Anda di halaman 1dari 27

INDIKATOR

KESEHATAN
Dosen Pengampuh : Syefira Salsabilah S,Gz.MKM
WULAN ENDANG SARI (J1A121231)
KLI A
TUGAS 2
Contoh
Indikator
Kesehatan:
Jenis Pelayanan dasar pada SPM
Kesehatan Daerah Kabupaten/Kota:

• Pelayanan kesehatan untuk orang


terduga Tuberkulosis
• Pelayanan kesehatan pada usia
produktif
Latar
Belakang
1. Pelayanan kesehatan untuk orang terduga
Tuberkulosis
Pelayanan Kesehatan Orang Terduga Tuberkulosis adalah upaya
yang dilakukan oleh layanan kesehatan untuk menyediakan
pemeriksaan lanjutan bagi individu yang diduga menderita
Tuberkulosis (TBC). Jika terdiagnosis TBC, mereka akan diberikan
pengobatan yang tepat dan sedini mungkin. Ini termasuk tindakan
seperti kunjungan rumah dan tindakan yang diperlukan berdasarkan
informasi tentang orang terduga tuberkulosis di wilayah binaan
Puskesmas.
Tujuan pelayanan
kesehatan untuk orang
terduga Tuberkulosis

• Memberikan
• Mengidentifikasi pengobatan yang • Melakukan
kasus TB secara efektif untuk pemantauan dan
mengurangi evaluasi terhadap
dini untuk penularan.
program
memulai • Memberikan
edukasi kepada penanggulangan
pengobatan tepat TB.
pasien dan
waktu. masyarakat tentang
TB dan
pencegahannya.
Jenis pelayanan
Kesehatan

1 2 3
Dokter Terlatih Pranata Pelayanan
& Perawat Laboratorium& Kasus TBC
Terlatih Bidan Terlatih
Pentingnya Pelayanan
Kesehatan untuk orang
terduga Tuberkulosis
Tahap 3

Jaminan Kesehatan

Tahap 2
Pengobatan Holistik &
Pencegahan
Tahap 1
Deteksi Dini
PERMASALAHAN
TUBERKULOSIS
• Indonesia merupakan salah satu dari lima negara dengan jumlah kasus TBC terbesar di
dunia. Jumlah kasus TBC di dunia sebesar 56% berada di lima negara, yakni India,
China, Indonesia, Filipina dan Pakistan (WHO, 2019).
• Berdasarkan hasil Studi Inventori TB Tahun 2017, insiden TBC di Indonesia adalah 319
per 100.000 penduduk, atau setara sekitar 842.000 kasus. Dari studi ini dapat
diidentifikasi bahwa telah terjadi under-reporting sebesar 41%, meliputi under-reporting
di puskesmas sebesar 15%, dan pada fasyankes non-puskesmas (rumah sakit, klinik,
dokter parktik mandiri dan laboratorium) sebesar 71%. Untuk MDR TB, prevalensi pada
kasus baru adalah sebesar 1,4% dan pada kasus lama (pengobatan ulang) sebesar 13,1%
(Studi MDR TB 2017).
TARGET
PERMENKES NO
21 TAHUN 2020

2
RENCANA STRATEGI
KEMENKES RI

Strategi strategi Strategi

Penguatan komitmen dan Optimalisasi upaya promosi dan Peningkatan peran serta
kepemimpinan pemerintah pusat, pencegahan, pemberian komunitas, mitra, dan
provinsi, dan kabupaten/kota untuk pengobatan pencegahan multisektor lainnya dalam
mendukung percepatan eliminasi tuberkulosis serta pengendalian eliminasi tuberkulosis
tuberkulosis 2030 infeksi

Peningkatan akses layanan Pemanfaatan hasil riset dan Penguatan manajemen


tuberkulosis bermutu dan berpihak teknologi skrining, diagnosis, dan program melalui penguatan
pada pasien tatalaksana Tuberkulosis sistem Kesehatan
Latar
Belakang

2. Pelayanan Kesehatan pada Usia Produktif


Pelayanan kesehatan pada usia produktif merupakan upaya yang
dilakukan untuk memastikan individu pada usia produktif (biasanya
antara 15 hingga 64 tahun) mendapatkan akses terhadap layanan
kesehatan yang berkualitas. Upaya ini mencakup pencegahan
penyakit, promosi kesehatan, dan pengobatan, serta rehabilitasi
kesehatan.
Tujuan pelayanan
kesehatan pada usia
produktif

• Untuk • Pencegahan • Menyediakan


Meningkatkan penyakit melalui sarana
pengetahuan dan imunisasi dan prasarana
pembiasaan minum obat cacing. PHBS seperti
Perilaku Hidup • Menyediakan
air bersih dan
Bersih dan Sehat sarana prasarana
PHBS seperti air toilet.
(PHBS).
bersih dan toilet.
Jenis pelayanan
Kesehatan

1 2 3
Pengukuran Pengukuran Anamnesa
Fisik& Tekanan Perilaku
Pemeriksaan Darah Berisiko
Gula Darah
Pentingnya Pelayanan
Kesehatan pada Usia
produktif
Tahap 3

Dukungan Mental

Tahap 2
Pencegahan Penyakit &
Edukasi Kesehatan
Tahap 1
Kesehatan Optimal
PERMASALAHAN PADA
USIA PRODUKTIF
Data Riskesdas 2018 melaporkan bahwa terjadi
peningkatan pada faktor risiko perilaku penyebab penyakit
tidak menular sebagai berikut, 95,5% penduduk kurang
konsumsi buah dan sayur, 33,8% penduduk memiliki
kebiasaan merokok, 33,5% penduduk kurang melakukan
aktivitas fisik. Situasi ini memperlihatkan bahwa upaya
promotif preventif menjadi kunci utama untuk menjamin
keberhasilan pencapaian dampak pembangunan kesehatan.
TARGET PERMENKES
NO 21 TAHUN 2020

Jumlah kabupaten/kota yang melakukan deteksi


dini faktor risiko PTM ≥ 80% populasi usia ≥ 15
1 tahun sebanyak 514 kabupaten/kota.

Jumlah kabupaten/kota yang melakukan pelayanan


terpadu (Pandu) PTM di ≥ 80% puskesmas
2 sebanyak 514 kabupaten/kota.
RENCANA STRATEGI
KEMENKES

Metode 1 Metode 2 Metode 3


Menguatkan upaya promotif dan Meningkatkan deteksi dini
Peningkatan Akses dan preventif di Fasilitas Kesehatan dan pengelolaan PTM melalui
Kualitas Layanan Tingkat Pertama (FKTP) melalui Pos Pembinaan Terpadu
Kesehatan Usaha Kesehatan Masyarakat (Posbindu) dan program
(UKM) dan pendekatan keluarga. lainnya.

Memberikan edukasi dan Mengembangkan dan


layanan terkait kesehatan Memperkuat layanan meningkatkan kompetensi
reproduksi yang berkualitas kesehatan mental, termasuk tenaga kesehatan untuk
untuk mencegah masalah pencegahan dan penanganan memberikan pelayanan yang
kesehatan terkait gangguan jiwa lebih baik kepada masyarakat
usia produktif.
Kesimpulan
Pelayanan Kesehatan Orang Terduga Tuberkulosis sangat perlu dilakukan
oleh layanan kesehatan untuk menyediakan pemeriksaan lanjutan bagi
individu yang diduga menderita Tuberkulosis (TBC).
Pelayanan kesehatan pada usia produktif sangat perlu dilakukan untuk
memastikan individu pada usia produktif (biasanya antara 15 hingga 64
tahun) mendapatkan akses terhadap layanan kesehatan yang berkualitas.
Tugas 3:
SIRS
WULAN ENDANG SARI (J1A121231)
DEFINISI SIRS

Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) adalah sebuah sistem


informasi terintegrasi yang bentujuan untuk menangani semua 1
proses manajemen rumah sakit, mulai dari layanan diagnostik,
tindakan medis, rekam medis, farmasi, gudang farmasi, penagihan,
database personalia, penggajian, akuntansi hingga pada manajemen
kontrol. Konstitusi Indonesia No. 44 pasal 52 ayat 1 Tahun 2009,
meyebutkan bahwa setiap "Rumah sakit di seluruh Indonesia
diharuskan mencatat dan melaporkan semua kegiatan yang terjadi di
dalam sebuah rumah sakit". PERMENKES No. 1171 Tahun 2011,
Pasal 1 ayat 1, menyebutkan "Masing-masing Rumah Sakit wajib
menerapkan SIRS.(Rumambi et al., 2020)
TUJUAN SIRS

1 2 3
Melakukan pemantauan,
Merumuskan Menyajikan pengendalian, dan
Kebijakan dibidang informasi rumah evaluasi penyeleggaraan
rumah sakit secara
perumahsakitan sakit secara nasional.
nasional
PENERAPAN SIRS
Penerapan sirs sebagai berikut (Rumambi et al., 2020):
• Untuk dapat menggunakan aplikasi SIRS ONLINE, setiap rumah sakit wajib
melakukan registrasi pada Kementerian Kesehatan.
• Registrasi digunakan untuk pencatatan data dasar rumah sakit pada Kementerian
Kesehatan untuk mendapatkan Nomor Identitas Rumah Sakit yang berlaku secara
Nasional.
• Registrasi dilakukan secara online pada situs resmi Direktorat Bina Upaya Kesehatan.
Contoh Kasus
SIRS:

Identifikasi Dampak Penggunaan Sistem


Informasi Rumah Sakit (SIRS) Terhadap
Pelayanan Kesehatan Menggunakan Hot-Fit
Model 2006
METODE
Studi ini menggunakan metode HOT-Fit 2006 untuk menilai
dampak SIRS terhadap pelayanan kesehatan dengan
mengambil sampel 150 responden pengguna SIRS secara
acak.
ANALISIS
DATA
Analisis data dalam jurnal “Identifikasi Dampak Penggunaan
Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) Terhadap Pelayanan 1
Kesehatan Menggunakan Hot-Fit Model 2006” dilakukan
dengan menggunakan metode HOT-Fit untuk mengevaluasi
dampak penggunaan SIRS. Penelitian ini melibatkan 150
responden pengguna SIRS yang dipilih secara acak. Data
yang dikumpulkan dianalisis menggunakan perangkat lunak
SPSS dan AMOS. Empat hipotesis yang berasal dari tiga
komponen—Teknologi, Manusia, dan Organisasi—
dipertimbangkan untuk menilai dampak positif dan manfaat
bersih dari penggunaan SIRS.
HASIL

Keempat hipotesis yang berasal dari


tiga komponen yaitu “Teknologi”,
“Manusia”, dan “Organisasi”
memiliki dampak positif dan
memberikan manfaat bersih terhadap
penggunaan sistem.
Kesimpulan
Penggunaan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) berdasarkan metode
Human Organizational Technology (HOT-Fit) 2006 memiliki dampak
positif terhadap pelayanan kesehatan.
Keempat hipotesis yang diuji dalam penelitian ini, yang mencakup
komponen “Teknologi”, “Manusia”, dan “Organisasi”, semuanya
memberikan manfaat bersih terhadap penggunaan sistem.
Namun, ditemukan bahwa sebagian besar pengguna SIRS hanya fokus pada
fungsi registrasi dan administrasi daripada fungsi klinis. Selain itu,
ketersediaan unit IT dan personel TI juga berpengaruh terhadap penggunaan
SIRS.
Terima Kasih
Apakah ada pertanyaan?

Anda mungkin juga menyukai