasa tidak
lepas, tetapi didenda untuk dibayar (diqadha) pada waktu yang lain.
b. Rukun Puasa Ada dua rukun puasa. Tanpa memenuhi rukun puasa,
tidak ada. Dua rukun puasa itu yaitu:
1) Niat
Puasa adalah menahan makan dan minum dari datangnya fajar sodiq
sampai terbenamnya matahari yang dsertai syarat yang khusus sedangkan
dalail al khairat adalah berasal dari kata dalla yang berarti petunjuk. dan
(khair) yang berarti kebajikan. Nama sebuah buku petunjuk kesalehan, ia
merupakan kumpulan do’a-do’a dan pujian keagamaan yang didasarkan
pada sembilan puluh sembilan nama Allah. Adapun yang dimaksud puasa
dalail al khairat adalah puasa yang disertai amalan-amalan (wirid) dalail al
khairat.
Dalail al khairat. Puasa dalail al khairat salah satu jenis puasa yang
sering dijalani oleh kalangan santri salafiyyah sebagai salah satu metode
yang di berikan oleh kiyai atau pengurus pondok untuk melatih jiwa santri.
Puasa dalail al khairat adalah bagian dari riyadlah. Dan riyadlah
merupakan latihan mengekang hawa nafsu seperti makanan, minuman dan
sebagainya
Perasaan yang muncul dalam diri setiap individu pada kegiatan puasa
dalail al-Qur’an, bukan tanpa alasan. Perasaan tersebut merupakan sebuah
pengaruh dari agama, dan agama memiliki peran penting yaitu membentuk
konsep-konsep tentang tatanan seluruh eksistensi, sebagaimana dikatakan
Geertz. Berbicara tentang tatanan, setidaknya ada dua tatanan yang
berkembang di masyarakat khususnya para pelaku puasa dalail, yaitu
tatanan tradisi dan tatanan agama. Dari sisi tradisi, dapat dikatakan bahwa
para penghafal al-Qur’an percaya untuk mempermudah proses mereka
dalam menghafal mereka menyertai proses tersebut dengan puasa dalail al-
Qur’an sebagai cara untuk selalu istiqomah dalam membaca alQur„an
sehingga akan mempermudah mereka dalam meresapi, menghayati dan
mengulang-ulang bacaan alQur’annya.
C. Akhlakul Karimah
1. Pengertian Akhlakul Karimah
Dari segi etimologi kata akhlak berasal dari Arab bentuk jamak dari
“khulq” yang artinya tabiat atau watak. Pada pengertian sehari-hari akhlak
umumnya disamakan artinya dengan arti kata “budi pekerti” atau
”kesusilaan” atau ”sopan santun” dalam bahasa Indonesia, dan tidak
berbeda pula dengan arti kata ”moral.
A. Kesimpulan
Ibadah puasa adalah ibadah yang telah dipilih oleh Allah, Tuhan
semesta alam, sebagai milik-Nya. Sebab, orang yang berpuasa itu
tidak melakukan sesuatu, melainkan hanya meninggalkan
syahwatnya (kesenangan nafsunya). Dengan puasa, ia
meninggalkan hal-hal yang dicintainya, semata hanya karena
cintanya kepada Allah.