Anda di halaman 1dari 58

BAB IV

PROGRAM PRIORITAS
NASIONAL (PPN)

4.4. Program Penanggulangan TB

Disampaikan Dalam Forum Diskusi LAFI


-dr. Inet Fyndianne M, Sp.P, FISQua-
Pendahuluan

Program Prioritas Nasional (PPN)


dilaksanakan melalui integrasi pelayanan
UKM dan UKP sesuai dengan prinsip
pencegahan lima tingkat (five level
prevention)
Five level prevention
Health Promotion termasuk tahap pencegahan primer. Tujuan:
membuat masyarakat sehat agar tetap sehat dan jauh dari
penyakit. Caranya: memberikan informasi untuk meningkatkan
pengetahuan masyarakat. Misalnya melalui penyuluhan
kesehatan atau konseling.

Specific protection bagian dalam pencegahan primer.


Contoh: pemberian imunisasi pada anak.Tujuannya:
memberikan perlindungan khusus untuk mencegah
penyakit.

Early prognosis and prompt treatment termasuk tahap


pencegahan sekunder. Tujuan: melakukan skrining penyakit
sehingga dapat dicegah penularannya. Selain itu menyediakan
perawatan segera sebelum penyakit semakin parah. Contoh:
pemeriksaan kesehatan secara rutin.
Five level prevention
Disability limitation:
pencegahan/pengurangan konsekuensi
akibat penyakit yang secara klinis sudah
mencapai tahap lanjut.Tahap ini masuk dalam
kategori sekunder. Tujuan: mencegah risiko
kecacatan dan komplikasi.

Rehabilitation merupakan kategori


pencegahan tersier. Tujuan: membantu
pasien yang baru sembuh agar kembali dapat
beraktivitas seperti biasa meski terjadi
perubahan secara fisik.
STANDAR AKREDITASI
(KEPDIRJENYANKES NO HK.02.02/D/4871/2023)

Standar 4.1 Pencegahan dan penurunan stunting.

Standar 4.2 Penurunan jumlah kematian ibu dan jumlah kematian bayi.

Standar 4.3 Peningkatan cakupan dan mutu imunisasi.

Standar 4.4 Program penanggulangan tuberkulosis.

Standar 4.5 Pengendalian penyakit tidak menular dan faktor risikonya.


Kebijakan Program TBC di
Indonesia

Peraturan Presiden RI No.67 Tahun 2021 dan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.67
Tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberkulosis

SE Menteri Kesehatan No. HK.02.01/MENKES/660/2020 tentang kewajiban Fasyankes


dalam Melakukan Pencatatan dan Pelaporan Kasus TBC.

SE Dirjen Yankes No. 02.02/1/2270/2022 tentang Kewajiban Klinik & DPM untuk
registrasi Fasyankes dan Pelaporan Penanganan TBC melalui Sistem Informasi TBC

Surat Dirjen Yankes No. PM 01.01/III/3726/2022 perihal Kewajiban RS Swasta Untuk


Melakukan Pelaporan Penanganan Kasus TBC Melalui Sistem Infromasi

Surat Edaran Dirjen P2P no.936/2021 tentang perubahan alur diagnosis dan
Pengobatan Tuberkulosis di Indonesia.

7
Standar 4.4 Program penanggulangan tuberkulosis

Program Penanggulangan TBC


diselenggarakan dalam upaya
meningkatkan pelayanan
kesehatan menuju cakupan
kesehatan semesta, terutama
penguatan pelayanan kesehatan
primer dengan mendorong upaya
promotif dan preventif.
a. Kriteria 4.4.1
Puskesmas melaksanakan pelayanan
kepada pasien TBC mulai dari
penemuan kasus TBC pada orang yang
terduga TBC, penegakan diagnosis,
penetapan klasifikasi dan tipe pengguna
layanan TBC, serta tata laksana kasus
yang terdiri atas pengobatan pasien
beserta pemantauan dan evaluasinya.
Maksud dan Tujuan
Kegiatan Penanggulangan TB

1) Promosi kesehatan

2) Surveilans tuberkulosis

3) Pengendalian faktor risiko tuberkulosis

4) Penemuan dan penanganan kasus tuberkulosis.

5) Pemberian kekebalan

6) Pemberian obat pencegahan.


12
1) Promosi Kesehatan
Penyebarluasan informasi yang benar mengenai TBC ke masyarakat
secara masif melalui saluran komunikasi publik;

Penyelenggaraan upaya perubahan perilaku masyarakat dalam


pencegahan dan pengobatan TBC;

Pelibatan tokoh masyarakat, tokoh agama, dan influencer media sosial


untuk menyebarkan materi komunikasi, informasi, dan edukasi mengenai
TBC; dan

Penyampaian informasi kepada masyarakat mengenai layanan TBC yang


sesuai standar.

Perpres No.67 Tahun 2021 Tentang Penanggulangan TBC 13


2) Surveilans TBC

Merupakan pemantauan dan analisis sistematis terus menerus


terhadap data dan informasi tentang kejadian penyakit TBC atau
masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhinya untuk
mengarahkan tindakan penanggulangan yang efektif dan efisien.

Dilakukan pengumpulan data secara aktif dan pasif baik secara


manual maupun elektronik.

• Secara aktif: diperoleh langsung dari masyarakat atau sumber data lainnya.
• Secara pasif: diperoleh dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
14
Surveilans TBC
Surveilans
TBC
a) Surveilans TBC berbasis indikator ditujukan
diselengga untuk memperoleh gambaran yang akan
rakan digunakan dalam perencanaan, pelaksanaan,
dengan dan penilaian program penanggulangan TB.
berbasis
indikator
dan b) Surveilans TBC berbasis kejadian ditujukan
berbasis untuk meningkatkan kewaspadaan dini dan
kejadian. tindakan respon terhadap terjadinya
peningkatan TB resistan obat.
15
3) Pengendalian Faktor Risiko
TBC

a. Peningkatan derajat kesehatan perseorangan;

b. Intervensi perubahan perilaku masyarakat;

c. Peningkatan kualitas rumah tinggal pasien, perumahan, dan


permukiman;

d. Pencegahan dan pengendalian infeksi TBC di Fasilitas


Pelayanan Kesehatan dan ruang publik.
16
4) Penemuan dan
Penanganan Kasus TBC
a. Optimalisasi upaya penemuan kasus TBC secara pasif
intensif berbasis Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan secara
aktif berbasis institusi dan komunitas;

b. Pengobatan sesuai dengan standar dengan konsep


pengobatan yang berpihak pada pasien; dan

c. Penyediaan sarana diagnostik yang sensitif dan spesifik


untuk penyakit TBC oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah yang dapat diakses oleh seluruh masyarakat.

17
Penemuan kasus TBC
Penemuan kasus TBC secara pasif intensif dilakukan melalui
pemeriksaan pasien dengan gejala TBC yang datang ke
Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan terintegrasi dengan
pelayanan kesehatan lainnya.

Penemuan kasus TBC secara aktif

• a. Pelacakan dan pemeriksaan kasus kontak oleh nakes dan kader kesehatan;
• b. Skrining secara massal terutama pada kelompok rentan dan kelompok
berisiko;
• c. Skrining pada kondisi situasi khusus.
18
Penemuan kasus TBC

Bisa dilakukan dengan investigasi kontak (IK), contact invitation, penemuan di


tempat khusus, pemeriksaan medical check-up rutin.

IK adalah kegiatan dengan cara mendeteksi secara dini dan sistematis terhadap
orang yang kontak (kontak serumah dan kontak erat) dengan sumber infeksi TB
(kasus indeks).

IK pasif/contact invitation: Petugas kesehatan mengidentifikasi kontak serumah


dengan menanyakan berapa jumlah dan usia dari orang yang tinggal serumah.
Kontak yang sudah teridentifikasi diminta untuk datang ke fasilitas kesehatan
bersama dengan kasus indeks saat jadwal follow up untuk pemeriksaan gejala
TB.

19
5) Pemberian Kekebalan

Vaksin BCG sangat penting untuk diberikan, meskipun efek proteksi sangat
bervariasi, terutama untuk mencegah terjadinya TB berat (TB milier dan
meningitis TB).

Pada anak dengan HIV, vaksin BCG tidak boleh diberikan karena
dikhawatirkan dapat menimbulkan BCG-itis diseminata.

Hal ini sering menjadi dilema bila bayi mendapat BCG segera setelah lahir
pada saat status HIV-nya belum diketahui.

Bila status HIV ibu telah diketahui dan PMTCT telah dilakukan maka vaksinasi
BCG dapat diberikan pada bayi yang lahir dari ibu HIV positif, kecuali jika ada
konfirmasi bayi telah terinfeksi HIV
20
6) Pemberian Obat Pencegahan

Obat pencegahan TB = TPT


(Terapi Pencegahan
Tuberkulosis)

Tujuan TPT: mencegah


terjadinya sakit TBC sehingga
dapat menurunkan beban TBC

21
TIM DOTS Terdiri dari:
• Dokter (bersertifikat
Tim yang dibentuk melalui pelatihan DOTS)*
SK Kepala Puskesmas,
bertugas membantu • Perawat
Kepala Puskesmas dalam (bersertifikat
pelaksanaan program pelatihan DOTS)*
penanggulangan TB
sesuai strategi DOTS • Analis Laboratorium
(Directly Observed • Petugas pencatatan
Treatment Shortcourse). dan pelaporan terlatih
23
Uraian Tugas Tim DOTS

Melakukan Melakukan
Melakukan
penemuan- pemantauan-
pengobatan pasien
diagnosis kasus evaluasi hasil
TBC
TBC pengobatan

24
PANDUAN OAT DI INDONESIA
SESUAI WHO DAN ISTC

OAT SO • Kategori I:
• 2(RHZE)/4RH atau
Dewasa • 2(RHZE)/4(RH)3

OAT SO Anak • 2(RHZ)/4HR

OAT TB-RO • Panduan jangka pendek standar (9-11 bulan)


• Konvensional individual (20-26 bulan)
(lini 2) 26
Bentuk sediaan
OAT
KDT (Kombinasi Dosis
Tetap)

KOMBIPAK/LEPASAN
(dikemas dalam bentuk
blister)
27
Panduan OAT KDT

28
Perubahan Alur Diagnosis dan
Pengobatan TB di Indonesia
(SE Dirjen P2P no. 936/2021)

OAT kategori I dosis harian akan dipergunakan secara bertahap, diprioritaskan


terlebih dahulu untuk:
• Pasien TB-HIV
• Kasus TB yang diobati di RS
• Kasus TB dengan hasil MTB Pos Rif Sensitif dan Rif indeterminate dengan riwayat pengobatan
sebelumnya.
OAT kategori 2 tidak direkomendasikan lagi (jika stok masih  dimanfaatkan
sampai habis)

Pasien TB MTB Pos Rif Sensitif dengan riwayat pengobatan sebelumnya


(kambuh, gagal, loss to follow up) diobati dengan OAT kategori I dosis harian

29
Perubahan alur diagnosis dan
pengobatan TB di Indonesia
(SE Dirjen P2P no. 936/2021)
TCM menjadi alat diagnosis utama untuk penegakan
diagnosis TB.

Fasyankes yang belum/tidak mempunyai TCM, harus merujuk


terduga TBC/specimen ke Fasyankes TCM.

Penegakan diagnosis TBC secara klinis harus didahului


dengan pemeriksaan bakteriologis.

Pasien TBC yang terdiagnosis dengan mikroskopis harus


dilakukan pemeriksaan lanjutan denganTCM.
31
Pemeriksaan TCM dan
Mikroskopis TB
Tes Cepat Molekuler (TCM)
untuk mendeteksi M.
Tuberculosis dan resistensi
terhadap Rifampisin (RR)
dalam waktu kurang dari 2
jam

Mikroskopis TB: digunakan


untuk mengevaluasi
pengobatan pasien TB SO
(follow up akhir bulan ke-2,
akhir bulan ke-5, dan pada
akhir pengobatan)

32
Tes Cepat Molekuler
(TCM)
Diagnosis cepat (2 Jam) terduga TB dan TB Resistan Obat

Membantu mempercepat pemilihan paduan pengobatan yang tepat.

Tes amplifikasi asam nukleat (NAA)

Spesifik untuk mendeteksi M. tuberculosis


MOTT (mycobacterium other than tuberculosis) hasilnya akan
NEGATIF
Dapat menentukan resitensi rifampisin saja
33
Sampel
Pemeriksaan TCM
Dahak
• Kualitas yang baik volume 3-5ml, mukopurulent

Non Dahak
• LCS
• Jaringan
• Kelenjar Limfe
• Bilas/aspirat lambung diperbolehkan pada terduga TB anak yang
tidak dapat berdahak/tidak dapat dilakukan induksi sputum.

34
Sampel TCM
Tidak direkomendasikan pemeriksaan TCM pada cairan pleura
(sensitivitas rendah (43,7%) (SE Direktur P2PML
No:PM.01.03/1/759 2018).

Sampel feses hanya dilakukan untuk terduga/pasien anak


(Petunjuk Teknis pemeriksaan TB menggunakan Tes Cepat
Molekuler/ 2017).

Namun berdasarkan rekomendasi Pokja TB anak, meminta agar


sampel feses tidak dikerjakan dahulu untuk pemeriksaan TCM.

35
Diagnosis TB Diagnosis TB
anak dewasa
Diagnosis TBC pada anak relatif lebih sulit TBC pada dewasa kadang juga
daripada dewasa, karena anak sulit menunjukkan gejala yang tidak khas
mengeluarkan sputum untuk dan pemeriksaan sputum menunjukkan
pemeriksaan BTA ataupun TCM. hasil negatif
PPM

Public Private
Mix (PPM)
Definisi PPM Tujuan PPM
Mengorganisasikan
Pendekatan komprehensif untuk layanan TBC untuk
melibatkan semua fasyankes, baik
pemerintah dan swasta,dalam
memastikan layanan
penanggulanganTBC secara sistematis terpadu yang berpusat
pada pasien (patient-
•District Public Private Mix (DPPM): centered care)
jejaring layanan TBC dalam satu ditingkat
kabupaten/kota yang melibatkan seluruh
faskes pemerintah dan swasta dan Kabupaten/kota
dikoordinasikan oleh Dinkes dengan koordinasi
kabupaten/Kota.
yang substansial.
JEJARING LAYANAN TBC
JEJARING JEJARING
KASUS LABORATORIUM

JEJARING JEJARING
LOGISTIK PENCATATAN DAN
PELAPORAN
1. JEJARING KASUS

Jejaring Diagnosis Jejaring Pengobatan


•Jejaring dari DPM/klinik ke
•Penemuan pasif intensif (di puskesmas/RS.
dalam fasyankes) : jejaring •Jejaring rujuk balik dari RS ke
internal dan kolaborasi FKTP.
layanan. •Jejaring TB-RO dari fasyankes ke
RS rujukan TB-RO.
•Penemuan aktif (di luar •Kesinambungan pengobatan
fasyankes): investigasi pasien TB: rujukan/pindah,
kontak, populasi berisiko, pelacakan pasien TB yang
skrining massal. mangkir.
JEJARING PINDAH PENGOBATAN ANTAR
FASYANKES
Fasyankes asal, merujuk data pasien pindah ke fasyankes tujuan di SITB

Pasien rujukan, dibuatkan pengantar/form TB.09 dengan menyertakan TB.01 dan OAT (bila
telah pengobatan) dan diberikan kepada pasien untuk diserahkan ke fasyankes tujuan.

Fasyankes rujukan segera mengisi dan mengirimkan Kembali TB.09 (lembar bawah) ke
Fasyankes asal

Form TB.10 dibuat jika pasien sudah menyelesaikan pengobatan dan diserahkan ke
Fasyankes asal.

Fasyankes tujuan melakukan konfirmasi pasien pindah di SITB


JEJARING PELACAKAN PASIEN
MANGKIR
Pasien mangkir berobat bila tidak datang untuk
periksa ulang/mengambil obat pada waktunya.

Bila mangkir masih berlanjut hingga 2 hari pada


fase awal atau 7 hari pada fase lanjutan, maka
petugas di fasyankes perlu memberikan informasi
data pasien ke Puskesmas atau Dinas Kesehatan.
2. JEJARING LABORATORIUM
1.Jejaring 2.Jejaring 3.Jejaring
rujukan evaluasi pemantapan
diagnosis : pengobatan: mutu eksternal

Jejaring mikroskopis Jejaring dari lab


Jejaring dari dari puskesmas mikroskopis ke
fasyankes non TCM satelit/DPM/klinik ke laboratorium
ke fasyankes TCM puskesmas rujukan intermediate
mikroskopis kabupaten/kota

Jejaring mikroskopis Jejaring pemeriksaan


dari puskesmas laboratorium dari
satelit/DPM/klinik ke fasyankes
puskesmas rujukan (FKTP/FKRTL) ke RS
mikroskopis. rujukan TB-RO

Jejaring dari FKTP ke


FKRTL untuk
pemeriksaan
radiologis/penunjang
lain
47
3. JEJARING LOGISTIK

Dinas kesehatan Puskesmas Permintaan logistik


kabupaten/kota mendistribusikan setiap 3 bulan sekali
melakukan logistik OAT dari fasyankes ke
Dinkes
distribusi logistik ataupun non OAT Kabupaten/Kota dan
OAT dan non ke dokter praktik dari Dinkes
OATke puskesmas mandiri/klinik Kabupaten/Kota ke
dan rumah sakit. pratama. Dinkes Provinsi

48
4. JEJARING PENCATATAN PELAPORAN

PKM dan RS DPM/klinik


menggunakan: menggunakan:

SITB SITB WiFi TB

49
Catatan

Pencatatan pelaporan mengikuti


regulasi saat ini, jika ada sistem
Jenis pelaporan elektronik
pelaporan elektonik yang Untuk pencatatan pelaporan
mengikuti pemberlakukan saat
ditetapkan oleh Kemenkes maka kasus TB melalui aplikasi SITB.
dilaksanakan survei.
pastikan Puskesmas sudah
melaksanakan.
Pencatatan dan Pelaporan Kasus TB
Peraturan Presiden RI Nomor 67 Tahun 2021 Tentang Penanggulangan Tuberkulosis:
Kewajiban Pelaporan (Mandatory Notification)

Pasal 12 ayat 4: Setiap Fasilitas Pelayanan Kesehatan


yang menemukan pasien TBC wajib melaporkan
kepada dinas kesehatan kabupaten/ kota.

Pasal 12 ayat 5 Pembayaran klaim jaminan kesehatan


untuk pasien/kasus TBC di fasilitas kesehatan rujukan
tingkat lanjut hanya diberikan apabila sudah
mendapatkan nomor register pelaporan dari dinas
kesehatan kabupaten / kota.

Pasal 24 ayat 2 Dalam pelaksanaan Penanggulangan


TBC, Pemerintah Daerah bertanggung jawab: f.
memastikan semua orang yang terdiagnosis TBC
tercatat dan terlaporkan dalam sistem informasi TBC.
53
Formulir Pencatatan TBC di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan : (Warna biru
sudah dalam bentuk elektronik)

54
Alur Pencatatan &
Pelaporan TBC di
Fasyankes

55
Identifikasi Awal
Kontribusi Fasyankes

56
SITB

SITB adalah Sistem Informasi yang digunakan untuk pengelolaan data


penanggulangan tuberkulosis dalam jangkauan skalabilitas jumlah dan
akses oleh struktur administrasi wilayah dan Fasyankes seluruh Indonesia
yang dapat diakses melalui sistem online dan offline serta memiliki sifat
interoperabiltas dengan sistem informasi kesehatan yang ada.

SITB diharapkan berperan dalam mensukseskan target program


Penanggulangan TBC Nasional yaitu eliminasi pada tahun 2030 dan
Indonesia bebas TBC tahun 2050.

57
THANKS!
TERIMA KASIH

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, and


includes icons by Flaticon, infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai